Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring.KNF
terjadi lebih sering pada pria dibandingkan pada wanita, dengan rasiopria-wanita
2-3:1. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa prognosis lebih baikpada
wanita dibandingkan pada pria, tetapi penelitian lain belum
menunjukkanperbedaan ini. Usia rata-rata pada presentasi adalah 45-55 tahun.
Pasien yang lebihmuda tampaknya memiliki tingkat ketahanan hidup yang lebih
baik daripada pasien yang lebih tua (Nasional Cancer Institute, 2009).
KNF tidak umum terjadi di Amerika Serikat dan dilaporkan bahwa
kejadiantumor ini adalah kurang dari 1 dalam 100.000.Namun, KNF cukup unik
di beberapadaerah geografis, yaitu Cina Selatan, orang Eskimo, dan orang-orang
di Negara-negara Asia Tenggara lainnya.Kanker nasofaring merupakan penyakit
yang relativeumum dalam populasi asal Cina Selatan di antara migrant (Nasional
Cancer Institute,2009).
Dalam sebahagian provinsi di Cina, dijumpai kasus KNF adalah sebanyak 15-
30 per 100.000. Selain itu, di Cina Selatan khususnya Hong Kong dan
Guangzhou,terdapat 10-150 kasus per 100.000 orang per tahun. Insiden tetap
tinggi untukketurunan Cina Selatan yang hidup di negara-negara lain. KNF di
Indonesia, menempati urutan ke-5 dari 10 besar diantara tumorkeganasan yang
terdapat di seluruh tubuh (Nasional Cancer Institute, 2009)
Penanganan yang kurang tepat pada karsinoma nasofaringakan berdampak fatal
dan bahkan sampai pada kematian. Dalam pengambilan diagnosa keperawatanpun
haruslah tepat sehingga pasien dapat ditolong dengan cepat dan tepat.

1.2 Tujuan penulisan

1
1.2.1 Tujuan umum
Diketahuinya konsep karsinoma nasofaring dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan karsinoma nasofaring
1.2.2 Tujuan khusus
- Diketahuinya definisi karsinoma nasofaring
- Diketahuinya etiologi karsinoma nasofaring
- Diketahuinya patofisiologi karsinoma nasofaring
- Diketahuinya manifestasi klinis karsinoma nasofaring
- Diketahuinya komplikasi karsinoma nasofaring
- Diketahuinya web of cautions (WOC) karsinoma nasofaring
- Diketahuinya penatalaksanaan karsinoma nasofaring
- Diketahuinya asuhan keperawatan pada pasien karsinoma
nasofaring
1.3 Manfaat penulisan
1.3.1 Bagi perawat
Memberikan masukan bagi para perawat agar dapat meningkatkan
pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan keeprawatan pada
pasien dengan karsinoma nasofaring.
1.3.2 Bagi institusi pendidikan
Dapat menjadi sumber informasi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya tentang karsinoma nasofaring dan menurunkan
angka kematian pasien dengan karsinoma nasofaring

BAB 2

2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring
(Smeltzer, 2001).
2.2 Etiologi
Etiologi karsinoma nasofaring sudah hampir dapat dipastikan bahwa faktor
pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-
Barr.Karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus Epstein-Barr
(EB) yang cukup tinggi.Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor
ganas leher dan kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada
kelainan nasofaring yang lain sekalipun.Selain itu fakrot genitik juga dapat
menyebabkan terjadinya KNF dimana tumor ini atau tumor pada organ lainnya
ditemukan pada beberapa generasi dari suatu keluarga (Smeltzer, 2001).
2.3 Patofisiologi
Pada kanker nasofaring ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr melalui
mediator ikan asin, makanan yang diawetkan (mengandung nitrosamine), kontak
dengan zat karsinogen (asap industri, gas kimia) dan juga dapat dikarenakan
radang kronis daerah nasofaring. Setelah itu, virus masuk berkembang biak
kemudian menyerang bagian telinga dan hidung khususnya. Dengan hidupnya
virus Epstein-Barr didaerah nasofaring (dekat telinga dan hidung), membuat sel-
sel kanker berkembang sehingga membuat terjadinya sumbatan atau obstruksi
pada saluran tuba eusthacius dan hidung. Sumbatan yang terjadi dapat
menyebabkan baik gangguan pendengaran maupun gangguan penghidu, sehingga
merupakan gangguan persepsi sensori (Price, 2005)
2.4 Manifestasi klinis
Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari nasofaring
termasuk fossa rosenmuler. Yang kemudian dapat menyebar ke dalam ataupun
keluar nasofaring ke sisi lateral lainnya dan atau posterosuperior dari dasar tulang
tengkorok atau palatum, rongga hidung atau orofaring. Metastase khususnya ke

3
kelenjar getah bening servikal.Metastase jauh dapat mengenai tulang, paru-paru,
mediastinum dan hati (jarang). Gejala yang akan timbul tergantung pada daerah
yang terkena. Sekitar separuh pasien memiliki gejala yang beragam, tetapi sekitar
10% asimtomatik.Pembesaran dari kelenjar getah bening leher atas yang nyeri
merupakan gejala yang paling sering dijumpai.Gejala dini karsinoma nasofaring
sulit dikenali oleh karena mirip dengan saluran nafas atas (Smeltzer, 2001).
Pada Karsinoma nasofaring, paresis fasialis jarang menjadi manifestasi
awal.Karena lokasinya, karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom
penyumbatan tuba dengan tuli konduktif sebagai keluhan.Perluasan infiltratif
karsinoma nasofaring berikutnya membangkitkan perdarahan dan penyumbatan
jalan lintasan napas melalui hidung.Setelah itu, pada tahap berikutnya dapat
timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar (Smeltzer, 2001).
2.5 Komplikasi
Toksisitas dari radioterapi dapat mencakup xerostomia, hipotiroidisme,
fibrosis dari leher dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus,
kelainan gigi, dan hipoplasia struktur otot dan tulang diradiasi.Komplikasi ini
terjadi selama atau beberapa hari setelah dilakukannya radioterapi.Retardasi
pertumbuhan dapat terjadi sekunder akibat radioterapi terhadap kelenjar
hipofisis.Panhypopituitarism dapat terjadi dalam beberapa kasus.Kehilangan
pendengaran sensorineural mungkin terjadi dengan penggunaan cisplatin dan
radioterapi.Toksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima
cisplatin.Mereka yang menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis
paru.Osteonekrosis dari mandibula merupakan komplikasi langka radioterapi dan
sering dihindari dengan perawatan gigi yang tepat (Smeltzer, 2001).

2.6 WOC

4
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien
karsinoma nasofaring adalah
2.7.1 Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan standar untuk karsinoma nasofaring. Tetapi
hal ini dapat menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan karena lokasi tumor
di dasar tengkorak dan organ yang rentan terhadap radiasi termasuk batang otak,
sumsum tulang belakang, hipofisis hipotalamus axis, temporal lobus, mata, telinga
tengah dan dalam, dan kelenjar parotis

2.7.2 Kemoterapi

5
Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut.Biasanya dapat
digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi.
Kemoterapi yang dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8); Vincristin
(2 mg IV hari1); Platamin (100 mg IV hari 1); Cyclophosphamide (2 x 50 mg
oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV hari 8). Pada kemoterapi harus
dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi hemopoitik, fungsi ginjal dan lain-
lain.
2.7.3 Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih
2.8 Asuhan keperawatan
2.8.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan
menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan
rasa terbakar dalam tenggorok.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di
RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa
yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam
bentuk PQRST.
Riwayat kesehatan dahulu

6
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan
genogram.
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Pada bagian leher terdapat benjolan, terlihat pada benjolan
warna kulit mengkilat.
Palpasi : Pasien saat dipalpasi adanya massa yang besar, selain itu terasa
nyeri apabila ditekan.
Pemeriksaan THT:
1. Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
2. Rinoskopia anterior :
Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin
hanya banyak sekret.
Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga
hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole
negatif.
3. Rinoskopia posterior :
Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak
agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
2.7.4 Faringoskopi dan laringoskopi :
Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring;
reflek muntah dapat menghilang.
5. X – foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
2.8.2 Diagnose
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan nutrisi.

7
c. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
2.8.3 Intervensi
Diagnose NOC NIC
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan askep Manajemen nyeri :
injuri fisik selama 3 x 24 jam tingkat 1. Lakukan pegkajian nyeri
(pembedahan). kenyamanan klien secara komprehensif
meningkat, dan termasuk lokasi,
dibuktikan dengan level karakteristik, durasi,
nyeri: klien dapat frekuensi, kualitas dan
melaporkan nyeri pada faktor presipitasi.
petugas, frekuensi nyeri, 2. Anjurkan untuk
ekspresi wajah, dan beristirahat dalam ruangan
menyatakan kenyamanan yang tenang.
fisik dan psikologis, TD 3. Berikan kompres dingin
120/80 mmHg, N: 60-100 pada bagian yang nyeri.
x/mnt, RR: 16-20x/mnt 4. Ajarkan teknik relaksasi
Control nyeri dibuktikan dengan distraksi dan napas
dengan klien melaporkan dalam.
gejala nyeri dan control 5. Kolaborasi medis, berikan
nyeri analgesik untuk
mengurangi nyeri.

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari selama 3×24 jam klien 1. kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukan status nutrisi 2. Identifikasi pasien yang
b/d adekuat dibuktikan mengalami mual/muntah
ketidakmampuan dengan BB stabil tidak yang diantisipasi.
pemasukan nutrisi. terjadi mal nutrisi, tingkat 3. Kolaborasi medis dengan
energi adekuat, masukan pemberian aniemetik pada
nutrisi adekuat jadwal reguler sebelum

8
atau selama dan setelah
pemberian agen
antineoplastik dengan
sesuai.
4. Sajikan makanan selagi
hangat.
5. Dorong pasien untuk
makan sedikit tapi sering.
Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep Konrol infeksi :
tindakan infasive, selama 3 x 24 jam tidak 1. Kaji adanya tanda-tanda
imunitas tubuh terdapat faktor risiko infeksi.
menurun infeksi pada klien 2. Monitor tanda-tanda vital.
dibuktikan dengan status 3. Kolaborasi medis dengan
imune klien adekuat: pemberian antibiotik.
bebas dari gejala infeksi,
angka lekosit normal (4-
11.000 )

9
BAB 3
GAMBARAN KASUS

3.1 Informasi Umum


Nama lengkap : Tn. MW Suku Bangsa :
Umur : 31 tahun Agama : Islam
Tanggal lahir : 25-12-1986 Tanggal masuk : 10-11-2018
Jenis kelamin : laki-laki Hari rawat ke :
No. MR : 99.72.02 Dari/rujukan : RS Inhil
Diagnosa medik : KNF + penanggung jawab biaya: BPJS
Trombositopeni
3.2 Keluhan utama
Pasien mengatakan kebas pada ekremitas tangan dan kaki, pasien mengeluhkan
pembengkakan pada ekremitas kaki kiri.
3.3 Riwayat penyakit yang diderita saat ini
Saat ini pasien terdiagnosa KNF + Trombositopeni, sebelumnya pasien dirawat di
RS Puri Husada Inhil dengan keluhan pembengkakan pada wajah, pasien
mengatakan telah dilakukannya kemoterapi sebanyak 3 kali, saat ini
pembengkakan pada wajah sudah tidak ada, tidak ada nyeri tekan, tidak ada mual,
kesadaran komposmentis dengan GCS E4 V5 M6.
3.4 Riwayat kesehatan sebelumnya
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RSUD Arifin Achmad pasien telah dirawat
di RSUD Puri Husada Inhil selama 2 hari. Pasien mengatakan sekitar 6 bulan
yang lalu pasien sering mengalami flu, sekitar 3 bulan yang lalu timbul benjolan
pada wajah bagian kanan yang lama kelamaan semakin membesar kemudian
pasien datang ke RS untuk melakukan pengobatan.

10
3.5 Riwayat kesehatan keluarga (genogram)

3.6 Keadaan umum


3.6.1 Kesadaran/GCS
Komposmentis/E4 V5 M6 (15)
3.6.2 Tanda-tanda vital
Senin (16:30) Selasa (22:15) Rabu (06:15)
TD : 100/80 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit RR : 22 x/menit
N : 82 x/menit N : 80 x/menit N : 80 x/menit
S : 35,30C S : 360C S : 35,90C
3.7 Pengkajian head to toe
3.7.1 Kepala
3.7.1.1 Rambut & kulit kepala
Kepala tampak botak, tidak ada massa pada kulit kepala,
tulang cranium tampak simetris, wajah tampak tidak
simetris ketika tersenyum, tidak ada jejas pada kulit kepala.
3.7.1.2 Mata
Alis dan bulu mata tampak tipis, tidaka da nyeri tekan pada
tulang orbital, mata tampak simetris, ada reflex cahaya pada
pupil, tidaka da nyeri pada mata, dapat melihat dengan
baik, bola mata dapat mengikuti arahan.

11
3.7.1.3 Telinga
Tidaka ada nyeri tekan pada aurikula, tidak ada nyeri tekan
pada tulang mastoid, tidak ada perdarahan pada telinga,
kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat
bantu dengar, tidak ada benda asing, tidak ada infeksi.
3.7.1.4 Hidung
Hidung tampak tidak simetris, tidak ada cuping hidung,
tidak terpasang alat bantu napas, tidak terpasang NGT,
tidak ada perdarahan, dapat membedakan jenis aroma.
3.7.1.5 Mulut
Bibir tampak pucat, rongga mulut tampak kotor, gigi tidak
lengkap, pergerakan lidah baik, tidak menggunakan gigi
palsu.
3.7.2 Leher
Trakea tampak simetris, tidak ada jejas pada leher, tidak ada
pembengkakan dan massa pada leher, tidak menggunakan
trakeostomi, kondisi otot leher baik.
3.7.3 Dada
3.7.3.1 Paru-paru
Inspeksi : Pengembangan dada tampak simetris kiri dan
kanan, tidak ada jejas pada dada, tidak tampak massa dan
benjolan pada dada
Palpasi : Tidak ada teraba massa, tidak ada nyeri tekan pada
dada, terasa getaran dengan pemeriksaan takril fremitus.
Perkusi : Terdengar sonor pada area paru dan tidak ada
pembesaran pada paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler dan tidak ada suara
napas tambahan.
3.7.3.2 Jantung
Inspeksi :tidak ada jejas pada dada, tidak tampak massa dan
benjolan pada dada

12
Palpasi : teraba mur-mur pada area jantung dan tidak ada
teraba massa.
Perkusi : terdengar redup dan tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : terdengar suara S1 dan S2, tidak ada suara
tambahan
3.7.4 Payudara dan aksila
Payudara tampak simetris, tidak ada pembengkakan dan massa,
warna kulit payudara tampak coklat kecoklatan, tidak ada
pembengkakan dan massa pada aksila, dan tidak ada nyeri.
3.7.5 Tangan
Tangan tampak simetris, CRT > 3 detik, ekremitas tampak pucat,
akral teraba dingin, kekuatan otot 55 55 , tidak ada fraktur, tampak
luka infus pada ekremitas kanan, terpasang infus pada ekremitas
kanan ukuran 22
3.7.6 Abdomen
Inseksi : warna kulit tampak kecoklatan, tidak ada luka pembedahan,
tidak tampak jejas.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada massa
Perkusi : terdengar redup pada hepar dan tidak ada pembesaran
hepar. Terdengar timpani pada area lambung dan tidak ada
pembesaran lambung
Auskultasi : bising usus 7 kali per menit
3.7.7 Genitalia dan perkemihan
Pasien mengatakan tidak ada pembengkakan dan massa pada area
kulit pubis dan genetalia, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan pada
urin, tidak ada infeksi, tidak ada nyeri dan pasien tidak terpasang
NGT atau pampers.
3.7.8 Rektum dan anus
Pasien mengatakan tidak ada lesi pada area kulit sekitar anus, tidak
ada massa, tidak ada perdarahan, dan tidak ada hemoroid.
3.7.9 Kaki

13
Kaki tampak simetris, warna kulit tampak kecoklatan, akral teraba
dingin, kekuatan otot 55 55 , tidak ada fraktur, tidak ada luka pada
kaki, tidak ada infeksi, pasien dapat berjalan namun di bantu
keluarga.
3.7.10 Punggung
Warna kulit tampak kecoklatan, tidak ada lesi pada punggung,
tidak adanya decubitus pada punggung, tidak ada nyeri tekan pada
punggung.
3.8 Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan dapat tidur pada malam hari maupun siang hari
3.9 Pola aktivitas harian (ADL)
Pasien dibantu istri dalam perawatan diri seperti mandi diusap dengan kain
lembab, pasien dibantu istri untuk ke toilet jika ingin buang air, pasien dapat
melakukan makan dan minum dengan sendiri.
3.10 Psiko-sosial-spiritual
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, konsep diri baik
dimana pasien mengatakan bahwa yakin akan kembali meskipun sudah lama
di rawat di RS.
3.11 Pengkajian refleks dan saraf kranial
3.12.1 Refleks
Biseps (+) jari bergerak normal
Triseps (+) tangan bergerak normal
Brakioradialis (+) siku bergerak normal
Patella (+) lutut bergerak normal
Achiles (+) jari bergerak normal
Babinski (+) kaki menekuk ke dalam

3.12.2 Saraf kranial


Olfaktorius Paten
Optikus Dapat melihat

14
Okulomotor Ada refleks pupil pada cahaya
Troklear Dapat membedakan jenis rasa
Trigeminus Pasien dapat merasakan sensasi wajah
Abdusen Bola mata dapat mengikuti
Fasial Dapar meregangkan wajah
Vestibulokoklear Pasien dapat mendengar
Glosofaringeus Pasien dapat membedakan jenis rasa makanan
Vagus Reflex menelan baik
Aksesorius Dapat menahan kekuatan
Hipoglosus Pasien dapat menggerakkan lidah

3.12 Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik


Tanggal Hasil Nilai normal Interpretasi
Leukosit 7.55 4.80 – 10. 80 10^3/uL Normal
Eritrosit 3.53 4.70 – 6.10 10^6/uL Rendah
Hemoglobin 9.0 14.0 -18.0 g/dL Rendah
17 Trombosit 19 150 – 450 10^3/uL Rendah
November Hematocrit 26,3 42,0 – 52.0 % Rendah
2018 Basofil 0.1 0–1% Normal
Neutrophil 89.6 50 – 70 % Tinggi
Limfosit 5.7 25.0 – 40.0 % Rendah
Monosit 4.1 2.0 – 8.0 % Normal

3.13 Medikasi obat-obatan yang diberikan


Nama obat Rute Dosis Indikasi Kontra indikasi
Cefriaxon IV 1x2 gr Membantu mengobati Alergi terhadap
meningitis, mengatasi Ceftriaxone,
pneumonia, membantu neonatus yang
mengatasi keracunan mengalami
darah, mengobati hiperbilirubinemia

15
gonore (kencing
nanah), infeksi kulit
dan jaringan lunak,
mengatasi sepsis,
peradangan pelvis,
infeksi saluran kemih,
infeksi intra-abdomen.
Methylprednisolone IV 1x125 Peradangan, gangguan Alergi
mg darah, lupus, radang methylprednisolone,
usus, radang sendi TBC, DM, herpes,
osteoporosis
Omeprazole IV Tukak duodenal, tukak Alergi omeprazole
lambung, infeksi
lambung

3.14 Analisa data


Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Penurunan Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan kebas kadar Hb perfusi jaringan
pada ekremitas perifer
- Pasien mengeluhkan
pembengkakan pada
ekremitas kaki kiri
Do :
- HB 9.0 g/dL
- Sianosis (+)
- Akral dingin
- CRT > 3 detik
Ds: Knf Resiko perdarahan
- Pasien mengatakan telah
dilakukannya kemoterapi Radiasi

16
sebanyak 3 kali
Do : Post radioterapi
- Trombosit 19 10^3/uL
- Erirosit 3.53 10^6/uL Menekan bone
- Hematocrit 26,3 % narrow
- Limfosit 5.7 %
Sistem
haemopoetik
terganggu

Trombositopeni

Resiko
perdarahan

3.15 Diagnosa keperawatan


3.16.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3.16.2 Resiko cedera

3.16 Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan - Suhu kulit 3-4 Manajemen sensai perifer
perfusi jaringan - Warna kulit 3-4 1. Lakukan pengkajian
perifer - Edema perifer terhadap sirkulasi perifer
3-4 2. Monitor TTV
3. Anjurkan pasien makan
makanan yang bernutrisi
4. monitor kadar Hb
Resiko Profil darah 2-4 Pencegahan perdarahan

17
perdarahan 1. Lakukan pengkajian
penyebab resiko
perdarahan
2. Sediakan lingkungan
yang aman
3. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
4. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga
adanya perubahan status
kesehatan
5. Identifikasi kebutuhan
keamanan sesuai riwayat
penyakit (Kolaborasi
pemberian tranfusi darah)

3.17 Implementasi
Hari/tgl Diagnosa Jam Implementasi SOAP Ttd
Senin, 19 Ketidakefektifan 16:00 1. Lakukan pengkajian S : Novi
November perfusi jaringan terhadap sirkulasi - pasien
2018 perifer perifer mengatakan
- Sianosis (+) ekremitas
- Akral dingin terasa kebas
- Ekremitas terasa - pasien
kebas mengeluhkan
- CRT > 3 detik pembengkakan
- Edema ekremitas pada ekremitas
(+) O:

18
16:30 2. Monitor TTV - Sianosis (+)
- TD 100/80 - Akral dingin
mmHg - CRT > 3 detik
- RR 20 x/menit - TD 100/80
- N 82 x/menit mmHg
- S 35,50C - RR 20 x/menit
- N 82 x/menit
16:45 3. Anjurkan pasien - S 35,50C
makan makanan yang - Hb 9.0 g/dl
bernutrisi A : Masalah belum
- Menganjurkan teratasi 1
pasien untuk P : lanjut intervensi
mengkonsumsi 1, 2, 3
makanan dari RS
hingga habis
- Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
buah yang
diberikan RS
16:55 4. Monitor kadar Hb
- Hb 9.0 g/dL
Senin, 19 Resiko 17:00 6. Lakukan pengkajian S : pasien dan
November perdarahan penyebab resiko keluarga
2018 perdarahan mengatakan
- Leukosit 7.55 memahami
10^3/uL penjelasan yang
- Trombosit 19 diberikan
10^3/uL O:
- Eritrosit 3.53 - Leukosit

19
10^6/uL 7.55
- Hematocrit 26,3 % 10^3/uL
- Limfosit 5.7 % - Trombosit
17:15 2. Sediakan lingkungan 19 10^3/uL
yang aman - Eritrosit
- Memasang side 3.53
rail 10^6/uL
17:20 3. Menganjurkan - Hematocrit
keluarga untuk 26,3 %
menemani pasien - Limfosit
- Memberitahu 5.7 %
keluarga untuk A : masalah belum
selalu menemani teratasi 1
pasien P : lanjut intervensi
17:30 4. Berikan penjelasan 1
pada pasien dan
keluarga adanya
perubahan status
kesehatan
- Memberitahu
keluarga dan
pasien bahwa saat
ini profil darah
abnormal sehingga
berisiko terjadinya
cedera
17:45 5. Kolaborasi pemberian
tranfusi darah
- Tranfusi WBC 20
kantong

20
Selasa, 20 Ketidakefektifan 22:00 1. Lakukan pengkajian S : Novi
November perfusi jaringan terhadap sirkulasi - pasien
2018 perifer perifer mengatakan
- Sianosis (+) ekremitas
- Akral dingin terasa kebas
- Ekremitas terasa - pasien
kebas mengeluhkan
- CRT > 3 detik pembengkakan
- Edema ekremitas pada ekremitas
(+) O:
22:15 2. Monitor TTV - Sianosis (+)
- TD 110/80 - Akral dingin
mmHg - CRT > 3 detik
- RR 20 x/menit - TD 110/80
- N 80 x/menit mmHg
- S 360C - RR 20 x/menit
22:30 3. Anjurkan pasien - N 80 x/menit
makan makanan yang - S 360C
bernutrisi - Hb 11.0 g/dL
- Menganjurkan A : Masalah belum
pasien untuk teratasi 1
mengkonsumsi P : lanjut intervensi
makanan dari RS 1, 2, 3
hingga habis
- Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
buah yang
diberikan RS
4. monitor kadar Hb

21
- Hb 11.0 g/dL
Selasa, 20 Resiko 22:40 1. Lakukan pengkajian S : pasien dan Novi
November perdarahan penyebab resiko keluarga
2018 perdarahan mengatakan
- Leukosit 10.2 memahami
10^3/uL penjelasan yang
- Trombosit 100 diberikan
10^3/uL O:
- Eritrosit 4.50 - Leukosit
10^6/uL 10.2
- Hematocrit 30.0 % 10^3/uL
- Limfosit 20.0 % - Trombosit
22:50 5. Kolaborasi pemberian 100
tranfusi darah 10^3/uL
- Memberi tahu - Eritrosit
pasien perlu tranfusi 4.50
darah 10^6/uL
- Hematocrit
30.0 %
- Limfosit
20.0
A : masalah belum
teratasi 1
P : lanjut intervensi
1, 4
Rabu, 21 Ketidakefektifan 06:00 1. Lakukan pengkajian S : Novi
November perfusi jaringan terhadap sirkulasi - pasien
2018 perifer perifer mengatakan
- Sianosis (+) ekremitas
- Akral hangat terasa kebas

22
- Ekremitas terasa - pasien
kebas mengeluhkan
- CRT < 3 detik pembengkakan
- Edema ekremitas pada ekremitas
(+) O:
06:15 2. Monitor TTV - Sianosis (+)
- TD 110/80 - Akral hangat
mmHg - CRT < 3 detik
- RR 22 x/menit - TD 110/80
- N 80 x/menit mmHg
- S 35,90C - RR 22 x/menit
06:30 3. Anjurkan pasien - N 80 x/menit
makan makanan yang - S 35,90C
bernutrisi - Hb 11.0 g/dL
- Menganjurkan A : Masalah belum
pasien untuk teratasi 1
mengkonsumsi P : lanjut intervensi
makanan dari RS 1, 2, 3
hingga habis
- Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
buah yang
diberikan RS
4. monitor kadar Hb
- Hb 11.0 g/dL
Rabu, 21 Resiko 06:40 1. Lakukan pengkajian S : pasien dan Novi
November perdarahan penyebab resiko keluarga
2018 perdarahan mengatakan
- Leukosit 10.2 memahami

23
10^3/uL penjelasan yang
- Trombosit 100 diberikan
10^3/uL O:
- Eritrosit 4.50 - Leukosit 10.2
10^6/uL 10^3/uL
- Hematocrit 30.0 % - Trombosit 100
- Limfosit 20.0 % 10^3/uL
06:50 5. Kolaborasi pemberian - Eritrosit 4.50
tranfusi darah 10^6/uL
- Rencana tranfusi 5 - Hematocrit
kantong 30.0 %
- Limfosit 20.0
A : masalah belum
teratasi 1
P : lanjut intervensi
1, 4

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. (2013). Nursing Interventions classification (NIC).USA:


ELSEVER
Herdman, T. H. (2015). Nanda international Inc. diagnose keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S. (2013).Nursing outcomes classication (NOC).USA: ELSEVER

24
National Cancer Institute. (2009). Breast Cancer.Diperoleh dari
http://cancerweb.ncl.ac.uk/cancernet/100013.html.
Price, S.A. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Smeltzer, S.C. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddart.Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai