Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN NEUROLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

VERTIGO

OLEH :

Sartika Eka Putriana Nawir Nur, S.Ked

10542 0548 14

PEMBIMBING:

dr. ANDI WERI SOMPA, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama :Sartika Eka Putriana Nawir Nur, S.Ked.

NIM : 10542054814

Judul Laporan Kasus : Vertigo

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik pada bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, 05 Desember 2018

Pembimbing

dr. Andi Weri Sompa, M.Kes., Sp.S


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. IA
Usia : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Kalumpang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Masuk RS : 21 November 2018

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pusing Berputar
Anamnesis terpimpin :
Seorang pasien Perempuan berumur 78 tahun dibawa keluarganya ke RS
dengan keluhan merasa pusing seperti melihat semuanya berputar, sejak tadi
pagi . Pusing berputar ini sudah beberapa kali dirasakan. Saat pusing pasien
merasa mual sampai muntah. Pusing sudah mulai berkurang kadang timbul
tiba-tiba dicetuskan oleh perubahan posisi seperti pada saat pasien ingin
berdiri dan hilang tiba-tiba beberapa menit hingga jam kemudian. Tidak ada
gangguan pendengaran maupun suara berdengung. Bab dan Bak dalam
batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak ada riwayat trauma
- Riwayat tekanan darah tinggi (+)
- Tidak ada riwayat sakit jantung
- Tidak ada riwayat sakit kencing manis
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupa
Riwayat Sosial dan Kebiasaan:

- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga


- Tidak suka mengkonsumsi jamu – jamuan
- Tidak suka mengkonsumsi obat anti nyeri

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis :
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Anemia : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
2. Status Internus :
Toraks : Paru dan Jantung dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik (+). Normal, Nyeri tekan (-)
3. Status Psikiatri :
- Perasaan hati : Dalam batas normal
- Perasaan berfikir : Dalam batas normal
- Kecerdasan : Dalam batas normal
- Memori : Baik
- Psikomotor : Tenang
4. Status Neurologis :
a. GCS : E4M6V5
b. Kepala :
- Bentuk : Normocephal
- Penonjolan : (-)
- Posisi : (-)
- Pulsasi : (-)
c. Leher :
- Sikap : Dalam batas normal
- Pergerakan : Dalam batas normal
- Kaku kuduk : (-)
d. Urat saraf cranial (Nervus Kranialis)
1) Nervus I (Nervus Olfaktorius) : Dalam batas normal
2) Nervus II (Nervus Optikus) :
- Ketajaman Penglihatan : dbn / dbn
- Lapangan Penglihatan : dbn / dbn
- Melihat Warna : dbn / dbn
- Funduskopi : dbn / dbn
3) Nervus III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens) :
 Celah kelopak mata : Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Exoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (+) (+)
 Pupil :
Bentuk/ukuran : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
RL/RCL : (+) (+)
Refleks konsensuil : (+) (+)
Refleks akomodasi : (+) (+)

 Gerakan Bola mata


Paresis : (–) (–)
4) Nervus V (Nervus Trigeminus) :
 Sensibilitas wajah : Dalam batas normal
 Menggigit : Dalam batas normal
 Mengunyah : Dalam batas normal
 Refleks masseter : Dalam batas normal
 Refleks kornea : Dalam batas normal
5) Nervus VII (Nervus Fasialis) :
 Mengerutkan dahi : Dalam batas normal
 Menutup mata : Dalam batas normal
 Gerakan mimik : Dalam batas normal
 Bersiul : Dalam batas normal
 Pengecap 2/3 lidah depan : Dalam batas normal
6) Nervus VIII (Nervus Vertibulokokhlearis) :
 Suara berbisik : Dalam batas normal
 Tes Rinne : Dalam batas normal
 Tes Weber : Dalam batas normal
7) Nervus XII (Nervus Glossofaringeus) :
 Pengecap 1/3 lidah belakang : Dalam batas normal
 Sensibilitas faring : Dalam batas normal
8) Nervus X (Nervus Vagus) :
 Arkus faring : Dalam batas normal
 Berbicara : Dalam batas normal
 Menelan : Dalam batas normal
 Nadi : Reguler
9) Nervus XI (Nervus Aksesorius) :
 Memalingkan kepala : Dalam batas normal
 Mengangkat dagu : Dalam batas normal

10) Nervus XII (Nervus Hipoglossus) :


 Pergerakan lidah : Dalam batas normal
 Tremor lidah : (-)
 Atrofi lidah : (-)
 Fasikulasi : (-)
 Artikulasi : Dalam batas normal
e. Badan dan Anggota Gerak
1) Badan
 Bentuk kol umna vertebralis :Dalam batas normal
 Pergerakan kolumna vertebralis :Tidak dievaluasi
 Refleks kulit perut atas :dalam batas normal/dalam
batas normal
 Refleks kulit perut tengah :dalam batas normal/dalam
batas normal
 Refleks kulit perut bawah :dalam batas normal
 Refleks kremaster :tidak dievaluasi
 Sensibilitas
- Taktil : Dalam batas normal
- Nyeri : Dalam batas normal
- Suhu : Dalam batas normal
2) Anggota Gerak
 Motorik :

 Refleks Fisiologik :
Biseps : (+) / (+)
Triseps : (+) / (+)
Radius : tidak dievaluasi
Ulna : tidak dievaluasi
 Refleks Patologik :
Hoffman – Tromner : (-) / (-)
Babinski : (-) / (-)
Chaddock : (-) / (-)
Gordon : (-) / (-)
Schaefer : (-) / (-)
Oppenheim : (-) / (-)
 Klonus : (-) / (-)
 Tes Laseque : (-) / (-)
 Tes Patrick : (-) / (-)
 Tes Kontra-Patrick : (-) / (-)
 Tes Kernig : (-) / (-)
 Sensorik :
Sup(D) Sup(S) Inf(D) Inf(S)

Nyeri : (N) (N) (N) (N)

Suhu : (N) (N) (N) (N)

Raba : (N) (N) (N) (N)

Rasa sikap : (N) (N) (N) (N)

Diskriminasi : (N) (N) (N) (N)

 Koordinasi, Gait dan Keseimbangan :


Cara berjalan : Tidak dievaluasi
Tes Romberg : Tidak dievaluasi
Ataksia : Tidak dievaluasi
Rebound phenomenon : Tidak dievaluasi
Dismetri : Tidak dievaluasi
 Gerakan – gerakan abnormal :
Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Mioklonus : (-)
Khorea : (-)
 Otonom :
Miksi : lancar
Defekasi : baik
f. Fungsi Luhur
 Memori : Dalam batas normal
 Fungsi Bahasa : Dalam batas normal
 Visuospasial : Dalam batas normal
 Praksia : Dalam batas normal
 Kalkulasi : Dalam batas normal
g. Pemeriksaan Khusus (Dix-Hallpike)
 Tidak dalam evaluasi.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
 Kolestrol Total : 203 mg/dl (<200)
 Trigliserida : 59 mg/dl (<150)
 Kolestrol HDL : 56 mg/dl (>40)
 Kolestrol LDL : 165 mg/dl (<100)
Foto CT Scan Kepala :

- Brain atrophy
- Sinusitis maxillaris sinistra
E. DIAGNOSA
 Diagnosa klinis : Vertigo perifer
 Diagnosa topis : Organ vestibularis
 Diagnosa etiologik : Benigna Proximal positional vertigo
(BBPV)

F. PENATALAKSANAAN
Terapi UGD :
 IVFD RL 20 tetes per menit
 Citicolin 500mg/12jam/intravena
 Ranitin 1 amp/12jam/intravena
 Ondesartan 1 amp/24jam/intravena
 Flunarizin 2x1
 Vastigo 3x1

G. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia ad bonam

Qua ad sanationem : Dubia ad bonam


FOLLOW UP RUANGAN
Sejak 21 November 2018 – 26 November 2018

Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi


21/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit kepala (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitidin 1 amp/12jam/intravena
TD = 200/100 mmHg -Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 24 x/menit - Flunarizin 2x1
N = 90x/menit - Vastigo 3x1
S = 36 oC
GCS=E3V5M6
Motorik:

P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo +HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
22/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit kepala (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitin 1 amp/12jam/intravena
TD = 150/70 mmHg - Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 24 x/menit - Vastigo 3x1
N = 80x/menit - Amlodipin 10mg 1x1
S = 36 oC - Dexamethason 2amp/intravena
GCS=E4V5M6 - PDNA 2x1
Motorik: - Dimenhidrinat 2x1

P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
23/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit Kepala (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitin 1 amp/12jam/intravena
TD = 140/70 mmHg - Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 24 x/menit - Vastigo 3x1
N = 80x/menit - Amlodipin 10mg 1x1
S = 36 oC - PDNA 2x1
GCS=E4V5M6 - Dimenhidrinat 2x1
Motorik: - Simvastatin 10mg 1x1

P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
23/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit Kepala (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitin 1 amp/12jam/intravena
TD = 140/80 mmHg - Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 24 x/menit - Vastigo 3x1
N = 80x/menit - Amlodipin 10mg 1x1
S = 36 oC - PDNA 2x1
GCS=E4V5M6 - Dimenhidrinat 2x1
Motorik: - Simvastatin 10mg 1x1

P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
24/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit Kepala berkurang (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitin 1 amp/12jam/intravena
TD = 140/80 mmHg - Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 24 x/menit - Vastigo 3x1
N = 80x/menit - Amlodipin 10mg 1x1
S = 36 oC - PDNA 2x1
GCS=E4V5M6 - Dimenhidrinat 2x1
FKL=Normal - Simvastatin 10mg 1x1
Motorik:

P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N

Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
25/11/18 S: Pusing Berputar (+) - IVFD RL 20 tetes per menit
Sakit Kepala berkurang (+) - Citicolin500mg/12jam/intravena
O: - Ranitin 1 amp/12jam/intravena
TD = 130/90 mmHg - Ondansetron 1amp/24jam/intravena
RR = 20 x/menit - Vastigo 3x1
N = 85x/menit - Amlodipin 10mg 1x1
S = 36 ,5oC - PDNA 2x1
GCS=E4V5M6 - Dimenhidrinat 2x1
Motorik: - Simvastatin 10mg 1x1
(aff infus)
P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
26/11/18 S: Pusing Berputar (+) - Vastigo 3x1
Sakit Kepala (-) - Amlodipin 10mg 1x1
O: - PDNA 2x1
TD = 130/90 mmHg - Dimenhidrinat 2x1
RR = 20 x/menit - Simvastatin 10mg 1x1
N = 80x/menit (usul rawat jalan)
S = 36 ,5oC
GCS=E4V5M6
Motorik:

P K
N N 5 5
N N 5 5

T
N N
N N
Rf Rp
N N - -
N N - -

Sensorik: Normal
Otonom: Normal

A: Vertigo + HT
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Vertigo vestibuler
tipe perifer.
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan utama, yaitu pusing berputar yang
sering dialami. Berdasarkan keluhan utama, kita dapat menyimpulkan bahwa
pasien mengalami vertigo. Ini sesuai definisi vertigo yaitu adanya sensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang
timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. 4
Setelah mengetahui kausa vertigonya, kita mencari kemungkinan
penyebab dari vertigo pada pasien.Penyebab – penyebab tersering dari vertigo
perifer, yaitu BPPV, Meniere’s disease, Labirintitis akut, dan Neuritis vestibuler.
Dan kemungkinan penyebab vertigo dari pasien karena adanya BPPV.

Pada pasien tidak didapatkan tinnitus (rasa mendengung pada telinga) dan
tidak ada gangguan pendengaran, jadi Meniere’s disease dapat disingkirkan.
Tidak ada riwayat demam sebelumnya, dan pada saat sakit pasien tidak
mengalami demam, sehingga kausa infeksi seperti Labirintitis akut dan Neuritis
Vestibuler dapat disingkirkan.
DEFINISI

Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo


termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing,
pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.2

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.1 Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,
salisilat, antimalarial dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan
adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi,
penyakit paru dan kemungkinan trauma akustik.2

Persepsi/sensasi gerakan bisa berupa:


Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu: 2
a. Vertigo vestibular perifer.
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
b. Vertigo vestibular sentral.
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai
kekorteks serebri.

ETIOLOGI

Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain:


akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab
vertigo, adalah:2
a. Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo
(BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin,
labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII,
microvaskular compression, fistel perilimfe.
b. Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi,
demielinisasi, degenerasi.

EPIDEMIOLOGI

BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan


seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat
setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang
yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih
sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.

PATOFISIOLOGI

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan


tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apayang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.6

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut : 6

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)


Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan
proprioceptif, atau ketidakseimbangan /atau asimetri masukan sensorik
yang berasal dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut
menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons
yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit
berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar
(berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai
penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori
iniotak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu,
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-
ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak
lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai
berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistem saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmiter dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
padaproses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing faktor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan
susunan sarafsimpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi
berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS

Keluhan
Vertigo vestibular
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh
gerakan kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah.
1) Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan
posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai mual atau
muntah dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan pendengaran
berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal
seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis.2
Gambaran klinis BPPV:
Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke
satu sisi Pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau
menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan
berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30
detik.Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual,
kadang-kadang muntah.Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa
merasa melayang dan diikuti dis-equlibrium selama beberapa hari
sampai minggu, BPPV dapat muncul kembali.2

2) Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh


oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual
dan muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. Keluhan dapat
disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia,
perioralparestesia, paresis fasialis.2
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas keluhan pasien.Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit
kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
a) Bentuk serangan vertigo:
1. Pusing berputar.
2. Rasa goyang atau melayang.
b) Sifat serangan vertigo:
1. Periodik.
2. Kontinu.
3. Ringan atau berat.
c) Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
1. Perubahan gerakan kepala atau posisi.
2. Situasi: keramaian dan emosional.
3. Suara.
d) Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
1. Mual, muntah, keringat dingin.
2. Gejala otonom berat atau ringan.
e) Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau
tuli.
f) Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
gentamisin, kemoterapi.
g) Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
h) Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
i) Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral
numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia
serebelaris.2
Gejala Vertigo vestibuler Vertigo non vestibuler

Sensasi Rasa berputar Melayang, goyang


Tempo serangan Episodik Kontinu, konstan
Mual dan muntah Positif Negatif
Gangguan Positif atau negative Negatif
pendengaran
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Gambar 1. Perbedaan Vertigo vestibuler dan non vestibuler. 4

GEJALA TIPE PERIFER TIPE SENTRAL


Bangkitan vertigo Lebih mendadak, Lebih lambat,
intermitten konstan
Derajat Vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala Otonom (++) (+)
(Mual, muntah, keringat)
Gangguan Pendengaran (+) (-)
(Tinitus, tuli)
Tanda fokal otak (-) (+)
Nistagmus Selalu ada Dapat hilang
Gambar 2. Perbedaan Vertigo Sentral dan Perifer. 4

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan
darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari
30 mmHg.2
2) Pemeriksaan neurologis
a) Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan
vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo
vestibuler sentral.
b) Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat
mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik,
VII, VIII, IX, X, XI, XII.
c) Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
d) Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
e) Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi).2

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :


1. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada
posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan cerebelar
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.2

Gambar 2. Uji Romberg.2


b. Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri secara bergantian. Pada kelainan
vestibular, perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan
cerebelar penderita akan cenderung jatuh.2

Gambar 3. Uji Tandem Gait.2

c. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan
jalan ditempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama
satu menit.2
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepaladan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.2
Gambar 3. Uji Unter Berger.2

d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan
penderitadisuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian
diturunkan sampaimenyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini
dilakukan berulang-ulangdengan mata terbuka dan tertutup. Pada
kelainan vestibula gerakan terlihat penyimpangan lengan
penderita ke arah lesi.2

Gambar 4. Uji Tunjuk Barany.2

2. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya


disentral atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler

a. Uji Dix Hallpike

Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan


dan kiri.Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita
dibaringkan kebelakang dengan cepat, sehingga kepalanya
menggantung 45°di bawah garis horizontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45°ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakahlesinya perifer atau sentral.2

Perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode


laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurangatau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).2

Gambar 4.Uji Dix Hallpike.2

b. Tes Kalori

Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga


kanalissemisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua
telingadiirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan air
hangat(44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaanirigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal
90-150detik).

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis


atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal
paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik
setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan
pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau N.VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.2

c. Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan


tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan
demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.2

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes Garpu Tala

Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif


dan tuliperseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan
Schwabach.Padatuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber
lateralisasi ke yang tulidan schwabach memendek.2

b. Audiometri

Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti


LudnessBalance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus,
kampusvisus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran danfungsi menelan. Juga fungsi motorik
(kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi)
dan serebelar (tremor,gangguan cara berjalan).2

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.2

1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan


lain sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
4. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).2

4. RENCANA PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)


Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan
penyebabnya), ialah untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibular melalui
modulasi transmisisyaraf, umumnya digunakan obat yang bersifat
antikolinergik.2

Penatalaksanaan
Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
brandDaroff.
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.Setelah itu duduk kembali.
Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30
detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan
malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu
atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.7
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.

Beberapa golongan yang sering digunakan:


1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
a. Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per
oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
b. Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
c. Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
1) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
2) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.2
2. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya
ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.2

PROGNOSIS
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi
berulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyudi, Kupiya Timbul.2012. Vertigo. Medical Departemen, PT Kalbe


Farma. Jakarta.
2. Akbar muhammad. 2013.Diagnosis Vertigo. Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar : Diakses
dari:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9621/DIAGNO
SIS%20VERTIGO-MA.pdf?sequence=1
3. Lempert, T, Neuhauser, H.2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.
4. Badrul M, 2015, Neurologi Dasar Jilid 2, Jakarta :Sagung Seto.
5. Bashir K, 2014, Management of benign paroxismal positional vertigo (BPPV)
in the emergency department, Journal of Emergency Medicine, Trauma and
Acute.
6. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2017 [cited 2017 May
28]. Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia
Kedokteran.
7. Nafsiah Mboi. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta:menkes RI; 2014. P.234-7.diakses pada tanggal 27-
11-2018. Diakses dari: https://www.labcito.co.id/wp-
content/uploads/2015/ref/ref/PMK_No_5_ttg_Panduan_Praktik_Klinis_Dokte
r_di_FASYANKES_Primer.pdf

Anda mungkin juga menyukai