Anda di halaman 1dari 11

A.

Antenatal care (ANC)

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2011).

Pengawasan wanita hamil secara rutin mampu membantu menurunkan

morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Saffudin, 2007). Pelaksanaan

antenatal care sangat penting karena dapat memberikan gambaran keadaan

ibu hamil, janin dalam kandungan, dan kesehatan umum (Marniyat dkk.,

2016). Pelayanan yang diberikan pada ANC diberikan oleh dokter, bidan,

dan perawat terlatih, sedangkan jenis pemeriksaan pelayanan ANC terpadu

adalah sebanyak 18 jenis pemeriksaan yaitu keadaan umum, suhu tubuh,

tekanan darah, berat badan, LILA (Ukur Lingkar Lengan Atas), TFU,

Presentasi Janin, DJJ (Denyut Jantung Janin), Hb, Golongan darah, protein

urin, gula darah/reduksi, darah malaria, BTA, darah sifilis, Serologi HIV,

dan USG (Kemenkes, 2012). Implementasi pelayanan Antenatal Care

terpadu telah diperkuat dengan dikeluarkannya kebijakan Menteri

Kesehatan yang tertuang dalam pasal 6 ayat 1 huruf b Permenkes No. 25

tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak salah satunya dinyatakan bahwa

pelayanan kesehatan janin dalam kandungan dilaksanakan melalui

pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan pelayanan terhadap ibu hamil

tersebut dilakukan secara berkala sesuai standar yaitu paling sedikit 4

(empat) kali selama masa kehamilan (K1-K4).

Menutut Saifuddin (2007), Asuhan antenatal yang ideal jika

dilakukan secara teratur, yaitu:


a. Segera setelah mengetahui/ menduga adanya kehamilan

selang waktu kurang lebih satu bulan dari keterlambatan

haid, diharapkan ibu telah memeriksakan kehamilannya.

b. Usia kehamilan 28 minggu

Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan belum

mencapai28 minggu, asuhan antenatal dapat dilakukan 4

minggu sekali.

c. Usia Kehamilan 28-36 minggu, diharapkan ibu hamil

melakukan ANC setiap 2 minggu sekali

d. >36 minggu

Minggu-minggu menjelang persalinan, frekuensi ANC

dilakukan lebih sering yaitu 1 minggu sekali.

ANC dapat digunakan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko

tinggi kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu

dan memantau keadaan jenin, dengan kunjungan ANC yang teratur akan

segera diketahui kelainan-kelainan yang mungkin muncul pada masa

kehamilan sehingga segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik

terhadap kehamilan (Sugma, 2015)

B. Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Kehamilan

1. Kesehatan Gigi dan Mulut

Kebersihan mulut mempunyai peran penting dalam bidang kesehatan

gigi, karean kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan

timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Secara klinuis


tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriterioa oral hygiene Index

Simplified (OHI-S). Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan enndapan

lunak atau debris dan karang gigi atau kalkulus. Parameter tersebut

dipengaruhi oleh pola makan dan kebiasaan menggosok gigi secara

benar dan teratur, serta faktor lain seperti malposisi dan maloklusi gigi

(Oedijani S., 2009)

Perawatan kesehatan gigi selama kehamilan merupakan bagian

penting dalam perawatan kesehatan secara keseluruhan. Setiap tenaga

kesehatan dapat memainkan peranan penting dalam mendorong calon

ibu untuk memeriksakan kondisi gigi dan mulut ke fasilitas pelayanan

kesehatan gigi. Tenaga kesehatan juga meningkatkan kesadaran calon

ibu tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut dan meluruskan

kesalahpahaman seperti keyakinan pendarahan di mulut adalah normal

selama kehamilan. Menunda pengobatan sampai setelah kehamilan

lebih aman untuk ibu dan janin (Kementrian Kesehatan RI, 2012)

2. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses yang melibatkan perubahan

anatomi dan hormonal.Menurut Federasi Obstetri Ginetelogi

Internasional, kehamilan adalah fertilisasi dan penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana


trimester kesatu berlangsung dalam waktu 12 minggu, trimester 2

berlangsung 15 minggu (Minggu ke 13 hingga ke 27) dan trimster ketiga

berlangsung 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke-40) (Prawiharjo,

2009).

Banyak ibu hamil yang beranggapan bahwa kehamilan tidak

berhubungan dengan keadaan rongga mulut, pada akhirnya rongga

mulut yang tidak diperhatikan selama periode kehamilan dapat

mengakibatkan kelainan –kelainan di dalam rongga mulut ibu hamil di

akibatkan oleh ketidakseimbangan hormon seks wanita dan adanya

faktor faktor iritasi lokal dalam rongga mulut selama periode kehamilan

(Terpak, 2008). Selama masa kehamilan umunya terjadi perubahan

fisiologis seperti rasa mual, manja dan nauesas sehingga menyebabkan

kebersihan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan karies gigi dan

penyakit periodontal (Al-Attas, 2007).

a. Trimester I

ibu hamil biasnaya merasa lesu, mual, dan kadang muntah.

Lesu. Mual, dan muntah menyebabkan terjadinya

peningkatan suasana asam dalam mulut. Adanya peningkatan

plak karena malas memlihara kebersihan, akan mempercepat

terjadinya kerusakan gigi.

b. Trimester II

Pada masa ini hamil kadang kadang masih merasakan hal

yang sama seperti trimester 1 kehamilan. Pada masa ini terjadi


perubahan hormonal dan faktor lokal (plak) dapat

menimbulkan kelainan dalam rongga mulut, antara lain:

1). Peradangan pada gusi , warnanya kemerahan dan mudah

berdarah terutama pada waktu menyikat gigi. Bila timbul

pembengkakan maka dapat disertai dengan adanya rasa sakit.

2). Timbulnya benjolan pada gusi antara 2 gigi yang disebut

dengan epulis gravidarum, terutama pada sisi yang

berhadapan dengan pipi. Pada keadaan ini, warna gusi

menjadi merah keunguan sampai kebiruan, mudah berdarah

dan gigi terasa goyang. Benjolan ini dapat membesar hingga

menutupi gigi.

c. Trimeser III

benjolan pada gusi antara 2 gigi (epulis gravidarum) diatas

mencapai puncaknya pada bulan ketujuh atau kedelapan .

Meskiipun keadaan ini akan hilang dengan sendirinya setelah

melahirkan. Setelah persalinan sebaiknya ibu tetap

memelihata dan memperhatikan kesehatan rongga mulut,

baik untuk ibunya sendiri maupun bayinya.

C. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil”tahu” pengindraan manusia terhadap

objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia


yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba

melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan (over behavior) (Notoadmodjo,

2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut budiman (2013), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki.

b. Media Massa atau Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek

(Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetaghuan. Smekain majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kavar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.


c. Sosial budaya dan ekonomi

Pengetahuan seseorang akan bertambah dengan melihat kebiasaan

atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperoleh

untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengatuh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berbeda dalam lingkunagn tersebut.

e. Pengalaman

Pengelaman sebagai sumber pengalaman adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin membaik.

3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan

dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir,

berinteraksi, analisa, memecahkan masalah, dll) yang berjenjang

sebagai berikut:

a. Tahu (Knowledge)

b. Memahami (Comprehension)

c. Menerapkan (Aplication)

d. Analisa (Analysis)

e. Sintesis (Syntesis)

f. Evaluasi (evaluation)

D. Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut.

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut (kesgilut) adalah semua upaya

atau aktivitas untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku yang baik

untuk kesehatan gigi dan mulut, serta meningkatkan kesadaran masyarakat

akan kesehatan gigi dan mulut dan memberikan pengertian cara-cara

memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pemberian pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut dapat disampaikan melalui penyuluhan

(Kemenkes RI, 2012). Berikut ini adalah macam-macam metode

penyuluhan yang dapat dilakukan.

1. Metode individual (perorangan)

Metode yang bersifat individual pada pendidikan kesehatan ini

digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang

telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan

atau perilaku baru tersebut. Metode ini diperlukan agar petugas kesehatan

mengetahui dengan tepat serta membantunya (Maulana dan Heri, 2009).

Bentuk pendekatannya antara lain adalah sebagai berikut.

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Kontak antara klien dan petugas lebih intensif melalui metode ini.

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan di bantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dengan penuh pengertian akan menerima perilaku

tersebut (mengubah perilaku).

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila

belum maka perlu dilakukan penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode kelompok

Pemilihan metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Promosi kesehatan

untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok


kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya

pendidikan dari sasaran yang dituju (Maulana dan Heri, 2009).

a. Kelompok Besar

Kelompok besar adalah apabila jumlah peserta penyuluhan

itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini

adalah sebagai berikut.

1) Ceramah

2) Seminar

3) Demonstrasi

b. Kelompok kecil

Kelompok kecil adalah apabila jumlah peserta penyuluhan itu

kurang dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok kecil ini

adalah sebagai berikut.

1) Diskusi kelompok

2) Curah pendapat (brainstorming)

3) Bola salju (snow balling)

4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

5) Memainkan peranan (role play)

6) Permainan simulasi (simulation game)

Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku seseorang merupakan hal

yang sangat penting. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh

pendidik di dalam menyampaikan bahan pendidikan. Alat bantu ini lebih sering

disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu


di dalam proses pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa

pengetahuan yang ada pada setiap anak dapat diterima atau ditangkap melalui

panca indera (Notoatmodjo, 2003).

Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam mempertinggi

kemampuan belajar, memperkuat daya ingat, memperbesar minat, dan

mempermudah penghayatan. Alat peraga yang bisa dipergunakan adalah alat

peraga visual, alat peraga yang didengar (audio), alat peraga proyeksi, dan alat

peraga langsung atau alamiah. Alat peraga yang paling efektif pada pendidikan

yaitu alat peraga langsung. (Notoatmodjo, 2003).

Anda mungkin juga menyukai