Disusun Oleh:
Lucy Versyanti Pangaribuan
NPM : 14 06 07655
2018
HALAMAN PENGESAHAN
ii
SURAT KETERANGAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan anugerahNya
atas tersusunnya Laporan Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit PKS Bunut Jambi.
iv
DAFTAR ISI
1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2
v
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 43
4.4. Hasil Pekerjaan 54
5 Penutup 107
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel. 4.26. Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Hydrocyclone 79
Tabel. 4.27. Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry Separating 80
Tabel. 4.28. Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone 81
Tabel. 4.29. Losses Inti Sawit pada Clybath 82
Tabel. 4.30. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Crude Oil Tank 83
Tabel. 4.31. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 1 85
Tabel. 4.32. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 2 87
Tabel. 4.33. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1 89
Tabel. 4.34. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2 91
Tabel. 4.35. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada IP 93
Tabel. 4.36. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel 95
Tabel. 4.37. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada IH 97
Tabel. 4.38. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada LTDS 99
Tabel. 4.39. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone 101
Tabel. 4.40. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Clybath 103
Tabel. 4.41. Rangkuman Nilai Cp dan Cpk 105
Tabel. 4.42. Perbandingan Metode Perusahaan dan Berdasarkan Teori 106
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 4.18. Peta Kendali 𝑋̅ untuk ALB CPO pada Crude Oil Tank 84
Gambar. 4.19. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Crude Oil Tank 84
Gambar. 4.20. Peta Kendali 𝑋̅ untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 1 86
Gambar. 4.21. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 1 86
Gambar. 4.22. Peta Kendali 𝑋̅ untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 2 88
Gambar. 4.23. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 2 88
Gambar. 4.24. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1 90
Gambar. 4.25. Peta Kendali R untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1 90
ix
Gambar. 4.26. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2 92
Gambar. 4.27. Peta Kendali R untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2 92
Gambar. 4.28. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada IP 94
Gambar. 4.29. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada IP 94
Gambar. 4.30. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel 96
Gambar. 4.31. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel 96
Gambar. 4.32. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada IH 98
Gambar. 4.33. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada IH 98
Gambar. 4.34. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada LTDS 100
Gambar. 4.35. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada LTDS 100
Gambar. 4.36. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone 102
Gambar. 4.37. Peta Kendali R untuk Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone 102
Gambar. 4.38. Peta Kendali 𝑋̅ untuk Losses Inti Sawit pada Clybath 104
Gambar. 4.39. Peta Kendali R untuk Losses Inti Sawit pada Clybath 104
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada BAB 1 ini yang merupakan BAB permulaan laporan Kerja Praktek akan
dijelaskan mengenai latar belakang dilakukannya Kerja Praktek, tujuan
dilakukannya Kerja Praktek, hingga waktu dan tempat Kerja Praktek yang
dilaksanakan oleh penulis.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi penulis Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
penulis bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup
kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan
masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh
penulis adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
1
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada BAB ini akan dibahas mengenai hal-hal yang terkait dengan perusahaan
dimana kerja praktek dilaksanakan. Hal-hal tersebut terkait sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta bagian manajemen
perusahaan.
Pada tanggal 11 maret 1996 sesuai dengan Rektrurisasi BUMN PT. Perkebunan
maka pabrik kelapa sawit (PKS) Bunut dialihkan ke manajemen PTPN VI untuk
daerah Jambi – Sumatera Barat. PKS Bunut dipisahkan dengan kebun inti dan
bergabung dengan PKS Pinang Tinggi setelah berjalan beberapa tahun, hal
tersebut dikarenakan PKS Bunut sudah memiliki teknologi yang memadai
sehingga dengan demikian pabrik kelapa sawit dapat mencapai produktivitas dan
kinerja yang lebih baik. Pada tahun 2001 dilakukan penambahan kapasitas pabrik
dari 30 ton TBS/jam menjadi 60 ton TBS/jam. Pada tahun yang sama, PKS Bunut
dan PKS Pinang tinggi sudah memiliki manajemen yang terpisah dan diatur oleh
satu orang Manajer di setiap unit pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada tanggal
01 Pebruari 2008, Direksi PTP. Nusantara VI (Persero) menyatukan manajemen
3 PKS menjadi satu manajemen baru bernama PKS Sei. Bahar yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja yang optimal, memperoleh
rendemen yang baik dengan mutu yang standar. PKS Bunut dibangun untuk
mengolah produksi tandan buah segar (TBS) kebun kelapa sawit milik PTPN VI
dengan total luasan lahan 2500 dengan umur tanaman tahun 1991/1992 seluas
3
1000 Ha, umur tanaman tahun 1992/1993 seluas 1000 Ha dan umur tanaman
tahun 1993 seluas 500 Ha.
4
2.2. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif (Sutrisno,
2009).
2.2.1. Bagan Struktur Organisasi
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
integrasi, dan koordinasi, dalam bentuk bagan organisasi (Sutrisno, 2009). PKS Bunut juga sudah membentuk bagan organisasi. Melalui
bagan organisasi, seluruh karyawan dapat mengetahui apa yang menjadi tugas, tanggung jawab serta kepada siapa masing-masing
karyawan akan berhubungan. Berikut ditampilkan bagan struktur organisasi PKS Bunut.
Manajer
Adrian Alamsyah, ST
Papam
Serma (purn) Agustino
Mandor Teknik Mandor Listrik/CD. Traksi Mandor Peng. Shift I Mandor Peng. Shift II Mandor Sortase Mandor Labor Mandor PLH/Komposting Krani I TUK Krani SDM/Umum
Sugito A. Malik Irwayadi Hengki H. L. Tobing Tumpal Manalu Darmadi Sugeng A. Basyid Lubis Togarma L. Tobing
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
8 Pekerja 6 Pekerja 25 Pekerja 25 Pekerja 7 Pekerja 4 Pekerja 2 Pekerja 6 Pekerja 6 Pekerja 4 Pekerja
4
2.2.2. Penjelasan Deskripsi Pekerjaan
Berdasarkan bagan yang sudah ditampilkan pada Gambar 2.1. Maka berikut
penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan
yang ada di PKS Bunut.
a. Manajer
Pada PKS Bunut seorang manajer memiliki tugas sebagai berikut:
i. Menginstruksikan penyusunan RKAP oleh unit PKS dan Polikbun
ii. Mengajukan RKAP dan RKO Pabrik Sungai Bahar
iii. Menetapkan target produksi tahunan (jumlah TBS diolah, minyak sawit, inti
sawit dan produksi sampingan) dan prognosa produksi secara periodik
berdasarkan potensi jumlah TBS
iv. Mewujudkan target produksi (jumlah dan mutu) tahunan Pabrik Sungai
Bahar
v. Mengarahkan kegiatan operasional PKS sesuai dengan penguraian
(breakdown) RKAP/RKO, dan lain sebagainya.
Manajer di PKS Bunut juga memiliki tanggung jawab meliputi:
i. Penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan Pabrik Sungai Bahar
ii. Terlaksananya kegiatan operasional Pabrik Sungai Bahar
iii. Terlaksananya pengawasan terhadap biaya yang digunakan dalam
program kerja tahunan
iv. Terpeliharanya kualitas layanan kepada pelanggan/klien
v. Terlaksananya pengembangan kualitas SDM di Pabrik Sungai Bahar dan
Polikbun
b. Masinis Kepala
Pada PKS Bunut seorang masinis kepala atau biasa disebut kepala pabrik
memiliki tugas sebagai berikut:
i. Menyusun potensi produksi tahunan unit pabrik Kelapa Sawit yang akan
dituangkan dalam RKA
ii. Membantu penyusunan RKAP dan RKO (Pengolahan, Teknik, APM,
Traksi/CD, Kompos) untuk di setujui Manajer
iii. Mengawasi operasional seluruh bagian di PKS (Pengolahan, Teknik, APM,
Traksi/CD, Kompos)
iv. Mengendalikan mutu proses pengolahan dan mutu produk yang dihasilkan
5
v. Melaksanakan pengawasan penerimaan TBS (melakukan sortasi) di loading
ramp dalam rangka perolehan mutu TBS sesuai standar mutu, dan lain
sebagainya.
Masinis kepala di PKS Bunut juga memiliki tanggung jawab meliputi:
i. Tersusunnya target produksi tahunan (minyak dan inti sawit yang akan
dituangkan dalam RKAP unit
ii. Terlaksananya kegiatan operasional unit Pabrik Kelapa Sawit
iii. Terlaksananya pengawasan terhadap biaya yang digunakan dalam program
kerja tahunan
iv. Terpeliharanya kualitas layanan kepada pelanggan/klien
v. Terlaksananya pengembangan kualitas SDM di Pabrik Kelapa Sawit
d. Asisten Teknik
Pada PKS Bunut seorang asisten teknik memiliki tugas sebagai berikut:
i. Menyusun rencana pemeliharaan/maintenance PKS berbasis riwayat
pemeliharaan
6
ii. Menyusun anggaran yang berkaitan dengan pemeliharaan/maintenance
tahunan di pabrik yang akan dituangkan dalam RKAP
iii. Menyiapkan bahan penyusunan RKO yang berkaitan dengan pemeliharaan
di pabrik
iv. Melaksanakan operasional seluruh proses pemeliharaan/maintenance di
pabrik dan menyampaikan laporan harian ke Kepala Pabrik
v. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan pabrik yang dilakukan
mitra atau pihak ke 3 dan menyusun laporan harian yang disampaikan ke
Kelapa Pabrik, dan lain sebagainya.
Asisten teknik di PKS Bunut juga memiliki tanggung jawab meliputi:
i. Tersusunnya target biaya instalassi pabrik tahunan yang akan dituangkan
dalam RKAP unit PKS
ii. Terlaksananya kegiatan pemeliharaan/maintenance di pabrik
iii. Terlaksananya pengawasan terhadap biaya yang digunakan dalam program
kerja tahunan
iv. Terpeliharanya kualitas layanan kepada pelanggan/klien, serta terlaksanya
pengembangan kualitas SDM di pabrik.
e. Asisten Pengolahan
Pada PKS Bunut seorang asisten pengolahan memiliki tugas sebagai berikut:
i. Menyusun potensi proses pengolahan
ii. Membantu Kepala Pabrik menyusun target tahunan produksi minyak sawit,
inti sawit dan produksi sampingan PKS yang dituangkan dalam RKAP PKS
iii. Melaksanakan operasional seluruh kegiatan proses pengolahan pabrik
kelapa sawit
iv. Membuat jurnal pengolahan sesuai shiftnya dan membuat berita acara serah
terima kondisi pabrik pada pergantian shift
v. Melaksanakan pembersihan pabrik pada setiap stasiun dalam shiftnya
(selama proses pengolahan), dan lain sebagainya.
Asisten pengolahan di PKS Bunut juga memiliki tanggung jawab meliputi:
i. Tersusunnya target produksi tahunan (TBS diolah, jumlah CPO, jumlah inti,
jumlah produksi sampingan) yang akan dituangkan dalam RKAP unit
ii. Terlaksananya kegiatan operasional pengolahan di pabrik kelapa sawit
iii. Terlaksananya pengawasan terhadap biaya yang digunakan dalam program
kerja tahunan
7
iv. Terpeliharanya kualitas layanan kepada pelanggan/klien, serta
terlaksananya pengembangan kualitas SDM di pabrik kelapa sawit.
8
iv. Mengatur perujukan karyawan yang sakit ke Rumah Sakit rujukan
perusahaan
v. Memeriksa tagihan mitra kerja perujukan sebelum dibayarkan ke KTU, dan
lain sebagainya.
Asisten SDM dan umum di PKS Bunut juga memiliki tanggung jawab meliputi:
i. Tersusunnya target biaya umum tahunan yang akan dituangkan dalam
RKAP PKS
ii. Terlaksananya kegiatan operasional PKS
iii. Terlaksananya pengawasan terhadap biaya yang digunakan dalam program
kerja tahunan
iv. Terpeliharanya kualitas layanan kepada pelanggan/klien serta terlaksanya
pengembangan kualitas SDM di PKS.
h. Mandor Teknik
Pada PKS Bunut seorang mandor teknik memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
i. Membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan untuk kegiatan di
bengkel umum
ii. Membagi tugas/kerja kepada seluruh anggota mencakup kegiatan
pemeliharaan rutin, perbaikan ringan dan perbaikan berat (overhaul) dari
peralatan/mesin pabrik selama 24 jam
iii. Mengawasi dan mengarahkan anggota dalam melaksanakan pekerjaannya
iv. Mengawasi pencatatan jam kerja setiap peralatan/mesin dan membuat
program pemeliharaan dan perbaikan
v. Berkoordinasi dengan mandor pengolahan tentang pemakaian dan
pemeliharaan peralatan/mesin setiap stasiun, mengisi PB -73 dan AU.20,
mengajukan permintaan barang PB.1
vi. Melaksanakan tugas –tugas lain yang diperintahkan pimpinan
vii. Mengajukan kebutuhan bahan untuk RKAP dan RKO kepada asisten teknik
viii. Memberikan data kepada kerani untuk menyusun premi/lembur karyawan,
dan lain sebagainya.
i. Mandor Listrik
Pada PKS Bunut seorang mandor listrik memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
9
i. Membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan untuk kegiatan di
Bengkel Listrik
ii. Membagi tugas/kerja kepada seluruh anggota mencakup kegiatan
pemeliharaan rutin, perbaikan ringan, dan perbaikan berat (overhaul) dari
mesin-mesin listrik
iii. Mengawasi dan mengarahkan anggota dalam melaksanakan pekerjaannya
iv. Mengawasi pencatatan jam kerja (Working Hour) dari setiap mesin listrik dan
membuat program pemeliharaan dan perbaikkannya
v. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan Genset dan Turbin
vi. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan Wheel loader
vii. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan jaringan listrik perumahan
viii. Berkoordinasi dengan Mandor di pengolahan kaitannya dengan pemakaian
dan pemeliharaan mesin-mesin listrik, mengisi PB-73A dan AU-20
ix. Mengajukan permintaan barang PB.16, dan lain sebagainya.
10
k. Mandor Sortase
Pada PKS Bunut seorang mandor sortase memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
i. Mengabsensi tenaga kerja dan laporan tenaga kerja
ii. Memeriksa penyusunan dan mengajukan permintaan alat dan barang
iii. Mengawasi pelaksanaan dan hasil sortasi TBS yang berasal dari inti, plasma
dan Pihak ke III
iv. Menentukan kualitas bahan baku yang berasal dari kebun inti, plasma, dan
Pihak ke III yang dikirim ke pabrik berdasarkan pengamatan langsung dan
analisis laboratorium
v. Membuat laporan hasil nilai sortase panen (NSP) dan mengkoordinasikan
dengan admi sortase
vi. Berkoordinasi dengan Mandor Pembelian di lapangan dalam hal kuantitass
dan kwalitas TBS yang diterima pabrik
vii. Mengawasi dan membantu penyusunan laporan harian hasil sortase TBS,
mengawasi pelaksanaan penimbangan TBS
viii. Membantu dan berkoordinasi dengan bagian laboratorium dalam analisa
tros TBS
ix. Membina dan mengembangkan keterampilan anak buah di bidangnya
masing-masing, dan lain sebagainya.
l. Mandor Laboratorium
Pada PKS Bunut seorang mandor laboratorium memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
i. Memonitor kerja personil Laboratorium
ii. Memonitor dan mengontrol angka losis MS dan IS setiap 2 jam sekali dan
berkoordinasi dengan mandor pengolahan dalam rangka perbaikan losis
iii. Memonitor dan membantu pelaksanaan pengiriman mutu CPO dan Inti ke
mobil pengiriman
iv. Memonitor, mengawasi dan membantu proses pengolahan mutu CPO dan
Inti di Pabrik sesuai dengan SOP
v. Membuat Laporan Mutu MS dan IS dan mutu air setiap hari, membuat
laporan losis MS, IS setiap shift
vi. Melaksanakan tros TBS secara periodik
vii. Berkoordinasi dengan admi labor perihal stock peralatan, bahan kimia dan
pelengkap
11
viii. Membantu admi labor dalam rangka penyusunan RKO, RKAP laboratorium
ix. Mengontrol pelaksanaan jartest
x. Mengisi buku mandor setiap hari, dan lain sebagainya.
m. Mandor PLH
Pada PKS Bunut seorang mandor PLH memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
i. Mengabsensi tenaga kerja dan laporan tenaga kerja
ii. Turut serta dalam pelaksanaan penyusunan Proper dan Ispo
iii. Mendampingi team BLHD yang berkunjung dalam evaluasi penaatan
iv. Memeriksa penyusunan dan mengajukan permintaan alat dan barang
v. Membantu admi PLH dalam penyusunan UKL-UPL setiap semester
vi. Memeriksa kelancaran input dan output limbah cair pada kolam IPAL
vii. Memeriksa setiap hari logbook limbah B3 di TPS, mendristibusikan Land
Aplication ke lapangan
viii. Berkoordinasi dengan admi PLH dan admi gudang input limbah B3 setiap
hari
ix. Berkoordinasi dengan admi PLH dalam hal pengeluaran limbah B3 dari
gudang B3, dan lain sebagainya.
12
vii. Melengkapi semua persayaratan yang diperlukan untuk klaim JKK, JKM
serta JHT untuk diteruskan ke BPJS Ketenagakerjaan, membuat laporan
tenaga kerja keluar atau masuk ke BPJS Ketenagakerjaan
viii. Membuat laporan rekapitulasi pengajuan golongan pengabdian bagi
karyawan yang akan menjalani MBT
ix. Memeriksa administrasi hak-hak karyawan yang akan memasuki masa MBT
dan pensiun
x. Membuat laporan Attestatie De Vita, sebagai dasar pembayaran pensiun ke
Dapenbun, dan lain sebagainya.
o. Papam
Pada PKS Bunut seorang papam memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
i. Membuat laporan bulanan aktivitas/ kegiatan pengamanan di unit Pabrik
ii. Membuat daftar/ jadwal jaga (tugas Shift) petugas pengamanan/ Hansip
iii. Membuat laporan Perwira Pengamanan unit Pabrik
iv. Membantu membuat surat pengantar berobat bagi karyawan yang sakit ke
Poliklinik Induk dan proses lanjutan bagi karyawan yang dirujuk berobat ke
RS DKT
v. Mengarsipkan surat-surat masuk dan surat-surat keluar, membuat PB 16,
PBM dan AU 58 bagian SDM/ Umum
vi. Membuat laporan catu beras pada setiap bulan berjalan
vii. Melengkapi semua persayaratan yang diperlukan untuk klaim asuransi
Personal Accident
viii. Melengkapi semua persayaratan yang diperlukan untuk klaim asuransi
siharta dari PT asuransi Jiwasraya
ix. Menginventarisir izin-izin yang ada di PSB
x. Mengerjakan laporan perubahan penduduk
xi. Membuat data tanggungan dan batih karyawan PKS Bunut
xii. Menyelesaikan administrasi hak-hak karyawan yang akan memasuki masa
MBT dan pensiun, dan lain sebagainya.
13
ii. Mengajukan kebutuhan barang dan bahan yang diperlukan masing-masing
stasiun
iii. Memeriksa seluruh mesin dan equipment di seluruh stasiun dan memastikan
semuanya dalam keadaan baik dan aman untuk dioperasikan
iv. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan pimpinan
v. Menjaga kebersihan di area lingkungan kerja
vi. Mengikuti apel bagian teknik setiap hari, segera membantu rekan yang
memerlukan bantuan, dan lain sebagainya.
14
ix. Mengikuti apel bagian pengolahan setiap hari
x. Membantu rekan kerja yang memerlukan bantuan, dan lain sebagainya.
s. Anggota Sortase
Pada PKS Bunut anggota bagian sortase memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
i. Melaksanakan penyortiran TBS sebelum TBS diturunkan ke loading Ram
tetapi sudah diturunkan ke truck
ii. Menaikkan kembali buah-buah mentah ke dalam Truck pembawa bahan
baku tersebut
iii. Menentukan fraksi bahan baku secara keseluruhan sesuai aturan yang
berlaku
iv. Menyisihkan dan menolak TBS yang telah bermalam lebih daru 1 (satu) hari
v. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di perintahkan Mandor Sortase,
berdedikasi dan berdisiplin dalam melaksanakan tugas, dan lain sebagainya.
t. Anggota Laboratorium
Pada PKS Bunut anggota bagian laboratorium memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
i. Menganalisa ALB, KA (Kadar Air), KK (Kadar Kotoran), CPO dan mutu CPO
tangki Timbun
ii. Menganalisa Mutu CPO produksi setiap 2 jam sekali
iii. Menganalisa Losis CPO per shift, menganalisa Mutu CPO Pengiriman ke
mobil tangki
iv. Mencatat temperatur di setiap titik sample per 2 jam, membuat pelaporan
Mutu dan Losis minyak
v. Menerima tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
vi. Menginformasikan hasil analisa ke bagian pengolahan
vii. Menganalisa Jartest air sungai setiap hari
viii. Mencampur bahan kimia air Boiler, regenerasi anion/ cation
ix. Menganalisa mutu air Boiler
x. Membuat Laporan mutu air Boiler
xi. Mengananalisa Mutu dan Losis IS setiap 4 jam sekali
xii. Mengananalisa Mutu Inti pengiriman bersama pihak Pembeli
xiii. Membuat pelaporan hasil mutu losis Kernel, dan lain sebagainya.
15
u. Anggota PLH
Pada PKS Bunut anggota bagian PLH memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
i. Menjalankan pelaksanaan pengelolaan IPAL sesuai dengan SOP
ii. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan IPAL
iii. Memonitoring outlet limbah Land Aplication
iv. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan perumahan dan kantor
v. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
vi. Melaksanakan pengutipan minyak di Draf akhir dengan berkoordinasi denga
bagian Laboratorium
vii. Menjaga kebersihan diarea Draf akhir, melaksanakan tugas pengisian CPO
sesuai SOP
viii. Berkoordinasi dengan bagian laboratorium dalam hal pengoperasian tangki
timbun
ix. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan tangki timbun serta
menerima tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan.
16
2.3. Manajemen Perusahaan
Manajemen dalam perusahaan sangat dibutuhkan, hal tersebut dikarenakan
manajemen memiliki tujuan-tujuan tertentu (target perusahaan) yang bersifat tidak
berwujud (intangible). Tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai dengan kombinasi
dari perencanaan, pengorganisasian, memberi dorongan, pengawasan, memberi
motivasi, staffing, memberi pengarahan, inovasi dan memberi peranan, serta
koordinasi (Terry, 2012).
2.3.1. Visi Misi Perusahaan
Visi dan misi merupakan hal yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam
menjalankan suatu perusahaan. Hal tersebut merupakan suatu motivasi untuk
mencapai kesuksesan dari perusahaan, selain itu perusahaan akan mengetahui
hal-hal apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
PKS Bunut juga memiliki visi dan misi untuk kesuksesan perusahaan. Berikut poin-
poin yang berisikan visi serta misi perusahaan:
a. Visi
Menuju perusahaan agribisnis yang tumbuh berkembang dengan spirit
kemitraan
b. Misi
i. Mengelola bisnis kelapa sawit, teh dan HTI (Hutan Tanaman Industri) karet
secara profesional untuk menghasilkan produk berkualitas yang
dikehendaki oleh pasar.
ii. Menumbuhkembangkan perusahaan dengan spirit kemitraan untuk
mencapai kinerja unggul.
iii. Mengelola usaha dengan mempraktikkan teknologi ramah lingkungan dalam
mewujudkan triple bottom line principles, yaitu planet, people and profit.
iv. Memposisikan karyawan sebagai pilar utama organisasi dan mitra usaha
serta stakeholder lainnya sebagai pendukung dalam menciptakan nilai
perusahaan.
17
a. KOMpetensi
Memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan keahlian (hard & soft) yang dimiliki demi kepentingan dan
kemajuan perusahaan.
b. InTegritas
Melaksanakan pekerjaan dengan jujur, bertanggung jawab, dan beretika, serta
menyelaraskan setiap aksi korporat dengan kepentingan dan tata nilai
perusahaan (corporate values).
c. SpIrit
Memiliki antusiasme dan semangat yang tinggi dalam bekerja.
d. Sadar Biaya
Menjalankan setiap rencana dan aksi korporatberdasarkan pertimbangan
efisiensi dan efektivitas.
e. TEaM Work
Melaksanakan setiap aktivitas organisasi dengan semangat tim, sinergi dan
kekompakan untuk mencapai visi dan prestasi bersama.
2.3.3. Ketenagakerjaan
Menurut Sastrohadiwiryo (2005) dalam pembangunan ketenagkerjaan,
pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga
kerja. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan
acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan implementasi program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai
pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2005).
Dalam melaksanakan proses produksi hingga menghasilkan produk, maka
sangat dibutuhkan tenaga kerja. PKS Bunut memiliki tenaga kerja berjumalh
112 orang, dengan uraian terlihat di Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Uraian Ketenagakerjaan PKS Bunut
Uraian Laki - Laki Wanita Jumlah
Kary. Pimpinan 5 - 5
Bagian T U K 6 1 7
Bagian SDM/Umum 3 2 5
18
Tabel 2.1. Lanjutan
Uraian Laki - Laki Wanita Jumlah
Bagian Pengamanan 6 - 6
Bagian Sortase 8 - 8
Bagian Laboratorium 5 - 5
Bagian PLH 3 - 3
Pengolahan Shift I 26 - 26
Pengolahan Shift II 26 - 26
Teknik 12 - 12
Traksi 4 - 4
Honorer 1 4 5
Jumlah 105 7 112
b. Jam Kerja
Perusahaan wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang
dipekerjakan (Sastrohadiwiryo, 2005). Dalam melaksanakan proses produksi di
PKS Bunut, terdapat 2 shift yang dijadikan sebagai jadwal pergantian pekerja.
Shift pertama bekerja dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan waktu istirahat
pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB kemudian dilanjutkan hingga pukul 19.00
WIB, sedangkan shift kedua bekerja mulai pukul 19.00 WIB dengan waktu
istirahat pukul 00.00 WIB sampai 02.00 WIB kemudian dilanjutkan hingga pukul
07.00 WIB. Hari kerja di PKS Bunut yaitu hari senin sampai sabtu, sedangkan
hari minggu merupakan hari libur.
c. Fasilitas Karyawan
Guna meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, perusahaan
menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan
pekerja dan kemampuan perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2005). Pada
perusahaan PKS Bunut, terdapat beberapa fasilitas yang diterima oleh pekerja
atau karyawan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebagai berikut:
i. Bangunan Perumahan
1. Rumah karyawan pimpinan = 7 unit
2. Rumah karyawan pelaksana = 82 unit
ii. Bangunan Sosial
1. Masjid = 1 unit
2. Taman pendidikan islam = 1 unit
19
3. Sekolah taman kanak-kanak = 1 unit
4. Posyandu = 1 unit
5. Klinik = 1 unit
6. Koperasi = 1 unit
iii. Fasilitas Kendaraan
1. Bus Sekolah = 1 unit
d. Sistem Perekrutan
Perekrutan tenaga kerja adalah suatu proses mencari tenaga kerja dan
mendorong serta memberikan pengharapan kepada mereka untuk melamar
pekerjaan pada perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2005). Namun,cpada
perusahaan ini tidak pernah dilakukan perekrutan karyawan. Hal tersebut
dikarenakan perekrutan dilakukan di bagian direksi. PKS Bunut hanya
menerima karyawan yang sudah terlebih dahulu diterima oleh pihak direksi,
kemudian PKS Bunut bertanggungjawab pada pembagian posisi pekerjaan
bagi pekerja.
e. Sistem Pengupahan
Seluruh pekerja di suatu perusahaan berhak memperoleh penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan (Sastrohadiwiryo, 2005). PKS Bunut merupakan
perusahaan yang memberikan gaji atau upah kepada karyawan sebanyak 12
kali dalam 1 tahun atau 1 bulan sekali. Upah yang diberi per bulan merupakan
gaji pokok dan juga bonus apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang
lebih dalam 1 hari. Nominal upah yang diberikan kepada karyawan tergantung
golongan karyawan. Berikut golongan yang dapat ditempati karyawan:
i. 1/A
ii. 1/B
iii. 1/C
iv. 1/D
v. 2/A
vi. 2/B
vii. 2/C
viii. 2/D
Golongan untuk asisten dan pimpinan lainnya:
i. 3/A
ii. 3/B
20
iii. 3/C
iv. 3/D
v. 4/A
vi. 4/B
Semakin tinggi golongan yang dimiliki pekerja, maka semakin besar gaji pokok
yang diterima masing-masing karyawan.
f. Jaminan
Selama mendirikan serta menjalankan sebuah perusahaan, selain upah yang
diberikan kepada karyawan pihak perusahaan juga memberikan jaminan.
Jaminan yang diberikan kepada karyawan di PKS Bunut yaitu jaminan
ketenagakerjaan serta jaminan kesehatan. Jaminan tersebut dapat digunakan
selama pekerja masih bekerja atau dinyatakan belum pensiun.
21
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai tinjauan sistem perusahaan. Hasil
tinjauan penulis terkait sistem perusahaan mengenai proses bisnis perusahaan,
produk yang dihasilkan, proses produksi serta fasilitas produksi yang dimiliki
perusahaan.
22
3.2. Produk yang Dihasilkan
PKS Bunut merupakan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan 2 produk yaitu
crude palm oil (CPO) dan inti sawit atau kernel sawit. Berikut Gambar untuk kedua
produk tersebut.
23
jadi. Untuk memperoleh produk tersebut. Berikut bagan serta penjelasan proses
produksi yang dilalui TBS (tandan buah segar).
3.3.1. Bagan Proses Produksi
Berikut bagan proses produksi yang ada PKS Bunut yang dimulai dari proses
penerimaan hingga ke tempat penyimpanan produk.
Mulai
Stasiun Perebusan
Stasiun Penebah
Stasiun Press
Stasiun Stasiun
Pemurnian Minyak Pengolahan Inti Sawit
Crude Palm
Inti Sawit
Oil (CPO)
Selesai
24
3.3.2. Penjelasan Proses Produksi
Berdasarkan bagan proses produksi (Gambar 3.3) berikut penjelasan untuk
masing-masing stasiun kerja yang ada.
a. Stasiun Penerimaan TBS
Tahap awal untuk mengolah atau memproses TBS adalah penerimaan TBS.
TBS yang sebelumnya sudah di panen dikirim menggunakan mobil truk TBS
kemudian akan dibongkar atau diturunkan dari mobil truk dan diletakkan di
pelataran sortase yang kemudian akan langsung diproses di stasiun loading
ramp. Pada stasiun penerimaan ini terdapat dua aktivitas, aktivitas yang
pertama adalah proses penimbangan truk dan aktivitas yang kedua adalah
proses pemilahan TBS pada bagian sortase. Tujuan dari proses penimbangan
truk adalah untuk mengetahui berat TBS yang dibawa oleh masing-masing
mobil truk, sedangkan tujuan pemilahan TBS adalah untuk mengetahui kualitas
kematangan dari TBS yang dibawa oleh mobil truk. Berikut kategori untuk
kualitas kematangan TBS yang ada di PKS Bunut.
25
Sedangkan pada fraksi 5, TBS sudah dapat dinyatakan busuk sehingga minyak
sudah banyak yang terbuang.
c. Stasiun Perebusan
Tahapan selanjutnya yaitu proses perebusan. Pada proses perebusan
dilakukan dalam waktu 90 menit, dengan menggunakan uap air yang
bertekanan antara 1,5 sampai 3,0 kg/cm2. Berdasarkan proses perebusan ini
menghasilkan air kondensat yang kemudian dibuang ke dalam fat pit. Pada air
kondensat tersebut masih terkandung minyak, sehingga pada bagian fat pit
terdapat alat yang dapat menekan losses (minyak terbuang). Stasiun
perebusan merupakan tahap awal yang dapat menentukan sebesar 60%
terhadap kuantitas minyak yang diperoleh. TBS yang memiliki kematangan
yang kurang, maka minyak akan sulit untuk dikeluarkan dari fibre (pada proses
pengempaan). Berbeda dengan TBS yang memiliki kematangan yang
berlebihan, minyak akan terbuang dan terikut dengan tandan kosong sehingga
menghasilkan losses yang banyak.
d. Stasiun Penebah
Pada stasiun ini, TBS yang sudah direbus yang berada di dalam lori diangkat
menggunakan housting crane yang kemudian di masukkan ke dalam
autofeeder. Autofeeder adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk
mengatur masuknya buah ke dalam drum bunch thresher. Berikut penjelasan
mesin beserta fungsi yang ada di stasiun penebah:
i. Housting Crane adalah alat yang berfungsi untuk mengangkat lori berisi
tandan buah segar (TBS) yang direbus pada sterilizer kedalam hopper.
26
ii. Automatic Bunch Feeder (Autofeeder) adalah alat yang mengatur masuknya
buah kedalam drum putar yang dilengkapi dengan pipa penyanggah.
iii. Drum Putar/Drum Bunch Thresher adalah alat yang memiliki laju putaran 24
rpm yang berguna untuk menghempaskan TBS yang telah direbus dan untuk
memisahkan brondolan dengan tandan kosong.
iv. Buah brondolan yang sudah terpisah dari tandan kosong dibawa oleh under
thresher conveyor menuju fruit elevator, sedangkan tandan kosong masuk
ke bunch crusher yang diantarkan menggunakan empty bunch horizontal
conveyor untuk kembali dihempaskan.
v. Brondolan dibawa keatas dengan fruit elevator dan dimasukkan ke top cross
conveyor.
vi. Brondolan dibawa oleh top cross conveyor menuju distributor conveyor.
vii. Brondolan dimasukan kedalam masing-masing digester menggunakan
distributor conveyor.
viii. Apabila terjadi overflor pada digester maka brondolan akan terjatuh kedalam
fruit conveyor recling dan dibawa kembali ke fruit elevator conveyor
menggunakan bottom cross conveyor.
ix. Tandan kosong yang sudah dihempaskan menggunakan bunch crusher
dijatuhkan kembali ke empty bunch horizontal conveyor dan menuju empty
bunch vertical conveyor sehingga terjatuh ke pembuangan sementara dan
kemudian akan diangkut kembali ke truk untuk dibuang ke kebun inti sebagai
pupuk kompos.
e. Stasiun Pengempaan
Terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui brondolan pada stasiun press
agar buah terlepas dari biji dan minyak keluar dari daging buah. Nama mesin
dan fungsi mesin yang ada di stasiun press yaitu :
i. Pelumat/Digester adalah alat pelumat brondolan agar daging buah terlepas
dari biji dengan menggunakan uap bersuhu 90oC
ii. Screw press adalah alat yang berfungsi untuk memeras daging buah
kemudian dilakukan pengenceran agar menghasilkan crude oil (minyak
kasar) yang akan tertampung pada oil gutter dan akan disalurkan ke sand
trap tank.
iii. Fibre dan biji akan masuk ke mesin cake breaker conveyor (CBC) lalu
minyak akan masuk ke sand trup tank yaitu bejana yang berbentuk silinder
27
untuk mengurangi jumlah pasir dengan cara diendapkan kemudian dialirkan
ke vibrating screen.
iv. Vibrating screen adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan non oil
suspended (NOS) yang berukuran besar seperti pasir, dan sebagainya.
v. Crude oil tank adalah tangki yang berfungsi sebagai tempat pengendapan
partikel-partikel yang tidak terlarut dan lolos dari vibrating screen.
28
x. Sludge separator berfungsi untuk memisahkan minyak dan air
menggunakan air panas kemuudian hasil dari sludge separator masuk ke
sludge drain tank.
xi. Fat pit adalah bak tempat pemisahakan minyak dengan lumpur dengan cara
pemanasan dan kemudian kotoran yang sudah dipisahkan akan dibuang ke
kolam limbah.
29
Tabel 3.3. Fasilitas Produksi
Fasilitas Produksi
No. Stasiun Kerja
Nama Alat Jumlah Alat
Jembatan Timbang 2 Unit
Loading Ramp 28 Pintu
Lori 64 Unit
Penerimaan Transfer Carriage 2 Unit
1
TBS Capstan 1 2 Unit
Capstan 2 2 Unit
Guide Bollard 2 Unit
Tracklier 2 Unit
Centililver 4 Set
Sterilizer 4 Unit
Capstan 2 Unit
2 Rebusan Track Lier 2 Unit
Long Fat - Fit 1 Unit
Fat - Fit 1 Unit
Collection Tank 1 Unit
Hositing Crane 3 Unit
Autofeeder 3 Unit
Thresher 3 Unit
3 Penebah Under Thresher Cnveyor 3 Unit
Bottom Cross Conveyor 1 Unit
Fruit Elevator 3 Unit
Top Cross Conveyor 1 Unit
Distributing Screw Conveyor 2 Unit
Recycling Screw Conveyor 2 Unit
4 Pengempaan
Digester 8 Unit
Screw Press 8 Unit
Oil Gutter 2 Unit
Sand Trap Tank 2 Unit
Mesh Vibro Sleve 5 Unit
Crude Oil Tank 1 Unit
Pemurnian
5 Crude Oil Pump 1 Unit
Minyak
Waste Returned Screw Conveyor 1 Unit
Continuos Settling Tank 2 Unit
Sludge Tank 2 Unit
Pure Oil Tank 2 Unit
30
Tabel 3.3. Lanjutan
Fasilitas Produksi
No. Stasiun Kerja
Nama Alat Jumlah Alat
Oil Purifier 4 Unit
Precleaner Cyclone and Pump 2 Unit
Rotary Brush Strainer 2 Unit
Sludge Separator 4 Unit
Reclaim Oil Tank 2 Unit
Reclaim Oil Pump 4 Unit
Vacum Drier Assembly 2 Unit
Float Tank 2 Unit
Dried Oil Pump 4 Unit
Hot Water Tank 2 Unit
Hot Well Reception Tank 2 Unit
Hot Water Pump 2 Unit
Sludge Drain Tank 2 Unit
Storage Tank 3 Unit
Cake Breaker Conveyor 2 Unit
Depericarper Vertical Coulomb 2 Unit
Fiber Cyclone 2 Unit
Air Lock Fiber Cyclone 2 Unit
Centrifugal Fan 2 Unit
Polishing Drum 2 Unit
Nut Auger Screw Conveyor 2 Unit
Destoner / Wet Nut Transport 2 Unit
Nut Cyclone 2 Unit
Air Lock Nut Cyclone 2 Unit
Pengolahan Inti
6 Centrifugal Fan 2 Unit
Sawit
Nut Silo 4 Unit
Ripple Mill 4 Unit
Cracked Mixture Conveyor 2 Unit
Cracked Mixture Elevator 2 Unit
LTDS 1 2 Unit
LTDS 2 2 Unit
Hydrocyclone 2 Unit
Wet Kernel Conveyor 2 Unit
Pneumetic Shell Transport System 2 Unit
Shell Hopper 2 Unit
31
Tabel 3.3. Lanjutan
Fasilitas Produksi
No. Stasiun Kerja
Nama Alat Jumlah Alat
Wet Kernel Elevator 2 Unit
Kernel Silo 2 Unit
Dried Kernel Conveyor 4 Unit
Pneumetic Kernel Transport System 4 Unit
Bulk Kernel Silo 2 Unit
32
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN PENULIS
Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai tinjauan penulis terkait pekerjaan atau
tugas yang diberikan perusahaan. BAB ini berisi mengenai lingkup pekerjaan,
tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaan, metodologi pelaksaan
pekerjaan serta hasil pekerjaan yang dilakukan penulis.
33
Tabel 4.1. Lanjutan
DOBI Grade
3,0 – 3,3. Very Good
> 3,3 Excelent
Nilai DOBI diperoleh dari perbandingan antara panjang gelombang pada 446
nm dengan panjang gelombang pada 269 nm dari hasil spectropotometer.
Untuk melakukan analisis DOBI, berikut alat dan bahan yang digunakan:
1. Spectrophometer UV-VIS untuk 269 nm dan 446 nm
2. Kuvet 10 mm
3. Labu ukur 25 ml
ii. Analisis Asam Lemak Bebas (ALB) CPO
Asam lemak bebas dapat mempengaruhi mutu CPO karena kadar asam
lemak bebas akan menurunkan rendemen minyak. Selain itu, kadar asam
lemak bebas juga akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan
peningkatan kadar kolesterol dalam minyak. Metode yang dilakukan untuk
mengukur kadar asam lemak bebas adalah dengan menggunakan metode
alkalimetri dengan indikator phenolphtalein dan larutan normalitas NaOH 0,1
N atau KOH 0,1 N. Untuk memperoleh nilai ALB maka berikut rumus untuk
melakukan perhitungan:
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 25,6
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐿𝐵 = (4.1)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan :
V = Volume tetrasi
N = Normalitas NaOH / KOH
Untuk melakukan analisis ALB, berikut alat dan bahan yang digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Erlemeyer glass cap 250 ml
3. Buret cap 25 ml
4. Hot plate
5. Alkohol 96 / Isopropil Alkohol (IPA)
6. Indikator Phenolpthalien 1%
7. Larutan NaOH 0.1N / KOH 0.1N
Catatan untuk membuat larutan indikator PP dan larutan KOH atau
NaOH:
34
8. Indikator PP 1% : Timbang 1 gr indikator Phenolpthalien dan larutkan
dengan alkohol hingga 100 ml
9. Larutan NaOH 0.1N: Timbang NaOH pa 4 gr, larutkan dengan aquadest
hingga volume 1000 ml
10. Larutan KOH 0.1N : Timbang KOH pa 5,6 gr, larutkan dengan aquadest
hingga volume 1000 ml
iii. Analisis Asam Lemak Bebas (ALB) Inti Sawit
Asam lemak bebas dapat mempengaruhi mutu inti sawit karena kadar asam
lemak bebas akan menurunkan rendemen minyak, kadar asam lemak bebas
juga akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan peningkatan kadar
kolesterol dalam minyak. Metode yang dilakukan untuk mengukur kadar
asam lemak bebas adalah dengan menggunakan metode alkalimetri dengan
indikator phenolphtalein dan KOH 0,1 N. Nilai ALB dapat diperoleh dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 20,0
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐿𝐵 = (4.2)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan :
V = Volume tetrasi
N = Normalitas NaOH / KOH
Pada saat melakukan analisis ALB, berikut alat dan bahan yang digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Erlemeyer glass cap 250 ml
3. Buret cap 25 ml
4. Hot plate
5. Alkohol 96 / Isopropil Alkohol (IPA)
6. Indikator Phenolpthalien 1%
7. Larutan NaOH 0.1N / KOH 0.1N
Catatan untuk membuat larutan indikator PP dan larutan KOH atau
NaOH:
8. Indikator PP 1% : Timbang 1 gr indikator Phenolpthalien dan larutkan
dengan alkohol hingga 100 ml
9. Larutan NaOH 0.1N: Timbang NaOH pa 4 gr, larutkan dengan aquadest
hingga volume 1000 ml
10. Larutan KOH 0.1N : Timbang KOH pa 5,6 gr, larutkan dengan aquadest
hingga volume 1000 ml
35
iv. Analisis Kadar Air CPO
Kadar air didalam minyak CPO sangat penting untuk diketahui agar dapat
menentukan kadar kemurnian dari minyak tersebut. Tentu saja ini sangat
mempengaruhi mutu minyak karena apabila air yang terkandung dalam
minyak PKO banyak, maka persentase kemurnian minyaknya menjadi
rendah dan minyak dengan kadar air tinggi tidak dapat diolah lebih lanjut
untuk menghasilkan suatu produk. Metode yang digunakan untuk
menganalisis kadar air yaitu metode pemanas oven serta metode pemanas
Hot Plate.
𝐵−𝐶
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100 (4.3)
𝐵−𝐴
Keterangan:
A = Cawan kosong
B = Cawan berisi sampel
C = Cawan berisi sampel yang telah dipanaskan
Pada saat melakukan analisis kadar air menggunakan metode oven maupun
hot plate, berikut alat dan bahan yang digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Cawan penguap
3. Oven parameter suhu 30 – 200 oC (digunakan untuk metode pemanas
oven)
4. Hot Plate (digunakan untuk metode pemanas hot plate)
v. Analisis Kadar Air Inti Sawit
Kadar air didalam inti sawit sangat penting untuk diketahui agar dapat
menentukan kadar kemurnian dari minyak yang terkandung pada inti sawit
tersebut. Tentu saja ini sangat mempengaruhi mutu minyak karena apabila
air yang terkandung dalam inti sawit banyak, maka persentase kemurnian
minyaknya menjadi rendah dan minyak dengan kadar air tinggi tidak dapat
diolah lebih lanjut untuk menghasilkan suatu produk. Metode yang
digunakan untuk menganalisis kadar air yaitu dengan metode pemanas
oven.
𝐵−𝐶
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100 (4.4)
𝐵−𝐴
Keterangan:
A = Cawan kosong
36
B = Cawan berisi sampel
C = Cawan berisi sampel yang telah dipanaskan
Pada saat melakukan analisis kadar air, berikut alat dan bahan yang
digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Cawan penguap
3. Oven parameter suhu 30 – 200 oC
vi. Analisis Kadar Kotoran CPO
Penentuan kadar kotoran pada CPO bertujuan untuk mengetahui apakah
kadar kotoran yang terdapat pada minyak CPO telah memenuhi persyaratan
standar mutu pabrik (0.15%) dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Uji
penentuan kadar kotoran pada CPO yang diproduksi oleh pabrik kelapa
sawit Bunut dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan kertas
saring GF sebagai penyaring dan n-heksan sebagai pelarut. Berikut
perhitungan yang digunakan untuk menemukan hasil kadar kotoran:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐺𝐹 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢− 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐺𝐹 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 100 (4.5)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Pada saat melakukan analisis kadar kotor, berikut alat dan bahan yang
digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Beaker glass ukuran 100 ml
3. Hot plate
4. Corong
5. Goch filter berdiameter 40 mm
6. Goch filter glass
7. Erlemeyer glass kapasitas 1 L
8. Normal heksan
vii. Analisis Kadar Kotoran Inti Sawit
Analisis kadar kotoran inti sawit sangat penting dilakukan untuk menjamin
mutu inti sawit. Berikut perhitungan yang dilakukan untuk memperoleh
berapa persen kadar kotoran yang terkandung pada inti sawit:
𝐶𝐵𝑈+𝐶𝐵𝑃+𝐶𝐿
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 100 (4.6)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
CBU = Cangkang biji utuh (63% dari berat biji utuh)
37
CBP = Cangkang biji pecah (41% dari berat biji pecah)
CL = Cangkang lepas
Pada saat menganalisis kadar kotoran yang terdapat pada inti sawit, berikut
alat dan bahan yang digunakan:
1. Timbangan electric kapasitas 2000 – 5000 gr
2. Kantong plastik kapasitas 2 kg
Pada analisis ini tidak hanya untuk mengetahui berapa kadar kotoran, tetapi
analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui kadar inti pecah. Berikut
perhitungan yang harus dilakukan untuk mengetahui berapa persen inti
pecah:
𝐼𝑃
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ = 𝑥 100 (4.7)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
IP = Inti Pecah
viii. Standar Mutu
Berdasarkan seluruh analisis mutu yang dilakukan, pada Tabel 4.2. dibawah
ini terlampir standar mutu yang digunakan PKS Bunut untuk masing-masing
analisa.
b. Analisis Losses
i. Losses CPO
Analisis losses pada CPO dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berapa persen losses yang ada. Sampel yang digunakan dalam proses
analisis losses CPO berasal dari beberapa sumber yaitu ampas press yang
berada pada stasiun pengempaan, tandan kosong yang berada pada stasiun
penebah, nut yang berada pada stasiun kernel serta draf akhir yang berada
pada stasiun pembuangan. Berikut perhitungan yang digunakan untuk
mengetahui berapa banyak losses CPO.
38
𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢−𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 𝐶𝑃𝑂 = 𝑥 100 (4.8)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Pada saat melakukan analisis losses terhadap CPO maka berikut alat dan
bahan yang digunakan:
1. Timbangan analitic 4 desimal
2. Oven
3. Electro termal
4. Labu alas cap 250 ml
5. Soclet appartus
6. Condensor
7. Timble extraction
8. Normal hexan
9. Desikator
10. Electric Heat Mantle
ii. Losses Inti Sawit
Analisis losses pada inti sawit dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berapa persen losses yang ada. Sampel yang digunakan dalam proses
analisis losses inti sawit berasal dari beberapa sumber yaitu LTDS, fibre
cyclone serta clay bath. Sumber-sumber tersebut berasal dari stasiun
pengolahan inti sawit. Berikut perhitungan yang digunakan untuk
mengetahui berapa banyak losses inti sawit.
𝐼𝑢+𝐼𝑝+𝐼𝑏𝑢+𝐼𝑏𝑝
𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑆𝑎𝑤𝑖𝑡 = (4.9)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
Iu = Inti utuh
Ip = Inti pecah
Ibu = Inti biji utuh
bp = Inti biji pecah
Pada saat melakukan analisis losses terhadap inti sawit maka berikut alat
dan bahan yang digunakan:
1. Timbangan electric kapasitas 2000 – 5000 gr
2. Kantong plastik kapasitas 2 kg
iii. Standar Losses
Dari seluruh analisis losses yang dilakukan, pada Tabel 4.3. dibawah ini
terlampir standar losses yang digunakan PKS Bunut untuk masing-masing
analisa.
39
Tabel 4.3. Standar Losses PKS Bunut
Losses CPO Losses Inti Sawit
Standar (%) Standar ( %)
Parameter Uji Parameter Uji
Sampel TBS Sampel TBS
Ampas Press 4,92 0,64 Fibre Cyclone 1,70 0,22
Tandan Kosong 2,82 0,62 LTDS 2,90 0,08
Nut 0,67 0,08 Clay Bath 4,70 0,20
Draft Akhir 0,78 0,31
Total 1,65 Total 0,50
c. Pengontrolan Data
Tugas dan tanggung jawab terakhir yang harus dilakukan bagian laboratorium
adalah mengontrol data. Tujuan pengontrolan data ini dilakukan agar proses
produksi berlangsung sesuai dengan prosedur sehingga dapat menghasilkan
produk yang baik dan sesuai dengan standar. Berikut Tabel 4.4. yang berisi
data-data yang harus dikontrol pihak laboratorium serta standar yang
digunakan.
Tabel 4.4. Pengontrolan Data
Standar
Parameter
Minimal Maksimal
Tekanan rebusan 2,60 3,00
Waktu rebus 75 menit 90 menit
Siklus merebus 90 menit 110 menit
USB - 0%
o
Suhu digester 90 C 95 oC
Suhu CST 90 oC 95 oC
Suhu oil tank 90 oC 95 oC
Suhu oil purefier 90 oC 95 oC
Suhu vacum dryer 90 oC 95 oC
Suhu sludge tank 90 oC 95 oC
Suhu kernel silo 60 oC 80 oC
Tekanan vacum dryer 600 mm/hg 760 mm/hg
Suhu tanki timbun 48 oC 55 oC
Suhu demint tank 60 oC 80 oC
40
4.1.2. Pekerjaan dan Tugas Penulis
Kerja praktek yang dilakukan penulis di PKS Bunut diawali dengan mengikuti
proses kerja di seluruh stasiun pengolahan. Masing-masing stasiun kerja
dikunjungi selama 1 sampai 2 hari. Hal tersebut merupakan saran dari pembimbing
lapangan yaitu Bapak EP. Manalu, ST yang memiliki jabatan sebagai Asisten
Pengawas Mutu di PKS Bunut. Kegiatan tersebut dilakukan agar penulis
memahami proses produksi yang ada di PKS Bunut. Tugas tersebut ditujukan agar
penulis juga dapat memahami hal-hal yang perlu diawasi dalam proses produksi
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan serta
dapat mengawasi potensi minyak atau inti sawit yang terbuang. Pada proses
produksi penulis dibimbing oleh mandor serta beberapa karyawan dari masing-
masing stasiun kerja.
41
a. Menganalisis Asam Lemak Bebas (ALB) CPO
Penulis melakukan analisis ALB terhadap minyak yang terdapat pada crude oil
tank serta minyak produksi 1 dan minyak produksi 2. Berdasarkan sumber
tersebut penulis akan menganalisis setiap 2 jam sekali. Hal tersebut dilakukan
agar kualitas minyak yang dihasilkan PKS Bunut selalu dalam pengawasan
pihak laboratorium, sehingga apabila terjadi kualitas yang tidak sesuai standar
(ALB > 3.5%) pada proses produksi dapat langsung di evaluasi. Penulis juga
melakukan analisis ALB terhadap minyak yang akan dikirim atau dijual. ALB
yang dianalisis menggunakan sampel dari masing-masing mobil tanki CPO. Hal
tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang dikirim atau dijual
memiliki ALB sesuai dengan standar yang sudah ditentukan, serta untuk
memastikan kepada konsumen bahwa minyak dalam keadaan baik. Dengan
cara tersebut dapat meningkatkan kepuasaan konsumen. Penulis hanya
beberapa kali mengikuti proses pengambilan sampel.
42
proses kontrol adalah ripple mil, USB serta ampere screw press. Analisis ini
dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari, 2 kali untuk masing-masing shift. Pada
analisis ini terdapat 9 sumber sampel yaitu, inti produksi, fibre cyclone, inti hidro
cyclone, LTDS, dry kernel, clybath, ripple mill, USB dan ampere screw press.
43
a. Metodologi Pelaksanaan Analisis ALB CPO
Mulai
Selesai
Campurkan larutan indikator PP
sebanyak 5 tetes
44
Gambar 4.2. Penimbangan Sampel
ii. Mencampurkan Larutan Alkohol
Langkah kedua dalam melakukan analisis ALB adalah mencampurkan
larutan alkohol 96% ke dalam sampel sebanyak 30 ml. Langkah selanjutnya
setelah alkohol dimasukkan maka larutan tersebut diaduk dengan
menggoyangkan elermayer agar seluruh sampel tercampur dengan alkohol
secara merata.
45
Gambar 4.4. Pencampuran Hexan
iv. Mencampurkan Indikator PP
Langkah keempat dalam melakukan analisis ALB adalah mencampurkan
indikator PP ke dalam larutan sebanyak 5 tetes. Langkah selanjutnya setelah
indikator PP dimasukkan maka larutan tersebut diaduk dengan
menggoyangkan elermayer agar seluruh larutan tercampur secara merata.
46
Gambar 4.6. Volume Tetrasi
47
b. Metodologi Pelaksanaan Kadar Air CPO
Mulai
Amati sampel
Lakukan perhitungan
48
Gambar 4.9. Penimbangan Cawan Kosong
ii. Timbang Sampel (B)
Langkah kedua untuk menganalisis kadar air adalah menimbang sampel
seberat lebih dari 10 gr. Berat 10 gr tersebut dapat terlihat dari selisih berat
cawan sebelum dan sesudah diisi sampel.
49
Gambar 4.11. Memanaskan Hot Plate
iv. Mengamati Sampel
Langkah keempat untuk menganalisis kadar air adalah mengamati sampel.
Sampel akan dinyatakan sudah tidak mengandung air apabila gelembung-
gelembung air yang muncul sudah hilang atau sudah menguap.
50
Gambar 4.13. Penimbangan Sampel dari Oven
vii. Lakukan Perhitungan
Langkah terakhir untuk menganalisis kadar air adalah melakukan
perhitungan kadar air. Rumus yang digunakan dapat diperhatikan pada
Persamaan 4.3.
51
c. Metodologi Pelaksanaan Analisis Losses Inti Sawit dan Kadar Kotoran Inti Sawit
Mulai
Lakukan perhitungan
Selesai
52
Gambar 4.15. Penimbangan Sampel
ii. Memisahkan per Bagian
Langkah selanjutnya setelah sampel ditimbang, maka langkah selanjutnya
adalah memisahkan biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah dari sampel
yang ada.
53
Gambar 4.17. Penimbangan per Bagian
iv. Lakukan Perhitungan
Langkah terakhir untuk menganalisis losses inti sawit adalah melakukan
perhitungan losses inti sawit. Rumus yang digunakan dapat diperhatikan
pada Persamaan 4.9.
54
sebagaimana yang telah diajarkan dalam mata kuliah Pengendalian dan
Penjaminan mutu yaitu peta kendali atribut dan peta kendali variabel. Berikut
penjelasan untuk masing-masing peta kendali.
a. Peta Kendali Variabel
Menurut Heizer dan Render dalam menggunakan peta kendali variabel yang
menjadi perhatian khusus adalah variabel yang mempunyai dimensi-dimensi
kontinu, dikarenakan variabel-variabel tersebut memiliki jumlah kemungkinan
yang tak hingga. Dalam penggunaannya peta kendali variabel terbagi menjadi
2 jenis, yaitu:
i. Peta Kendali 𝑋̅ (x-bar)
Peta 𝑋̅ merupakan peta kendali untuk rerata yang digunakan untuk variabel
yang menunjukkan terjadinya perubahan dalam kecenderungan pusat dari
suatu proses produksi (Heizer dan Render, 2009:347). Perubahan yang
terjadi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti alat yang sudah
menua, keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses produksi
(suhu, cahaya, dll) serta perlakuan yang berbeda yang diberikan oleh
masing-masing pekerja.
ii. Peta Kendali R
Peta R merupakan peta yang digunakan untuk memantau proses produksi
yang mempunyai dimensi-dimensi kontinu. Peta ini memiliki tujuan untuk
menunjukkan peningkatan atau penurunan pada sebaran yang telah terjadi
(Heizer dan Render, 2009:347). Peningkatan atau penurunan dapat terjadi
akibat peralatan yang dalam keadaan tidak baik (longgar, aliran pelumas
yang tidak teratur, dll) serta dapat diakibatkan oleh kelalaian operator.
55
ii. Peta Kendali c
Peta c digunakan untuk mengendalikan jumlah cacat dari masing-masing
unit output (Heizer dan Render, 2009:359). Peta ini sangat berguna untuk
memantau proses yang memiliki potensi untuk terjadinya kesalahan, namun
jumlah kesalahan yang dapat terjadi tergolong relatif kecil. Peta c
merupakan peta yang lebih difokuskan untuk mengetahui berapa jumlah
produk yang cacat.
56
Tabel 4.6. Lanjutan
b. Membuat Checksheet
Terdapat 7 alat/tools untuk membantu dalam mengendalikan kualitas. Dari
ketujuh alat tersebut salah satunya adalah checksheet. Checksheet merupakan
alat yang digunakan untuk mempermudah proses pencacatan data dari setiap
aktivitas (Montgomery, 2013). Berikut checksheet untuk masing-masing hasil
pengecekan.
Tabel 4.7. Checksheet ALB CPO pada Crude Oil Tank
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 ALB Crude Oil Tank 2,35 3,50
2 ALB Crude Oil Tank 2,91 3,50
3 ALB Crude Oil Tank 4,04 3,50 Reject
4 ALB Crude Oil Tank 2,96 3,50
5 ALB Crude Oil Tank 2,61 3,50
6 ALB Crude Oil Tank 2,58 3,50
7 ALB Crude Oil Tank 2,56 3,50
8 ALB Crude Oil Tank 2,54 3,50
9 ALB Crude Oil Tank 3,25 3,50
10 ALB Crude Oil Tank 3,01 3,50
11 ALB Crude Oil Tank 5,08 3,50 Reject
12 ALB Crude Oil Tank 3,12 3,50
13 ALB Crude Oil Tank 3,96 3,50 Reject
14 ALB Crude Oil Tank 3,16 3,50
15 ALB Crude Oil Tank 3,13 3,50
16 ALB Crude Oil Tank 2,94 3,50
17 ALB Crude Oil Tank 2,80 3,50
18 ALB Crude Oil Tank 3,40 3,50
57
Tabel 4.7. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 ALB Crude Oil Tank 2,74 3,50
20 ALB Crude Oil Tank 2,93 3,50
21 ALB Crude Oil Tank 2,77 3,50
22 ALB Crude Oil Tank 3,02 3,50
23 ALB Crude Oil Tank 3,06 3,50
24 ALB Crude Oil Tank 3,22 3,50
25 ALB Crude Oil Tank 3,05 3,50
26 ALB Crude Oil Tank 2,88 3,50
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 ALB Minyak Produksi 1 3,22 3,50
2 ALB Minyak Produksi 1 2,88 3,50
3 ALB Minyak Produksi 1 3,71 3,50 Reject
4 ALB Minyak Produksi 1 3,43 3,50
5 ALB Minyak Produksi 1 3,24 3,50
6 ALB Minyak Produksi 1 3,31 3,50
7 ALB Minyak Produksi 1 3,43 3,50
8 ALB Minyak Produksi 1 3,18 3,50
9 ALB Minyak Produksi 1 3,05 3,50
10 ALB Minyak Produksi 1 3,24 3,50
11 ALB Minyak Produksi 1 3,20 3,50
12 ALB Minyak Produksi 1 3,29 3,50
13 ALB Minyak Produksi 1 3,34 3,50
14 ALB Minyak Produksi 1 3,11 3,50
15 ALB Minyak Produksi 1 3,18 3,50
16 ALB Minyak Produksi 1 3,07 3,50
17 ALB Minyak Produksi 1 2,99 3,50
18 ALB Minyak Produksi 1 3,11 3,50
58
Tabel 4.8. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 ALB Minyak Produksi 1 3,19 3,50
20 ALB Minyak Produksi 1 3,21 3,50
21 ALB Minyak Produksi 1 3,29 3,50
22 ALB Minyak Produksi 1 3,23 3,50
23 ALB Minyak Produksi 1 2,94 3,50
24 ALB Minyak Produksi 1 2,96 3,50
25 ALB Minyak Produksi 1 2,92 3,50
26 ALB Minyak Produksi 1 3,06 3,50
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 ALB Minyak Produksi 2 2,75 3,50
2 ALB Minyak Produksi 2 3,19 3,50
3 ALB Minyak Produksi 2 3,22 3,50
4 ALB Minyak Produksi 2 3,18 3,50
5 ALB Minyak Produksi 2 3,06 3,50
6 ALB Minyak Produksi 2 3,64 3,50 Reject
7 ALB Minyak Produksi 2 3,46 3,50
8 ALB Minyak Produksi 2 2,92 3,50
9 ALB Minyak Produksi 2 2,89 3,50
10 ALB Minyak Produksi 2 3,70 3,50 Reject
11 ALB Minyak Produksi 2 3,53 3,50 Reject
12 ALB Minyak Produksi 2 3,49 3,50
13 ALB Minyak Produksi 2 3,39 3,50
14 ALB Minyak Produksi 2 3,29 3,50
15 ALB Minyak Produksi 2 3,28 3,50
16 ALB Minyak Produksi 2 3,14 3,50
17 ALB Minyak Produksi 2 3,23 3,50
18 ALB Minyak Produksi 2 3,10 3,50
59
Tabel 4.9. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 ALB Minyak Produksi 2 3,07 3,50
20 ALB Minyak Produksi 2 3,07 3,50
21 ALB Minyak Produksi 2 2,98 3,50
22 ALB Minyak Produksi 2 3,16 3,50
23 ALB Minyak Produksi 2 3,15 3,50
24 ALB Minyak Produksi 2 3,29 3,50
25 ALB Minyak Produksi 2 3,18 3,50
26 ALB Minyak Produksi 2 3,30 3,50
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Kadar Air MP1 0,10 0,20
2 Kadar Air MP1 0,10 0,20
3 Kadar Air MP1 0,10 0,20
4 Kadar Air MP1 0,10 0,20
5 Kadar Air MP1 0,10 0,20
6 Kadar Air MP1 0,10 0,20
7 Kadar Air MP1 0,10 0,20
8 Kadar Air MP1 0,10 0,20
9 Kadar Air MP1 0,10 0,20
10 Kadar Air MP1 0,10 0,20
11 Kadar Air MP1 0,10 0,20
12 Kadar Air MP1 0,10 0,20
13 Kadar Air MP1 0,10 0,20
14 Kadar Air MP1 0,10 0,20
15 Kadar Air MP1 0,13 0,20
16 Kadar Air MP1 0,64 0,20 Reject
17 Kadar Air MP1 0,11 0,20
18 Kadar Air MP1 0,60 0,20 Reject
60
Tabel 4.10. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Kadar Air MP1 0,10 0,20
20 Kadar Air MP1 0,37 0,20 Reject
21 Kadar Air MP1 0,34 0,20 Reject
22 Kadar Air MP1 0,31 0,20 Reject
23 Kadar Air MP1 0,10 0,20
24 Kadar Air MP1 0,11 0,20
25 Kadar Air MP1 0,14 0,20
26 Kadar Air MP1 0,12 0,20
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Kadar Air MP2 0,30 0,20 Reject
2 Kadar Air MP2 0,27 0,20 Reject
3 Kadar Air MP2 0,19 0,20
4 Kadar Air MP2 0,22 0,20 Reject
5 Kadar Air MP2 0,23 0,20 Reject
6 Kadar Air MP2 0,22 0,20 Reject
7 Kadar Air MP2 0,15 0,20
8 Kadar Air MP2 0,16 0,20
9 Kadar Air MP2 0,16 0,20
10 Kadar Air MP2 0,29 0,20 Reject
11 Kadar Air MP2 0,18 0,20
12 Kadar Air MP2 0,17 0,20
13 Kadar Air MP2 0,15 0,20
14 Kadar Air MP2 0,17 0,20
15 Kadar Air MP2 0,36 0,20 Reject
16 Kadar Air MP2 0,15 0,20
17 Kadar Air MP2 0,10 0,20
18 Kadar Air MP2 0,16 0,20
61
Tabel 4.11. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Kadar Air MP2 0,23 0,20 Reject
20 Kadar Air MP2 0,28 0,20 Reject
21 Kadar Air MP2 0,20 0,20 Reject
22 Kadar Air MP2 0,28 0,20 Reject
23 Kadar Air MP2 0,34 0,20 Reject
24 Kadar Air MP2 0,34 0,20 Reject
25 Kadar Air MP2 0,31 0,20 Reject
26 Kadar Air MP2 0,10 0,20
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Kadar Kotoran pada IP 4,18 6,00
2 Kadar Kotoran pada IP 3,87 6,00
3 Kadar Kotoran pada IP 3,45 6,00
4 Kadar Kotoran pada IP 5,03 6,00
5 Kadar Kotoran pada IP 4,66 6,00
6 Kadar Kotoran pada IP 4,23 6,00
7 Kadar Kotoran pada IP 6,43 6,00 Reject
8 Kadar Kotoran pada IP 4,23 6,00
9 Kadar Kotoran pada IP 4,96 6,00
10 Kadar Kotoran pada IP 2,87 6,00
11 Kadar Kotoran pada IP 4,16 6,00
12 Kadar Kotoran pada IP 3,91 6,00
13 Kadar Kotoran pada IP 4,69 6,00
14 Kadar Kotoran pada IP 4,71 6,00
15 Kadar Kotoran pada IP 5,36 6,00
16 Kadar Kotoran pada IP 6,15 6,00 Reject
17 Kadar Kotoran pada IP 5,31 6,00
18 Kadar Kotoran pada IP 3,86 6,00
62
Tabel 4.12. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Kadar Kotoran pada IP 6,49 6,00 Reject
20 Kadar Kotoran pada IP 3,37 6,00
21 Kadar Kotoran pada IP 4,41 6,00
22 Kadar Kotoran pada IP 4,36 6,00
23 Kadar Kotoran pada IP 3,77 6,00
24 Kadar Kotoran pada IP 3,78 6,00
25 Kadar Kotoran pada IP 5,62 6,00
26 Kadar Kotoran pada IP 3,76 6,00
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Kadar Kotoran pada DK 4,63 6,00
2 Kadar Kotoran pada DK 4,31 6,00
3 Kadar Kotoran pada DK 3,57 6,00
4 Kadar Kotoran pada DK 4,55 6,00
5 Kadar Kotoran pada DK 2,97 6,00
6 Kadar Kotoran pada DK 2,44 6,00
7 Kadar Kotoran pada DK 2,75 6,00
8 Kadar Kotoran pada DK 6,42 6,00 Reject
9 Kadar Kotoran pada DK 4,47 6,00
10 Kadar Kotoran pada DK 3,44 6,00
11 Kadar Kotoran pada DK 3,05 6,00
12 Kadar Kotoran pada DK 5,06 6,00
13 Kadar Kotoran pada DK 6,89 6,00 Reject
14 Kadar Kotoran pada DK 3,13 6,00
15 Kadar Kotoran pada DK 3,83 6,00
16 Kadar Kotoran pada DK 2,58 6,00
17 Kadar Kotoran pada DK 2,64 6,00
18 Kadar Kotoran pada DK 5,35 6,00
63
Tabel 4.13. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Kadar Kotoran pada DK 6,62 6,00 Reject
20 Kadar Kotoran pada DK 3,40 6,00
21 Kadar Kotoran pada DK 3,20 6,00
22 Kadar Kotoran pada DK 4,27 6,00
23 Kadar Kotoran pada DK 4,88 6,00
24 Kadar Kotoran pada DK 6,20 6,00
25 Kadar Kotoran pada DK 4,99 6,00
26 Kadar Kotoran pada DK 5,09 6,00
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Kadar Kotoran pada IH 2,29 6,00
2 Kadar Kotoran pada IH 2,15 6,00
3 Kadar Kotoran pada IH 5,48 6,00
4 Kadar Kotoran pada IH 3,11 6,00
5 Kadar Kotoran pada IH 5,74 6,00
6 Kadar Kotoran pada IH 1,52 6,00
7 Kadar Kotoran pada IH 2,29 6,00
8 Kadar Kotoran pada IH 3,61 6,00
9 Kadar Kotoran pada IH 2,02 6,00
10 Kadar Kotoran pada IH 1,21 6,00
11 Kadar Kotoran pada IH 1,83 6,00
12 Kadar Kotoran pada IH 5,05 6,00
13 Kadar Kotoran pada IH 7,68 6,00 Reject
14 Kadar Kotoran pada IH 2,28 6,00
15 Kadar Kotoran pada IH 5,11 6,00
16 Kadar Kotoran pada IH 3,54 6,00
17 Kadar Kotoran pada IH 5,28 6,00
18 Kadar Kotoran pada IH 1,64 6,00
64
Tabel 4.14. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Kadar Kotoran pada IH 3,01 6,00
20 Kadar Kotoran pada IH 1,92 6,00
21 Kadar Kotoran pada IH 6,43 6,00 Reject
22 Kadar Kotoran pada IH 5,38 6,00
23 Kadar Kotoran pada IH 7,13 6,00 Reject
24 Kadar Kotoran pada IH 6,83 6,00 Reject
25 Kadar Kotoran pada IH 6,91 6,00 Reject
26 Kadar Kotoran pada IH 2,02 6,00
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Losses pada LTDS 2,80 2,90
2 Losses pada LTDS 4,20 2,90 Reject
3 Losses pada LTDS 1,20 2,90
4 Losses pada LTDS 3,20 2,90 Reject
5 Losses pada LTDS 1,80 2,90
6 Losses pada LTDS 1,52 2,90
7 Losses pada LTDS 5,20 2,90 Reject
8 Losses pada LTDS 2,20 2,90
9 Losses pada LTDS 4,40 2,90 Reject
10 Losses pada LTDS 4,20 2,90 Reject
11 Losses pada LTDS 5,00 2,90 Reject
12 Losses pada LTDS 1,32 2,90
13 Losses pada LTDS 2,00 2,90
14 Losses pada LTDS 2,40 2,90
15 Losses pada LTDS 1,47 2,90
16 Losses pada LTDS 4,03 2,90 Reject
17 Losses pada LTDS 4,81 2,90 Reject
18 Losses pada LTDS 2,92 2,90
65
Tabel 4.15. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Losses pada LTDS 2,54 2,90
20 Losses pada LTDS 3,79 2,90 Reject
21 Losses pada LTDS 4,55 2,90 Reject
22 Losses pada LTDS 1,26 2,90
23 Losses pada LTDS 1,31 2,90
24 Losses pada LTDS 4,60 2,90 Reject
25 Losses pada LTDS 2,26 2,90
26 Losses pada LTDS 1,58 2,90
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Losses pada IF 4,62 1,70 Reject
2 Losses pada IF 1,53 1,70
3 Losses pada IF 2,57 1,70 Reject
4 Losses pada IF 2,25 1,70 Reject
5 Losses pada IF 3,16 1,70 Reject
6 Losses pada IF 2,89 1,70 Reject
7 Losses pada IF 1,92 1,70 Reject
8 Losses pada IF 6,49 1,70 Reject
9 Losses pada IF 2,69 1,70 Reject
10 Losses pada IF 3,72 1,70 Reject
11 Losses pada IF 3,80 1,70 Reject
12 Losses pada IF 2,65 1,70 Reject
13 Losses pada IF 2,86 1,70 Reject
14 Losses pada IF 5,29 1,70 Reject
15 Losses pada IF 5,23 1,70 Reject
16 Losses pada IF 2,66 1,70 Reject
17 Losses pada IF 6,01 1,70 Reject
18 Losses pada IF 4,51 1,70 Reject
66
Tabel 4.16. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Losses pada IF 6,39 1,70 Reject
20 Losses pada IF 2,28 1,70 Reject
21 Losses pada IF 1,94 1,70 Reject
22 Losses pada IF 1,44 1,70
23 Losses pada IF 5,88 1,70 Reject
24 Losses pada IF 3,04 1,70 Reject
25 Losses pada IF 2,63 1,70 Reject
26 Losses pada IF 2,56 1,70 Reject
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
1 Losses pada Clybath 2,74 4,90
2 Losses pada Clybath 4,04 4,90
3 Losses pada Clybath 2,34 4,90
4 Losses pada Clybath 1,29 4,90
5 Losses pada Clybath 1,47 4,90
6 Losses pada Clybath 9,35 4,90 Reject
7 Losses pada Clybath 11,86 4,90 Reject
8 Losses pada Clybath 4,77 4,90
9 Losses pada Clybath 4,66 4,90
10 Losses pada Clybath 8,52 4,90 Reject
11 Losses pada Clybath 2,10 4,90
12 Losses pada Clybath 1,04 4,90
13 Losses pada Clybath 0,39 4,90
14 Losses pada Clybath 2,40 4,90
15 Losses pada Clybath 6,78 4,90 Reject
16 Losses pada Clybath 1,85 4,90
17 Losses pada Clybath 5,74 4,90 Reject
18 Losses pada Clybath 2,17 4,90
67
Tabel 4.17. Lanjutan
Standar Max
No. Jenis Pengecekan Data (%) Status
(%)
19 Losses pada Clybath 1,66 4,90
20 Losses pada Clybath 6,76 4,90 Reject
21 Losses pada Clybath 2,74 4,90
22 Losses pada Clybath 3,58 4,90
23 Losses pada Clybath 4,65 4,90
24 Losses pada Clybath 6,97 4,90 Reject
25 Losses pada Clybath 1,53 4,90
26 Losses pada Clybath 3,98 4,90
68
c. Membuat Quality Plan
Berdasarkan hasil dari karakteristik kualitas dan checksheet yang sudah ada, maka form quality plan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam melakukan proses pengawasan dan pengendalian mutu.
Tabel 4.18. Form Quality Plan
Memeriksa
Instruksi Pengambilan Mandor
Dicek 2 kondisi
Crude Palm kerja data Pekerja Laboratorium
1 ALB 3,50 jam Checksheet mesin atau
Oil crude menggunakan Laboratorium dan Asisten
sekali kinerja
palm oil checksheet PM
pekerja
Memeriksa
Instruksi Pengambilan Mandor
Dicek 2 kondisi
Crude Palm kerja data Pekerja Laboratorium
2 Kadar Air 0,20 jam Checksheet mesin atau
Oil crude menggunakan Laboratorium dan Asisten
sekali kinerja
palm oil checksheet PM
pekerja
Memeriksa
Pengambilan Mandor
Instruksi Dicek 2 kondisi
Kadar data Pekerja Laboratorium
3 Inti Sawit kerja Inti 6,00 kali Checksheet mesin atau
Kotoran menggunakan Laboratorium dan Asisten
Sawit sehari kinerja
checksheet PM
pekerja
69
Tabel 4.18. Lanjutan
Memeriksa
Losses pada Pengambilan Mandor kondisi
Instruksi
Light Tenera Dicek 2 kali data Pekerja Laboratorium mesin
4 kerja Inti Losses 3,00 Checksheet
Dry sehari menggunakan Laboratorium dan Asisten atau
Sawit
Separating checksheet PM kinerja
pekerja
Instruksi Memeriksa
kerja Inti Pengambilan Mandor kondisi
Losses pada Sawit Dicek 2 kali data Pekerja Laboratorium mesin
5 Losses 1,70 Checksheet
Fibrecyclone sehari menggunakan Laboratorium dan Asisten atau
checksheet PM kinerja
pekerja
Instruksi Memeriksa
kerja Inti Pengambilan Mandor kondisi
Losses pada Sawit Dicek 2 kali data Pekerja Laboratorium mesin
6 Losses 5,00 Checksheet
Clybath sehari menggunakan Laboratorium dan Asisten atau
checksheet PM kinerja
pekerja
70
d. Menentukan Peta Kendali
Berdasarkan penjelasan mengenai peta kendali, maka peta kendali yang akan
digunakan untuk mengendalikan kualitas pada produk yang dihasilkan PKS
Bunut adalah peta kendali variabel 𝑋̅ dan R. Hal tersebut dikarenakan peta
kendali variabel sangat tepat digunakan untuk produk berupa minyak dan yang
memiliki jumlah sampel maksimal 10.
71
Tabel 4.19. Lanjutan
72
Tabel 4.20. Lanjutan
73
Tabel 4.21. Lanjutan
74
d. Hasil Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
Tabel 4.22. Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
75
e. Hasil Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
Tabel 4.23. Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
76
f. Hasil Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Produksi
Tabel 4.24. Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Produksi
77
g. Hasil Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel
Tabel 4.25. Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel
78
h. Hasil Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Hydrocyclone
Tabel 4.26. Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Hydrocyclone
79
i. Hasil Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry Separating
Tabel 4.27. Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry Separating
80
j. Hasil Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
Tabel 4.28. Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
81
k. Hasil Losses Inti Sawit pada Clybath
Tabel 4.29. Losses Inti Sawit pada Clybath
82
4.4.4. Hasil Pengolahan Data Menggunakan Ms. Excel
Berdasarkan hasil yang telah terlampir pada sub sub sub bab 4.4.3, maka berikut pengolahan data yang diolah menggunakan bantuan
Ms. Excel.
a. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Crude Oil Tank
Tabel 4.30. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Crude Oil Tank
83
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,34. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Terdapat salah satu data yang memiliki nilai
𝑋̅ dan nilai R yang berada diluar batas. Hal tersebut menunjukkan terdapat faktor
yang harus diperhatikan yang mungkin menjadi pemicu terjadinya data yang
berada diluar batas. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta kendali R untuk
ALB Crude Palm Oil pada Crude Oil Tank:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.18. Peta Kendali 𝑿̅untuk ALB CPO pada Crude Oil Tank
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.19. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Crude Oil Tank
84
b. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 1
Tabel 4.31. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 1
85
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk ALB Crude Palm Oil pada Minyak Produksi 1:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.20. Peta Kendali 𝑿̅untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 1
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.21. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 1
86
c. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 2
Tabel 4.32. Hasil Pengolahan Data ALB CPO pada Minyak Produksi 2
87
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,75. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Terdapat salah satu data yang memiliki nilai
𝑋̅ dan nilai R yang berada diluar batas. Hal tersebut menunjukkan terdapat faktor
yang harus diperhatikan yang mungkin menjadi pemicu terjadinya data yang
berada diluar batas. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta kendali R untuk
ALB Crude Palm Oil pada Minyak Produksi 2:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.22. Peta Kendali 𝑿̅untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 2
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.23. Peta Kendali R untuk ALB CPO pada Minyak Produksi 2
88
d. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
Tabel 4.33. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
89
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,13. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Terdapat 2 data yang memiliki nilai 𝑋̅ dan
nilai R yang berada diluar batas. Hal tersebut menunjukkan terdapat faktor yang
harus diperhatikan yang mungkin menjadi pemicu terjadinya data yang berada
diluar batas. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta kendali R untuk kadar air
Crude Palm Oil pada Minyak Produksi 1:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.24. Peta Kendali 𝑿̅untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.25. Peta Kendali R untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 1
90
e. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
Tabel 4.34. Hasil Pengolahan Data Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
91
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,21. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk kadar air Crude Palm Oil pada Minyak Produksi 2:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.26. Peta Kendali 𝑿̅untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.27. Peta Kendali R untuk Kadar Air CPO pada Minyak Produksi 2
92
f. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Produksi
Tabel 4.35. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Produksi
93
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,15. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk kadar kotoran inti sawit pada inti produksi:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.28. Peta Kendali 𝑿̅untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti
Produksi
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.29. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti
Produksi
94
g. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel
Tabel 4.36. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry Kernel
95
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,11. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk kadar kotoran inti sawit pada dry kernel:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.30. Peta Kendali 𝑿̅untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry
Kernel
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.31. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Dry
Kernel
96
h. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Hydrocyclone
Tabel 4.37. Hasil Pengolahan Data Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti Hydrocyclone
97
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,06. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk kadar kotoran inti sawit pada inti hydrocyclone:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.32. Peta Kendali 𝑿̅untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti
Hydrocyclone
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.33. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Inti Sawit pada Inti
Hydrocyclone
98
i. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry Separating
Tabel 4.38. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry Separating
99
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,11. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk losses inti sawit pada light tenera dry separating:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.34. Peta Kendali 𝑿̅untuk Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry
Separating
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.35. Peta Kendali R untuk Losses Inti Sawit pada Light Tenera Dry
Separating
100
j. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
Tabel 4.39. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
101
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,11. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk losses inti sawit pada fibrecyclone:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.36. Peta Kendali 𝑿̅untuk Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.37. Peta Kendali R untuk Losses Inti Sawit pada Fibrecyclone
102
k. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Clybath
Tabel 4.40. Hasil Pengolahan Data Losses Inti Sawit pada Clybath
103
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai cp
dan cpk kurang dari 1 yaitu 0,07. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang
terjadi belum memenuhi spesifikasi. Berikut terlampir peta kendali 𝑋̅ dan peta
kendali R untuk losses inti sawit pada clybath:
i. Peta Kendali 𝑋̅
Gambar 4.38. Peta Kendali 𝑿̅untuk Losses Inti Sawit pada Clybath
ii. Peta Kendali R
Gambar 4.39. Peta Kendali R untuk Losses Inti Sawit pada Clybath
104
masing sampel masih berada dibawah 1. Berikut rangkuman nilai Cp dan Cpk
untuk masing-masing sampel:
Tabel 4.41. Rangkuman Nilai Cp dan Cpk
No. Sumber Sampel Nilai Cp Nilai Cpk
1 ALB CPO pada COT 0,34 0,34
2 ALB pada MP 1 0,71 0,71
3 ALB pada MP 2 0,75 0,75
4 Kadar Air pada MP 1 0,13 0,13
5 Kadar Air pada MP 2 0,21 0,21
6 Kadar Kotoran pada Inti Produksi 0,15 0,15
7 Kadar Kotoran pada Dry Kernel 0,11 0,11
8 Kadar Kotoran pada Inti Hydrocyclone 0,06 0,06
9 Losses pada LTDS 0,11 0,11
10 Losses pada Fibrecyclone 0,11 0,11
11 Losses pada Clybath 0,07 0,07
Penelitian lainnya dilakukan juga pada tahun 2015 oleh Rijanto. Rijanto melakukan
penelitian disebuah industri baja di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, diperoleh hasil Cp dan Cpk dengan nilai masing-masing 0,90 dan 0,84.
Hasil analisa tersebut menyatakan proses produksi yang dilakukan tidak kapabel.
Penyebab nilai Cp dan Cpk berada dibawah 1 yaitu dikarenakan faktor mesin,
faktor manusia, faktor metode dalam pengukuran serta faktor material.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pihak perusahaan melakukan perbaikan
hingga memperoleh nilai Cp dan Cpk berada pada angka 1,54. Hal tersebut
105
menunjukkan proses yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan sebagai
acaun dalam menentukan kemampuan proses dari masing-masing sampel yang
digunakan. Berdasarkan hasil peta kendali 𝑋̅ dan peta kendali R masih terdapat
data yang berada diluar batas yaitu pada sampel ALB pada COT serta Kadar Air
pada Minyak Produksi 1, sedangkan hasil Cp dan Cpk untuk seluruh sampel
berada dibawah angka 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses yang dilakukan
perusahaan belum maksimal dan harus dilakukan perbaikan agar hasil yang
diperoleh berada dalam spesifikasi yang sudah ditentukan. Dugaan penyebab
yang membuat nilai Cp dan Cpk adalah faktor mesin yang mungkin kurang
perawatan, faktor manusia yang mungkin melakukan pekerjaan yang lalai, serta
faktor bahan baku (kelapa sawit) yang mungkin dalam keadaan tidak sesuai
standar yang ditentukan.
106
BAB 5
PENUTUP
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak perusahaan yaitu PKS
Bunut atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk
melakukan kerja praktek di perusahaan bersangkutan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu secara langsung
maupun tidak langsung selama pelaksanaan kerja praktek serta pembuatan
laporan kerja praktek. Penulis meminta maaf atas kekurangan yang ada di dalam
laporan. Sekiranya laporan ini dapat menambah ilmu serta pengetahuan terkait
pengolahan kelapa sawit bagi para pembaca.
107
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
108