Bab Ii Tinjauan Teori
Bab Ii Tinjauan Teori
1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit (APN, 2008:hal:37).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai
secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir),
beresiko rendah pada awal persalinan dan persentasi belakang.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina luar (Kapita Selekta,1999).
a) Macam-macam persalinan
1. Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan
ibu sendiri.
2. Persalinan buatan : bila proses persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar.
3. Persalinan anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
b) Pesalinan berdasarkan umur kehamilan dan berat bayi dibedakan
menjadi :
1. Persalinan imatur : persalinan saat kehamilan 20-28 minggu
dengan berat janin 500-1000 gram.
2. Persalinan premature : umur kehamilan 28-36 minggu dengan
berat janin antara 1000-2550 gram.
3. Persalinan aterm : persalinan antara umur kehamilan 37-42
minggu dengan berat janin >2550 gram.
4. Persalinan serotinus : berakhirnya kehamilan setelah usia
kehamilan 42 minggu
5. Abortus : pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu/ bayi dengan BB <500 gram
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1. Power (tenaga)
His
Kontraksi otot-otot dinding perut
Tenaga mengejan
2. Passage (jalan lahir) : Jalan lahir lunak dan sedang
3. Passager (penumpang) : Janin, air ketuban dan plasenta
4. Psikis ibu
5. Penolong
d) Hormone yang mendominasi saat hamil
1. Estrogen
a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim
b) Memudahkan penerimaan rangsangan dri luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin, mekanis
c) Menyebankan otot polos dan otot rahim relaksasi
2. Progesterone : menurunkan sensitivitas otot rahim
2. Etiologi
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan :
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi
kontraksi sehingga menimbulkan proses persalinan
b. Progesteron
Proses penurunan plasenta terjadi mulai umur hamil 28
minggu dimana terjadi penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesterone tertentu.
c. Teori oksitosin interne
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensivitas otot rahim, sensivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat mulai.
d. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dikeluarkan.
e. Teori Hipotalamus/Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensevalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus sehingga ada hubungan antara hipotalamus pituitary
dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
3. Fisiologi
Tahap persalinan
a. Kala 1
Persalinan kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala 1 primigravida berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Kurve Friedmen,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Tanda-tanda persalinan kala 1 menurut
Mochtar (2002) :
1. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan
kecil pada serviks
2. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya
3. Serviks mulai membuka (dilandasi) dan mendatar (effacement)
Fase-fase persalinan kala 1 (Dep Kes RI, 2002) :
a) Fase laten (asuhan persalinan dasar, 2002)
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
2) Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
b) Fase Aktif
1) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm/ lebih/jam hingga pembukaan lengkap (10
cm)
2) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4. Manifestasi Klinis
Gejala persalinan
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pertama tanda yaitu:
Pengeluaran lender dan lender bercampur darah.
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks
1) Perlunakan serviks
2) Pendataran serviks
3) Terjadi pembukaan serviks
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah lengkap : Hb, Ht, WBC, PLT, BTCL
2) USG (Ultrasonografi)
Untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, aktifitas biofisik, cacat
congenital, letak & maturasi plasenta, volume cairan ketuban, dan
kelainan uterus.
3) NST (Non stress test)
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan mengunakan
kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut
jantung dan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada
saat kehamilan maupun persalinan.
4) Pemeriksaan DJJ
Khusus
1. Kala I
Data subyektif
a. Pasien mengeluh nyeri
b. Pasien mengatakan ingin mengedan
c. Pasien mengatakan khawatir dan cemas
d. Pasien bertanya-tanya dengan keadaannya
e. Pasien mengatakan takut bergerak
Data obyektif
Data obyektif
3. Kala III
Data subyektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada alat kelaminya
b. Pasien mengatakan masih bingung dengan keadaan anaknya
Data Obyektif
a. TFU sepusat
b. Pasien tampak meringis
c. Terdapat luka fisiotomi
d. Plasenta lahir
e. Kotiledon lengkap
4. Kala IV
Data subyektif
a. Pasien mangatakan tidak tau tentang bayinya
b. Pasien mengatakan takut BAB dan BAK
c. Pasien mengeluh takut bergerak
d. Pasien mengeluh takut/nyeri pada alat kelaminya
Data obyektif
2. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus pada proses
persalinan
2) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan ibu mengedan
sebelum waktunya
3) Ansietas berhubungan dengan proses persalinan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan terlalu seringnya dilakukan
VT
5) Keletihan berhubungan dengan hilang timbulnya his
Kala II
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus saat melahirkan
2) Resiko syok hipovelemik berhubungan dengan pendarahan
3) Resiko trauma pada bayi berhubungan dengan proses persalinan
4) Resiko aspirasi berhubungan dengan pecahnya air ketuban
Kala III
Kala IV
b. Rencana keperawatan
1) Perencanaan kala I
1. Dx 1 : nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus pada proses
persalinan
Tujuan: nyeri pasien dapat berkurang/ teratasi
Hasil yang diharapkan:
Mengidentifikasi/menggunakan tehnik untuk mengontrol
nyeri atau ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri berkurang
Tampak rileks atau tenang diantara kontraksi
Intervensi :
a) Kaji derajat nyeri melalui isyarat verbal dan nonverbal.
Kaji implikasi pribadi dan budaya dari nyeri.
R/ sikap terhadap nyeri dan reaksi terhadap nyeri adalah
individual dan berdasarkan pada pengalaman masa lalu,
latar belakang budaya, dan konsep diri
b) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
R/ Mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang
menyenangkan
c) Beri kesempatan untuk istirahat
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
2. Dx 2 : Resiko cedera pada bayi berhubungan dengan ibu
mengedan sebelum waktunya
Tujuan : resiko cedera pada bayi tidak terjadi
Hasil yang diharapkan:
DJJ dalam batas normal
Tidak ada perubahan periodek yang berbahaya
Intrvensi :
a) Lakukan pemeriksaan Leopold, maneuver untuk
menentukan posisi janin dan presentasi
R/ abnormalitas seperti wajah, dagu, dan posterior juga
memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan
lama
b) Ajarkan ibu cara mengedan yang baik
R/ saat bukaan lenkap ibu dapat mengedan dengan baik.
c) Posisikan ibu miring kiri
R/ meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindrom
hipotensi terlentang
d) Anjurkan ibu tidak mengedan dan sebelum bukaan lengkap
R/ mengedan sebelum waktunya dapat mengakibatkan
kepala janin terjepit
2) Perencanaan kala II
1. Dx 1 : nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus saat-saat
melahirkan
Tujuan : nyeri pasien terkontrol
Hasil yang diharapkan:
Mengidentifikasi/menggunakan tehnik untuk mengontrol
nyeri atau ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri berkurang
Tampak rileks atau tenang diantara kontraksi
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri pasien (PQRST)
R/ mengetahui tingkat nyeri pasien
b) Berikan posisi yang nyaman
R/ membantu mengurangi nyeri pada pasien
c) Ajarkan metode distraksi
R/ mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang
menyenangkan.
2. Dx 2 : resiko syok hipovelemik b/d pendarahan
Tujuan : tidak terjadinya syok hipovelemik
Hasil yang diharapkan:
Tidak mengalami perubahan TTV
Intervensi :
a) Observasi KU dan TTV setiap 30 menit
R/ untuk mengetahui kondisi pasien
b) Observasi pendarahan
R/ untuk mengetahui secara dini jika terjadi infeksi
c) Kolaborasi dalam pemberian intravena (IVFD)
R/ mengetahui secara tepat berapa kebutuhan cairan yang
diperlukan pasien
4) Perencanaan kala IV
1. Dx 1 : nyeri berhubungan dengan jahitan epysiotomi
Tujuan : nyeri teratasi
Hasil yang diharapkan:
Mengidentifikasi/menggunakan tehnik untuk
mengontrol nyeri atau ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri berkurang
Tampak rileks atau tenang diantara kontraksi
Intrvensi :
a) Kaji skala nyeri
R/ Mengetahui tingkat nyeri pasien
b) Beri posisi yang nyaman
R/ mengurangi rasa nyeri
c) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
R/ mengurangi dan mengalihkan perhatian pasien
d) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R/ mengurangi nyeri
2. Dx 2 : resiko infeksi berhubungan dengan luka efisiotomi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Hasil yang diharapkan:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
a) Kaji tanda ↓ infeksi
R/ mengetahui tanda ↓ infeksi
b) Tekankan tehnik cuci tangan dengan cepat
R/ mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang
c) Pertahankan tehnik aseptic
R/ menurunkan infeksi nonsokomial
d) Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/ mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut
3. Dx 3 : perubahan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri
akibat adanya luka jahitan
Tujuan : tidak terjadinya perubahan pola eliminasi BAB /
BAK
Hasil yang diharapkan:
BAB/BAK lancar
Intervensi :
a) Auskultasi bising usus
R/ perubahan nyeri usus merupakan indikasi adanya
peningkatan / penurunan mobilitas usus.
b) Tingkatkan diet berserat
R/ mengurangi/ membantu mengatur konsistensi vekal
dan menurunkan konstipasi
c) Berikan tindakan berkemih rutin posisi normal
R/ meningkatkan relaksasi otot perineal dan
mempermudah upaya berkemih
4. Dx 4 : menyusui tidak efektif berhubungan dengan luka
bekas jahitan epysiotomi
Tujuan : menyusui efektif
Hasil yang diharapkan:
Melaporkan dapat menyusui
Tidak ada nyeri
Intervensi :
a) Beri dan ajarkan perawatan payudara
R/ memperlancar ASI
b) Beri makanan yang memperlancar pengeluaran ASI
R/ memperlancar ASI
5. Dx 5 : resiko kurangnya cairan berhubungan dengan
pendarahan post partum
Tujuan : kebutuhan akan cairan pasien terpenuhi
Hasil yang diharapkan:
TTv normal
Mukosa bibir lembab
Minum sebanyak 2500 ml/hari
Intervensi :
a) Observasi TTV, membrane mukosa, tugor kulit,
R/indikator kekuatan volume sirkulasi dan untuk
mengetahui KU pasien
b) Catat intake dan output cairan selama 24 jam
R/ membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan
c) Beri banyak minum ± 2500 ml / 1 hari
R/ memenuhi kebutuhan dasar cairan / menurunkan
resiko dehidrasi
3. Implementasi
4. Evaluasi
1. Kala I
1) Nyeri berkurang
2) Cedera tidak terjadi
3) Ibu tidak cemas lagi
4) Tidak terjadi infeksi
5) Rasa keletihan pasien berkurang
2. Kala II
1) Nyeri berkurang
2) Tidak terjadinya syok
3. Kala III
1) Nyeri berkurang
2) Tidak terjadi syok
3) Tidak terjadi infeksi
4. Kala IV
1) Nyeri berkurang atau hilang
2) Infeksi tidak terjadi
3) Tidak terjadi perubahan eliminasi BAB/BAK
4) Menyusui efektif
5) Kebutuhan akan cairan pasien terpenuhi