Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian abses hati di negara-negara maju cukup tinggi. Namun
walaupun demikian hanya 10-15% yang dirawat secara tepat dengan drainase
dan antibiotik Angka kematian akibat abses hati hampir menyeluruh apabila
dibiarkan begitu saja tanpa diberikan pengobatan dan perawatan (Peralta, 2006)
Penyebab dan manifestasi klinik dari abses hati telah mengalami
perubahan selama beberapa waktu pada abad terakhir ini, dimana bakteremia
portal adalah penyebab terbanyak sampai 50 tahun yang lalu. Penyebab bilier
kemudian sekarang menjadi menonjol, dan ada pula beberapa abses yang
bersifat iatrogenik (Davis, 2006)
Abses bakterial dari hati relatif jarang dijumpai. Hal tersebut telah
dijelaskan sejak jaman Hippocrates (400 SM), dengan penerbitan pertama
diulang lagi oleh Bright yang muncul pada tahun 1936. Pada tahun 1938,
Ochsner's classic mengulang lagi pemikiran tentang drainase pembedahan
sebagai terapi definitif untuk abses hati. Bagaimanapun juga, meskipun ada
pendekatan secara intensif untuk pengobatan ini, angka kematian masih
mencapai 60-80% (Peralta, 2006)
Perkembangan dari teknik radiologi terbaru, kemajuan dari identifikasi di
bidang mikrobiologi, dan kemajuan terbaru dari teknik drainase yang sama
baiknya dengan perbaikan pemberian perawatan suportif, mampu menurunkan
angka kematian sampai 5-30%. Sampai saat ini, pemerataan dari kondisi ini
relatif tidak berubah. Bila tidak dirawat dan tidak diobati, infeksi yang masih ada
dan tersisa dapat berakibat fatal (Peralta, 2006; Davis, 2006)

Tiga bentuk utama dari abses hati berdasarkan etiologinya antara lain:

 Abses piogenik adalah abses yang sering bersifat polimikrobial.


Menurut catatan, 80% dari seluruh kasus abses hati di Amerika
Serikat adalah abses piogenik.

 Abses amuba yang berasal dari Entamoeba histolytica, menurut


catatan adalah 10% dari seluruh kasus abses hati.

1
2

 Abses fungal yang paling sering berasal dari spesies Candida,


menurut catatan adalah kurang dari 10% dari seluruh kasus abses
hati (Peralta, 2006)

Hati menerima darah dari arteri hepatika dan vena porta hepatika. Sel
Kupffer biasanya sangat efisien untuk memelihara atau menjaga hati agar bersih
dari infeksi. Tetapi penyakit dari saluran empedu yang disertai dengan
penyumbatan dari aliran empedu mempermudah terjadinya penyumbatan pada
sekitar 60% kasus. Peningkatan tekanan dari sistem juga mempermudah untuk
masuknya organisme-organisme (Sudoyo dkk., 2006)

Resiko lobus kanan hati yang terkena adalah dua kali lipat daripada lobus
hati kiri, dan sekitar 5% kasus mengenai bilateral lobus kanan dan kiri. Abses hati
amuba tidak umum dikenal di negara-negara berkembang dan hampir selalu
didatangkan dari negara-negara lain (Peralta, 2006; Davis, 2006)

Hampir 40% dari abses hati piogenik adalah hasil dari penyumbatan
saluran empedu, dimana 40% yang lain belum ditemukan etiologi yang tepat.
Karena penyebaran dan penggunaan antibiotik yang luas saat ini, pilephlebitis
dan abses sekunder dari radang appendiks jarang dijumpai. Divertikulitis dan
sepsis setelah hemorrhoidal banding adalah penyebab lain dari abses piogenik
yang didominasi oleh bakteri aerob dan anaerob gram negatif. Abses hati
piogenik dan abses hati amuba harus dibedakan karena pengobatannya
berbeda. Abses hati piogenik harus didrainase, sedangkan 75% dari abses hati
amuba bisa diobati dengan hanya terapi medis (Peralta, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan patofisiologi dari abses hati?
2. Bagaimana penegakan diagnosa dan penatalaksanaan dari abses hati?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan patofisiologi abses hati.
2. Mengetahui cara penegakan diagnosa dan penatalaksanaan abses hati.
3

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman dokter muda
mengenai abses hati.
2. Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam menegakkan diagnosis
dan melakukan rujukan yang tepat bila menghadapi kasus abses hati.

Anda mungkin juga menyukai