Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR.

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam kita
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Karena berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Akutansi Salam dan Salam
Paralel. Dalam kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Siti Khumairoh, S.St. M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Akutansi Lembaga
Keuangan Syariah.

Berkat kerja sama dari semua anggota akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat mendorong kita
untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu dengan sebaik-baiknya dan kami megucapkan
terimakasih jika ada saran yang membangun dari berbagai pihak.

Aamiin, Ya Rabbal ‘Alamiin.

Banjarmasin, 22 september 2018

Penulis
KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Salam dan Salam Paralel ...................................................................... 5

B. Dasar Syariah Akad Salam dan Salam Paralel ................................................................. 5

C. Perlakuan Akun PSAK 103 .............................................................................................. 15

D. Ilustrasi Akad Salam dan Salam Paralel ..........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19


BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Dalam akuntansi syariah ada beberapa macam akad diantaranya adalah akad
murabahah, akad salam, dan akad istisna’. Namun pada pembahasan kali ini bukan ketiga
akad tersebut yang akan dibahas, tetapi yang kami bahas dalam makalah ini adalah
menyangkut akad salam. Akad salam ini dapat membantu produsen untuk penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan sesuai yang telah di pesan sebelumnya. Akad salam
dilakukan dengan pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara
pembayaran dilakukan di muka. Rukun akad salam sendiri adalah Muslam (pembeli),
Muslam alaih atau penjual, Modal atau uang, Muslam fihi (barang), Sighat (ucapan). Barang
yang di akadkan di muka harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang, diidentifikasi secara
jelas, kemudian boleh ditentukan tanggal penyerahannya, tempat penyerahan, penggantian
dengan barang lain. Harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad.
Akad salam ini sering kita jumpai dalam bidang pertanian, bahkan sangat jarang kita
temui dalam transaksi perbankan, transaksi akad salam hampir sama seperti ijon, yang
membedakannya adalah jika dalam akad salam penjual dan pembeli sama-sama
mendapatkan haknya tanpa merugikan pihak lain, sedangkan ijon, biasanya pada saat panen
salah satu pihak merasa tertipu atau dirugikan.

2. Rumusan masalah
2.1 Apa yang disebut Akad Salam dan Salam Paralel ?

2.2 Apa dasar syariah Akad Salam dan Salam Paralel ?

2.3 Bagaimana perlakuan akun PSAK 103 terhadap Akad Salam dan Salam Paralel ?

2.4 Bagaimana ilustrasi Akad Salam dan Salam Paralel ?

3. Tujuan
3.1 Untuk mengetahui apa yang disebut Akad Salam dan Salam Paralel

3.2 Untuk mengetahui dasar syariah Akad Salam dan Salam Paralel

3.3 Untuk mempelajari perlakuan akun PSAK 103

3.4 Untuk mengetahui bagaimana ilustrasi Akad Salam dan Salam Paralel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Salam dan Salam Paralel

1. Pengertian Akad Salam

Salam berasal dari kata As Salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij (barang-barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang
diperjualbelikan tidak ada di tempat. “mendesak” dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat
memnutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut. . Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illahi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam
paralel dapat dilakukan dengan syarat :

1. Akad terpisah antara pembeli, produsen, dan pembeli akhir


2. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)

2. Jenis Akad salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang
baru dilakukan dikemudian hari. Sedangkan salam paralel adalah melaksanakan dua
transaksi salam yaitu antara pemesan, pembeli, dan penjual serta antara penjual dan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang
pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.

Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad pertama yaitu
akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara pembeli dan penjual, jika
saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan (terjadi ta’alluq). Selain itu akad
antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.Beberapa ulama
kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan transaksi
semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba. Dari
penjelasan diatas,hal-hal yang dapat membatalkan kontrak adalah:

1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.

2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.

3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih menolak untuk
membatalkan akad

4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.

5. Barang diterima.
B. Dasar Syariah Akad Salam dan Salam Paralel

Sumber Hukum Akad Salam

1. Al-Qur’an

“Hai orang-orang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar...” (QS 2:282)

“Hai orang-orang beriman penuhilah akad-akad itu.....” (QS 5:1)

2. Al Hadis

“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas dan

timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR Bukhari Muslim)

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah (mudharabah),

dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual .” (HR. Ibnu

Majah)

Ketentuan syar’i transaksi salam diatur dalam fatwa DSN nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual

Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu

penyerahan dan syarat pembatalan kontrak.

C. Perlakuan Akun PSAK 103

1. Pelakuan Akuntansi PSAK 103 Tentang Salam Dan Salam Paralel

Akuntansi salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam. Standar tersebut berisikan
tentang pengakuan dan pengukuran, baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual, adalah
hal terkair dengan piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam, penerimaan barang
pesanan sala, denda yang diterima oleh pembeli dan penjual yang mampu, tetapi sengaja
menunda-nunda penyelesaian kewajiban nya serta tentang penilaian persediaan barang
pesanan pada periode pelaporan.1 Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan
transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup
pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam.

1
Rizal Yaya; Aji Erlangga Martawireja; Ahim Abdurrahim, Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan praktik kontemporer,
(Jakarta Selatan: Salemba Empat ), hlm. 208.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian
hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.2

2. Akuntansi untuk Pembeli

Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.
Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.Denda yang
diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:

a. besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;

b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

3. Akuntansi untuk Penjual

Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal usaha
salam yang diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.

Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:

a. piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;

b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101

D. Ilustrasi Akad Salam dan Salam Paralel


TUGAS IMAY FOOTNOTE DIBUATI

2
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-66-psak-103-akuntansi-salam
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Salam merupakan transaksi jual beli yang dilakukan dengan cara memesan barang kepada
penjual yang dibayar di muka atau pada saat akad, namun penyerahan barangnya dilakukan
kemudian dengan kesepakatan yang telah ditentukan kedua belah pihak.
Praktik akad salam ini sangat menguntungkan, terutama dalam praktik pemesanan barang
pertanian. Dalam Praktik ini penjual atau petani mendapatkan modal uang untuk menjalankan
usahanya atau pengolahan pertaniannya. Disamping itu pembeli juga mendapatkan barang
yang diinginkan pada waktu yang di butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Yaya Rizal ; Aji Erlangga Martawireja; Ahim Abdurrahim, Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan praktik kontemporer,
(Jakarta Selatan: Salemba Empat ).

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-66-psak-103-akuntansi-salamDiakses
pada 20 sept 2018

Antonio, M.S. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai