Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR MEKANISME PEMBELAAN DIRI

Dalam menghadapi suatu bahaya (termasuk bila ia dalam keadaan stress) maka
manusia akan selalu memberi tanggapan (response). Anggapan yang diberikan itu
sebenarnya merupakan suatu mekanisme pembelaan . Tiap orang mempunyai
pola mekanisme yang berbeda. Secara garis besar ada 4 macam mekanisme
pembelaan, yaitu :
1. Narsistik
2. Imatur (immature)
3. Nerotik
4. Matur (mature)

Mekanisme pembelaan yang dipakai oleh seseorang tergantung pada banyak


faktor yang antara lain tergantung pada kepribadian dan lingkungan sosial tempat
ia berada.
Freud mengetahui keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, tetapi
tulisannya ditujukan terutama pada represi, yang dianggapnya sebagai
mekanisme pertahanan yang utama, paling penting , dan paling sering digunakan.
Penelitian pertama dan menyeluruh tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh
anaknya Anna Freud dalam bukunya The Ego and the Mechanisms of Defense,
dimana ia menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neurotik, menggunakan
mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang . la juga menekankan
bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping
mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. Pengamatannya bahwa
"terdapat kedalaman pada permukaan " mencerminkan pengertiannya tentang
kompleksitas apek pertahanan dari ego.
Pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan
spesifik membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik . Sebagian contohnya,
fase ana adalah berhubungan dengan pembentukan reaksi, seperti yang
dimanifestasikan oleh perkembangan rasa malu dan muak dalam hubungan
dengan impuls dan kenikmatan anal.
Pertahanan dapat dikelompokkan secara hirarkis menurut derajat relatif
maturitas yang berhubungan dengan pertahanan . Pertahanan narsistik adalah
yang paling primitif dan digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami
gangguan psikotik . Pertahanan imatur adalah terlihat pada remaj'a dan beberapa
pasien obsesif-kompulsif dan pasien histerikal dan pada orang dewasa dalam
stres. Dan pertahanan matur adalah mekanisme adaptasi yang normal dan sehat
dari kehidupan dewasa. Pengelompokan tersebut adalah tidak kaku dalam
batas-batasnya, dan beberapa tumpang tindih mekanisme dapat terjadi di antara
kelompok yang berbeda .

Mekanisme Pembelaan Narsistik


Suatu mekanisme pembelaan yang berorientasi pada pemuasan id. Mekanisme
pembelaan macam ini biasanya terdapat pada penderita skizofrenia
Contoh mekanisme pembelaan narsistik adalah :
a. Denial (penyangkalan)
Suatu mekanisme pembelaan dengan cara menofak atau tidak mau
menerfma kenyataan (realita) yang dihadapinya. Penghindaran
penyadaran aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan
menghilangkan data sensoris. Represi menahan afek dan dorongan yang
dihasilkannya, tetapi penyangkalan dapat digunakan pada keadaan normal
maupun patologis
b. Proyeksi
Suatu mekanisme pembelaan dengan cara melakukan proyeksi emosi,
tingkah laku atau kekurangannya pada obyek lain. Impuls internal yang
tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan
ditanggapi seakan- akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini
mengambil bentuk waham yang jelas tenang kenyataan eksternal,
biasanya waham kejar.,dan termasuk persepsi perasaan diri sendiri dalam
orang lain dari tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid
psikotik). Impuls mungkin berasal dari id atau super ego (tuduhan
halusinasi) tetapi dapat mengalami transformasi dalam proses, jadi,
menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido
homoseksual diubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan
kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.
c. Distorsi
Suatu mekanisme pembelaan dengan menggunakan sikap tingkah laku
atau pikiran yang aneh-aneh yang tidak sesuai dengan logika dan realita,
sehingga timbul faham dan halusinasi atau ilusi. Kenyataan eksternal
ibentuk kembali secara kasar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
internal - termasuk keyakinan megalomanik yang tidak realistik, halusinasi.
Waham pemenuhan harapan - dan digunakan untuk mempertahankan
perasaan superior atau hak yang bersifat waham
d. Idealisasi primitif
Objek eksternal yang dipandang sebagai "baik" atau 'jahaf adalah diberkati
secara tidak realistik oleh kekuatan yang besar . Sangat sering , objek
"baik" dipandang sebagai maha kuasa atau ideal "baik" dipandang sebagai
mahakuasa atau ideal, dan keburukan pada obyek "jahat" sangat
dibesarkan
e. Identifikasi proyektif
Aspek yang tidk diinginkan dari diri diendapkan kepada orang lain sehingga
orang memproyeksikan merasa bersatu dengan obyek proyeksi. Aspek
yang keluar dimodifikasi oleh dan ditutupi dari resipien. Pertahanan
memungkinkan seseorang untuk menjauhi dan membuat dirinya sendiri
mengerti dengan mengeluarkan tekanan pada orang lain untuk mengalami
perasaan yang serupa dengan perasaannya
f. Pembelaan
Objek eksternal dibagi menjadi "baik" dan "jahat" disertai oleh pergeseran
suatu objek yang tiba-tiba dari satu kategori ekstrim kepada kategori
lainnya. Pembalikan perasaan yang tiba-tiba dan lengkap dan
konseptualisasi tentang seseorang mungkin terjadi. Osilasi faerulang yang
ekstrim antara konsep diri yang bertentangan adalah manifestasi lain dari
mekanisme.

Mekanisme Pembelaan Immature


Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap kekanak-kanakan
(tidak dewasa). Mereka yang menggunakan mekanisme pembelaan ini sikapnya
nampak kekanak-kanakan , sikap dan tingkah lakunya seperti anak kecil.
Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang immature ini, antara lain :
a. Acting out
Orang mengungkapkan harapan atau impuls bawah sadar dengan
memerankannya untuk menghindari menjadi disadari dari afek yang
menyertai. Khayalan bawah sadar dihidupkan secara impulsif dalam
perilaku , dengan demikian memuaskan impuls, bukannya melarang
impuls. Memerankan merupakan pengalahan kronis kepada impuls untuk
menghindari ketegangan yang akan terjadi dari penundaan pengungkapan
b. Blocking
Mekanisme pembelaan dengan cara berdiam diri atau mematung . Inhibisi
sementara atau transien dari pikiran terjadi pada penghambatan
(blocking). Afek dan impuls mungkin juga terlibat. Penghambatan sangat
menyerupai represi tetapi berbeda di mana ketegangan timbul jika impuls,
afek, atau pikiran dihalangi
c. Hipokondriasis
Mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan mengalihkan pada
keluhan-keluhan fisik (somasi). Umumnya keluhan fisik yang diungkapkan
adalah untuk menghindari tanggung jawab. Celaan yang timbul dari
kehilangan, kesepian, atau impuls agresif yang tidak dapat diterima
kepada orang lain adalah diubah menjadi celaan terhadap diri sendiri dan
keluhan nyeri , penyakit somatik, dan neurastenia. Semua penyakit
mungkin juga diperberat atau ditekankan secara berlebihan untuk
mendapatkan penghindaran dan regresi. Pada hipokondriasis , tanggung
jawab dapat dihindari , rasa bersalah dapa dielakan, dan impuls instinktual
ditangkis. Karena Introyeksi hipokondriakal adalah bertentangan dengan
ego, orang yang terkena mengalami disforia dan penderitaan.
d. Introyeksi
Mekanisme pembelaan dengan cara menirukan atau memasukkan obyek
yang dicintai. Walaupun penting bagi stadium perkembangan seseorang,
introyeksi juga memiliki fungsi pertahanan yang khusus. Proses introyeksi
melibatkan internalisasi kualita obyek jika digunakan sebagai pertahanan,
ia dapat menghalangi perbedaan antara subjek dan objek. Melalui
introyeksi suatu objek yang dicintai, kesadaran akan perpisahan yang
menyakitkan atau ancaman kehilangan akan dihindari introyeksi objek
yang ditakuti berperan untuk menghindari kecemasan jika karakteristik
agresif dari objek diinternalisasikan, jadi menempatkan agresi dalam
pengendalian dirinya sendiri. Contoh klasik adalah identifikasi dengan
agresor. Suatu identifikasi dengan korban juga dapat terjadi, dengan jalan
mana kualitas menghukum diri sendiri dari objek diambil dan ditegakkan
dalam diri seseorang sebagai gejala atau sifat karakter.
e. Pasif-Agresif
Mekanisme pembelaan berupa sikap melakukan pemusuhan dengan cara
diam- diam atau secara pasif menyerang orang lain. Agresi kepada orang
lain diekspresikan secara tidak langsung melalui pasivitas , masokisme,
dan berbalik menentang diri sendiri. Manifestasi perilaku pasif-agresif
adalah kegagalan , penundaan , dan penyakit yang lebih mempengaruhi
orang lain dibandingkan diri sendiri.
f. Regresi
Mekanisme pembelaan dengan cara bersikap kembali seperti pada waktu
fase anak-kanak, sehingga sikapnya tiak lagi sesuai dengan keadaannya
sekarang. Melalui regresi, orang berusaha untuk kembali ke fase fungsi
libido yang lebih awal untuk menghindari ketegangan dan konflik yang
ditimbulkan pada tingkat perkembangan sekarang. Ini mencerminkan
kecenderungan dasar untuk mendapatkan pemuasan instinktual pada
periode yang kurang berkembang . Regresi juga merupakan fenomena
normal, karena sejumlah tertentu regresi adalah diperlukan untuk
relaksasi, tidur, dan orgasme dalah hubungan seksual. Regresi dianggap
penyerta yang penting dari proses kreatif
g. Fantasi Skizoid
Mekanisme pembelaan yan diperlihatkan dengan cara melamun. Melalui
khayalan, orang menuruti kemunduran autistik untuk memecahkan konflik
dan mendapatkan pemuasan . Keintiman interpersonal adalah dihindari,
dan eksentrisitas berperan untuk menolak orang lain. Orang tidak
sepenuhnuya percaya pada khayalan atau ingin memerankannya
h. Somatisasi
Mekanisme pembelaan dengan cara mengalihkan situasi yang dihadapi
pada eluhan-keluhan fisik (seperti hipokondriasis) tetapi rasa sakit yang
dikeluhkan meliputi badan atau seluruh tubuh. Asal psikis diubah menjadi
gejala tubuh dan orang cenderung bereaksi dengan manifestasi somatik
bukannya manifestasi psikis. Pada desomatisasi, respon somatisasi
infantil digantikan oleh pikiran dan afek pada resomatisasi, orang beregresi
kepada bentuk somatik yang febih awal saat berhadapan dengan konflik
yang terpecahkan.
i. Identifikasi
Identifikasi yang berperan penting dalam perkembangan ego, juga dapat
digunakan sebagai mekanisme pertahanan dalam keadaan tertentu.
Identifikasi dengan objek cinta dapat berperan sebagai pertahanan
terhadap kecemasan atau rasa sakit yang menyertai perpisahan dari atau
kehilangan objek, baik nyata atau ancaman, jika identifikasi terjadi karena
rasa bersalah, orang beridentifikasi untuk menghukum dirinya sendiri
dengan kualitas atau gejala orang yang merupakan sumber perasaan
bersalah. Mekanisme identifikasi pada agresor, pertama kali dijelaskan
oleh Anna Freud, dapat juga dimasukkan sebagai mekanisme
pertahanan
j. Proyeksi
Seseorang menempatkan perasaannya dan harapannya sendiri kepada
orang lain karena perasaan internal atau afek menyakitkan yang tidak
dapat ditoleransi. Secara karakteristik ditemukan pada keadaan psikotik,
khususnya sindroma paranoid, proyeksi juga banyak digunakan dalam
kondisi normal. Dalam psikosis, proyeksi mengambil bentuk waham yang
jelas tentang kenyataan ekstemal, biasanya bersifat waham kej'ar, dan
termasuk persepsi perasaan diri sendiri kepada orang lain dan
memerankan persepsi selanjutnya

Mekanisme Pembelaan Neurotik


Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap dan tingkah laku
neurotik (dengan keluhan cemas, khawatir , was-was dan ketakutan ). Beberapa
mekanisme pembelaan neurotik, antara lain ialah :
a. Controlling
Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan tingkah laku suka
mengawasi mengontrol atau memantau orang lain dan lingkungan untuk
kepentingan diri sendiri. Tingkah laku yang diperlihatkan itu mengandung
maksud untuk menutupi kekurangan yang ada pda dirinya sendiri,
disamping untuk mendapatkan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Terdapat
usaha bertebihan untuk menangani atau mengatur peristiwa atau objek
dalam lingkungan untuk menekan kecemasan dan untuk memecahkan
konflik dalam diri.
b. Isolasi
Mekanisme pembelaan dengan cara mengasingkan diri. Orang yang
memakai mekanisme pembelaan suka menyendiri bila menghadapi
bahaya atau sedang stres. Isolasi adalah pembelaan atau pemisahan
gagasan dari afek yang menyertainya tetapi direpresi. Isolasi sosial adalah
tidak adanya objek hubungan.
c. Displacement
Mekanisme pembelaan dengan cara memindahkan obyek emosi atau
kemarahannya pada orang lain. Suatu emosi atau dorongan katheksis dari
gagasan atau objek adlah dipindahkan kepada orang lain yang menyerupai
aslinya dalam aspek atau kualitasnya. Pengalihan memungkinkan
perwakilan simbolik gagasan atau objek asli dengan cara yang kurang
katheksis atau yang menimbulkan lebih sedikit ketegangan dibandingkan
aslinya
d. Intelektualisasi
Mekanisme pembelaan dengan cara memperhatikan intelektualitasnya.
Mereka yang memakai mekanisme ini akan banyak bicara untuk
memperiihatkan intelektualitasnya. Sangat mirip dengan rasionalisasi,
intelektualisasi adalah pemakaian berlebihan proses intelektual untuk
menghindari ekspresi atau pengalaman afektif. Tekanan yang tidak
semestinya dipusatkan pada benda mati untuk menghindari keintiman
dengan orang. perhatian diberikan pada kenyataan eksternal utnuk
menghindari ekspresi perasaan internal, dan penekanan secara
berlebihan diberikan pada perincian yang tidak relevan untuk menghindari
merasakan keseluruhan.
e. Represi
Mekanisme pembelaan dengan cara menghindari dari konflik yang
dihadapi tanpa disadari . Suatu saat konflik yang disimpan dalam bawah
sadar ini akan dapat muncul ke permukaan dan dapat mengganggu
kehidupannya. Suatu gagasan atau perasaan dapat dibuang atau ditahan
dari kesadaran melalui represi. Represi primer adalah mengekang
gagasan dan perasaan sebelum mereka mencapai kesadaran ; represi
sekunder adalah mengeluarkan dari kesadaran apa yang pernah dialami
pada tingkat sadar. Hal yang direpresi tidak benar-benar dilupakan,
sehingga perilaku simbolik dapat ditemukan. Represi adalah berbeda dari
supresi dengan mempengaruhi inhibisi impuls yang disadari sampai titik
yang hilang dan tidak hanya menunda penghargaan tujuan. Persepsi
instink dan perasaan yang disadari adalah dihalangi.
f. Disosiasi
Modifikasi sementara tetapi drastik dari karakteri seseorang atau identitas
pribadi seseorang yang terjadi untuk menghindari ketegangan emosional.
Keadaan fugu dan reaksi konversi histerik adalah manifestasi yang sering
dari disosiasi. Disosiasi juga ditemukan pada perilaku fobik-balik
(counterphobic), gangguan identitas disosiatif, pemakaian perangsang
farmakologis , dan kegembiraaan religius.
g. Eksternalisasi
Istilah umum yang lebih sering ibandingkan proyeksi, eksternalisasi
dimaksudkan sebagai kecenderungan untuk merasakan kepribadian
sendiri, termasuk impuls instintual, konflik , mood, sikap, dan gaya berpikir,
pada dunia luar dan pada elemen objek luar
h. Inhibisi
Dalam inhibisi, pembatasan atau penolakan fungsi ego terjadi secara
disadari, sendirian atau kombinasi, untuk menghilangkan kecemasan yang
ditimbulkan konflik dengan impuls instinktual, superego, atau kekuatan
atau tokoh dalam lingkungan.
i. Rasionalisasi
Penjelasan rasionalisasi adalah ditawarkan oleh orang untuk
membenarkan sikap, keyakinan, atau perilaku yang tidakdapat diterima.
Motif yang mendasari biasanya ditentukan secara instinctual
j. Pembentukan reaksi
Impuls yang tidak dapat diterima diubah menjadi kebalikannya.
Pembentukan reaksi adalah karakteristik dari neurosis obsesional, tetapi
dapat terjadi pada bentuk neurosis lainnya. Jika mekanisme sering
digunakan pada stadium perkembangan ego yang awal, ia dapat menjadi
sifat karakter secara permanen, seperti pada karakter obsesional.
k. Seksualisasi
Suatu objek atau fungsi ditempel dengan kepentingan seksual yang tidak
dimiliki sebelumnya atau yang dimilikinya dengan deraj'at lebih kecil untuk
menangkas kecemasan yang berhubungan dengan impuls atau
turunannya yang dilarang

Mekanisme Pembelaan yang Mature


Ketika mekanisme pembelaan yang telah diuraikan di atas mekanisme pembelaan
yang tidak matang, oleh karena rtu sedapat mungkin harus dihindari.
Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang mature, antara lain :
a. Altruisme
Mekanisme pembelaan pada orang yang mampu mengorbankan diri
sendiri untuk kepentingan orang lain tetapi tanpa merugikan diri sendiri.
Orang menjalani pengalaman yang dilakukan untuk orang lain dengan cara
yang konstruktif dan secara instinktual memuaskan orang lain. Altruisme
termasuk pembentukan reaksi yang ringan dan konstruktif. Altruisme
dibedakan dari penyerah altruistik (altruistic surender), di mana penyerah
dari pemuasan langsung atau dari kebutuhan instinktual terjadi untuk
memenuhi kebutuhan orang lain dengan merugikan diri sendiri dan dimana
kepuasan dapat dinikmati hanya melalui introyeksi yang dilakukan untuk
orang lain.
b. Antisipasi
Mekanisme pembelaan dengan cara melakukan antisipasi pada masa
depan. Mereka yang memakai mekanisme ini mampu menghadapi
kecemasan dengan membuat rencana yang positif. Kecemasan atau
ketakutannya diantisipasi dengan cara membuat program yang jelas dan
positif. la mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya. Umumnya
kecemasan yang dihadapinya adalah sesuatu yang belum terjadi.
Antisipasi realistik atau perencanaan untuk masa depan adanya
ketidaknyamanan dalam diri berarti perencanaan yang cermat atau
antisipasi afektif yang mengkhawatirkan atau prematur tetapi realistik
adanya kejadian menakutkan dan kemungkinan hasil yang
mengecewakan.
c. Aseitisme
Mekanisme pembelaan pada mereka yang mampu mengendalikan diri bila
mendapatkan musibah atau kegembiraan. Orang yang memiliki
mekanisme ini tidak akan terlalu kecewa bila mendapatkan musibah dan
tidak akan terialu gembira bila mendapatkan kesenangan. Efek yang
menyenangkan dari pengalaman dihilangkan. Terdapat elemen moral
dalam menentukan nilai kesenangan tertentu. Pemuasan didapatkan dari
penolakan , dan pertapaan diarahkan menentang semua kesenangan
dasar yang dirasakan secara sadar.
d. Humor
Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan cara membuat humor
agar orang lain tertawa. Humor yang dibuatkan selalu humor yang tanpa
menyinggung dan menyakiti hati orang lain. Humor memungkinkan
ekspresi perasaan dan pikiran secara jelas tanpa ketidaknyamanan atau
imobilisasi pribadi dan tidak menghasilkan efek yang tidak menyenangkan
bagi orang lain. Ini memungkinkan orang untuk mentoleransi tetapi masih
memuaskan pada apa yang terlalu menakutkan untuk dipikul ; humor
berbeda dari kejenakaan, yaitu suatu bentuk pengalihan yan gmengalihkan
perhatian dari masalah afektif.
e. Sublimasi
Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan kemampuan mengganti
dorongan instink yang tidak baik dengan kegiatan-kegiatn lain yang
bermanfaat (positif). Kecemasan atau kekecewaan yang dihadapi sudah
terjadi, sehingga harus dilakukan sublimasi. Pemuasan impuls dan
penundaan tujuan adalah dicapai, tetapi tujuan atau sasaran diubah dari
yang mungkin ditolak secara sosial menjadi yang diterima secara sosial.
Sublimasi memungkinkan instink disalurkan, bukannya dihambat atau
dialihkan . Perasaan dikenali , dimodifikasi, dan diarahkan kepada sasaran
atau tujuan yang penting, dan terjadi pemuasan instinktual yang ringan
f. Supresi
Mekanisme pembelaan dengan cara melupakan kekecewaan atau
kegagalan yang dihadapi dengan penuh kesadaran . Di sini harus mampu
menerima realita dengan ikhlas untuk kemudian melepaskannya. Karena
ikhlas dan penuh kesadaran maka orang akan tetap berada dalam
keadaan homeostasis, dan dengan demikian orang akan berada dalam
keadaan sehat bebas dari simtom-simtom gangguan menal atau bahkan
gangguan fisik. Keputusan yang disadari atau setengah disadari untuk
menunda perhatian pada terjadinya impuls atau konflik yang disadari.
Masalah dapat semata-mata dihalangi, tetapi tidak dihindari. Rasa tidak
nyaman adalah dirasakan tetapi ditekan.
Mekanisme pembelaan yang dewasa (mature) ml perlu dikembangkan dan
disebar luaskan pada setiap orang karena mekanisme ini akan membawa orang
pada kondisi sehat. Memang tidak mudah untuk memiliki mekanisme pembelaan
yang tewasa ini. Orang harus berlatih dan berupaya dengan tekun agar
memilikinya. Ada nece-apa cara agar orang mampu bereaksi terhadap stresor
yang dihadapinya nengan mekanisme pembelaan yang dewasa . Upaya itu antara
lain dengan neiakukan hal-hal sebagai berikut :
Pertama, memusatkan perhatian pada yang ada, pada yang telah dimiliki
(pekerjaan apabsaja) dan lakukanlah sebaik mungkin. Hindari situasi
yang memperburuk keadaan dengan memikirkan hal-hal masa lalu dan
menghawatirkan masa depan

Kedua, buatlah daftar masalah yang dihadapi dan pecahkan (selesaikan) setiap
masalah itu satu persatu menurut kala prioritas. Atasi dulu satu masalah
sebelum menangani masalah lainnya

Ketiga, bila telah ditetapkan suatu pemecahan masalah, maka lakukanlah


dengan segera. Jangan membuang-buang energi dengan was-was.

Keempat, usahakanlah agar hidup ini lebih produktif . Hindari adanya kekosongan
waktu, sebab waktu yang kosong itu dapat menambah keresahan dan
ketegangan

Kelima, hindari cara berfikir untuk selalu menyalahkan orang lain, sebab hal ini
akan menimbulkan frustasi berkepanjangan, dan rasa permusuhan
terhadap semua orang yang terlibat.

Keenam, luangkanlah waktu setiap hari untuk beistirahat beberapa saat sebagai
usaha untuk menenangkan fisik dan mental. Dalam waktu istirahat ini
pikirkanlah hal-hal yang menggembirakan atau tidak bepikir sama
sekali.
Ketujuh, ciptakanlah rasa aman dan damai dengan cara mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan sehari-hari. Pertahankanlah
hal ini sebaik mungkin, misalnya jam kerja, waktu makan, tidur dan
kegiatan-kegiatan lain.

Kedelapan, atasi setiap masalah sebelum masuk tidur . Masalah yang belum ada
alternatif pemecahannya atau bahkan masalah yang dapat teratasi
akan selalu mengganggu tidur, akibatnya di keesokan harinya tak
mungkin bangun dalam keadaan segar.

Kesembilan, biasakanlah untuk menerima dan menghadapi situasi kritis yang


mungkin selalu terjadi dan tak mungkin untuk dihindari

Kesepuluh, dalam keadaan kecemasan yang dirasakan terlalu berat, berfikirlah


rasional dan carilah pertolongan pada ahlinya (psikiater). Hindarilah
berpikir yang irrasional yang dapat membawa pada hal-hal yang akan
menambah parah gangguan yang diderita.

Dalam masyarakat tradisional, bila ada seseorang yang mengalami


gangguan baik fisik naupun mental dan belum diketahui penyebabnya maka
gangguan yang terjadi itu dihubung-hubungkan dengan ketakutan supernatural,
sehingga timbullah seperti stigma. Stigma yang dikaitkan dengan timbulnya
gangguan mental karena sebab adanya kekuatan supernatural itu, tidak hanya
terdapat pada mereka yang berpendidikan tinggi. Umumnya mereka yang
mempunyai stigma adalah mereka yang ttdak mempunyai pegangan yang jelas
dalah hidupnya, artinya mereka tidak beragama dengan baik . Umumnya mereka
mudah gelisah dan bingung, tidak mengerti kemana harus mencari pertolongan
Ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu tentang kemampuan seseorang
memaki mekanisme pembelaan yang dewasa itu adalah mereka yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya (terutama dalam masa The Formative of Years) sebagai
manusia. Kebutuhan dasar itu sering disebut sebagai basic needs dari Maslow
Stadium Siklus Kehidupan
Erikson menggmbarkan delapan stadium siklus kehidupan. Stadium
ditandai oleh satu atau lebih krisis internal, yang didefinisikan sebagai titik balik
(turning point) suatu periode dimana seseorang berada di dalam kerentanan yang
meningkat. Idealnya , suatu krisis diatasi secara berhasil , dan orang mendapatkan
kekuatan dan mampu untuk pindah ke stadium selanjutnya.
Stadium Erikson tidak terpaku dengan waktu. Perkembangan adalah
berkesinambungan; Kendatipun stadium tertentu menguasai suatu waktu tertentu,
orang mungkin mempunyai masalah sisa yang dibawa dari satu stadium ke
stadium selanjutnya atau mungkin di dalam stres berat dan beregresi ke stadium
yang lebih awal secara keseluruhan atau sebagian . Batasan waktu yang
dituliskan dibawah ini mencerminkan suatu perkiraan yang disetujui oleh sebagian
besar peneliti dalam bidang ini.

Stadium I. Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (basic


trust versus basic mistrust), (sejal lahir sampai kira-kira usia 1 tahun).
Kepercayaan lawan ketidakpercayaan adalah krisis pertama yang harus dihadapi
oleh seorang bayi. Erikson menulis di dalam "Growth and Crisis of the Healthy
Personality".
Untuk komponen pertama dari kepribadian yang sehat saya menunjuk rasa
kepercayaan dasar yang saya piker merupakan suatu sikap pada seseorang dan
dunia / yang didapatkan dari pengalaman dalam tahun pertama kehidupan.
Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan
dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya
Periode ini bertepatan dengan stadium perkembangan oral dari Freud, di
mana Tiulut merupakan zona tubuh yang paling sensitif . Menemukan puting
payudara, nenghisap, dan memasukkan makanan memenuhi kebutuhan primer
bayi. Perhatian yang penuh dari ibu terhadap kebutuhan tersebut yang
menimbulkan kepercayaan, selanjutnya meletakkan dasar untuk harapan positif
bayi di masa mendatang terhadap dunia . Erikson menambahkan istilah "sensorik"
pada stadium oral dari Freud (disebutnya sebagai oral - sensorik) karena orang tua
juga mengikuti indera bayi penglihatan, pengecapan, pembauan, raba, dan
pendengaran. Melalui interaksi tersebut, bayi mengembangkan perasaan
kepercayaan bahwa keinginannya akan dipuaskan, atau, jika ibunya tidak
memperhatikan, bayi mengembangkan rasa ketidakpercayaan bahwa mereka
tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
KRISIS ORAL. Pada setengah bagian kedua tahun pertama, terjadi krisis
oral. Pada saat tersebut gigi bayi tumbuh, dan dorongan untuk menggigit terjadi.
Bayi berkembang dari semata-mata pasif menjadi semakin aktif. Tetapi, jika bayi
menggigit terfalu aktif. Tetapi, jika bayi menggigit tertalu aktif, puting payudara
dilepaskan. Respon ibu sebagian adalah dipengaruhi oleh perilaku anak, dan bayi
belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagia akibatnya,
bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagai
akibatnya, bayi belajar sahwa mereka dapat dipengaruhi lingkungan, dan mereka
mulai mengembangkan rasa dalam dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah
dari lingkungan. Di dalam kuftur sekarang ini, penyapihan dari payudara atau botol
dimulai pada akhir fase ini. Erikson percaya bahwa perpisahan adalah dasar dari
rasa sedih, nostalgia, atau kerinduan . Tetapi, jika kepercayaan dasar adalah kuat,
anak mengembangkan pengertian harapan, optimisme , dan kepercayaan diri.
Seorang ibu atau pengganti ibu yang mencintai dan penuh kasih sayang
yang memberikan perawatan yang konsisten dan dengan kualitas yang baik
memberikan dasar untuk perkembangan kepercayaan. Menurut Erikson,
pencapaian sosial dari bayi adalah kemauannya untuk membiarkan ibunya di luar
jangkauan penglihatannya tanpa kecemasan atau kemarahan yang tidak
semestinya. Hal tersebut terjadi karena ibu menjadi suatu kepastian inti (inner
certainty) di dalam gambaran mental bayi. Konsep yang sejalan adalah konsep
dari Jean Piaget mengenai keabadian objek (object permanence) di mana
kemampuan anak untuk mempertahankan citra mental seseorang atau objek,
bahkan jika orang atau objek tersebut tidak terlihat dan dengan konsep Margaret
Mahler tentang keteguhan objek (object conctancy), di mana anak mempunyai
gambaran mental tentang ibunya sebagai yang dapat dipercaya dan stabil. (Fase
perkembangan tersebut terjadi pada usia 24 sampai 36 bulan, menurut mahler).
Stadium 2. Otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu ( autonomy versus
shame and doubt) (kira-kira usia 1 tahun sampai 3 tahun). Otonomi merupakan
rasa penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap dorongan dan
desakannya . Anak yang baru belajar berjalan mendapatkan rasa bahwa mereka
terpisah dari yang lainnya. "Saya, " "kamu", dan "milikku" adalah kata-kata yang
sering digunakan oleh anak-anak selama periode ini. Anak memiliki pilihan
mempertahankan atau melepaskan, bekerja sama atau keras kepala. Periode ini
bertepatan dengan stadium perkembangan anal dari Freud. Bagi Erikson , periode
ini adalah waktu untuk anak menahan fesesnya (holding in) atau mengeluarkan
fese (letting go); kedua perilaku tersebut mempunyai pengaruh pada ibu.
Anak-anak dalam tahun kedua dan ketiga kehidupannya belajar untuk
berjalan sendirian, makan sendiri, mengontrol sfinger anal, dan untuk berbicara.
Maturasi muskular tersebut menentukan sifat stadium perkembangan ini. Jika
orang tua mengijinkan anak untuk berfungsi secara otonom dan bersikap
membantu tanpa bersikap overprotektif, anak mendapatkan kepercayaan diri dan
merasa bahwa mereka dapat mengontrol dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi , jika
anak dihukum karena bersikap otonom atau dikontrol secara berlebihan, mereka
merasa marah dan dipermalukan. Jika orang tua menunjukkan persetujuan
tentang kontrol diri sendiri, harga diri anak meningkat , dan ras kebanggaan
berkembang. Kontrol yang berlebihan dari orang tua atau anak yang kehilangan
kontrol diri, disebut juga impotensi muskular dan anal oleh Erikson, menyebabkan
rasa ragu-ragu dan malu. Rasa malu menyatakan secara tidak langsung bahwa
seseorang dipandang benci oleh dunia luar. Hal ini menggali perasaan anak yang
merasa kecil saat berdiri tegak untuk pertama kalinya. Karena merasa kecil, anak
mudah merasa malu oleh pengalaman pengasuhan orang tua yang kurang.
Stadium 3. Inisiatif lawan rasa bersalah (Initiative versus guilt) . (Usia 3
tahun sampai 5 tahun) . Stadium ini berhubungan dengan fase falik-oedipal dari
Freud . Selama periode ini, anak mengembangkan rasa ingin tahu tentang seksual
yang dimanifestasikan dengan terlibat dalam permainan seks kelompok atau
menyentuh genitalianya sendiri atau teman sebayanya. Jika orang tua tidak
membuat masalah tentang dorongan masa anak-anak tersebut (Erikson memberi
contoh ini : "Jika kamu memegangnya, nanti dipotong oleh dokter:), dorongan
akhirnya ditekan dan tampak kembali selama masa remaja sebagai bagian dari
pubertas. Jika orang tua tertalu banyak mempermasalahkan dorongan tersebut,
anak dapat menjadi terhambat secara seksual.
Saat mendekati akhir tahun ketiga, mereka mampu untuk memulai aktivitas
morotik maupun intelektual. Apakah inisiatif diperkuat adalah tergantung pada
berapa banyak kebebasan yan gdiberikan pada anak dan bagaimana baiknya
keingintahuan intelektual mereka dipuaskan. Jika anak dibuat untuk merasa tidak
mampu tentang perilaku atau minatnya, mereka mungkin keluar dari periode ini
dengan rasa bersalah tentang aktivitas yang berasal dari inisiatif diri sendiri.
Konflik di sekitar inisiatif diri sendiri. Konflik di sekitar inisiatif dapat menghalangi
anak yang sedang berkembang untuk mengalami potensi sepenuhnya dan dapat
mengganggu perasaan ambisi mereka, yang berkembang selama stadium ini.
Anak mampu untuk bergerak secara mandiri dan aktif pada akhir stadium
ini. Bermain dengan teman sebayanya, anak belajar bagaimana untuk berinteraksi
dengan orang lain. Jika fantasi yang agresif telah ditangani dengan tepat (tidak
dihukum maupun didorong), anak mengembangkan rasa inisiatif dan ambisi.
Pada akhir stadium inisiatif lawan bersalah, kesadaran anak (superego dari
Freud) ditegakkan. Anak belajar tidak hanya bahwa terdapat bata-batas terhadap
perilaku sandiwara seseorang (sebagai contohnya, bahwa anak laki-laki tidak
dapat tidur dengan ibunya atau tidak dapat membunuh ayahnya) tetapi juga
dorongan agresif dapat diekspresikan dalam cara yang konstruktif, seperti
kompetisi yang sehat, permainan, dan menggunakan mainan. Perkembangan
suatu kesadaran menentukan sifat perasaan moral tentang benar dan salah.
Tetapi, hukuman yang beriebihan dapat membatasi imajinasi dan inisiatif anak.
Anak yang mengembangkan superego yang terlalu kuat. Anak dengan kualitas
semua atau tidak sama sekali, dapat menuntut sebagai orang dewasa bahwa
orang lain harus mematuhi peraturan moral mereka dan dengan demikian, dapat
menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jika krisis inisiatif
diselesaikan dengan berhasil, rasa tanggung jawab, dapat diandalkan, dan disiplin
diri berkembang.
Stadium 4. Industri lawan inferioritas (industry vsus inferiority). (Usia
6 tahun sampai 11 tahun sampai akhir masa remaja ). Mengembangkan rasa
identitas adalah tugas utama dari periode ini, yang bertepatan dengan masa
pubertas dan masa remaja. dentitas didefinisikan sebagai karakteristik yang
membentuk seseorang dan ke mana tujuan mereka. Identitas yang sehat
dibangun pada keberhasilan mereka melewati stadium yang lebih awal.
Bagaimana keberhasilan mereka mendapatkan kepercayaan, otonomi, inisiatif,
dan industri mempunyai banyak pengaruh dengan perkembangan rasa identitas.
Identifikasi dengan orang tua atau pengganti orang tua yang sehat
mempermudah proses. Identitas berarti suatu rasa kekompakan inti dengan ide
dan nilai-nilai kelompok sosial. Seorang remaja adalah suatu penundaan
psikososial antara masa anak-anak dan masa remaja; selama penundaan
tersebut, berbagai peranan diuji. Remaja mungkin melakukan beberapa
kesalahan awal sebelum memutuskan suatu pekerjaan atau dapat keluar dari
sekolah, dan kembali di kemudian hari untuk menyelesaikan pendidikannya. Nilai
moral mungkin berubah, tetapi akhirnya suatu sistem etika digabungkan ke dalam
kerangka kerja organisasi yang logis.
KRISIS IDENTITAS. Suatu krisis identitas terjadi pada akhir masa remaja.
Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif, karena meruapakan suatu
peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini meninggalkan
anak remaja tanpa identitas yang kokoh; orang menderita difusi identitas atau
kebingungan peran, yang ditandai dengan tidak memiliki rasa diri dan oleh
kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran (role confusion)
dapat dimanifestasikan dalam kelainan perilaku tertentu seperti melarikan diri,
kriminalitas, dan psikosis yang jelas. Masalah dalam identitas jenis kelamin
(gender identity) dan peranan seksual menjadi tampak pada saat ini. Anak remaja
mungkin bertahan terhadap kebingungan peran dengan bergabung dalam
kelompok kecil atau pemujaan atau dengan mengidentifikasi dengan
pahlawan-pahlawan rakyat.
Stadium 6. Keintiman lawan Absorpsi - diri atau isolasi (intimacy
versus seff-absorption or isolation) . (Usia 21 tahun sampai 40 tahun). Periode ini
dimulai dari masa remaja akhir sampai masa usia pertengahan awal. Erikson
menyatakan bahwa konflik psikososial yang penting dapat timbul selama stadium
ini dan, seperti pada stadium sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan
tergantung pada bagaimana baiknya dasar telah telah diletakkan dalam periode
yang lebih awal dan bagaimana dewasa muda berinteraksi dengan lingkungan .
Keintiman hubungan seksul, persahabatan, dan semua pergaulan yang dalam
adalah tidak menakutkan orang dengan krisis identitas yang telah terpecahkan.
Sebaliknya, orang yang mencapai tahun dewasa dalam keadaan kebingungan
peran yang masih terjadi adalah tidak mampu untuk menjadi teriibat dalam
hubungan yang kuat dan lama. Tanpa seorang teman atau pasangan perkawinan,
seseorang dapat menjadi terabsorbsi dengan dirinya sendiri dan menuruti kata
hatinya sendiri; sebagai akibatnya, suatu perasaan terisolasi dapat tumbuh
sampai proporsi yang berbahaya.
Di dalam keintiman yang sesungguhnya terdapat hubungan satu sama
lain. Kata tersebut mengingatkan stadium pertama dalam kehidupan. Jika anak
mencapai inisiatif dalam genitalitas, kenikmatan sensual pada masa anak-anak
bergabung dengan ide orgasme genital, dan dewasa muda adalah mampu untuk
bercinta dan membagi cinta dengan orang lain. Melalui krisis keintiman lawan
isolasi , seseorang lebih nementingkan ekslusivitas ketergantungan yang lebih
awal dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan kelompok
sosial yang lebih luas dan bermacam-macam.
Erikson mengutip pandangan Freud bahwa seseorang yang normal harus
mampu mencita dan bekerja (lieben und arbeiten). Demikian juga Erikson percaya
oahwa pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang, dan rekreasi di dalam
hubungan yang penuh kasih sayang adalah suatu impian.
Stadium 7. Generativitas lawan stagnasi (generativity versus
stagnation). (Usia 40 tahun sampai 65 tahun). Selama dasawarsa yang terentang
dalam tahun-tahun pertengahan kehidupan, orang dewasa memilih antara
generativitas dan stagnasi. Generativitas bukan hanya mempermasalahkan
seseorang memiliki atau membesarkan anak-anak tetapi juga termasuk minat
yang vital terhadap lingkungan di luar rumah dalam membentuk dan memimpin
generasi yang akan datang atau memperbaiki masyarakat. Orang yang tanpa
anak dapat bersifat generatif jika mereka mengembangkan rasa altruisme
(mementingkan kepentingan orang lain) dan kreativitas. Tetapi sebagian besar
orang jika mampu, ingin melanjutkan kepribadian dan energinya dalam
menghasilkan dan perawatan keturunannya . Tetapi, menginginkan atau memiliki
anak, tidak memastikan generativitas. Orang tua harus mencapai identitasnya
sendiri secara berhasil untuk dapat benar-benar generatif.
Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau
membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif
keintiman yang tidak benar-benar intim. Orang tersebut kemungkinan menikah
dan bahkan menghasilkan anak-anak tetapi semuanya dalam suatu kepompong
masalah diri sendiri dan isolasi. Orang tersebut memanjakan dirinya sendiri
seakan-akan mereka adalah anak-anak dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri
.Sebenarnya , orang tua yang tidak benar-benar yakin bahwa kehidupan didalam
lingkungan tertentu adalah bermanfaat mungkin menemukan bahwa anak-anak
mereka menyerap pesan tersebut hanya terlalu baik, hasilnya adalah tidak
mempunyai cucu-cucu.
Stagnasi adalah suatu keadaan mandul. Ketidakmampuan untuk
mengatasi tidak adanya kreativitas adalah berbahaya karena orang tidak mampu
untuk menerima pada akhirnya tidak ada dan ide bahwa kematian adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan.
Stadium 8. Integritas lawan keputus-asaan dan isolasi (integrity versus
despair). Usia tua adalah stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson.
Stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium digambarkan sebagai
konflik antara integritas (rasa kepuasan yang dirasakan seseorang sebagai
pencerminan kehidupan yang produktif) dan keputus-asaan (rasa bahwa
kehidupan mempunyai sedikit tujuan atau arti). Masa dewasa akhir dapat
merupakan suatu periode kesenangan-suatu waktu untuk bersenang-senang
dengan cucu-cucu, untuk mengingat usaha besar seseorang, dan kemungkinan
untuk melihat buah yang dihasilkan seseorang digunakan secara baik oleh
generasi yang lebih muda. Integritas memungkinkan penerimaan tempat di dalam
siklus kehidupan dan pengatahuan bahwa kehidupan seseorang adalah tanggung
jawabnya sendiri. Terdapat suatu penerimaan tentang siapa dan di mana orang
tua seseorang dan pengertian bagaimana mereka menjalani kehidupannya.
Tanpa keyakinan bahwa kehidupan seseorang telah berarti dan seseorang
telah memberikan sumbangan, baik dengan menghasilkan anak-anak yang
senang atau dengan memberi pada generasi selanjutnya, orang lanjut usia
merasa takut akan kematian dan mempunyai rasa putus asa atau muak. Orang
yang membenci orang lain atau orang yang merendahkan orang lain berada dalam
keadaan putus asa.
Baru-baru ini, Erikson menulis tentang masalah orang yang berusia di atas
85 tahun yang harus menyeimbangkan otonomi dengan kebutuhan nyata untuk
pertolongan (sebagai contohnya, bantuan fisik dan ekonomi). Setiap orang harus
mengenali bahwa menjadi tua memerlukan persiapan yang aktif, yang harus
dimulai pada stadium kehidupan yang lebih awal. Karena masyarakat belum
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sangat lanjut usia, tanggung
jawab terbesar tetap di tangan individu.
Didalam kata-kata kesimpulan tentang stadium ini dalam "Childhood and
Society," Erikson menulis hal berikut ini : "anak-anak yang sehat tidak akan
merasa takut akan kehidupan jika orang tuanya mempunyai integritas yang cukup
untuk tidak merasa takut mati."
PSIKOPATOLOGI
Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologi sendiri jika
tidak diatasi dengan berhasil

Kepercayaan dasar.
Suatu gangguan pada kepercayaan dasar menyebabkan
ketidakpercayaan dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan
kemudahan memberikan makan , kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis
umum. Persiapan yang lama selama masa bayi dapat menyebabkan Hospitalisme
atau depresi anaklitik. Di dalam kehidupan di kemudian hari kehilangan
kepercayaan tersebut dapat dimanifestasikan dengan gangguan distimik, suatu
gangguan depresif, atau rasa ketidakberdayaan . Orang yang mengembangkan
dan mengandalkan pada pertahanan proyeksi-di mana , menurut Erikson, "kita
membantu orang yang berarti dengan kejahatan yang sebenarnya berada di
dalam diri kita mengalami rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama
kehidupannya dan kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional.
Ketidakpercayaan dasar adalah suatu penyumbang yang besar terhadap
perkembangan gangguan kepribadian skizoid dan, pada kasus yang paling berat,
pada perkembangan skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga
dapat dihubungkan dengan ketidakpercayaan sosial ; kepribadian tergantung - zat
mempunyai kebutuhan ketergantungan - oral yang kuat dan menggunakan zat
kimia untuk memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia
adalah tidak dapat dipercaya dan, yang paling buruk, adalah berbahaya. Jika tidak
diasuh dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk
makanan tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa,
mereka dapat menj'adi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan
keintiman dan yang membantu menghindari perasaan depresi.

Otonomi
Saat anak berusaha untuk berkembang menjadi manusia yang otonom,
stadium yang seringkali disebut "dua hal yang menakutkan" (the terrible twos),
mengingat pada kesengajaan anak yang baru belajar berjalan pada stadium
perkembangan. Jika rasa malu dan ragu-ragu melebihi otonomi, keraguan
kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari
keragu-raguan yang meluap-luap.
Toilet training yang terlalu berlebihan yang sering dilakukan dalam
masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu, dan
wangi dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang berlebihan yang suka
menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal sebagai
kepribadian anal. Orang tersebut adalah pelit, tepat waktu, dan perfesionistik.
Terlalu banyak perasaan malu mnyebabkan anak merasa jahat atau kotor
dan dapat membuka jalan untuk perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya , anak
berkata "jika hal itu adalah yang mereka pikirkan tentang saya , maka itulah yang
akan saya lakukan. "Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba
untuk menguasai mereka, suatu perasaan yang mungkin berasal selama stadiun
otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan,
ditanam benih untuk waham-waham persekutorik. Gangguan impulsif dapat
dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan

Inisiatif
Erikson menyatakan, :Di dalam patologi, konflik di atas inisiatif
diekspresikan dalam penyangkalan histerikal Hysterical denial), yang
menyebabkan penekanan harapan atau pembatalan organ pelaksana dengan
paralisis atau impotensi ; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana
individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah , malahan sebenarnya
menonjol dirinya. Di masa lalu, histeria biasanya merupakan bentuk regresi
patologis yang umum didalam bidang ini, tetapi loncatan ke penyakit psikosomatis
adalah tidak diketahui
Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan,
seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena
impuls normalnya, dan mereka menekan impuls tersebut, dengan menyebabkan
pembentukan gejala .Inhibisi seksual dapat terjadi selama stadium inisiatif lawan
rasa bersalah. Gangguan konversi atau kecemasan fobia dapat terjadi jika konflik
oedipal tidak dipecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai tidak dapat
diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan
melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang
sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk
menyangkalnya. Jika pola dibawa terus , paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat
terjadi. Atau, dalam rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang
diharapkan orang lain, anak mungkin kembali kepenyakit psikosomatis.

Industri
Erikson menggambarkan industri sebagai suatu "rasa mampu untuk
membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. "Jika
usaha anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat
dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dicapai atau
mereka tidak bermanfaat, dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa,
perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan
suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan dapat menyebabkan
dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan
dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas
Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan
kebingungan identitas (identity confusion). Bahaya adalah difusi peran. Erikson
menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya
seperti pada identitas seksual seseorang. Peristiwa kejahatan dan psikotik
seketika adalah tidak jarang. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat , peristiwa
tersebut tidak mempunyai kepentingan fatal yang sama seperti pada usia lainnya.
Hal ini terutama adalah ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas
okupasional yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka
bersama-sama, mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara bertebihan
dengan pahlawan kelompok dan masyarakat, sampai titik yang tampaknya
kehilangan identitas sepenuhnya.
Gangguan lain selama stadium identitas lawan difusi peran adalah
gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacu (distruptive behavior disorders),
gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan gangguan
psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup secara
mandiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk terpisah
dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.
Keintiman
Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung
pada kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda adalah
penting untuk memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas
jenis kelamin menentukan objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual
, tetapi membuat hubungan yang intim dengan orang lain adalah tugas yang
utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tetap terisolasi dari orang lain
karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk mengambil risiko, atau
tidak adanya kemampaun untuk mencinta.

Generativas
Dari kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa
pertengahan, gangguan spesifik adalah kurang jelas ditetapkan dibandingkan di
dalam stadium lain yang digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua
menunjukkan insidensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan dengan kekecewaan dan
kegagalan harapan orang setengah tua saat mereka mengenang kembali masa
lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi
masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga
terjadi pada saat ini.

Integritas
Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam
rumusan Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan
balik seseorang ke masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan , dan
kesempatan telah dipergunakan. Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada
penyakit psikosomatik, hipokondriasis, dan depresi. Angka bunuh diri adalah
paling tinggi setelah usia 65 tahun. Orang yang menghadapi kematian mungkin
tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersikap generatif atau
mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi
Erikson drtandai dengan penerimaan tersebut tidak ada, oang memasuki keadaan
keputus-asaan dan ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan
depresi yang berat.

Anda mungkin juga menyukai