Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot
pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut
tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan
suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan
perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan
gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan
meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati
urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia
>55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan
survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama
(49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

1
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana laporan pendahuluan reumatik pada keperawatan keluarga ?
1.2.2.Bagaimana laporan kasus reumatik pada keperawatan keluarga ?

1.3.Tujuan penulisan

1.3.1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan reumatik pada keluarga

1.3.2. Untuk mengetahui laporan kasus reumatik pada keperawatan keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Laporan Pendahuluan Rematik

1. Pengertian Reumatik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi
dari membran sinovial dari sendi diartroidial.

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang


manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

2. Klasifikasi Artritis Reumatoid

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Reumatoid arthritis klasik

pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2. Reumatoid arthritis defisit

3
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3. Probable Reumatoid arthritis

pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4. Possible Reumatoid arthritis

pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
3. Etiologi Artritis Reumatoid

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor


Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit
ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)

2. Riwayat Keluarga.

4
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

4. Patofisiologi Artritis Reumatoid

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama


terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).

5
5. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas


2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular :

1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan


katub), Pericarditis,Myocarditis
2. Pada mata : Keratokonjungtivitis,Scleritis
3. Pada lympa : Lhymphadenopathy
4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. Pada otot : Mycsitis

6
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan


demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massasubkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.

7
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di
tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan
biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada
pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal
yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

8
3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Keterbatasan fungsi sendi dapat
terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang
dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian
yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung
menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.
Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah
tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare,
2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut
usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang

Komplikasi Artritis Reumatoid


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Tromboemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali. Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid

9
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

6. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

7. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan


2. mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

10
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
5. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
6. Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
7. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
8. Garam emas
9. Kortikosteroid
10. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan


dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:

1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan


fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan


yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya
dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik
akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu
jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

11
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan
obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa
dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai
tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju


pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.
Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya


digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi
menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya
penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat
badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa
menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat
yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

2.2.Laporan Kasus Rematik pada Keluarga

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN ARTRITIS REUMATOID

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari..tanggal…sampai dengan hari…tanggal…di rumah
keluarga Tn. W

A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. W
2. Alamat : Garut
3. Pekerjaan : Tani
4. Pendidikan : SD

12
5. Komposisi Keluarga

No Nama JK Hub Dg Umur Pendidikan Pekerjaan Status


KK Imunisasi
1 Tn. W L KK 60 th SD Sopir Angkot -
2 Ny.S p Istri 55 th SD Pedagang -
3 An. M L Anak 18 th SMK - -
4 An. R L Anak 13 th SMP - -

6. Genogram
Keluarga dari pihak Ayah Keluarga dari pihak Ibu

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
-------- : Tinggal serumah
: Klien

7. Tipe Keluarga
Nuclear Family (keluarga inti) karena dalam satu rumah terdiri dari bapak ibu dan
anak.
8. Latar Belakang Budaya (suku)
a. Suku Bangsa
Keluarga Bpk. W berasal dari suku sunda dan merupakan penduduk asli di
Garut.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan Keluarga Bpk.W adalah bahasa Sunda.

13
c. Pantangan
Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan dengan masalah
kesehatan, menurut ajaran agama yang keluarga anut, ada jenis makanan
pantangan yaitu daging anjing, babi. Keluarga juga tidak ada yang alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
d. Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga Bpk. W adalah penduduk Garut asli, dan tidak ada adat istiadat yang
berpengaruh negatif terhadap masalah kesehatan didalam keluarganya
e. Kesimpulan : Tidak masalah yang bertentangan dengan kesehatan
9. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan jarang terlibat dalam kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitarnya, terutama Ibu S. Ibu S tidak pernah mengikuti kegiatan
pengajian di RT yang diadakan setiap seminggu dua kali. Menurut Ibu S, mereka
sekeluarga jarang melaksanakan ibadah bersama seperti sholat dll. Ibu S jarang
menyuruh anak-anaknya untuk sholat sehingga anak-anaknya jarang sekali
melaksanakan ibadah sholat.
10. Status Sosial ekonomi Keluarga
Bpk. W sebagai Petani, sedangkan Ibu S, Pedagang dipasar sedangkan An.M, R
masih duduk dibangku sekolah rata – rata penghasilan Bpk. W adalah tidak tetap
perbulannya. Sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan hidup
sehari - harinya. Penghasilan Ibu. S perbulannya kurang lebih Rp. 800.000
Keluarga Bpk. W tidak memiliki tabungan di Bank ataupun asuransi. Dan
keluarga mengatakan jaminan untuk kesehatan keluarga Ibu. S memiliki dana
seperti dari arisan RT.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi yang digunakan di dalam rumah, keluarga mengatakan biasa mengisi
waktu luang dirumah dengan menonton TV dan mengobrol bersama anak serta
mengobrol dengan tetangga sekitar tempat tinggalnya. Rekreasi yang dilakukan di
luar rumah, keluarga Ibu.S mengatakan jarang sekali bepergian ke tempat hiburan.
Sehari – harinya hanya pergi bekerja dan kemudian istirahat di rumah.

14
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Riwayat perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bpk. W sekarang pada tahap keluarga dengan anak Dewasa, keluarga
Bpk. W belum memenuhi tugas perkembangan keluarga dalam hal memperluas
jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar, keluarga Tn.W masih
tetap mempertahankan keintiman pasangan, Bpk. W sudah membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan dirumah sudah dilakukan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini keluarga
merasa sudah terpenuhi, hanya saja keluarga merasa perlu mempertahankan apa
yang sudah ada untuk pengalaman keluarga melangkah ke proses berikutnya.
3. Riwayat keluarga inti
Didalam keluarga Ibu S tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
darah tinggi.DM, dll. Dalam 1 bulan terakhir ini didalam keluarga hanya
menderita penyakit ringan saja seperti batuk dan pilek setelah diperiksakan
kepelayanan kesehatan dapat sembuh. Sedangkan pada saat pengkajian pada
keluarga Bpk. W semua anggota keluarga sehat – sehat saja, tetapi Ibu S
mengeluh Pada sendi-sendi terasa nyeri dan kaku pada tulang. Kesimpulan : Ibu S
mempunyai masalah kesehatan (Rematik). Dari keluarga Bpk. W dan Ibu S tidak
ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Dm, hipertensi, dll

C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga merupakan rumah sendiri, saat ini baru dibangun.
Menurut Ibu S, mereka membangun rumah sedikit demi sedikit karena biaya tidak
mencukupi. Kondisin rumah terlihat berantakan karena ada beberapa bagian yang
sedang dibangun. Menurut Ibu S, apabila sedang ada bagian yang sedang
dibangun, mereka biasanya tinggal di rumah orang tuanya. Jarak antara rumah
Bpk. W dengan yang lainnya sangat dekat, hanya berjarak kurang dari 1 meter.
Kondisi ventilasi di rumah kurang karena masih ada beberapa jendela yang
ditutup dengan triplek, sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran udara
sangat kurang.

15
2. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
a. Adat dan Istiadat Komunitas Sekitar
Selama ini tetangga – tetangganya mempunyai kebiasaan mengikuti arisan RT,
PKK dan Tahlilan, apabila ada salah satu tetangganya yang sakit mereka
saling menjenguk dan apabila ada tetangga yang punya kerja atau hajat
mereka saling bantu – membantu. Keluarga mengatakan bahwa
dilingkungannya tidak ada adat istiadat yang mengganggu terhadap kesehatan.
b. Pola pergaulan keluarga
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis, tampak
keluarga menyapa tetangga yang kebetulan lewat depan rumahnya. An. M dan
An. R sering berkumpul dengan tetanggnya yang ada disamping rumah.
c. Persepsi Keluarga terhadap komunitas
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah – tengah masyarakat karena
keluarga merasa mereka saling bantu – membantu dan tidak merugikan dalam
berbagai hal.
d. Pengetahuan Keluarga mengenai Masalah kesehatan Yang berkaitan Dengan
Komunitas
Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang muncul dalam kehidupan
ditengah masyarakat secara khusus saat ini rhematik dan tekanan darah tinggi
karena mayoritas penduduk adalah lansia
3. Mobilitas geografi keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka tempati
dan tidak pernah pindah rumah. Alat transportasi yang ada di daerah adalah
angkutan kota namun untuk masuk sampai rumahnya biasanya jalan kaki, atau
naik sepeda. Alat transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga selama ini
keluarga mengatakan biasa menggunakan kendaraan umum sebagai sarana
transportasi keluarga khususnya Ibu S.
4. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik, Ibu S selalu ramah dengan
orang-orang yang belanja di warungnya. Tetapi Bpk. W jarang ikut kegiatan
masyarakat karena jam 7 pagi sudah berangkat kerja pulangnya jam 7 malam.
Sedangkan anak-anaknya mengikuti kegiatan anak-anak lain di lingkungan
tersebut.

16
5. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan keluarg besar tidak begitu membantu Bpk. W dan Ibu S. Apabila ada
anak yang sakit, maka mereka hanya memberinya obat warung.

D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka, setiap anggota
keluarga bebas menyampaikan keluhan atau tanggapan hal ini dapat terlihat saat
perawat berkunjung. Komunikasi yang digunakan di dalam keluarga adalah
komunikasi dua arah.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap
anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika
ada masalah yang dirasakan.
3. Struktur Peran
Dalam keluarga, Ibu S berperan sebagai ibu rumah tangga Sekaligus Pedagang di
rumah, sedangkan An. M, An. R, berperan sebagai anak. Didalam keluarga Bpk.
W sebagai supir angkot.
4. Nilai dan Norma Budaya
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Sunda, dimana Ibu.S Dan Bpk.W
bertindak sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anggota keluarganya,
Ibu.S juga mengatakan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
dan tata tertib dilingkungannnya seperti kegiatan Tahlilan dan PKK RT. Keluarga
mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan dengan
kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Ibu.S sangat menyayangi keluarga, saling menjaga antara anggota keluarga satu
dengan anggota keluarga yang lain. Ibu.S Berusaha mendidik anaknya agar selalu
menghormati orang tua dan menyayangi sesama anggota keluarga dan teman
sebaya serta berusaha menanamkan kedisiplinan pada anaknya.
2. Fungsi Sosial
Keluarga Ibu.S mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial
pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan membiarkan anaknya

17
bermain dengan teman sebayanya di kampung rumahnya serta selalu menyapa
orang yang ditemuinya dengan sopan, hal itu terbukti ketika perawat berkunjung
ke rumah keluarga Ibu.S para tetangga juga ikut menyambut dengan baik.
3. Fungsi Perawatan kesehatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan Penanganannya
a. Mengenal Masalah
Saat dikaji Ibu.S mengatakan bahwa sebelumnya saya mengetahui bahwa saya
terkena Rematik dan, tetapi keluaga ibu.S tidak mengetahui tentang Rematik
dan bagaimana cara perawatan terhadap orang yang terkena rematik.
b. Mengambil Keputusan
Keluarga Bpk.W mengatakan tidak pernah mengontrolkan Ibu.S, ibu.S hanya
minum obat rematik yang beli diwarung itupun jika sendi-sendinya terasa
nyeri.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Bpk.W mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan terhadap
orang yang terkena rematik.
d. Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
Ny. S mengatakan tidak ada jendela dimasing – masing kamar tidurnya.
Keluarga Ny.S mengatakan cahaya matahari tidak bisa sampai masuk sampai
kamar. Pada saat pengkajian Jendela ruang tamu dan lantai agak kotor,
ventilasi dikamar dan ruang tamu kurang, ruangan hanya menggunakan
penerangan listrik tapi redup. Tampak tumpukan barang-barang yang tidak
teratur diruang tamu.
e. Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada
Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu dokter atau
pelayanan kesehatan lain seperti Puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ibu.S sudah memiliki 2 anak, dimana anak—anaknya lmasih sekolah.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Bpk.W mengatakan penghasilan suami dan Ibu.S dirasa hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–harinya dan belum termasuk biaya
kesehatan yang ringan sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit dan biaya
kesehatan kurang maka Ibu.S Merasa berat dalam membiayai anggota keluarga
yang sakit.

18
6. Fungsi pendidikan
Ibu.S mengatakan tingkat pendidikan saya hanya sampai pada SD, Sama dengan
suami saya. Saya berharap nantinya anak saya bisa sampai melanjutkan ke
Perguruan tinggi.
7. Fungsi religus
Ibu.S mengatakan semua anggota keluarga beragama islam, saya mengetahui
banyak tentang agama dari keluarga dan masyarakat, saya jarang mengikuti acara
kegiatan keagamaan seperti mauludan, tahlilan, dan pengajian-pegajian.
8. Fungsi sosialisasi
Ibu.S mengatakan Saya dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan acara
tahlilan, mauludan PKK, dan kegiatan Rtan tapi jaarang.
9. Fungsi rekreasi.
Keluarga menggunakan fungsi rekreasi dengan berkumpul bersama keluarga pada
malam hari dan diisi dengan menonton Tv.

F. Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek
Ibu.S mengatakan merasa khawatir dengan masalah lingkungannya, karena akhir
– akhir ini dikampungnya masih banyak yang terkena demam berdarah. Dan
ditambah dengan sering terjadi banjir
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa berat maka mereka akan
memecahkannya secara bersama-sama dengan jalan musyawarah keluarga sampai
ketemu jalan pemecahannya dengan tidak saling memaksakan dan menyakiti yang
lain.
3. Strategi Koping Yang digunakan
Jika ada masalah keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi dengan
orang yang lebih tahu
4. Strategi adaptasi disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan mereka cenderung
megesampingkan sebelum masalah tersebut parah.

19
G. Pemeriksaan Fisik

NAMA ANGGOTA KELUARGA (Inisial)


PEMERIKSAA
N FISIK
Ny.S
Tn.W An.M An.R
KEPALA :
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
pucat tidak pucat pucat pucat
Hidung
Tdk ada sinusitis Tdk ada sinusitis Tdk ada sinusitis Tdk ada sinusitis

Telinga Tidk ada serumen Tidk ada serumen Tidk ada serumen Tidk ada serumen

Gigi – mulut Bersih, Tidak ada Bersih, sedikit Bersih, gigi Bersih, ada caries
caries caries kuning

LEHER : Tidak ada


Tonsil Tidak ada tonsilitis tonsilitis
Tidak ada tonsilitis Tidak ada tonsilitis

Tidak terjadi Tidak terjadi


kelenjar Tidak terjadi Tidak terjadi
pembesaran pembesaran
pembesaran pembesaran kelenjar
kelenjar kelenjar
kelenjar

DADA :
Bentuk dada Simetris Simetris Simetris Simetris

Jantung Normal Normal Normal Normal

Paru Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan

Gerakan Simetris Simetris Simetris Simetris

PERUT :

20
Bising usus (+) (+) (+) (+)

Nyeri tekan (-) (-) (-) (-)

EXTREMITAS
Gerakan
Bebas utk bergerak Bebas bergerak Bebas bergerak Bebas bergerak

Kelainan
(-) Keram (+) (-) (-)

LAIN – LAIN :
Tekanan 100/80mmHg
130/80 mmHg 120/80 mmHg 90 x/mnt
Darah 80 x/mnt
80 x/mnt 80x/mnt 24 x/mnt
Nadi
24 x/mnt
Respirasi 20 x/mnt 24x/mnt 36,7oC
Suhu 37oC 30 Kg
36,5oC 65 Kg 36,5oC 55 Kg
Berat badan 50 Kg

H. Harapan Keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat dalam mengatasi masalah Ibu.S
dan masalah lainnya. Sehingga Ibu.S dapat melakukan aktivitas sehari—harinya tanpa
ada gangguan.

II. ANALISA DATA


No D a t a Masalah Penyebab
1 Data subjektif Nyeri sendi pada Ny.S Ketidakmampuan
keluarga mengenal
Ny H mengatakan sering
masalah rematik
mengalami nyeri pada
daerah persendian
Data objektif
Skala nyeri : 5( 0-10)
Pergelangan kaki
Ny.S Tampak agak
bengkak
Sering mngeluh
didaerah persendian,

21
keluhan paling sering
dirasakan terutama
ketika berdiri dari duduk
lama

Data Subyektif :
2 kurang pegetahuan tentang Kurangnya
Ny.S mengatakan tidak proses penyakit informasi
kesehatan oleh
mengetahui penyebab
keluarga Tn.W
keluhan.
Data Obyektif :
Klien tampak banyak
bertanya tentang
penyakit

Perumusan Diagnosa Keperawatan


Untuk menentukan prioritas masalah dalam rencana keperawatan keluarga Ny.H
maka terlebih dahulu dibuat skor untuk menentukan prioritas masalah kesehatan sebagai
berikut :
No. Diagnosa Keperawatan (PES)

1 Nyeri sendi b/d ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit reumatik ditandai


dengan :
Ny H mengatakan sering mengalami nyeri pada daerah persendian
Skala nyeri : 5( 0-10)
Pergelangan kaki Ny.S Tampak agak bengkak
Sering mngeluh didaerah persendian, keluhan paling sering dirasakan terutama
ketika berdiri dari duduk lama
2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit

22
Penilaian (Skoring) diagnosa keperawatan
1. Nyeri sendi b.d. ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit rematik
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Ny.s mengatakan nyeri pada
kakinya dan berat untuk berjalan

Keluarga mempunyai dana dan


2. Kemungkinan 2/2 x 2 2
kemampuan intelektual bila
masalah dapat
diberikan penyuluhan tentang
diubah.
reumatik

3.
Potensi masalah
Keluarga menyadari adanya
untuk dicegah. 2/3 x 1 2/3 masalah tetapi kurang
menyadari dampak bila anggota
keluarga yang sakit tidak
dikontrol secara teratur.

4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Ny.S mengatakan sangat


masalah. terganggu dengan rematiknya
karena mengurangi aktifitasnya
dan kadang mengganggu
istirahatnya pada saat malam
hari dan

Total skor 4 2/3

23
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ketidaktahuan keluarga tentang
masalah penyakit reumatik
merupakan bahaya terhadap
kondisi klien.

2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Keluarga Tn.W mengatakan jika


masalah dapat da anggota keluarga yg sakit
diubah. segera dibawa ke puskesmas
terdekat,namun belum ada
petugas yang menjelaskan
bagaimana penyakitnya

3. 2/3 x 1 2/3 a. Penyakit rematik


Potensi masalah
untuk dicegah. memungkinkan untuk dicegah
dengan menghindari faktor
resiko
b. keluarga mau diajak
kerjasama (kooperatif).

Bila tidak segera ditangani maka


4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 akan timbul terus penyakitnya.
masalah.

Total skor 3 4/3

24
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri sendi b/d Untuk - Klien dapat  Kaji skala,  Untuk
mengurangi
ketidakmampuan menyebutkan durasi, menentukan
rasa nyeri
keluarga mengenal yang lokasi, durasi, intensitas dan intensitas
dirasakan skala, lokasi nyeri yang
penyakit reumatik klien
intensitas pada Ny H dirasakan
Ditandai dengan:
nyeri yang di  Jelaskan pada klien dan
Data subjektif
rasakan. klien tentang menentukan
Ny H mengatakan -Klien mau penyebab tindakan
sering mengalami
nyeri pada daerah melakukan nyeri yang di berikutnya
persendian tindakan yang rasakan  Untuk

Data objektif diajarkan  Ajarkan mengurangi


perawat untuk tehnik rasa nyeri
Skala nyeri : 5( 0-10)
mengurangi distraksi dan
Pergelangan kaki
rasa nyeri relaksasi
Ny.S Tampak agak
bengkak  Ajarkan pada
klien untuk
Sering mngeluh di
daerah stimulasi
persendian,keluhan penghilang
paling sering
dirasakan terutama rasa nyeri
ketika berdiri dari dengan cara
duduk lama merendam
kaki di air
hangat.
 Motivasi
keluarga
untuk berobat
ke puskesmas
terdekat jika
terjadi nyeri
hebat,
bengkak pada
tungkai dan
demam.

25
2 Kurang pengetahuan 1). Keluarga 1) Beri 1).Dengan
berhubungan dengan mampu penjelasan diberikan
Keluarga
kurangnya informasi
mampu menyebutkan kepada klien penjelasan
tentang proses penyakit
mengenal
secara dan keluarga menimbulkan
Ditandai dengan : tentang
proses sederhana tentang persepsi yang
Klien tampak banyak
penyakit pengertian pengertian positif sehingga
bertanya tentang
reumatik
penyakitnya reumatik reumatik, diharapkan
2).Keluarga penyebab, dapat memberi
dapat tanda dan motivasi kepada
memahami gejala dari keluarga untuk
tentang tanda reumatik mengenal
dan gejala, serta faktor masalah
penyebab dan resiko. penyakitnya.
faktor resiko
dari reumatik

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari / tgl / Diagnosa
No Implementasi Paraf
waktu keperawatan
1 ........ 1 1. Mengkaji skala, durasi, intensitas dan lokasi
nyeri pada Ny.S
2. Menjelaskan pada klien tentang penyebab
nyeri yang di rasakan
3. Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
4. Mengajarkan pada klien untuk stimulasi
penghilang rasa nyeri dengan cara
merendam kaki di air hangat.
5. Memotivasi keluarga untuk berobat ke
puskesmas terdekat jika terjadi nyeri hebat,
bengkak pada tungkai dan demam.

26
2 Memberi penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang pengertian reumatik,
penyebab, tanda dan gejala dari reumatik
serta faktor resiko.

V. EVALUASI KEPERAWATAN

No
Hari/tanggal Evaluasi Paraf
Dx.
1 ........ S: klien mengatakan nyeri masih sering
muncul di daerah lutut /persendian
dan pinggang terutama ketika duduk
lama

O : - klien tampak menyeringai saat klien


bangun dari duduk
- Skala nyeri 5 (0-10)

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

2 .......... S : klien dan keluarga mengatakan sudah


mengerti tentang penyakitnya,
penyebab, tanda dan gejala serta faktor
resiko
O : klien dan keluarga tampak
memperhatikan penjelasan yang
diberikan
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan

27
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut
tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian rematik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan
suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit yang
menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri.

28

Anda mungkin juga menyukai