Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Karena rahmat dan karuniaNya saya bisa
merampungkan tulisan-tulisan atau lebih tepatnya coretan-coretan saya di dalam buku ini.Juga untuk
orang-orang yang saya sayangi.Orang-orang yang sudah membantu dan mendukung karya saya ini baik
secara langsung ataupun tidak langsung.Kedua orang tua,kakak,keluarga,saudara,dan para
sahabat.Kalian semua adalah inspirasi.
Terima kasih!
Sinopsis
“Rasa”
Siapapun dan apapun di dunia ini memiliki rasa.Aku menuliskan apapun yang kurasakan dalam bentuk
coretan-coretan dengan harapan itu semua menjadi puisi.Ada marah,benci,jatuh
cinta,kerinduan,kematian rasa,protes,kritikan.
Aku didalam sana tak berarti diriku sendiri.Aku bisa menjadi siapapun.Bahkan benda mati yang kuberi
rasa sebagai saksi atas reaksi hati.
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : iwankitem6@gmail.com
Twitter : @iwankitem
Yang merayu-rayu tawa padahal disela itu aku sesenggukan waktu melayani betapa mesranya khianat
itu
Aku Bukan Suamimu
Nanti jika kita berkesempatan untuk bertemu,ku mau jangan bawa hatimu
Jika jahanamnya malam telah melelahkanmu,maka pagi adalah keindahan untuk kau hadiahi walau
hanya segaris senyuman
Sebab aku rela menjadi pagi demi pagi untuk menunggu pagi
Aku Mencintaimu Dalam Kedunguan
Entah apa yang harus kubilang,kudengar,gemuruh hujan diluar sana gaduh sekali
Sampai tiba-tiba aku berbaring disampingmu,sudah tentu akan segera kusambut dekapmu
Jika jahanamnya malam telah melelahkanmu,maka pagi adalah keindahan untuk kau hadiahi walau
hanya segaris senyuman
Sebab aku rela menjadi pagi demi pagi untuk menunggu pagi
Aku Tak Seperti Itu
Aku tak secengeng saat dirimu membuai rengekan kecil tentang boneka kesayanganmu
Aku tak semurah itu seperti kau mengharap kembalian pada picisan yang tadi kau berikan
Aku bukan bayangan yang selama ini ada pada salah satu sisi menyedihkan kaca mata mahalmu
Andai Aku Sepasang Kaki
Tapi sekarang,anjing yang malang itu berkelana kaki menjual diri demi mendapati si tuan baru untuk
dijilati
Anjing!
Sungguh mengesankan
Bahwa hanya anjing yang sakit yang mau memakan kembali kotorannya
Apa Yang Salah Denganku?
Sepertinya takkan mudah member nada tawa pada lagu yang teramat sedih
Apa Cukup?
Dari tiga belas tahun lalu sejak pertemuan terakhir itu,penyesalan itu,sekalinya bertemu untuk seharian
dan semalaman hanya cukup bagiku ditolak dengan senyum,pandangan mata,dan jika beruntung
barulah aku diberi tegur sapa
Apakah cukup?
Banci
Rindu-rindu menyerangku
Rindu-rindu membujukku
Tapi jangan bersedih sekalipun kau harus jadi bintang yang jatuh
Dengan tatap kea rah sepasang mata yang hitamnya bukan aku
Menghibur seorang yang… Ya… ku tau sebenarnya ia tak lagi mau menari
Apalagi dayungmu?
Tak mungkin!
Entahlah!!”
Biru
Sayangnya,sampai akhir ini belum pernah kutemui bunga rakitan Tuhan yang berwarna sepertimu
Busuknya Bangsaku
Hanya karena sudah tak suci,dihampiri ejakulasi,dan cairan senggama berserakan dimana-mana
Ah,cita-cita bersatu itu kurasa cuma buku pelajaran jaman dulu,iya kan?
Bungkam
“Ah,bangsat!
Busukkah itu?
Menyeringai kata-katamu
Sekali lagi,bangsat!
Kebetulan pelaku pengeboman di Surabaya mengenakan cadar,lantas kita mengklaim semua wanita
bercadar bagian dari teroris?
Mereka laki-laki yang beristri dan beranak perempuan dan bercadar adalah teroris?
Bukan!
Lalu bagaimana seandainya kalau pelaku pengeboman itu hanya mengenakan atasan BH dan celana
dalam saja?
Apakah nantinya anda akan menilai wanita-wanita yang berbusana minim bagian dari mereka juga?
Belum tentu!
Janganlah fitnah!
Tapi bukan berarti saat aku menyetubuhimu kubawa-bawa Tuhan untuk menikmatimu
Itu mauku
Itu nafsuku
Beginikah akhirnya?
Kau katakan, “Ya,apapun kata orang tuaku, aku akan selalu membelamu. Aku akan selalu
mempertahankanmu. Bagaimanapun kamu terlihat rendah dimata mereka”
Tapi apa?
Saat aku disbanding-bandingkan dengan lelaki yang pekerjaannya jelas, berpenampilan rapi, berseragam
kantoran, menurut mereka lelaki seperti itulah yang bisa menjamin hidupmu nanti
“Apa kamu bisa menghidupi anak saya hanya dengan bermodalkan cinta?
Apa yang bisa diandalkan darimu yang hanya seorang… Hah! Tak jelas!”
Padahal waktu itu kau hanya perlu sombong menjawab, “Ya,kami akan memakan cinta! Aku bahagia
bersamanya”
Tapi tidak, kurasa kau sudah lebih tertarik dengan yang berpenampilan gemilang,cemerlang,yang lebih
waras dariku,yang kau kira lebih bisa menjamin hidupmu
Kubiarkan, kurelakan dengan ikhlas yang terpaksa jika itu menjadi bahagiamu
Tapi apakah Tuhan juga memakai gadget untuk bermain media social sampai-sampai anda bermanis-
manis berdoa,mengeluh dan mengibakan hati di setiap postingan?
Atau malah ingin dinilai sebagai orang yang paling berTuhan di mata orang lain?
Adalah kita yang setiap saat menghisap udara yang digratiskan,tak perlu berterimakasih
Adalah kita yang berpesta pora menghambakan diri pada nafsu dan harta
Bukannya waktu itu kau setuju,kalau dia mati-matian untuk semua itu?
Maaf,hujan
Ternyata yang riuh dari setengah jam yang lalu adalah teman lamaku,hujan
Sungguh!
Mari kita sama-sama melaratkan rindu supaya haru tak jadi biru
Aku yang berupaya merias diri secantik mungkin agar orang-orang tak melihat kalutku
Kadang aku malu sendiri kulihat ke cermin kudapati bukanlah aku yang dulu
Aku yang mudah jatuh cinta, sekarang berubah menjadi seorang apatis dengan apa yang baru saja
kubilang
Selama ini aku membusuk, sementara kau bersenang-senang dengan pelacurmu itu
Tapi maafkan aku juga yang tak bisa mengulang bahkan melanjutkan kebodohan ini
Tenanglah…
Akan selalu mengingatmu sebagai guru yang mengajari betapa perlunya aku memilih siapa yang harus
kupercayai
Aku sudah cukup lama merindukanmu dan air mata setia menunggu
Aku cuma mau bilang : terima kasih banyak, terima kasih banyak, terima kasih banyak
Untuk semua hal yang sudah kau perjuangkan mati-matian demi kebahagiaanku
Semua kebaikan dan kesabaranmu, tak akan mungkin aku dapatkan dari lelaki lain termasuk
bapakku
Sedikitpun aku tak pernah malu untuk bilang kalau lelaki terbaik yang Tuhan berikan untukku
Marahku, egoku, manjaku yang mungkin kalau orang lain tak akan bisa terima
Tapi dirimu, tetap dengan setia menemani semua proses dalam hidupku
“Mas, setiap detik aku selalu bersyukur karena Tuhan sudah mempertemukan aku denganmu
Omong kosong!
Jika Itu Kamu
Relakan…
Tidak
Hujan : Kutitip padaMu,sepulangku nanti,tenggelamkan dia saat kau telah menjadi lautan
Saat semuanya ingin mengakhiri dan beranjak pergi “kalian baru akan mengerti”
Mengerti bahwa ada hati yang menaruh harapan dengan begitu tinggi
Mengerti bahwa ada hati yang mungkin selalu meminta untuk dikasihani
Harapan-harapan yang dulu,dan kamar-kamar hati yang sudah ku kunci,membuatku kembali ingin
membuka hanya untuk sekedar melihat-lihat,tidak lebih
Tapi kian senangnya aku,kian pula menggebu pemberontakan suara-suara dalam kepala : “tak semudah
itu kiranya mengeringkan luka yang masih saja basah
Tak semurah itu kata maaf kulacurkan,yang dulu pernah kusujudkan dihadapmu”
Tapi tunggu,janga biarkan aku berlama-lama menunggu di meja tengah kedai kopi itu
Aku sudah tak suka dan terluka saat dia pernah bilang dengan nada yang sekiranya, “Aku mau
sengaja menghilang” (mungkin maksudnya biar kucari)
Lalu setelah hatiku sakit,aku ingat perkataannya diawal-awal cerita : “kita jalani saja ini,tapi aku
takut kamu pasti tak diterima orang tuaku”
Kalau hanya sekedar melayani nafsu dan otak mesumku,aku bisa tahan
Kata orang mungkin aku ini baik,benar-benar kumemikirkan hatiku yang patah
Lalu setelah itu semua pikirku mengingat si Silvy pernah bilang kalau kamu tertarik denganku
Siapa yang tau,siapa yang kira aku merasa benar-benar menemukan yang selama ini kucari?
(Kamu)
Kawan
Kau bukan lagi bayi,yang terus merengek sewaktu ibu lupa memberi ASI
Kau juga bukan lagi seorang remaja,khawatir tentang stigma,pula suka melanggar norma
Kau kira aku tak menganggap Tuhanku jika dia yang sudah mengatur semua ini?
Kau pikir kau secantik perempuan-perempuan murahan yang selama ini kufantasikan?
“Kembalikan harapku yang sudah lama kau pinjam,kembalikan ia meski sudah kau permalukan”
Kau bilang punya mimpi,kuajak merangkai kantuk tapi kau pilih jelaga untuk kau jaga
Kau bilang ingin terbang tinggi,kuajak berjalan kebukit tapi ku kau tolak dan kuterbengkalai pada
hamparan lembah
Kau bilang kau benar untuk semua itu,tapi aku yakin itu hanya kiasan
Bukan? Bukankah aku seperti ibahan saja dan tak dihargai lagi?
Sudah
Pulanglah sana!
Seperti seorang istri yang merelakan suaminya pergi berperang hanya untuk sebuah kematian
Lelaki Tua Palestina
Kau gunakan peluru terlarang yang bagiku kau sungguh berani bak pecundang
Kau curang!
Kau curang!
Kau curang!
Lamun Pagi
Sementara di atas sana mendung sedang asyik bergelantung tanpa henti menghitung
Wahai lamunku termenung,mengertilah aku didalam sini dan menari ku tetap terkurung
Maaf
Tidurlah
Menyerahlah
Katakan pada kedua mata, “Tidakkah kau lelah? Pipi ini kembali basah”
Manusia,Perempuan
Yang selalu tidak senang,tidak mau dikasih tau,mencari-cari pembenaran atas kesalahannya meski ia tau
benar kesalahan tersebut
Yang selalu bertahan pada bengkok meski sudah mendengar pesan daripadanya lisan yang lurus
Ia yang selalu ingin terus bermandi pada kolam kekeliruan dan berharap akhir dunia tak pernah datang
Maksud Dari Kosong
Jika ada saksi,jika ada yang masih mengasihi,jangan hiraukan aku lagi
Sampai pada waktu yang tak bisa kutentukan,aku masih dalam rangka terluka
Olehnya
Kotoran serta sisa-sisa bualan jadi kudapan nikmat yang seharian dimakan
Pangkalan Koto Baru
Mengapa?
Kenapa?
Apalagi dijatuhkan
Mereka mengira
Mereka menertawai
Mereka menghina
Lalu membicarakan
Akan kusayangi : Dia wanita yang bisa menikmati nada dari dawai gitarku
Dia yang senantiasa terenyuh meski suara ini tak sebegitu merdu
Bahkan parau
Tak sopan!
Kudapati tiap penggal penyesalan yang tak mau bertumpu pada apa-apa
Dibalik pura-pura ada seraut muka dan dengan bangganya dia bersalah
Lebih buruk lagi,kau,yang begitu saja pergi saat puisi ini baru setengah jadi
Pita Kuning Keemasan
Kaukah itu?
Aku bersembunyi dibalik dua halangan : didaun yang rimbun,dan kedua telapak tanganku
Takut jikalau itu kau lakukan lebih dulu,aku membalasnya dengan rasa yang terlalu dalam
Tetaplah disini
Lalu bagaimana jika nanti kita tak bersama,menikah dalam khayalan dan melahirkan anak yang
kita beri nama luka?
Aku sudah sangat senang dengan semua,yang entah apapun ini akan kita sebut namanya
Ini adalah sebuah antara : Pertemuan,jarak dan rindu dengan sejuta lena
Aku sudah cuku kenyang dan sedang mencoba menidurkan raga dari dua puluh tiga jam yang terlewati
Aku harap
Rindumu diam
Cintamu diam
Aku hanya mendiamkan rasa untuk hati yang kita jaga : sahabatmu, yang juga bekas pacarku
Pura Jadi Tawa
Ketika dua tangan tak lepas pagutnya,kemudian hati mereka terkunci,juga teruji
Walau nanti kau tak mengerti,awal dan akhirku hanyalah diriku sendiri
Resty
Yang selalu manja dengan ayah,yang selalu merengek minta ini dan itu bahkan kau punyai sifat ayah
dalam dirimu, nak
Tapi maaf,ayah tak pernah ada saat laki-laki diluar sana sudah menyakitimu
Kapan-kapan kita berdua bersepeda dan menikmati langit senja ya, nak
Sakit
Ingin sekali rasanya kuhamili dirimu agar mereka semua tau bahwa dunia ini tak sesempit pikirku
Sadis
Kamu benar
Orang-orang sudah sepakat bahwa mereka tak mau ditinggalkan hanya karena mereka tak mau kesepian
Tapi kamu tidak,kamu justru bersekutu dengan kesepian untuk meninggalkan seseorang
Secarik bahasa cinta : Hening dan Raya
Raya : Kapan?
Hening : Sekarang
Payah!
Hening : Aku hanya ingin menjaga diriku untuk suami masa depanku
Raya : Pencuri
Maling
Raya : Aku sendiri ini susah memalingkan pandangan pada perempuan, apalagi hati
Hening : Dan kamu tak bisa menemukan cara pikir sepertiku pada perempuan jalang
di luar sana
Hening : Sialan!
Hening : Oh ya?
Raya : Karena menurutmu aku suka basa-basi, dengan tubuhmu pun aku demikian
Tiga
Sebenarnya dua
Hening : Kamu bisa juga ya memberi surge untuk banyak wanita di dunia
Hening : Jika aku dilihat dari sisi tiga wanita itu, mungkin mereka akan bilang kalau aku
Tapi jika aku yang melihat dari sisiku, mereka jalang dan bodoh
Raya : Yang pernah kutiduri adalah mereka yang sebelumnya pernah ditiduri laki-laki
lain
Aku tak butuh narasi apapun dari siapapun demi untuk sebuah deskripsi
Aku tak butuh kemurnian dari siapapun namamu demi untuk membuat mereka tertawa
Jangan ucap “selamat tinggal” bila kau masih berharap banyak pada doa-doa itu dan masih ingin
bertemu kembali
Sepeninggalmu,kasih
Sepeninggalmu,kasih
Sepeninggalmu,kasih
Sepeninggalmu,kasih
Terpaksa,
Berulam janji-janji
Ditemani kata-kata
Mereka-mereka itu yang kucinta,mereka-mereka itulah yang sebenarnya selalu kubuatkan segaris tawa
dimulutku”
Ada nanti masa dimana mereka mengerti bahwa kepala tak sekeras dinding yang sedang dihadapnya
Temanku Hanya Perasaan
“Loh,bukannya kau berjanji akan duduk di bangku yang itu?” Hatiku bergumam
Tidakkah aku? Yang selalu menyempatkan diri untuk menghadiri hajat-hajat kalian?
Kembali hatiku menuai Tanya : “se-keparat itukah balasan kalian? Meniadakan aku dari rencana indah
yang dulu pernah kita cita-citakan”
Telinga
Hanya akan benar-benar dibenarkan pada kesalahan yang sekiranya sudah lebih dulu dihiasi sebegitu
pedihnya
Tentang Rindu Yang Pergi
Kita,terlebih aku
Kenapa aku harus membagi kepala untuk memusingkan hal yang tidak memusingkanku?
Kenapa aku harus merasa mati-matian untuk memikirkan semuanya sementara yang tersebut
menyingkirkanku untuk mempertahankan hidupnya?
Terimakasih Puisi
Kenapa?
Kasihan sebenarnya,tapi,gaun dan kupluk rajut merah jambu yang kau kenakan itu jauh lebih indah
Kau terlalu sering merunduk,sampai kau lupa bahwa ilalang dibelakangmu itu masih berusaha menari
meskipun sebelumnya tak kau mintai janji
Waktu itu
Betah berimajinasi, “Betapa bersihnya kulit anak yang mirip cina ini”
Sekarang,kuulangi
Aku bersungguh-sungguh
Dengar,sekarang kau boleh berdiri di depan kaca meja riasmu dan nyalakan lentera
Tanpa disengaja kau sudah memberiku sepaket keindahan : wajah,mata,dan senyum yang sama
indahnya dengan rambutmu