PEMBAHASAN
4.1 Antenatal
Berdasarkan informasi dari ibu, ibu mengaku telah melakukan
pemeriksaan antenatal sebanyak 3x selama hamil menurut Ambarwati 2011
ditetapkan bahwa pemeriksaan antenatal minimal dilakukan 4x selama kehamilan,
dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut, minimal
1 kali pada TM I, minimal 1 kali pada TM II, dan minimal 2 kali pada TM III.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut adalah untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
Penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan adalah melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu, memberikan konseling tentang ketidaknyamanan pada
trimester III, memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan
persalinan.
4.2 Intranatal
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. T dengan keluhan merasakan
mules menjalar dari pinggang ke bagian pinggang dan belum ada pengeluaran
darah, belum ada pengeluaaran air-air dari kemaluan ibu. Menurut (Depkes RI,
2008) tanda-tanda persalinan adalah keluarnya lendir bercampur darah, ada
dorongan meneran, tekanan pada anus, perenium menonjol, vulva membuka.
93
94
Pada kasus ini lamanya kala 1 adalah 8 jam dan kala II adalah 30 menit
berdasarkan teori (Asrinah, 2010) lamanya kala 1 pada primigravida adalah
berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Penatalaksanaan pada kala III yaitu memberitahukan kepada ibu bahwa
akan disuntikan oksitosin 10 IU secara IM dipaha sebelah kiri, melakukan
penjepitan tali pusat dengan klem, kira-kira 3cm dari pusat bayi, Memotong tali
pusat diantara dua klem dengan tangan kiri tetap melindungi badan bayi dari
gunting kemudian mengikatnya, lalu mengganti kain basah dengan pernel kering
dan bersih, dan meletakkan bayi di atas dada ibu dengan meletakan kepala bayi di
antara payudara ibu, memindahkan klem 5cm di depan vulva, dan
mengidentifikasi tanda-tanda pelepasan plasenta, melakukan peregangan tali pusat
terkendali dan melakukan dorsocranial.
Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. T tidak dilakukan IMD, karena
Ny.T mengalami laserasi derajat 1 dengan perdarahan aktif sehingga memerlukan
tindakan penjahitan. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Depkes RI, 2008) segera
setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini
berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu
sendiri.
Kemudian asuhan yang diberikan pada kala IV sudah sesuai dengan teori
menurut (Depkes RI, 2008), yaitu dengan melakukan pemantauan tekanan darah,
nadi,suhu, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
4.3 Postnatal
Asuhan kebidanan postnatal pada Ny. T P7A0 telah dilakukan pada waktu
6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 4 minggu postnatal dan tidak ada tanda bahaya
postnatal pada Ny. T. Asuhan postnatal telah berlangsung namun tidak sesuai
dengan teori, menurut (Saifuddin, 2002) kunjungan nifas berlangsung sebanyak
95
4x, namun pada Ny. T hanya dilakukan 3x sampai 2 minggu dan yang ke 4
minggunya hanya mengikuti jadwal imunisasi bayinya.
Pada pemeriksaan ibu mengatakan tidak mengeluh apapun atau
mengalami tanda bahaya nifas seperti yang terdapat pada teori (Depkes RI, 2008),
yaitu demam, perdarahan aktif, keluar cairan berbau busuk dari vagina, sakit
kepala yang hebat, sakit perut yang hebat, serta merasa sulit untuk menyusu
bayinya. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan lochea ibu pada hari ke-6 yaitu
lochea sanguinolenta dan pada 2 minggu pasca persalinan didapatkan lochea alba
ini sudah sesuai dengan teori yang ada menurut (Dewi, 2011).