Anda di halaman 1dari 17

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN FISIOTERAPI

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

DI SUSUN OLEH:

IRMA YUNITA

PO714241151017

IV.A/ D.IV FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TA. 2018/2019

1
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key
instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada
jumlah variabel yang akan diteliti. Instrumen Penelitian digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap
instrumen harus mempunyai skala.
A. Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur.sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat
dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila
digunakan untuk mengukur, meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat
dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

Jenis-Jenis Skala Pengukuran

1. Skala Nominal

Skala nominal adalah skala pengukuran paling sederhana. skala yang memungkinkan
peneliti mengelompokkan objek, individual atau kelompok kedalam kategori tertentu dan
disimbolkan dengan label atau kode tertentu, selain itu angka yang diberikan kepada obyek
hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukan tingkatan.

Skala nominal bersifat mutually excusive atau setiap objek hanya memiliki satu
kategori (Lababa : 2008).

2
Contoh umum yang biasa dipakai yaitu variabel jenis kelamin . Dalam hal ini hasil
pengukuran tidak dapat diurutkan (wanita lebih tinggi dari pada lak-laki, atau sebaliknya),
tetapi lebih pada perbedaan keduanya.

2. Skala Ordinal

Skala nominal tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan peringkat
kategori tersebut (Septyanto : 2008). Hasil pengukuran skala ini dapat menggambarkan
posisi atau peringkat tetapi tidak megukur jarak antar peringkat.

 Tingkat pendidikan atau kekayaan, dalam pengukuran yang mengelompakan status


sosial, hasil pengukuran tidak dapat memberikan informasi mengenai perbedaan
antara status sosial (tinggi ke rendah, rendah ke sedang dan tinggi ke sedang) belum
tentu sama.
 Tingkat keparahan penyakit
 Tingkat kesembuhan
 Derajat keganasan kanker

3. Skala Interval

Skala interval adalah suatu skala pemberian angka pada klasifikasi atau kategori dari
objek yang mempunyai sifat ukuran ordinal, ditambah satu sifat lain yaitu jarak atau
interval yang sama dan merupakan ciri dari objek yang diukur. Sehingga jarak atau
intervalnya dapat dibandingkan.

Skala interval bisa dikatakan tingkatan skala ini berada diatas skala ordinal dan
nominal. Selanjutnya skala ini tidak mempunyai nilai nol mutlak sehingga tidak dapat
diinterpretasikan secara penuh besarnya skor dari rasio tertentu.

Contoh Skala Interval:

o Suhu

3
o Tingkat kecerdasan (IQ)
o Beberapa indeks pengukuran tertentu

4. Skala Rasio (Skala Nisbah)

Skala rasio mempunyai semua sifat skala interval ditambah satu sifat yaitu
memebrikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Skala rasio
merupakan skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa dibedakan,
diurutkan, mempunyai jarak tertentu, dan bisa dibandingkan (paling lengkap, mencakup
semuanya dibanding skala-skala dibawahanya).

Contoh : Bila kita ingin membadingkan berat dua orang . Berat Fulan1 40Kg dan
Fulan2 80Kg. Kita dapat tahu bahwa fulan2 dua kali lebih berat daripada Fulan1, karena
nilai variabel numerik berat mengungkapkan rasio dengan nilai nol sebagai titik bakunya.

Contoh :

o Panjang, berat badan, usia


o Kadar zat dan jumlah sel tertentu
o Dosis obat, dll

4
- PENGUKURAN SKALA

Dari berbagai macam bentuk skala yang ada, berikut ini adalah bentuk skala yang
dapat digunakan dalam metode penelitian pendidikan, yaitu skala Likert, skala Guttman,
semantic differensial, rating scale, dan skala thurstone.

1. Skala Likert

Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena
pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif
yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang berfungsi
untuk mengukur sikap negative objek sikap.

Jawaban dari setiap instrumen yang mengguakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif yag dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ; selalu, sering, kadang-kadang, tidak
pernah.

Biasanya skala Likert sering digunakan dalam pengisian kuisioner terkait dengan
kualitas suatu hal atau seseorang. Contohnya seperti angket perkuliahan UNJ yang disebar
melalui masing-masing akun pemilik siakad bagi mahasiswa atau seperti contoh lain
dibawah ini.

5
2. Skala Guttman

Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar – salah, ya –
tidak, pernah – tidak pernah, positif – negative, tinggi – rendah, baik – buruk, dan
seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju.

Contoh : jika peneliti ingin mengumpulkan data tentang kebutuhan mahasiswa,


ditentukan 4 macam kebutuhan yaitu : Berteman, Belajar, Rekreasi dan istirahat, salah satu
dimensi dari keempat dimensi tadi akan dibagi menjadi 5 pernyataan dalam kuesioner.
Maka Skala Guttman akan menggunakan kelima pernyataan tersebut sebagai item :

1 Apakah dengan belajar akan terpenuhi (Ya/Tidak)


kebutuhan anda dalam mencari ilmu
2 Apakah dengan belajar akan terpenuhi (Ya/Tidak)
kebutuhan anda dalam melanjutkan
pendidikan ?
3 Apakah dengan belajar akan terpenuhi (Ya/Tidak)
kebutuhan anda dalam mendapatkan

6
gelar ?
4 Apakah dengan belajar akan terpenuhi (Ya/Tidak)
kebutuhan anda dalam mendapatkan
ijazah ?
5 Apakah dengan belajar akan terpenuhi (Ya/Tidak)
kebutuhan anda dalam memenuhi syarat
mencari kerja ?

3. Semantik Differensial

Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang
sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak
dibagian kiri garis, atau sebaliknya.

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

4. Skala Thurstone

Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala
interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai
yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan
yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang
menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.

7
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11
menyatakan sangat relevan.

5. Rating Scale

Dalam rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Rating scale
lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk
mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur
status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.

Bentuk-bentuk Rating Scale

Terdapat beberapa bentuk rating scale antara lain :

 Skala Numerik/Kuantitatif

Skala ini menggunakan angka-angka ( skor-skor ) untuk menunjukan gradasi-gradasi,


disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.

 Skala Penilaian Grafis

Skala menggunakan suatu garis sebagai kontinum. Gradasi-gradasi ditunjuk pada garis
itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat di bawah garisnya Pengamat
memberikan tanda silang di garis pada tempat yang sesuai dengan gradasi yang dipilih.

 Daftar Cek

Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan type pilihan
berganda ( multiple choice ). Pada masing-masing sifat atau sikap yang harus dinilai,
disajikan empat sampai lima pilihan dengan deskripsi singkat pada masing-masing pilihan.
Pengamat memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di ruang yang disediakan.

8
Contoh :

Seberapa baik ruang kerja yang ada di perusahaan anda?

Beri jawaban angka :

4 bila tata ruang itu sangat baik

3 bila tata ruang itu cukup baik

2 bila tata ruang itu kurang baik

1 bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia :

No. Pertanyaan tata ruang kantor Interval


Item jawaban
1 Penataan meja kerja sehingga arus kerja 4 3 2 1
menjadi pendek
2 Pencahayaan alam tiap ruangan 4 3 2 1
3 …………….
Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat
laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah
laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur penelitia disebut instrumen penelitian.
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara,
maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan alat
bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan

9
ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-
ancer ini disebut pedoman wawancara. Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan
alat bantu, maka disebut juga instrumen pengumpulan data. dengan demikian jika
menggunakan metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara.
Jenis- jenis Instrumen Pengumpulan Data
Secara garis besar alat evaluasi dalam pengumpulan data ada 2 macam, yaitu tes dan
non tes.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Bebrapa macam tes, contohnya:
a. Tes kepribadian
b. Tes bakat
c. Tes intelegensi
d. Tes sikap
e. Tes minat
f. Tes prestasi
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes
atau soal-soal tes.
2. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.
Kuesioner dapat dibedakan atas bebrapa jenis , tergantung pada sudut pandang.
a. Dari cara menjawab:
- Kuesioner terbuka, responden dapat menjawab dengan kalimatnya sendiri
- Kuesioner tertutup, adanya pilihan jawaban
b. Jawaban yang diberikan:
- Kuesioner langsung, responden menjawab tentang dirinya

10
- Kuesioner tidak langsung, responden menjawab tentang orang lain .
c. Dari bentuknya;
- Kuesioner pilihan ganda
- Kuesioner isian
- Check list
- Rating Scale
3. Interview atau wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.
Misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau dari pelaksanaannya , interview dibedakan atas:
a. Interview bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja
b. Interview terpimpin, pewawancara membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur,
c. Interview bebas terpimpin, gabungan dari dua Interview diatas

4. Observasi
Observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu
dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik, observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa yang dikatakan ini
sebenarmya adalah pengamatan langsung. Didalam artian penelitian observasi dapat
dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrumen pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
sebagai instrumen pengamatan.

11
5. Skala Bertingkat atau Rating Scale
Skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Walaupun
bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu
program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan,
terutama penampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi
munculnya sifat-sifat.
Rating scale dapat juga menghasilkan gambaran yang kasar dari jawaban responden
sehingga tidak mudah percaya begitu saja. Hal-hal yang mempengaruhi tersebet antara lain
persahabatan, kecepatan menerka, cepat memutuskan, jawaban kesan pertama, dan
sebagainya.
6. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,dan
sebagainya.
Cara Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang
administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu
membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk
diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan
indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya ‘tingkat kekayaan’ indikator kekayaan
misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja,pendidikan, jenis makanan yang sering
dimakan, jenis olah raga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indikator rumah, bentuk
pertanyaannya misalnya:1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas
masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan dan sebagainya.

12
Untuk bisa menetapkan indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan
wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang
mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar
diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai
referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis,
dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli.
1. Pengadaan instrumen yang baik adalah,
- Perencanaan
- Penulisan butir soal
- Penyuntingan
2. Pemilihan instrumen yang sesuai dengan metodenya.
- Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes
- Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
- Instrumen untuk metode observasi adalah chek list
- Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman observasi atau dapat juga
check list.
3. Waktu pemilihan metode
- Angket, digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik,
dan dapat menggungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
- Observasi, digunakan apabila objek penelitia bersifat perilaku manusia, proses
kerja, gejala alam, responden kecil.
- Wawancara, digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.
- Gabungan ketiganya, digunakan bila ingin mendapatkan dat yang lengkap, akurat
dan konsisten.
 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut

13
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,
maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas instrumen merupakan syarat
untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid
umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non-test untuk mengukur sikap.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen
yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen disusun berdasarkan
fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumen dikembangkan
menurut teori yang relevan.
Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan
fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan
akan menghasilkan data tentang kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang
mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang
lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen
- Pengujian Validitas Konstruksi (construct validity)
- Pengujian validitas isi (Content validity)
- Pengujian validitas eksternal
2. Pengujian reliabilitas Instrumen
- Test-retest
- Ekuivalen
- Gabungan
- Internal Consistency.
 Keampuhan Instrumen

14
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas
instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun
instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh
dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.

1. Validitas instrument penelitian

Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen. Suatu


instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument
dikatan valid jika instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur.

Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association)


sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah sebagai berikut:

a) Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum
yang berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrument
dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan instrument
tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang
terkait dengan variable yang diukur atau diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan
hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable yang dilibatkan.

Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

a) Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-


bagian dari instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
b) Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau informasi
lain yang terkait dengan variabel yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-
instrumen lain.

15
 Reliabilitas instrument

Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau tingkat
ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel jika instrument itu
memiliki reliabilitas yang tinggi.

Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil


pencocokan antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan
dengan hanya mengadakan satu kali pengetesan atau uji coba.

b) Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil


pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau
dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan
satu kali pengetesa atau uji coba.

 Langkah-langkah penyusunan Instrumen Penelitian


Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji secara teoritik
tentang substansi yang akan diukur. Peneliti harus menentukan defenisi konseptual
kemudian definisi operasional. Selanjutnya definisi operasional ini dijabarkan menjadi
indikator dan butir-butir. Menurut Tim Pusisjian (1997/1998), ada enam langkah untuk
mengembangkan instrumen alat ukur, yaitu :

 Menyusun spesifikasi alat ukur termasuk kisi-kisi dan indikator


 Menulis pertanyaan
 Menelaah pertanyaan
 Melakukan uji coba
 Menganalisis butir instrumen
 Merakit instrument dan memberi label

16
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian,
yaitu:

 Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.


 Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
 Mencari indikator dari setiap dimensi.
 Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
 Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
 Petunjuk pengisian instrumen.

Beberapa Kesalahan dalam Pengukuran


Pengukuran variabel sulit dihindarkan dari kemungkinan terjadinya kesalahan (error).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dapat dikontrol, sementara yang lain tidak.
Berikut ini kemungkinan-kemungkinan sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran
variabel (Brockopp dan Tolsma, 2000 : 171 – 172):

1. Kejelasan perintah yang ada dalam instrumen.


2. Variasi-variasi dalam administrasi.
3. Variasi-variasi situasi.
4. Respons menyebabkan bias.
5. Faktor-faktor pribadi yang sementara.
6. Sampling respons.

17

Anda mungkin juga menyukai