PENDAHULUAN
DIC atau KID adalah efek dalam koagulasi yang ditandai dengan
perdarahan dan koagulasi simultan. DIC adalah hasil stimulasi abnormal dari
proses koagulasi normal sehingga selanjutnya terbentuk trombi mikrovaskular
yang tersebar luas dan kehabisan faktor pembekuan. Sindrom ini dipicu oleh
berbagai penyakit seperti sepsis, trauma multipel, luka bakar, dan neoplasma. DIC
dapat dijelaskan sebagai dua proses koagulasi yang terkendali dengan tepat yang
menjadi terakselerasi dan tidak terkendali.
Agar pembahasan makalah ini lebih terarah makalah ini berisi tentang
penjelasan mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan
jenis dari penyakit DIC serta asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
DIC.
1
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
ekstrinsik yangn melibatkan faktol jaringan (tissue factor) dan faktor VII, dan
jalur instrinsik (starface-contact factor). Sistem ini diaktifkan jika faktor jaringan,
yang diekspresikan pada sel yang rusak atau teraktivasi (sel pembuluh darah atau
monosit) berkontak dengan faktor VII aktif (a) yang bersikulasi, membentuk
kompleks yang selanjutnnya akan mengaktifkan faktor X menjadi Xa dan
seterusnya hingga membentuk trombus/fibrin yang stabil (fibrin ikat silang /cross-
linked fibrin)
Setelah fibrin terbentuk, antikoagulan alamiah berperan untuk mengatur
dan membatasi pembentukan sumbat hemostasis atau trombus pada dinding
pembuluh darah yang rusak tersebut. Sistem ini terdiri dari antirombin (AT)-III,
protein S, serta heparin kofaktor II, alfa-1 antirifsin dan alfa-2 makroglobulin.
Antirombin bekerja menghambat atau menginaktivasi trombin, faktor VIIa, XIIa,
Xia, Xa, dan Ixa. Tanpa adanya heparin, kecepatan inaktivasi ini reelatif lambat.
Heparin mengikat dan mengubah AT dan meningkatkan kecepatan inaktivasi AT.
Sedangkan protein C menghambat faktor Va dan VIIIa, dengan bantuan protein S
sebagai kofaktor
Fibrinolisis atau pemecahan fibrin merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk mempertahankan patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran
darah. Enxim yang berperan dalam sistem ini adalah plasminogen, yang akan
diubah menjadi plasmin dan kemudian akan memecah fibrinogen dan fibrin
menjadi fibrinogen(atau fibrin) degradation product (FDP), sedangkan produk
pemecahan fibrin ikat silang adalah D-dimer.
5
DIC adalah suatu keadaan hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan oleh
bermacam penyakit atau keadaan, dimana pada suatu saat darah merah bergumpal
didalam kapiler diseluruh tubuh. Penggumpalan darah dapat terjadi dalam waktu
singkat, beberapa jam sampai satu sampai dua hari (DIC Acute) dan dapat juga
dalam waktu yang lama, berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (DIC
Chronic).
6
jumlah yang besar kemudian mengaktivasi pembekuan darah secara
sistemik.
3.4 Patofisiologi DIC
Pada pasien dengan DIC, terjadi pembentukan fibrin oleh trombin yang diaktivasi
oleh faktor jaringan. Faktor jaringan, berupa sel mononuklir dan sel endotel yang
teraktivasi, mengaktivasi faktor VII. Kompleks antara factor jaringan dan factor
7
VII yang teraktivasi tersebut akan mengaktivasi factor X baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan cara mengaktivasi factor IX dan VIII . factor X
yang teraktivasi bersama dengan factor V akan mengubah protrombin menjadi
trombin. Disaat yang bersamaan terjadi konsumsi faktor antikoagulan seperti
antitrombin III, protein C dan jalur penghambat factor jaringan, mengakibatkan
kurangnya faktor-faktor tersebut. Pembentukan fibrin yang terjadi tidak imbangi
dengan penghancuran fibrin yang adekuat, karena sistem fibrinolisis endogen
(plasmin) tertekan oleh penghambat aktivasi plasminogen tipe 1 yang kadarnya
tinggi didalam plasma menghambat pembentukan plasmin dari plasminogen.
Kombinasi antara meningkatnya pembentukan fibrin dan tidak adekuatnya
penghancuran fibrin menyebabkan terjadinya trombosis intravascular yang
menyeluruh.
Pelepadan masif
trombosit
Koagulasi
intravaskular
Inhibisi
koagulasi
9
3.6 Komplikasi DIC
Terapi Individu
10
Berhubung banyak macam penyakit yang mencetuskan KID dan derajat
penyakit maupun KID bervariasi,pengobatan kasus demi kasus perlu mendapat
perhatian yang besar.Mungkin hanya dengan pendekatan pengobatan etiologi saja
untuk satu pasien sudah cukup sedangpasien yang lain tidak.Atau pemberian
heparin pada kasus yang stu sangat diperlukan,sebaiknya pada kasus yang lain
sama sekali tidak.Jadi harus selalu dilihat pada setiap individu keuntungan dan
keruggian suatu pengobatan.
Pengobatan yang sangat penting pada KID fulminan yaitu mengobati secara
progresif dan menghilangkan penyakit pencetus KID. Dengan mengobati factor
pencetus, proses KID dapat dikurangi atau berhenti. Mengatasi renjatan,
mengeluarkan janin mati, memberantai infeksi (sepsis), dan mengembalikan
volume dapat menghentikan proses KID.
2. Meghentikan koagulasi.
- Bila penyakit dasar tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat
- Pasien yang masih disertai perdarahan walaupun penyakit dasar
sudah dihilangkan. Hal ini karena KID sendiri menggangu proses
koagulasi
- Bila ada tanda/ditakutkan terjadi thrombosis dalam mikrosirkulasi, gagal
ginjal, gagal hati, sindrom gagal nafas.
Cara pemberian heparin klasik pada KID dimulai dengan dosis permulaan
100-200π/kgBB intravena dan dosisi selanjutnya ditentukan berdasarkan APTT
atau masa pembekuan (MP) yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian heparin.
Target APTT 1,5-2,5 kali control atau masa pembekuan (MP) 2-3 kali
control. Bila APTT kurang dari 1,5 kali control atau MP kurang dari 2 kali
control, dosis heparin dinaikkan. Bila lebih dari 2,5 kali APTT control atau MP
11
lebih dari 3 kali control maka diulang 2 jam. Kemudian bila APTT atau MP tetap
lebih dari 2,5-3 kali control maka dosis dinaikkan sedangkan bila kurang, dosis
diturunkan. Heparin diberikan tiap 4-6 jam dan dosis diberikan berkisar 20.000-
30.000 µ/hari
Terapi Substitusi
Meskipun krisis segera KID akut selesai sebelum pemulangan, pasien mungkin
mengalami efek gangguan yang berkelanjutan, seperti kerusakan integritas
jaringan pada ekstremitas distal. Ajarkan pasien dan keluarga tentang kebutuhan
asuhan spesifik, seperti perawatan kaki atau penggantian balutan. Brikan intruksi
tentang medikasi yang berkelanjutan dan perawatan lanjutan.
12
3.7 Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan DIC
a. Pengkajian
a. Adanya faktor-faktor predisposisi:
- Komplikasi obstetric
- Neoplasia
- Gigitan ular
- Penyakit hepar
- Trauma
Anamnese
1. Identitas Pasien
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Jenis pekerjaan
a) Keluhan utama : Pasien ini biasanya mengeluh nyeri pada kulit tangan dan
timbul bercak-bercak merah
13
b) Riwayat penyakit saat ini : Aborsi baru-baru ini (spontan atau terapi) atau
kehamilan saat ini; ada tumor ganas yang diketahui; riwayat episode
perdarahan abnormal atau gangguan hematologi.
c) Riwayat penyakit dahulu.
d) Riwayat Keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Diagnostik
b. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hemoragi sekunder.
b. Nyeri berhubungan dengan trauma.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan keadaan syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi
jaringan.
d. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan,
kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang
diderita.
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan thrombus mikrovaskuler.
14
c. Intervensi Keperawatan
15
intracranial.
2. Nyeri KH : Mandiri :
berhubung Rasa nyeri yang dialami a. Pertahankan Menjaga
an dengan klien berkurang lingkungan kenyamanan
trauma yang nyaman klien.
b. Berikan waktu Meningkatkan
istirahat yang istirahat dan
cukup, buat meningkatkan
jadwal aktivitas kemampuan
dan koping
pemeriksaan
diagnostic, bila
memungkinkan
, sesuaikan
dengan
toleransi klien
c. Baringkan Menjaga
klien pada kenyamanan
posisi yang dan mencegah
nyaman, tekanan pada
berikan bagian-bagian
penyangga tubuh tertentu.
bantal Untuk
memberikan
rasa nyaman.
Kolaborasi:
Beri obat sesuai Mengetahui
intruksi tingkat nyeri
klien untuk
16
Observasi menetahui
Kaji lokasi, kualitas tindakan
dan intensitas nyeri, selanjutnya.
gunakan skala tingkat
nyeri
3. Resiko KH : Mandiri :
tinggi Kulit akan tetap utuh a. Angkat, Balutan basah
terhadap tanpa ada bagian yang periksa, dan meningkatkan
kerusana mengalami memar atau gantikan semua resiko
integritas lecet balutan yang kerusakan
kulit yang menekan setiap jaringan/
berhubung 4-8 jam sesuai infeksi.
an dengan intruksi
keadaan Catatan balutan
syok, tekanan tidak
hemoragi, digunakan
kongesti diatas lembaran
jaringan kulit karena
dan suplai darah
penurunan mudah
perfusi dipengaruhi
jaringan b. Atur posisi Meningkatkan
setiap 2 jam sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit/ jaringan
yang tidak
perlu.
17
c. Lakukan Mengurangi
hygiene oral rasa nyaman,
tiap 4 jam meningkatkan
rasa sehat dan
mencegah
pembentukan
asam yang
dikaitkan
dengan partikel
makanan yang
tertinggal.
d. Untuk Menentukan
keamanan, garis dasar
bantu semua dimana
gerakan untuk perubahan pada
turun dari status dapat
tempat tidur. dibandingkan
dan melakukan
intervensi yang
tepat
Observasi Mempercepat
1. Kaji semua penanganan
permukaan kulit klien agar tidak
setiap 4 jam. sakit
Periksa jumlah SDP berkelanjutan
terhadap potensi
infeksi. Kaji semua
orificium terhadap
adanya hemoragi
18
atau memar
2. Evaluasi semua
keluhan-keluhan
4. Ansietas KH : Mandiri :
berhubung a. Klien menunjukan a. Catat petunjuk Indikator
an dengan rileks dan perilaku, derajat
rasa takut melaporkan misalnya ansietas/stress
mati penurunan ansietas gelisah, peka misalnya
karena sampai tingkat rangsang, pasien merasa
perdaraha dapat ditangani kurang kontak tidak dapat
n, b. Klien menyatakan mata, perilaku terkontrol di
kehilangan kesadaran ansietas menarik rumah, kerja
beberapa dan cara sehat perhatian. atau masalah.
aspek menerimanya. Stress dapat
kemandiri gangguan fisik
an karena juga reaksi
penyakit lain
kronis b. Dorong Membuat
yang menyatakan hubungan
diderita, perasaan, beri terapeutik,
umpan balik. membantu
klien
mengidentifik
asi penyebab
stress.
c. Akui bahwa Validasi
masalah bahwa
ansietas dan perasaan
masalah mirip normal dapat
19
dengan membantu
diekspresikan menurunkan
orang lain, stress
tingkatkan
perhatian
mendengarkan
klien.
Kolaborasi: Dapat
Berikan obat sesuai digunakan
indikasi sedative untuk
misalnya barbiturate, menurunkan
agen antiansientas dan ansietas
diazepam dan
memudahkan
istirahat.
5. Gangguan KH : Mandiri :
pertukaran Kebutuhan oksigen a. Posisikan agar Meningkatkan
gas klien terpenuhi ventilasi udara oksigenasi yang
berhubungan efektif adekuat antara
dengan kebutuhan dan
thrombus suplai
mikrovaskuler b. Berikan Meningkatkan
oksigen dan oksigenasi yang
pantau adekuat antara
20
responnya kebutuhan dan
suplai
c. Lakukan Memperoleh data
pengkajian yang akurat
pernapasan untuk
dengan sering menyeimbangkan
oksigen antara
kebutuhan dan
suplai
d. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.
21
i. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai
tingkat dapat ditangani.
j. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
k. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas
berkurang.
l. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
m. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
n. Gaya hidup klien berubah.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis
kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit
yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli,
disfungsi organ, dan perdarahan.
23