Anda di halaman 1dari 1

Fenomena Gerhana Bulan Total

Tanggal 28 Juli 2018


Terhadap Pola Cuaca

Fenomena alam yang terjadi 28 Juli 2018 memiliki julukan Micro Blood Moon. Saat fenomena alam
itu berlangsung, jarak antara Bumi dan Bulan bisa mencapai 406.000 km, lebih jauh dari jarak
rata-rata yang biasanya mencapai 384.000 km. Pada saat gerhana Bulan total, bulan berwarna
merah darah sehingga disebut blood moon. Warna merah darah tersebut disebabkan pembiasan
cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi sehingga warna merah cahaya Matahari menimpa
purnama.

Kontribusi Gerhana Bulan terhadap gaya pasang surut dan naik air laut pada peristiwa kali ini tidak
besar, tingginya gelombang laut yang terjadi beberapa hari yang lalu hingga hari ini lebih banyak
disebabkan karena dinamika cuaca. Kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudra Hindia
(barat Australia) atau disebut dengan istilah Mascarene High memicu terjadinya gelombang tinggi
di perairan selatan Indonesia, hal ini dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah
kejadian mascarene high di Samudra Hindia (barat Australia) dan terjadinya swell/alun yang
dibangkitkan oleh mascarane high menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatra, Selatan Jawa
hingga P.Sumba. Kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga
berkisar 4.0 – 6.0 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Sementara itu di sebelah
utara Indonesia muncul gangguan cuaca lain, Badai Tropis Jongdari di sebelah timur Philipina.
Badai tropis ini menyebabkan dinamika cuaca menjadi meningkat terutama di utara ekuator
Indonesia, termasuk Sumatera Barat.

Kewaspadaan akan potensi gangguan cuaca seperti hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi
masih perlu diwaspadai, terutama dampak yang ditimbulkannya. BMKG telah mengeluarkan
Peringatan Gelombang Tinggi untuk periode tanggal 26 – 29 Juli 2018, tinggi gelombang antara
1,25 – 2,5 M berpeluang terjadi di Perairan timur Kepulauan Mentawai. Nelayan,
Pengguna/operator sarana transportasi laut dan masyarakat disekitar pesisir untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang tengah terjadi, serta dihimbau untuk terus mencermati
update informasi yang dikeluarkan oleh BMKG, untuk kenyamanan aktifitas sehari-hari.

Kepala BMKG Minangkabau


Achadi Subarkah Raharjo

Anda mungkin juga menyukai