Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan modern saat ini, selalu saja ada satu waktu dimana manusia
merasa tidak mengerti, tidak tau serta, tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan
yang dihadapinya. Bahkan, orang yang mengedepankan rasional atau seorang yang
sudah berhasil menempuh pendidikan jenjang tertinggi sekali pun suatu saat mengalami
kondisi saat dirinya tidak tau dan tidak mampu. Ketika seseorang merasa tidak tau dan
tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan
membutuhkan kekuatan dari luar dirinya, yang diyakini akan bisa membantu mengatasi
permasalhannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa sang pencipta atau hal – hal lain yang
dianggap mampu dan diyakini mampu membantu mengatasi permasalahan.

Sebagai insan yang beriman tentu saja dalam mengatasi problematika kehidupan
selalu disandarkan pada kekuatan tuhan, tidak dengan cara – cara yang tidak sesuai
dengan agama. Apalagi sebagai umat islam dituntunkan untuk meminta pertolongan
hanya kepada – Nya. Salah satu ekpresi seseorang dalam meminta pertolongan kepada
Allah SAW dengan melalui doa yang dipanjatkan dengan tulus,ikhlas,dan dengan
keyakinan penuh akan terkabulnya doa. Doa merupakan harapan munculnya kekuatan
dari tuhan agar bisa memecahkan permasalahan, doa juga sebagai sugesti seseorang
agar mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kebutuhan dasar spiritual?


2. Apa pengertian doa?
3. Bagaimana tahap – tahap terapi doa?
4. Bagaimana intruksi – intruksi terapi doa?
5. Bagaimana peneliatan terapi doa?
6. Bagaimana pandangan islam mengenai terapi doa?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian kebutuhan dasar spiritual


2. Mengetahui apa pengertian doa
3. Mengetahui bagaimana tahap – tahap terapi doa
4. Mengetahui bagaimana intruksi – intruksi terapi doa
5. Mengetahui bagaimana peneliatan terapi doa
6. Mengetahui bagaimana pandangan islam mengenai terapi doa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Spiritual

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa


dan Maha Pencipta. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
a) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan,
b) Menemukan arti dan tujuan hidup,
c) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri,
d) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga
memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara
diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dan lingkungan) dan
transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan
ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas
meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi
spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur
psikologikal, fisiologikal atau fisik, sosiologikal dan spiritual. Berdasarkan konsep
keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan,
kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati
bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan
dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup
hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari
manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam,
dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000). Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa

3
spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia.
Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia.
Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi,
menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
Kebutuhan dasar spiritual, 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell
dalam Hawari, 2002), yaitu :
a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus menerus
diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup
dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama
manusia (horisontal) serta alam sekitarnya.
c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang.
Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan
bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu
bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
f) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan.
Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan
jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan
persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
h) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat
keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan
Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.

4
i) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Manusia
hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang
disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban
untuk menjaga dan melestarikan alam ini.
j) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.
Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering berkumpul dengan
orang yang beriman akan mampu meningkatkan iman orang tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :
 merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya
didunia/kehidupan,
 mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan,
 menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta,
 membina integritas personal dan merasa diri berharga,
 merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan,
 mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

2.2 Doa
A. Pengertian Doa
Kata doa berasal dari bahasa Latin, yaitu precarious yang berarti untuk
mendapatkan dengan mengemis dan dari precari berarti memohon. Jadi, doa adalah
mengangkat dari hati dan jiwa kemaha tinggi.
Menurut Nouwen, Christensen dan Lairy (2006), doa adalah sikap dari membuka hati
diam-diam selaras dengan roh Allah, mengungkapkan itu sendiri dengan rasa syukur.
Menurut istilah doa berarti memohon kepada Allah swt, secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoi-Nya untuk menjauhkan diri dari
kejahatan atau bencana yang tidak dikehendaki.
B. Sejarah Doa
Doa telah dikenal sejak pertama kali diciptakan manusia yaitu Nabi
Adam. Dalam kitab Khazinatul Asrar diteranngkan sesudah Nabi Adam diciptakan dan

5
ditiupkan ruh, beliau berdoa kepada Allah wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang
lurus yaitu jalan orang-orang yang telah engkau anugrahi nikmat kepada mereka, bukan
jalan mereka yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat yan
terkandung dalam surat Al Fatihah. Mulai saat itu doa digunakan oleh para nabi dan
sebagian umatnya, mereka senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dengan
memanjatkan doa kepada-Nya.
C. Tujuan Berdoa
1. Agar selamat dunia akhirat;
2. Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah swt;
3. Untuk mengunngkapkan rasa syukur kepada Allah swt;
4. Meminta perlindungan Allah swt dari setan yang terkutuk.
D. Manfaat Doa
1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan
hidup yang kita alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah
untuk mengalami stres.
2. Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih
tegar menghadapi peristiwa-perisrtiwa yang terjadi di luar yang
dikehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun.
3. Menjadikan apa yang tidak baik menjadi baik setiaporang yang tekun
berdoa akan memiliki kemampuan untu berubah yang tidak baik menjadi
baik, dibandingkan mereka yang malas berdoa justru menjadikan yang
baik menjadi buruk.
4. Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang
mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena
relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia juga akan
mengalami yang sama kelak di ke abadian.
5. Menurunkan tingkat emosi atau pengarahan mereka yang lebih sering
berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan
kemarahan merekayang sedang mau marah dan kemudian berdoa niscaya
emosinya menjadi stabil.
E. TAHAP-TAHAP TERAPI DO’A

6
1. Tahap Kesadaran Sebagai Hamba

Inti dari terapi ini adalah pembangkitan kesadaran, kesadaran


terhadap kehambaan dan kesadaran akan kelemahan sebagai manusia.
Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan seseorang yang berdoa berada
pada keadaan lemah. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan diri
maka kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. Hakikat berdoa adalah
meminta yang meminta derajatnya harus lebih rendah daripada dimintai.
Untuk itu sebelum seseorang berdoa diharuskan untuk merendahkan diri
di hadapan Allah SWT.

Bentuk kesadaran diri ini dapat dilakukan dengan melihat kepada


diri sendiri misalnya memlihat jantung bahwa jantung itu bergerak bukan
kita yang menggerakkan, darah yang mengalir bukan atas kehendak kita
atau jug dapat melihat masalah yang sedang dihadapi, ketidakberdayaan,
ketidakmampuan, mengatasi hal ini dimunculkan dalam kesadaran
sehingga bukan nantinya dapat menimbulkan sikap menerima dan sikap
pasrah. Pada tahap ini seseorang juga didasarkan akan gangguan
kejiwaan atau penyakit yang dialami. Penyakit tersebut bukan ditolak
namun diterima sebagai bagian dari diri kemudian dimintakan sembuh
kepada Allah SWT.

2. Tahap Penyadaran Akan Kekuasaan Allah SWT.

Selanjutnya setelah diri sadar akan segala kelemahan dan segala


ketidakmampuan diri maka pengisian dilakukan yaitu dengan menyadari
kebesaran Allah SWT kasih saying dan terutama adalah maha penyembuhnya
Allah SWT. Tahap ini juga menimbulkan pemahaman tentang hakikat sakit yang
dialami bahwa sakit berasal dari Allah SWT dan yang akan menyembuhkan
adalah Allah SWT. Penyadaran akan kekuasaan Allah SWT ini dapat dilakukan
dengan melihat bagaimana Allah SWT menggerakan segala sesuatu,
menghidupkan segala sesuatu.

7
Tahap ini juga dapat menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah SWT
atas kemampuan Allah SWT dalam menyembuhkan. Bagaimana seseorang
dapat berdoa bila dirinya tidak mengenal atau meyakini bahwa sang penyembuh
tidak dapat menyembuhkan. Yakin juga bahwa syarat mutlak dari suatu do’a
karena Allah SWT sesuai dengan prasangka hambanya, jika hambanya
menyangka baik, maka Allah SWT baik demikian pula sebaliknya. Kegagalan
utama terhadap jawaban Allah SWT atas do’a yang kita panjatkan kepada Allah
SWT adalah keraguan kita. Sering kali ketika berdo’a namun hati menyatakan
“dikabulkan tidak ya ?” atau mengatakan “mudah-mudahan dikabulkan”.
Kalimat ini dimaksudkan tidak ingin mendahului Allah SWT tapi sebenarnya
adalah meragukan Allah SWT dalam mengkabulkan do’a kita.

Ada perbedaan antara mendahului kehendak Allah SWT dengan


keyakinan yang ditunjukkan kepada Allah SWT. Jika mendahului biasanya
menggunakan kata “seharusnya begini, harus begitu”. Jika kita yakin optimisme
akan kehendak Allah SWT dan tidak masuk pada kehendak Allah SWT. Sebagai
contoh bila kita bedoa “Ya allah, hilangkanlah kesedihan hati saya” maka kita
yakin kepada Allah SWT bahwa Allah SWT memberikan kesembuhan. Hal
yang penting juga adalah afirmasi terhadap do’a yang kita panjatkan bila berdoa
harus yakin dikabulkan, tidak ada alasan lain untuk tidak yakin selain
dikabulkan. Sebab Allah SWT akan mengabulkan apa yang akan kita yakini
daripada apayang kit a baca dalam do’a kita.

3. Tahap Komunikasi

Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami dan sadar akan
kebesaran Allah SWT makan selanjutnya adalah berkomunikasi dengan Allah
SWT sebagai bagian penting dari proses terapi. Tahap komunikasi ini dapat
berbentuk dengan cara :

a. Pengungkapan pengakuan segala kesalahan dan dosa, ini merupakan langkah


awal sebab dengan hati yang bersih kontak dengan Allah SWT akan lebih
jernih.

8
b. Pengungkapan kegundahan hati dan kegelisahan yang dialami, tahap ini
dapat berefek katarsis yaitu memberikan segala permasalahan keluar diri,
dalam kontek ini kita memberikan segala kegalauan hari kepada Allah SWT.
Selain itu, pengungkapan ini kita akan menumbuhkan rasa dekat kepada
Allah SWT. Tahap ini juga merupakan curhatan seorang anak dengan
ibunya, begitu dekat dan tidak ada yang ditutupi, jujur kepada Allah SWT
dan apa yang dirasakan apa yang dipikirkan apa yang menjadi kekhawatiran.
Tahap ini jika dilakukan dengan benar sudah merupakan terapi terhadap
jiwa, seperti halnya seorang klien yang mencurahkan segala unek-uneknya
kemudian didengar oleh psikolognya dengan penerimaan, dengan penuh
kasih sayangnya.
c. Permohonan do’a kesembuhan terhadap apa yang dialami. Permohonan do’a
bukanlah permintaan yang memaksa Allah SWT untuk mengabulkan. Untuk
itu do’a yang dipanjatkan harus disertai dengan kerendahan hati, dengan
segenap sikap butuh kepada Allah SWT. Posisi hamba yang berdoa adalah
meminta dia tidak berhak untuk memaksa, hamba tadi hanya diberi
wewenang untuk meyakini bahwa do’nya dikabulkan bukan memaksa Allah
SWT untuk mengabulkan.
d. Tahap menunggu diam namun hati tetap mengadakan permohonan pada
Allah SWT. Do’a merupakan bentuk komunikasi antara yang meminta dan
yang memberi. Ketika proses permintaan sudah disampaikan maka proses
pemberian (dijawabnya do’a) harus ditunggu karena pemberian atau
dijawabnya bersifat langsung. Syarat untuk dapat menerima jawaban ini
adalah dengan sikap rendah diri, terbuka dan tenang (tidak tergesa-gesa).
Sikap ini akan dapat menangkap kalam Allah SWT (jawaban do’a)yang
tidak berbentuk ucapan tidak berbentuk huruf tapi berbentuk pemahaman,
pencerahan, ilham (enlighment) atau berbentuk perubahan-perubahan emosi
dari tidak tenang menjadi tenang, dari sedih menjadi hilang kesedihannya.
Tahap ini merupaka tahap respon yang diberikan oleh Allah SWT kepada
kita sebagai jawaban doa yang kita panjatkan. Tahap ini juga disertai dengan
sikap pasrah total kepada Allah SWT mengikuti apa maunya Allah SWT

9
dan apa kehendak Allah SWT, sikap ini akan menangkap jawaban Alloh
SWT.

F. Intruksi Untuk Terapi Doa


1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan oleh Allah.
2. Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada
ketegangan otot.
3. Sadari keluhan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran
bahwa kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
4. Sadari kebesaran Allah, lihat alam semesta, bagaimana Allah
menggerakan alam ini, menghidupkan alam ini, Dia Allah yang member
hidup dan member mati. Dia yang member sembuh dan member sakit.
5. Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah.
6. Mintalah kesembuhan kepada Allah.
7. Tetap rileks dan masih pada posisi memohon kepada Allah.
8. Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa
yang dipanjatkan.
9. Menghayati doanya dengan diam, namun tetap ingat memohon kepada
Allah.
G. Penelitian Terapi Doa
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai
strategi coping. Ai, Dunkle, Petterson, dan Bolling (1998) menemukan bahwa
pasien yang berdoa setelah operasi jantung memiliki signifikan penurunan
depresi pada satu tahun dibandingkan dengan pasien setelah operasi tidak berdoa
dan bahwa mereka mengalami kondisi kesulitan secara keseluruhan. Hubungan
antara gereja kehadiran dan kesehatan telah diperiksa oleh Strawbridge, Cohen,
Sema dan Kaplan (1997).
Mereka menemukan bahwa orang yang sering menghadiri gereja
memiliki tingkat kematian lebih rendah dari pada mereka yan menghadiri pada
jarang dasar. Orang yang pergi ke gereja secara teratur juga lebih mungkin untuk
terlibat dalam mempromosikan kesehatan prilaku seperti berolah raga dan tidak

10
merokok. Hasil posirif dari doa belum ditemukan disemua study terakhir dalam
metaanalisis dari study dimana doa digunakan sebagai intervensi, Masters dan
Speilmans (2007) menemukan bukti bahwa doa syafaat jauh memiliki dampak
pada hasil kesehatan. Blumentehal dan Rekan (2007) melaporkan bahwa doa
meditasi dan kehadiran di gereja memberikan kontribusi minimaluntuk
morbiditas jantung menurun di pasien infrak miokard akut yang memiliki
depresi atau rendahnya tingkat dukungan social. Mekanisme bagaimana berdoa,
apakah syafaat pada nama orang lain atau untuk diri sendiri, tidak diketahui.
H. Pandangan Islam Mengenai Terapi Doa
Terapi berdoa merupakan salah satu terapi yang sangat berkhasiat dalm
penyembuhan berbagai penyakit. Tidak hanya untuk kesehatan dan penyakit
fisik, namun terutama bagi ketenangan diri orang yang telah menunaikan ibadah
sholat akan sangat terasa perbedaan ketenangan dirinya. Meskipun tidak dengan
gerakan seperti gerakan sholat yang setiap gerakannya sangat bermanfaat bagi
kesehatan duduk berserah diri kepada Allah dapat menjadi salah satu terapi yang
sangat berkhasiat bagi kesehatan yaitu bermanfaat untuk menenangkan fikiran
serta menjauhkan diri dari beban-beban fikiran.
Dengan demikian, segala manfaat yang dihasilkan oleh terapi berdoa
sangat jelas-jelas positif,sehingga terapi berdoa adalah salah satu terapi yang
sangat dianjurkan sebelum terapi-terapi lain khususnya dalam Islam. Sebelum
terapi-terapi kesehatan dan terapi penyakit fisik lainnya yang paling pertama
dianjurkan adalah sholat serta berserah diri kepada Allah swt. Para ulama tidak
hanya menganjurkan untuk melakukan terapi berdoa ini setiap menghadapi
segala masalah, tetapi para ulama itu sendiri juga melaksanakan terapi.
Sesungguhnya terapi doa ini pada dasarnya diperbolehkan dalam islam
selama tidak merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada
perbuatan syirik. Misalnya, mantra-mantra atau jampi-jampi halmini dilakukan
dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang bukan dari bacaan Al Quran dan
lebih mengharapkan pertolongan dari jin ataupun setan bukan meminta kepda
Allah. Sehingga hal ini tidak boleh dilaksanakan karena termasuk perbuatan
syirik atau menduakan Allah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta. Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan.
Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal
(hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dan
lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan
dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur
spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual.
Kata doa berasal dari bahasa Latin, yaitu precarious yang berarti untuk
mendapatkan dengan mengemis dan dari precari berarti memohon. Jadi, doa adalah
mengangkat dari hati dan jiwa kemaha tinggi. Doa telah dikenal sejak pertama kali
diciptakan manusia yaitu Nabi Adam. Tujuan Berdoa agar selamat dunia akhirat;
memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah swt; untuk mengunngkapkan rasa
syukur kepada Allah swt; meminta perlindungan Allah swt dari setan yang terkutuk.

3.2 Saran
Peningkatan spiritualitas dalam diri setiap individu sangat penting untuk
diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan melakukan meditasi. Penting juga
diperhatikan pemenuhan nutrisi spiritual. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan.
Dengan meningkatkan spiritualitas dalam diri, maka koping yang kita miliki juga akan
meningkat. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kesehatan dalam kondisi
yang optimal.
Perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual sangat penting
bagi manusia dalam berbagai hal. dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan agar
seorang tenaga kesehatan tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi

12
klien dengan gangguan spiritualitas. perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang
kuat bagi klien kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian
spiritualitas. untuk itu seorang perawat tidak boleh mangesampingkan masalah
spiritualitas klien.

13
Daftar Pustaka
Snyder PhD, RN, Mariah dkk. 2006. Complementary & Alternative Theraphies
in Nursing. New York:SPRINGER PUBLISHING COMPANY.
http://kotamedan.wordpress.com/category/terspi-doa/
http://binmuhsinhabbatussauda.blogspot.com/2009/11/pengobatan-menurut-
pandangan-islam.html
http://susipurwati.blogspot.co.id/2010/01/konsep-kesehatan-spiritual.html

14

Anda mungkin juga menyukai