Anda di halaman 1dari 35

PRODUKSI SINAR-X

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Fisika Radiodiagnostik
Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si ,MT

Disusun oleh :
Kelompok 1/2B
1. Dimas Achmad Nur P1337430215028
2. Indra Laksono P1337430215060
3. Tria Antoni P1337430215081
4. Arum Sekaring Putri P1337430215023
5. Arum Susilowati P1337430215037
6. Anisa Damayanti S.P P1337430215019
7. Friscilla Hermayurischa P1337430215080
8. Lisa Khofianida P1337430215043
9. Istianah Sofiyah N P1337430215034
10. Karina Widya Nastiti P1337430215066
11. Wahyu Indriyani P1337430215087
Kelas : 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai Interaksi Radiasi
dengan Materi. Penyusunan makalah ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Radiodiagnostik.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini khususnya :

1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App, Sc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Semarang.
2. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes selaku ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Sri Mulyati, S.Si, MT selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika
Radiodiagnostik

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saranyang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga Makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya
dibidang intervensi radiologi. Aamiin.

Semarang, 9 Maret 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman

Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Roentgen

menyalakan sumber listrik tabung untuk melihat penelitian sinar Katoda, beliau

mendapatkan bahwa sejenis cahaya berpendar pada layar yang terbuat dari barium

platino cyanida yang kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik

dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang. Roentgen segera menyadari bahwa

sejenis sinar yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam tabung sinar katoda.

Karena sebelumnya tidak pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X

namun untuk menghargai jasa beliau dalam penemuan sinar-X ini maka seringkali

sinar itu dinamai juga sinar Roentgen.(Mukhlis Akhadi:1997)

Penemuan Sinar-X ternyata mampu mengantarkan ke arah terjadinya

perubahan mendasar dalam bidang kedokteran. Dalam kegiatan medis, Sinar-X

dapat dimanfaatkan untuk diagnosa maupun terapi. Dengan penemuan sinar-X ini,

informasi mengenai tubuh manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu

melakukan operasi bedah.

Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya elektron oleh

pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain

adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk melalui proses ini disebut

sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian

mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetik partikel bermuatan

pada waktu terjadinya perlambatan.


Pada pembentukan sinar-X dibutuhkan energy untuk menghasilkan
sinar-X. energy yang dibutuhkan oleh tabung sinar-X cukup besar terutama pada
beda potensial yang diberikan diantara katoda dengan anoda yaitu berorde 103
volt atau ribuan volt. Energy lain yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X
adalah kuat arus yang dikalikan dengan waktu yang diberikan filament yang
berada di katoda.untuk perkalian antara arus dan waktu ini, energy yang
diberikan nilainya sangat kecil yaitu berorde 10-3 ampere second atau mili
ampere second. Kedua kombinasi energy ini sangat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.
Berdasarkan keterangan di atas, beda potensial dan perkalian kuat arus
dengan waktu dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X, ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X yang sampai ke
film. Faktor tersebut adalah jarak yang digunakan pada pemeriksaan sinar-X.
perbedaan jarak antara yang satu dengan yang lain akan menyebabkan perbedaan
pada kualitas dan kuantitas sinar-X yang sampai ke film meskipun kualitas dan
kuantitas sinar-X sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X sama apabila beda
potensial dan perkalian kuat arus dengan waktu yang sama.
Hal-hal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X baik itu
yang keluar dari tabung sinar-X ataupun yang sampai ke film disebut dengan
faktor eksposi. Berdasarkan keterangan di atas, faktor eksposi terbagi atas beda
potensial atau tegangan tabung yang dinyatakan dalam kilovolt (kV), perkalian
kuat arus dengan waktu yang dinyakan dengan mili ampere second (mAs), dan
jarak pemotretan (FFD) yang dinyakan dalam cm. Selain faktor eksposi, ada
faktor lain juga yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X yaitu filtrasi.

Hal ini berkaitan dengan dosis radiasi yang diterima pasien saat
pemeriksaan berlangsung, dosis radiasi yang tepat tidak akan menimbulkan efek
negatif pada pasien, agar dosis radiasi yang tepat dapat diberikan maka
diperlukan filtrasi yang cukup untuk mengabsorbsi sinar-X ber energi rendah.
(Nova Rahman, 2009)
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:

1. Menjelaskan apa itu Sinar X.

2. Menjelaskan sifat-sifat sinar X.

3. Menjelaskan proses terbentuknya sinar X.

4. Apakah yang dimaksud dengan kualitas sinar-X dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya ?
5. Apakah yang dimaksud dengan kuantitas sinar-X dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa itu sinar X.

2. Untuk mengetahui sifat-sifat sinar X.

3. Untuk mengetahui proses terbentuknya sinar X.

4. Untuk mengetahui pengertian dari kualitas sinar-X dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya
5. Untuk mengetahui pengertian dari kuantitas sinar-X dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mengetahui

tentang apa itu sinar X, sifat-sifat sinar X, proses terbentuknya sinar X, dan

kualitas kuantitas sinar X kemudian dapat dijadikan sebagai latihan tatacara

penulisan makalah yang baik dan benar untuk menjadi patokan pembuatan KTI

nantinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SINAR X

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, Tetapi dengan panjang

gelombang yang sangat pendek. Sinar X bersifat heterogen, panjang

gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara sinar X dengan sinar

elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang

gelombang sinar X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang

cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar X

dapat menembus benda-benda. (Sjahrial Rasad, 2005).

Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik atau sering juga disebut

sebagai foton, yang didefenisikan sebagai suatu gelombang yang terdiri atas

gelombang listrik dan gelombang magnit. Gambar berikut menunjukkan keluarga

gelombang radio, cahaya, tampak, sinar X, hingga sinar kosmetik.

Pengelompokan tersebut dibedakan atas tingkat energy atau panjang gelombang

Catatan : semakin tinggi energy suatu gelombang elektromagnetik, semakin

pendek panjang gelombang (ƛ) nya


Gambar 1. Tingkat energi gelombang elektromagnetik

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR

NASIONAL(2006)

Sinar X merupakan salah satu gelombang elaktromagnetik yang mempunyai

energi relatif besar sehingga daya tembusnya tinggi, bahkan dapat menembus

lapisan logam.(Pusat pendidikan dan pelatihan badan tenaga nuklir nasional:2006)

Sinar ini dapat menembus benda-benda lunak seperti daging dan kulit tetapi

tidak dapat menembus benda-benda keras seperti tulang, gigi, dan logam.

Sinar-x ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran untuk memotret

kedudukan tulang atau organ dalam tubuh manusia. Meskipun besar menfaatya,

penggunaan sinar-x harus memperhatikan prosedur keadaan pasien. Karana daya

tembusnya cukup besar, jaringan tubuh manusia dapat rusak terkena paparan

sinar-x terlalu lama. Oleh karana itu, pemancaran sinar-x pada pasien diusahakan

sesingkat mungkin.

B. SIFAT-SIFAT SINAR X

1. Sifat-sifat sinar X (Sjahrial Rasad, 2005)

Sinar X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran,

penyerapan, efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionosasi, dan efek

biologic.
a. Daya tembus

Sinar X dapat menembus bahan, dengan daya sangat besar dan

digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang

digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau

kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.

1) Sifat ini dimanfaatkan untuk kepentingan diagnostik dan terapi

2) Daya tembus sinar-x tidak dipengaruhi oleh bukan sifat fisis objek akan

tetapi dipengaruhi oleh beberap faktor :

a) Energi sinar-x

b) Kosentrasi atau densitas dari objek yang ditembus

Makin banyak sinar-x yang menembus objek maka makin banyak

sinar-x sampai ke film maka makin hitam film.

c) Nomer Atom bahan

d) Tebal bahan yang dilalu

b. Pertebaran (hamburan)

Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas

tersebut akan bertebarab ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekender

(radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada film

akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat

radiasi hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.

Grid terdiri atas potongan-potongan timah tipis yang letaknya sejajar,

masing-masing dipisahkan oleh oleh bahan tembus sinar.


c. Penyerapan

Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat

atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat

atomnya, makin besar penyerapannya.

d. Efek fotografik

Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida)

setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) dikamar gelap.

e. Pendar fluor (fluoresensi)

Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat

atau zink-sulfid) memendarkan cahaya (iluminisensi), bila bahan tersebut

dikenai radiasi snar X. Luminisensi ada 2 jenis yaitu:

1) Fluoresensi

Yaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar X saja.

2) Fosforisensi

Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi

sinar x sudah dimatikan (after-glow).

f. Ionisasi

Efek primer sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat akan

menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.


g. Efek biologic

Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.

Efek biologik ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi (Sjahrial Rasad,

2005).

2. Sifat-sifat sinar X (dr.J.F.Gabriel:1988)

a. Menghitamkan plat potret (film)

b. Mengionisasi gas

c. Menembus beberapa zat

d. Menimbulkan flurosensi

e. Merusak jaringan.

3. Sifat-sifat sinar X (Kardiawarman, Ph. D:1996)

a. tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus, dan dapat

mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak.

b. daya tembusnya lebih tinggi dari pada cahaya tampak, dan dapat

menembus tubuh manusia,kayu, beberapa lapis logam tebal.

c. dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada

film fotografi (radiograf).

d. sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = hf.

e. orde panjang gelombang sinar-x adalah 0,5-2,5Ǻ. (sedangkan orede

panjang gelombanguntuk cahaya tampak = 6000 Ǻ). Jadi letak sinar-x

dalam diagram spektrum gelombang elektromagnet adalah antara sinar

ultra violet dan sinar gama.


f. satuan panjang gelombang sinar-x sering dinyatakan dalam dua jenis

satuan yaitu angstroom (Ǻ) dan satuan sinar-x (X Unit = XU). 1 kXU

= 1000 XU = 1,00202 Ǻ.

g. Persamaan gelombang untuk medan listrik sinar-x yang terpolarisasi

bidang adalah Ë= A sin 2𝜋(x/ƛ-ft) = A sin (kx-ωt). Intensitas sinar-x

adalah dE/dt (rata-rata aliran energi persatuan waktu) per satu satuan

luas yang tegak lurus arah rambat. Nilai rata-rata intensitas sinar-x ini
𝑒𝑟𝑔𝑠
adalah berbanding lurus dengan A2. Satuan intensitas adalah 𝑑𝑒𝑡.𝑐𝑚2

C. PROSES TERBENTUKNYA SINAR X

1. Proses terbentuknya sinar X (Sjahrial Rasad, 2005)

Dalam urutan prosesnya adalah sebagai berikut:

a. dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron

akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan kealat pemusat

(focusing cup)

b. Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran (target) dengan memilih

potensial tinggi.

c. Awan-awan katoda (filament) dipanaskan (lebih dari 20.000°c) sampai

menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.

d. Karena panas, electron-elektron dari katode (filament) terlepas.

e. Sewaktu electron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga

terbentuk panas (>99%) dan sinar X (<1%).

f. Pelindung (perisai) timah akan memecah keluarnya sinar X dari tabung.

Sehingga sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

g. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan electron ditiadakan

oleh radiator oendingin (Sjahrial Rasad, 2005)


2. Proses terbentuknya sinar X (Hoxster:1982)

Gambar 2 Skema tabung sinar-X (Hoxster:1982)

Keterangan gambar:

1. Katoda 4. Keping wolfarm 7. Anoda

2. Filamen 5. Ruang hampa 8. Diapragma

3. Bidangfokus 6. Selubung 9. Berkas sinar guna

Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut,

beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber

yang bertegangan tinggi. Produksi sinar-X dihasilkan dalam suatu tabung

berisi suatu perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X yaitu

bahan penghenti atau sasaran dan ruang hampa.

Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen yang dipanaskan.

Dengan sistem fokus, elektron bebas yang dipancarkan terpusat menuju

anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepat dari katoda menuju anoda bila

antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang cukup besar.

Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu

bahan yang ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda

ini menghasilkan sinar-X, pada tumbukan antara elektron dengan sasaran akan
ada energi yang hilang. Energi ini akan diserap oleh sasaran dan berubah

menjadi panas sehingga bahan sasaran akan mudah memuai. Untuk

menghindarinya bahan sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang

biasa digunakan sebagai anoda adalah platina, wolfram, atau tungsten.

Untuk menghasilkan energi sinar-X yang lebih besar, tegangan yang

diberikan ditingkatkan sehingga menghasilkan elektron dengan kecepatan

yang lebih tinggi. Dengan demikian energi kinetik yang dapat diubah menjadi

sinar-X juga lebih besar.

3. Sinar-X dari proses kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :

a. Sinar-X Brehmsstrahlung

Gambar 3.Proses pembentukan sinar X bremsstarhlung.

Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000

Kvolt) yang mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami

pelemahan yg sangat darastis oleh target sehingga menimbulkan sinar-x,

sinar-x yg terjadi dinamakan “sinar-x brehmsstrahlung” or “braking

radiation”. Pada waktu muatan (electron) yang bergerak dengan kecepatan

tinggi (mengalami percepatan), karena adanya beda potensial, muatan

(electron) akan memancarkan radiasi elektromagnetik dan ketika energy


electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik tersebut dalam range

sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan untuk XRD (X-Ray Difraction)

b. Sinar-x karakteristik

Gambar 4. Proses pembentukan sinar X karakteristik.

Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup

tinggi, dapat mengenai electron dari atom target (anoda) sehingga

menyebabkan electron tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang

berada pada sub kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang

ditinggalkan oleh electron tadi, dengan memancarkan sinar-x yang memiliki

energy sebanding dengan level energy electron. Karena sinar-X karakteristik

memiliki Panjang gelombang tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini

banyak diaplikasikan untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam menentukan

struktur material.
D. KUALITAS SINAR-X
Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk
menembus obyek. Daya tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X
melewati obyek atau materi. Satuan kualitas sinar-X disebut Half-value layer
(HVL). HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan penyerap yang
digunakan untuk mereduksi intensitas (kuantitas) sinar-X menjadi setengah dari
nilai sebenarnya. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi
kontras radiografi.
1. Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak)
Tegangan tabung adalah memindahkan satu satuan muatan. Menarik
elektron dari filamen ke permukaan target yang tertanam di anoda. Beda
potensial akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-x karena
perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin
tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas
sinar-x. Pada kenyataannya kVp yg digunakan antara 40-150 kVp. Secara
teori jika intensitas x-ray dinaikkan 2x lipat maka akan menaikkan kVp
sebesar 40%.
Ketika kVp dinaikkan sedangkan mAs diturunkan dengan OD (Optical
Density) tetap maka dosis yang diterima pasien akan turun secara signifikan
mengurangi kontras.
Beda potensial tabung sinar-X (kVp) dapat berpengaruh pada
intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan berpengaruh pula terhadap
citra radiograf yang dihasilkan pada suatu objek. Selain itu, kVp juga
berperan penting dalam kemampuan daya tembusnya dalam menembus suatu
bahan
atau objek terutama terhadap objek yang tebal. Semakin tebal suatu objek maka
semakin tinggi pula kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut
mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Peranan kVp
sangat penting ketika peristiwa Anode Heel Effect dimana apabila ketebalan
suatu objek tidak merata maka penggunakan kVp yang tepat sangatlah
mempengaruhi citra radiografi yang dihasilkan. Dimana ketika melakukan
positioning sebaiknya kita meletakkan objek yang tebal pada sisi katoda
sedangkan objek yang tipis (tidak begitu tebal) diletakkan tepat pada sisi anoda.
Hal ini dikarenakan agar intenstas sinar-X yang diterima oleh objek sama rata.
2. Filtrasi
Pengertian filter adalah suatu bahan yg dapat meningkatkan
kehomogenitasan energi radiasi yg dipancarkan oleh anoda tabung tanpa
absorpsi. Menentukan kualitas berkas dan intensitas Bahan filter yg
digunakan berfungsi utk mengurangi dosis radiasi yg diterima pasien dan
meningkatkan kualitas radiasi.
Berikut adalah jenis – jenis filter.
a. Inherent Filter
Inherent filter adalah material yang terletak di jalan foton sinar-x
dari focal spot (target) untuk membentuk pancaran yang dikeluarkan dari
tabung. Inherent filter terdiri dari glass tabung yg membungkus anoda
dan katoda, oli pada sistem pendingin tabung dan window pada tabung
Setara antara 0,5 – 1 mm Al. Filter ini sudah ada dalam tabung sinar x
atau bawaan dari pabrik.
b. Additional Filter
Additional filter adalah peletakan cakram aluminium di tempat
jalannya sinar-x antara collimator dan tubehead seal. Cakram ini
mempunyai ketebalan 0,5 mm dan berfungsi menghalangi lewatnya foton
sinar-x
berenergi rendah, panjang gelombang lebih panjang, dan tidak berguna
dalam proses diagnosis serta berbahaya bagi pasien. Hasilnya adalah
pancaran foton dengan panjang gelombang lebih rendah, berenergi tinggi,
dan mempunyai tingkat penetrasi lebih tinggi pula untuk proses diagnosis.

3. HVL (Half Value Layer)


HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yg dapat menyerap 50 %
intensitas berkas sinar-X yang mengenainya. Tiap – tiap jenis bahan
memiliki HVL masing-masing. Misalnya HVL untuk diagnostik biasanya
dalam rentang 3– 5 mm Al atau 3 – 6 cm untuk jaringan lunak. Atenuasi
adalah reduksi kualitas x-ray yg dihasilkan melalui absorbsi dan
hamburan. Dalam radiografi, kualitas x-ray diukur dgn HVL. HVL
adalah ketebalan bahan penyerap untuk mengurangi intensitas x-ray
menjadi setengah dari nilai intensitas semula.
Disamping itu, istilah lain yang dikenal dari HVL yaitu QVL
(Quarter Value Layer) dimana merupakan ketebalan bahan (Al) yang
mengakibatkan pengurangan intensitas menjadi ¼ Io.
Istilah lain adalah TVL (tenth value layer) yaitu tebal bahan (Al)
yang dapat menyerap 90% intensitas mula-mula atau intensitas yang
diteruskan tinggal sepersepuluh (10%) nya. Nilai HVL dan TVL suatu
bahan ditentukan dari koefisien serap linier ( ) nya dengan persamaan
berikut :

Nilai utk dan HVL bergantung pada :

a) Jenis bahan perisai radiasi


b) Energi dari radiasi elekromagnetik
Konsep HVL ini berguna untuk menghitung secara cepat tebal perisai
radiasi yang diperlukan hingga level tertentu.
Perhitungan intensitas radiasi yang masih diteruskan setelah melalui suatu
bahan penyerap (penahan radiasi) lebih mudah bila menggunakan konsep
HVL dan TVL.

Dimana n adalah jumlah HVL (x / HVL) sedangkan m adalah jumlah


TVL (x / TVL).

Penambahan HVL dapat etrjadi pada penambahan HVL yang kedua


dan yang ketiga. Penambahan HVL yang kedua disebut dengan 2nd HVL
yang merupakan penambahan ketebalan bahan (Al) pada HVL yang
dihasilkan oleh Io dari ½ Io menjadi ¼ Io. Sedangakan penambahan HVL
yang ketiga disebut dengan 3rd yang merupakan penambahan ketebalan
bahan (Al) yang menghasilkan intensitas sinar radiasi dari ¼ menjadi ½
dari intensitas mula-mula.

Tabel 1. Daftar HVL untuk tegangan puncak tabung tertentu


Tegangan Tabung Jenis bahan filter
10 – 120 kV Aluminium
100 – 250 kV Tembaga
200 – 600 kV Timah
600 – 2MV Pb
>2MV -

Tabel 2. Jenis bahan filter untuk variasi tegangan tabung

Tegangan Tabung Additional Filter HVL


80 kV 0 3,2 mm Al
200 kV 2,0 mm Al 5,4 mm Al
0 0,7 mm Cu
15 mmAl 1,4 mm Cu
1,5 mm Cu 1,6 mm Cu
Gabunggan Sn-Cu-Al 2,0 mm Cu
1000 kV 0,2 mm Pb 1,2 mm Cu
0 4,4 mm Pb
5 mm Pb 5,0 mm Pb

Tabel 3. Ketentuan penambahan Filter dan besarnya nilai HVL


E. KUANTITAS SINAR-X
Kuantitas sinar-X adalah pengukuran jumlah photon sinar-X dalam berkas
utama. Kadang disebut juga output sinar-X, intensitas atau exposure. Satuan dari
kuantitas sinar-X adalah Roentgen (R). Faktor yang berpengaruh secara langsung
adalah mAs, kV, jarak dan filtrasi. Pengaruh dari masing-masing faktor adalah
sebagai berikut : (Nova Rahman, 2009)
1. Kuat Arus (miliampere second, mAs)

Ampere adalah satuan dari kuat arus. Penambahan kata mili menandakan
bahwa kuat arus yang digunakan berorde 10-3. Ini berarti kuat arus yang
digunakan pada raadiografi sangat kecil. Electron yang akan menumbuk anoda
dihasilkan di katoda tepatnya di filament. Filament ini kan menghasilkan
electron ketika dipanaskan. Pemanasan filament ini dapat terjadi apabila tabung
sinar-X diberi arus listrik. Semakin besar arus yang diberikan pada tabung sinar-
X, maka akan semakin banyak electron yang dihasilkan oleh filament. Semakin
banyak electron yang dihasilkan oleh filament, maka akan semakin banyak
electron yang menumbuk anoda dan itu berarti semakin banyak foton sinar-X
yang dihasilkan. Karena penambahan arus berhubungan dengan banyaknya foton
sinar-X yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa mAs berhubungan
dengan kuantitas sinar-X. mAs (arus tabung) tidak mempengaruhi kualitas sinar-
X karena panjang gelombang tidak ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai
mA.
Kuat arus yang diberikan pada tabung sinar-X ini harus dikombinasikan
dengan waktu eksposi yang dinyatakan dalam second (s). Kombinasi antara kuat
arus dengan waktu yang diberikan ke tabung sinar-X yang kemudian disebut
dengan mAs. Dalam radiografi, pembentukan gambar dihasilkan dari nilai mAs.
Maka dalam radiografi sebaiknya digunakan kombinasi mA dan s dengan nilai
mA
yang tinggi dan nilai s yang rendah atau dengan kata lain digunakan waktu
eksposi yang sesingkat mungkin. Perhatikan contoh berikut.

Nilai mAs mA (mili Ampere) s (second)


20 400 0,05
20 200 0,01
20 100 0,2

Gambar 5. Contoh kombinasi nilai mA dan s untuk mAs yang sama

Penggunaan waktu eksposi yang singkat akan memberikan keuntungan


sebagai berikut.
a. Mengurangi kekaburan gambar akibat pergerakan pasien (movement
unsharpness).
b. Mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien berdasarkan prinsip
proteksi radiasi yang menganjurkan menggunakan waktu eksposi
yang sesingkat mungkin.

Perkalian kuat arus dengan waktu mempengaruhi kuantitas sinar-X yang


dikeluarkan tabung serta berpengaruh juga terhadap kenaikan kV.
a. Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X
Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah electron yang
dihasilkan dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-X yang dihasilkan
atau dengan kata lain mAs berhubungan dengan kuantitas atau intensitas
sinar-X yang dihasilkan. Kuantitas sinar-X akan mempengaruhi densitas
(derajat kehitaman) gambaran pada film yang dihasilkan. Semakin tinggi
mA yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula densitas yang
dihasilkan. Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X dapat dirumuskan
sebagai berikut. (Bushong, 2001)

𝐼1 𝑚𝐴𝑠1
=
𝐼2 𝑚𝐴𝑠2

Dimana :

I adalah intensitas sinar-X (watt/m2)


mAs adalah perkalian kuat arus tabung dengan waktu (mAs)

Gambar 1. Grafik spektrum energi foton


berdasarkan waktu

Gambar 2. Grafik spektrum energi foton berdasarkan nilai mA


b. Hubungan mAs terhadap kenaikan kV
Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk
menghasilkan sebuah gambaran pada film. Apabila pada objek yang lebih
tebal, agar sinar-X dapat menembus objek tersebut dengan baik, maka
akan digunakan kV yang lebih tinggi. Karena kV yang digunakan lebih
tinggi makan untuk mengimbanginya digunakan juga mAs yang lebih
tinggi. (Ball and Price, 1990)
Pada kisaran kV tertentu antara 60 – 80 kV, terdapat kecenderungan
semakin tinggi kV yang digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal
ini didasarkan pada aturan 10 kV (10 kV’s rule). Aturan 10 kV
menyebutkan bahwa apabila kV naik 10 kV, maka mAs akan turun 50%
dari semula dan apabila kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari
semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan
teknik kV tinggi (high kV technique) dengan kisaran kV mulai dari 100
kV ke atas, mAs cenderung menjadi sangat rendah. Hal ini didasarkan
pada rumus hubungan antara mAs dengan kV sebagai berikut.

(kV1)4 x mAs1 = (kV2)4 x mAs2

Dimana :
kV1 = kV awal sebelum diubah
mAs1 = mAs awal sebelum diubah
kV2 = kV sesudah diubah
mAs2 = mAs sesudah diubah
Aturan 10 kV dan penggunaan teknik kV tinggi yang kemudian
menggunakan mAs yang lebih rendah sebenarnya dapat dijelaskan
dengan menggunakan prinsip kenaikan kV. Kenaikan kV akan
menimbulkan radiasi hambur yang akan menghitamkan gambaran,
artinya jika dibandingkan antara dua kV, tentunya kV yang lebih tinggi
yang akan menghasilkan densitas yang lebih tinggi dibandingkan dnegan
yang lebih rendah. Kemudian mAs berpengaruh terhadap densitas film,
dimana semakin tinggi mAs yang diberikan, semakin tinggi densitas yang
dihasilkan pada film. Oleh karena itu, apabila diberikan kV tinggi, maka
sebaiknya diberikan mAs tang rendah supaya densitas pada film tetap
stabill, tidak bertambah.

2. Beda Potensial (kilovolt, kV)


Volt merupakan satuan dari beda potensial atau tegangan dari tabung
sinar-X. penambahan kata kilo di depannya berarti volt yang digunakan
mempunyai orde 103. Ini berarti tegangan yang digunakan untuk
pemeriksaan radiografi dimulai dari ribuan volt. Bahkan dalam beberapa
literature disebutkan bahwa sinar-X baru dapat dihasilkan pada tegangan 40
kV.
Sinar-X baru akan dihasilkan apabila tumbukan electron di anoda
tepatnya di target, sangat cepat dan seketika itu juga dihentikan mendadak.
Hal ini biasa disebut dnegan sinar-X bremstrahlung. Electron yang
dihasilkan di katoda tidak akan bisa bergerak dengan sangat cepat jika diberi
beda potensial atau tegangan yang sangat tinggi diantara katoda dan anoda.
Electron yang dihasilkan pada anoda bermuatan negative sementara anoda
tempat electron menumbuk bermuatan positif. Secara alami electron yang
bermuatan negative akan tertarik ke anoda yang bermuatan positif. Supaya
electron ini dapat bergerak dengan sangat cepat, maka diberi beda potensial
diantara katoda dan anoda. Hal ini akan membuat muatan positif pada anoda
bertambah besar yang secara alami akan menarik electron dengan kekuatan
yang lebih besar, inilah yang menyebabkan electron bergerak sangat cepat
menuju anoda. (Nova Rahman, 2009)

Beda potensial mempengari kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang


dikeluarkan tabung, berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya,
peristiwa anode heel effect serta pada gambaran yang dihasilkan. (Nova
Rahman, 2009)
a. Pengaruh kV terhadap Kuantitas Sinar-X
Semakin tinggi kV yang diberikan diantara katoda dan anoda,
maka electron akan bergerak semakin cepat. Semakin cepat electron
menumbuk anoda pada target, maka akan semakin cepat sinar-X
terbentuk dan semakin kuat daya tembus dari sinar-X yang dihasilkan
tersebut. (Nova Rahman, 2009)
Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-
X karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang
dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang
gelombang, semakin baik kualitas sinar-X. (Bushong, 1998)
Kemampuan foton untuk menembus benda tergantung pada
energinya. Foton sinar-X berenergi tinggi mempunyai kemampuan
menembus benda padat lebih tinggi daripada foton sinar-X yang
berenergi lebih rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi kVp dan
energi rerata pancaran sinar, semakin tinggi kemampuan penetrasi
sinar terhadap benda padat. (Bushong, 2001)
Gambar 3. Grafik Spektrum Energi Foton Berdasarkan Nilai kVp

Hal ini bisa disimpulkan dari sebuah rumus yang menyatakan

𝐼1 (𝑘𝑉1 )2
=
𝐼2 (𝑘𝑉2 )2

Dimana :
I adalah intensitas sinar-X (watt/m2)
V adalah beda potensial (kV)

Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa intensitas sinar-X yang


dihasilkan berbanding lurus dengan kuadrat dari kV yang digunakan pada
saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin tinggi v yang digunakan,
maka semakin tinggi pula intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan
dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga daya
tembusnya besar. (Nova Rahman, 2009)
b. Pengaruh kV terhadap Ketebalan Objek
Meningkatnya intensitas sinar-X akan meningkatkan pula daya
tembus sinar-X terhadap objek yang dieksposi. Jadi pada objek yang lebih
tebal harus digunakan kV yang lebih tinggi supaya sinar-X dapat
menembus objek dan cukup untuk membentuk gambaran pada film.
(Nova Rahman, 2009)
Penambahan kV terhadap objek dilakukan berdasarkan ketentuan
bukan dilakukan berdasarkan perasaan. Ketentuan tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Ketentuan kV berdasarkan kenaikan ketebalan Setiap kenaikan
ketebalan sebesar 1 cm maka :
a) kV ditambah 2 kV, apabila faktoreksposi yang digunakan
sampai dengan 80 kV
b) kV ditambah 3 kV, apabila faktoreksposi yang digunakan
diantara 80 – 100 kV
c) kV ditambah 4 kV, apabila faktoreksposi yang digunakan di
atas 100 kV
2) kV ditentukan berdasarkan ketebalan objek menurut Rhinehart dan
Mc Lean, penentuan kV berdasarkan :
a) pada pasien dewasa, kV = (d x 2) + 22
b) pada pasien anak-anak, kV = (d x 2) + 17 dimana d adalah
ketebalan objek yang dinyatakan dalam cm

Meskipun kedua ketentuan di atas dapat digunakan pada pemeriksaan sehari-


hari, namun kedua ketentuan di atas mempunyai kelemahan masing-masing
yaitu (Nova Rahman, 2009) :

1) Pada ketentuan (a), harus diketahui dengan benar berapa kV yang


diberikan untuk pasien ukuran normal pada tiap-tiap pemeriksaan.
Dimana masalahnya adalah tidak semua pesawat sinar-X memiliki
standar yang sama untuk faktor eksposi.
2) Pada ketentuan (b), ketebalan pasien tidak berarti tubuh pasien itu
padat. Bisa saja pasien misalnya abdomen pasien yang lebih tebal
hanya berisi udara yang terperangkap di dalam usus, sehingga
sebenarnya tidak diperlukan kenaikan kV karena hanya udara saja.

c. Peristiwa Anode Heel Effect


Sebagaimana diketahui bahwa kenaikan kV akan mempengaruhi
kenaikan intensitas sinar-x. Namun ternyata kemampuan sinar-x yang
dikeluarkan oleh anoda kekuatannya berbeda-beda. Perubahan intenstas
ini selain karena perubahan kV, juga diakibatkan oleh sudut sinar-x yang
dibentuk anoda. Perbedaan sinar-x akibat perbedaan sudut pada anoda
disebut dengan Anoda Heel Effect.
Intensitas sinar-x bernilai 100% apabila berada pada garis central ray
atau pusat sinar. Kebanyakan orang mungkin memahami bahwa kekuatan
penuh dimiliki oleh pusat keluarnya energy. Namun pada peristiwa anoda
heel effect, itensitas sinar-x akan mengalami kenaikan justru ketika arah
sinar bergeser menuju arah katoda. Peristiwa kenaikan intensitas sinar-x
pada arah katda ini dapat dijelasakan dengan melihat anoda sebagai
tempat menumbuknya electron. Anoda sebagai tempata menumbuknya
electron arahnya tidak lurus namun memiliki sebuah sudut. Sudut ini
dibentuk dengan tujuan agar sinar-x yang dihasilkan keluar menuju
window pada tabung sinar-x dan jatuh tegak lurus dengan kaset. Sesuai
dengan tujuannya, sudut yang dibentuk akan mengarah ke katoda. Karena
sudut anoda yang mengarah ke katoda inilah maka intensitas sinar-x akan
meningkat lebih daripada di pusat sinar. Namun meningkatnya intensitas
ini hanya terjadi pada daerah yang tidak begitu jauh dari pusat sinar sebab
setelah menjauhi pusat sinar, intensitas sinar-x jufa akan semakin
menurun.
Anode heel effect ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan pemeriksaan
pada objek yang panjang tetapi memiliki ketebalan yang tidak sama,
sementara harus menghasilkan densitas yang sama. Biasanya anode heel
effect ini dimanfaatkan untuk pemeriksaan femur.

d. Pengaruh kV terhadap Gambaran


Untuk mendapatkan gambaran yang baik, dibutuhkan penggunaan
faktor eksposi yang tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk
cenderung digunakan kV yang lebih tinggi dengan alasan supaya sinar-X
dapat menmbus tubuh pasien dan membentuk gambaran pada film.
Apabila penggunaan kV tidak tepat maka akan terjadi pembentukan
gambaran yang bisa dianggap salah yaitu over expose atau gambaran
dengan densitas yang tinggi akibat penggunaan faktor eksposi yang
terlalu tinggi dan under espose atau gambaran dengan densitas yang
rendah akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu rendah. (Nova
Rahman, 2009)
Penggunaan kV tinggi akan menyebbakan radisi hambur (scatter
radiation). Hal ini dikarenakan sinar-X yang dihasilkan dari kV yang
tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi pula. Saat berinteraksi dengan
objek, sinar-X dengan intensitas tinggi ini ada yang diteruskan dan ada
pula yang dipantulkan. Sinar-X yang memantul ini karena masih memliki
intensitas yang tinggi maka masih sanggup untuk menghitamkan film.
Karena hal ini, gambaran yang dihasilkan, densitasnya akan lebih tinggi
dari biasanya. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka digunakan gris
yang merupakan suatu alat berbentuk lempengan yang dipasang di atas
kaset yang dieksposi, terbuat dari aluminium yang disusun perbaris,
dimana tujuan penggunaan alat ini adalah untuk menyerap radiasi
hambur, sehingga sinar-X yang masuk ke kaset dan mengenai film hanya
sinar-X yang memiliki kualitas bagus. (Nova Rahman, 2009)

3. Jarak Pemotretan
Pengaruh jarak terhadap penyinaran pada image reseptor adalah berbanding
terbalik dengan kuadratnya. FFD turut berperan terhadap intensitas yang
diteruskan sampai dengan ke image reseptor tetapi tidak berpengaruh
terhadap kualitas radiasi sinar-X yang dipancarkan. (Bushong, 2001)
a. Jarak Pemotretan
Jarak pemotretan yang ada pada radiografi terbagi menjadi tiga
macam yaitu (Nova Rahman, 2009) :
1) FFD (Focus Film Distance) atau SID (Source Image Distance)
Istilah ini diberikan untuk jarak dari focus yang berada pada
window di tube sampai ke film dimana bayangan atau image
tersebut dicatat.
2) FOD (Focus Objek Distance) atau SOD (Source Object
Distance) Istilah ini diberikan untuk jarak dari focus yang
berada pada window di tube sampai ke objek yang diinginkan.
3) OFD (Object Film Distance)

Istilah ini diberikan untuk jarak dari objek yang diinginkan


sampai ke permukaan film.

b. Pengaruh Jarak Pemotretan terhadap Kuantitas Sinar-X


Perubahan jarak akan mengakibatkan perubahan pada intensitas : “Jika
jarak meningkat maka kuantitas akan menurun atau dengan kata lain
peningkatan jarak akan mengurangi kuantitas sinar-X” (Bushong, 2001)
Meningkatnya jarak pemotretan terutama FFD akan menyebabkan
intensitas sinar-X yang sampai ke film akan berkurang. Hal ini sesuai
dengan rumus inverse square law yang menyatakan hubungan antara jarak
dengan kuantitas atau intensitas sinar-X. (Nova Rahman, 2009)
𝐼1 (𝑑1 )2
=
𝐼2 (𝑑2 )2

Dimana :
d adalah jarak focus film (meter)
I adalah Intensitas

4. Filtrasi
Pada umumnya tabung pesawat sinar-X diagnostik menggunakan filter
inherent dan biasanya di tambah dengan filter tambahan berupa aluminium
yang kalau di disatukan setara dengan 2 mm Al. Filter ini berfungsi
menyaring radiasi yang lemah. Sedangkan pada pemotretan yang
menggunakan tegangan yang rendah seperti pada teknik pemotretan
mammografi, filter tambahan tidak diperlukan akan tetapi pada pemotretan
tegangan tinggi. Filter tambahan perlu diperhitungkan.
Pancaran sinar-X mempunyai spektrum energi foton yang berbeda-beda,
hanya foton dengan energi tertentu yang dapat menembus struktur anatomis
lalu bertabrakan dengan film. Foton dengan energi yang lebih rendah
(panjang gelombang yang panjang) berperan serta dalam pencahayaan
namun tidak mempunyai energi yang cukup untuk menyentuh film. Oleh
karena itu, untuk mengurangi dosis radiasi pasien, foton dengan kemampuan
penetrasi lebih rendah harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
meletakkan filter aluminium pada garis laluan sinar. Aluminium digunakan
karena dapat menyerap foton berenergi rendah dengan sedikit efek pada
foton berenergi tinggi yang dapat berpenetrasi sampai ke film.
Filtrasi, filter logam, biasanya terbuat dari alumunium atau tembaga, yang
dimasukkan ke dalam tube housing x-ray sehingga energi rendah yang
dipancarkan oleh sinar-X dapat diserap sebelum mencapai pasien (Bushong,
2001).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari ulasan makalah diatas dapat di simpulakan:

1. Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang

radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang

sangat pendek dan daya tembus yang tinggi.

2. Sifat-sifat sinar X

a. Mempunyai daya tembus yang tinggi Sinar X dapat menembus bahan dengan

daya tembus yang sangat besar, dan digunakan dalam proses radiografi.

b. Mempunyai panjang gelombang yang pendek Yaitu : 1/10.000 panjang

gelombang yang kelihatan

c. Mempunyai efek fotografi. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film setelah

diproses di kamar gelap.

d. Mempunyai sifat berionisasi.Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan

atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan zat tersebut.

e. Mempunyai efek biologi. Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan

biologi pada jaringan. Efek biologi ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.

3. Prinsip terbentuknya sinar X

a. Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament)

dipanaskan lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan

listrik dari transformator,

b. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,


c. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat

gerakannya menuju anoda (target),

d. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk

panas (99%) dan Sinar X (1%),

e. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut

diafragma,

f. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.


g. Kualitas sinar-X merupakan pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk
menembus obyek. Daya tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X
melewati obyek atau materi. Faktor yang mempengaruhinya antara lain kV (beda
potensial tabung) dan filtrasi.
h. Kuantitas sinar-X merupakan pengukuran jumlah photon sinar-X dalam berkas
utama. Kadang disebut juga output sinar-X, intensitas atau exposure. Satuan dari
kuantitas sinar-X adalah Roentgen (R). Faktor yang berpengaruh secara langsung
adalah mAs, kV, jarak dan filtrasi.
B. SARAN

Dengan adanya makalah ini mahasiswa lebih tahu mengenai Sifat-sifat sinar X, proses

terbentuknya sinar X, kualitas kuantitas sinar X. Kami harap teman-teman dan dosen

pembimbing tidak sungkan-sungkan untuk memberikan kritikan terhadap makalah ini,

agar bisa di perbaiki saat membuat makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi Mukhlis. 1997. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gabriel.F.J.dr. 2006. Fisika Kedokteran. Denpasar: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kardiawarman, Ph. D. 1996. Makalah Sinar-X . Bandung


Pusdiklat-BATAN. 2006. Dasar Fisika Radiasi Bidang Radiodiagnostik . Jakarta: Pusat

Pendidikan Dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Rasad Syahriar, Krtoleksono Sukonto, Ekayuda Iwan. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta:

Gaya Baru.

Ball, J and Price, T. 1990. Chesney’s Radiographic Imaging. Blackwell Scientific Publication
: Oxford London.

Rahman, Nova. 2009. Radiofotografi. Padang : Universitas Baiturrahmah.

Bushong, Steward C.2001. Radologic Science for Technologists. United State of


America : CV. Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai