Anda di halaman 1dari 119

Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Karena rahmat dan karuniaNya saya bisa
merampungkan tulisan-tulisan atau lebih tepatnya coretan-coretan saya di dalam buku ini.Juga untuk
orang-orang yang saya sayangi.Orang-orang yang sudah membantu dan mendukung karya saya ini baik
secara langsung ataupun tidak langsung.Kedua orang tua,kakak,keluarga,saudara,dan para
sahabat.Kalian semua adalah inspirasi.

Terima kasih!
Sinopsis

“Rasa”

Siapapun dan apapun di dunia ini memiliki rasa.Aku menuliskan apapun yang kurasakan dalam bentuk
coretan-coretan dengan harapan itu semua menjadi puisi.Ada marah,benci,jatuh
cinta,kerinduan,kematian rasa,protes,kritikan.

Aku didalam sana tak berarti diriku sendiri.Aku bisa menjadi siapapun.Bahkan benda mati yang kuberi
rasa sebagai saksi atas reaksi hati.

Pekanbaru,21 Desember 2018


Ada

Ada diam terbusuk

Sewaktu ia membiarkan mimpi-mimpinya terberai

Rindu pada kasihnya tercerai

Harapan yang sinarnya berpendar

Dan luka-luka dibiarkan lebar menganga


Profil Penulis

Nama Lengkap : Irawan Dwi Setyo Budi Utomo

Nama Panggilan : Iwank Item

Tempat Tanggal Lahir : Riau, 25 September 1991

Alamat : Jl.Garuda Sakti KM.3 Perum Taman Bidadari II Blok J No.24 RT

02 RW 04 Kec.Tampan Kel.Binawidya Pekanbaru, Riau

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Hobi : Menulis, musik, masak

Email : iwankitem6@gmail.com

Facebook : Iwank Item

Twitter : @iwankitem

Instagram : @iwankitem #coretanitem


Adukan Sana

Silahkan kau mengadu sana

Adukan sesukamu dan sebanyak-banyaknya

Sujudkan kerasnya kepalamu diatas hamparan sajadah merah jambu

Sampai kau menitikkan air mata,jawabNya akan segera tiba

Sampai kau menutupnya dengan lafadz lillah,kasihMu pula terlihat nyata


Aku Enggan Beranjak

Aku masih belum saja bisa menghindar dari rona tidurku

Yang merayu-rayu tawa padahal disela itu aku sesenggukan waktu melayani betapa mesranya khianat
itu
Aku Bukan Suamimu

Nanti jika kita berkesempatan untuk bertemu,ku mau jangan bawa hatimu

Juga jikasetelahnya sewaktu kita bercumbu

Biarkanlah sendiriku yang tau

Jangan sampai pada dirimu

Rasanya pasti membuat kita berdua ingin tersendu

Menangis saling berpandangan tanpa tau malu

Berpeluk,berkecup,disetiap kata-kata kita merayu

Ingin aku lebih lama didekatmu

Tapi tidak,aku bukan suamimu

Sebelum pergi izinkan kuucap sesuatu

“jagalah dirimu,jagalah dengan benar dari bujuk rayu lelaki sepertiku”


Aku Sedia Terjaga

Jika jahanamnya malam telah melelahkanmu,maka pagi adalah keindahan untuk kau hadiahi walau
hanya segaris senyuman

Jangan terjaga sebelum mimpi indahmu sirna

Sebab aku rela menjadi pagi demi pagi untuk menunggu pagi
Aku Mencintaimu Dalam Kedunguan

Entah apa yang harus kubilang,kudengar,gemuruh hujan diluar sana gaduh sekali

Aku tak mau melihat keluar

Aku takut gambaran masalaluku mampir walau hanya sekelibat

Tapi malam ini,hujan tergagahi

Gerai rambutmu terlihat lebih tersusun rapi

Jatuh tepat pada kedua bahumu

Terurai disebelah jenjang lehermu

Tidakkah kau ingin berbisik?

“Aku butuh kamu mala mini”

Mungkin dengan segenap asa dan setitik cinta,cukup membuatmu percaya

Sampai tiba-tiba aku berbaring disampingmu,sudah tentu akan segera kusambut dekapmu

Tenanglah…untuk sesaat kumemanggilmu,sayang

Semua ini bukan sekedar lafalan agar kau tenang

Ada segenggam jiwaku dalam dadamu

Andai kau bisa sebentar saja berhenti merintih


Aku Sedia Terjaga

Jika jahanamnya malam telah melelahkanmu,maka pagi adalah keindahan untuk kau hadiahi walau
hanya segaris senyuman

Jangan terjaga sebelum mimpi indahmu sirna

Sebab aku rela menjadi pagi demi pagi untuk menunggu pagi
Aku Tak Seperti Itu

Kumohon jangan tatap aku seperti itu

Aku tak semenarik yang kau tertawakan

Aku tak selusuh gaun yang kau kenakan

Aku tak secengeng saat dirimu membuai rengekan kecil tentang boneka kesayanganmu

Aku tak semurah itu seperti kau mengharap kembalian pada picisan yang tadi kau berikan

Aku bukan bayangan yang selama ini ada pada salah satu sisi menyedihkan kaca mata mahalmu
Andai Aku Sepasang Kaki

Andai aku sepasang kaki

Aku tak butuh tangan kanan yang curang

Juga tangan kiri yang mengkhianati

Andai aku sepasang kaki

Aku tak butuh tubuh yang angkuh

Padahal kepala kapanpun bisa jatuh

Andai aku sepasang kaki

Aku tak butuh kalian

Aku tak butuh siapapun yang menjadikanku korban

Aku hanya peduli pada siapapun yang bijak berjalan


Akurnya Para Penjilat

Ya,para penjilat itu berkumpul

Bergunjing layaknya para betina yang lupa kodrat

Kemarin saling menjatuhkan

Kemarin saling menghina

Kemarin saling meludahi

Tapi sekarang,anjing yang malang itu berkelana kaki menjual diri demi mendapati si tuan baru untuk
dijilati

Tak peduli apapun ia adili

Alasan apapun ia benarkan

Tulang baru sebagai gigitan

Cerita lalu bak hilang tiada saksi

Anjing!

Sungguh mengesankan

Sebagai anjing yang baik aku percaya

Bahwa hanya anjing yang sakit yang mau memakan kembali kotorannya
Apa Yang Salah Denganku?

Saat banyak sisi mulai mengadili

Mereka menawarkan sebuah persimpangan

Rasanya di suatu ketika telah bosan menanti

Tentang diri,akankah terus seperti ini?

Sepertinya takkan mudah member nada tawa pada lagu yang teramat sedih
Apa Cukup?

Apa cukup untuk bertemu saja?

Apa cukup cuma saling berpandang mata?

Apa cukup cuma berbalas senyum saja?

Dari tiga belas tahun lalu sejak pertemuan terakhir itu,penyesalan itu,sekalinya bertemu untuk seharian
dan semalaman hanya cukup bagiku ditolak dengan senyum,pandangan mata,dan jika beruntung
barulah aku diberi tegur sapa

Apakah cukup?
Banci

Bibirku merah bergincu

Tak sesial nasib Monroe

Mataku hitam jeli

Tak seseksi mata Jolie

Juga tak bercahaya

Seperti cita-citanya,waria paruh baya


Ba Bi Bu

Rindu-rindu menyerbu tanpa ba bi bu

Menyeru seolah dialah yang paling tau

Memikat bagai sebuah candu

Rindu-rindu menyerangku

Membisik syahwatku,menelisik sang nafsu

Rindu-rindu membujukku

Semisal : Ereksi,penetrasi,dan ejakulasi sudah menjadi destinasi akhirku

Dengan atau tanpa hati,perasaan ini selalu melibatkan hati


Berhatilah Yang Halus

Perkara meminta dan memberi maaf itu gampang

Yang susah itu kalau masih diulang di tahun-tahun berikutnya

Ya,jadinya ritual tersebut cuma sekedar seremoni sahaja

“Tidak perlu bermanis-manis

Indera pengecap kita juga tidak terlalu tipis

Kalau perlu berhatilah yang halus

Supaya nantinya bisa diterima dengan logika yang tulus”


Berhala

Ingin sekali kuteriakkan nama-nama binatang haram

Ingin sekali kuteriakkan nama-nama jenis kelamin

Memuja benda mati,menghambakan diri pada zaman

Merasa jadi Tuhan,mengadili semua kesalahan

Berdoa siang malam,menuliskannya pada banyak layar

Mengeluh setiap saat,seakan hidup tak pernah beruntung

Ingin sekali kuteriakkan nama-nama binatang haram

Ingin sekali kuteriakkan nama-nama jenis kelamin

Menyebarkan kebaikan,hanya demi sebuah penilaian

Harapan pencitraan,kau lupakan nilai kemanusiaan

Zaman semakin maju,tetapi mental masih terbelakang

Kau diperbudak dunia,kau menghambakan dirimu!

Karena itu,pertemanan terusik

Karena benda itu,pertemuan tak asyik

Karena itu,perbincangan tak menarik

Karena benda itu,orang-orang jadi munafik


Bintang Jalang

Bintang hanya terlihat ketika ia bersinar

Hanya dipuja ketika ia bergantung dilangit malam

Tapi jangan bersedih sekalipun kau harus jadi bintang yang jatuh

Bintang jatuh juga sering ditunggu-tunggu oleh para pengharap setianya


Berlari Tak Kembali

Kemudian kita berlari

Berharap saling menjauhi

Kau tinggalkan aku seperti

Perempuan yang perutnya sedang isi

Tanpa berita apalagi janji

Biarkan saja sampai berbulan-bulan lamanya kau tak kembali


Boneka Sengsara

Aku adalah perkata

Dengan tatap kea rah sepasang mata yang hitamnya bukan aku

“mungkin membias yang lain?”

“diamlah! Akupun tak yakin”

Aku hanya sedang berusaha supaya tak pasrah lelahku memuja

“aku hanya sedang berusaha!”

Berhentilah aku dengan gapaian yang kunamai mati

Berhentilah aku dalam dekapan yang kunamai ringkih

Berhentilah aku pada sudut yang kunamai sisi

Aku masih berusaha,

Menghibur seorang yang… Ya… ku tau sebenarnya ia tak lagi mau menari

Aku masih berupaya,

Bernyanyi pada telinga-telinga tuli yang sudah kuketahui dari tadi

“sebaiknya kau berlabuh

Lihatlah,sampanmu dipenuhi air keruh

Apalagi dayungmu?

Tak mungkin!

Seharusnya kau sudah mati!”

Terenyuhlah batu yang kukira memang benar berhati

Mungkin ia bisa mengerti,mungkin saja tidak

“entahlah,akupun lupa bagaimana caranya

Entahlah,aku lupa bagaimana rasanya


Aku lupa dan benar-benar tak yakin dengan pengakuanku

Entahlah!!”
Biru

Aku gila karena pernah mengabaikanmu

Tapi aku yakin dengan warna yang kupilih untukmu

Saat itu aku rapuh,membusuk,dan sudah mulai bau

Tapi kau tetap utuh,kuulangi,seperti warna yang kupilih untukmu

Memberi banyak pesan sampai aku terkesan

Membawa rasa damai sampai ketiadaanku jadi ramai

Sayangnya,sampai akhir ini belum pernah kutemui bunga rakitan Tuhan yang berwarna sepertimu
Busuknya Bangsaku

Ideologi berbangsa kita sedang dirobek keperawanannya

Diperkosa tanpa ampun

Dipaksa,disekap,disumpal agar tak bersuara

Bangsaku jangan sampai tinggal nama

Hanya karena sudah tak suci,dihampiri ejakulasi,dan cairan senggama berserakan dimana-mana

Terus terang aku benar-benar khawatir

Kalau kau ketagihan bagaimana?

Kalau kau mau lagi?

Ah,cita-cita bersatu itu kurasa cuma buku pelajaran jaman dulu,iya kan?
Bungkam

Ketika kecemburuan berusaha menguasai,ketika itu pikirku hanya satu

“Ah,bangsat!

Biarkan aku tetap berpegang pada satu hati

Biarkan aku terkunci didalamnya

Busukkah itu?

Menyeringai kata-katamu

Tak sucikah tutur mulutmu?

Sekali lagi,bangsat!

Aku yang merasainya

Aku yang sudah berupaya susah menumbuhkannya

Lantas,kenapa dengan dirimu?

Kenapa lagi masih mencampuri rasaku ini?”


Cerita Ragu

Dia adalah ragu

Dia hanyalah semu di hari minggu dan rabu

Sampaikan itu pada ibumu

Dia tinggal cerita

Dia membekas pada luka dan lara

Sampaikan itu,padamu juga yang punya cita-cita seorang ayah


Cadar Dari Surabaya

Bukan istri dari sahabatku bercadar

Bukan karena teman wanitaku bercadar

Bukan karena salah satu dari keluargaku juga bercadar

Tapi hanya harus menghargai

Kebetulan pelaku pengeboman di Surabaya mengenakan cadar,lantas kita mengklaim semua wanita
bercadar bagian dari teroris?

Mereka laki-laki yang beristri dan beranak perempuan dan bercadar adalah teroris?

Bukan!

Jika benar demikian,dangkal sekali cara berpikir anda

Lalu bagaimana seandainya kalau pelaku pengeboman itu hanya mengenakan atasan BH dan celana
dalam saja?

Apakah nantinya anda akan menilai wanita-wanita yang berbusana minim bagian dari mereka juga?

Belum tentu!

Tidak akan mungkin begitu!

Ada pihak yang dengan sengaja mengadu

Ada pihak yang dengan sengaja memporak-porandakan kebhinekaan kita

Negri ini bak dalam sinetron

Dimana drama sudah dipelintir sedemikian rupa,disajikan sebagai berita

Janganlah fitnah!

Jangan menilai seenakmu saja!


Cinta 2

Cinta itu : Memberi tak berbatas,juga menerima tanpa batas


Cinta 1

Tuhan dan cinta

Tuhan dengan cinta

Tuhan adalah cinta

Tapi bukan berarti saat aku menyetubuhimu kubawa-bawa Tuhan untuk menikmatimu

Itu mauku

Itu nafsuku

Namun jika setelahnya terucap syukur,iya,itulah

Dia yang kau pertanyakan


Cukup

Apa yang salah dengan rinduku,sampai-sampai kau penjarakan sekian lamanya?

Gelang besi,belenggu beserta rantainya sudah menguning,mengarat menuruti penantiannya

Bentangan jarak sudahlah jauh,aku takkan kemana

Rayu seperti apalagi yang kamu minta?

Cumbu yang bagaimana lagi yang kau inginkan?

Tangguhkan itu sebagai grasi untukku

Karena siksa ini sudah menahan kata

Karena rindu ini sudah menawan kita


Cinta?

Beginikah akhirnya?

Kurasa semuanya sudah cukup jelas

Inilah jawaban dari semua janji-janji

Kau katakan, “Ya,apapun kata orang tuaku, aku akan selalu membelamu. Aku akan selalu
mempertahankanmu. Bagaimanapun kamu terlihat rendah dimata mereka”

Tapi apa?

Tidak demikian, kau hanya diam tanpa sepatah kata

Saat aku disbanding-bandingkan dengan lelaki yang pekerjaannya jelas, berpenampilan rapi, berseragam
kantoran, menurut mereka lelaki seperti itulah yang bisa menjamin hidupmu nanti

“Apa kamu bisa menghidupi anak saya hanya dengan bermodalkan cinta?

Apa kalian hanya akan memakan cinta?!!

Apa yang bisa diandalkan darimu yang hanya seorang… Hah! Tak jelas!”

Padahal waktu itu kau hanya perlu sombong menjawab, “Ya,kami akan memakan cinta! Aku bahagia
bersamanya”

Itu sudah lebih dari cukup bagiku

Tapi tidak, kurasa kau sudah lebih tertarik dengan yang berpenampilan gemilang,cemerlang,yang lebih
waras dariku,yang kau kira lebih bisa menjamin hidupmu

Kubiarkan, kurelakan dengan ikhlas yang terpaksa jika itu menjadi bahagiamu

Biarlah kumakan sendiri semua janji-janjimu


Emas Juga Keluarga Batu

Katanya, “Diam adalah emas”

Kupikir emas juga keluarga batu

Seseorang yang diam adalah batu,kataku

Barangkali setan juga seperti itu

Jangan suka diam-diam,nanti keluar di dalam

Lebih baik rebut-ribut,yang penting punya mulut


Doa

Benar memang,Tuhan maha tau

Tapi apakah Tuhan juga memakai gadget untuk bermain media social sampai-sampai anda bermanis-
manis berdoa,mengeluh dan mengibakan hati di setiap postingan?

Berharap Tuhan membalas postingan anda?

Atau malah ingin dinilai sebagai orang yang paling berTuhan di mata orang lain?

Selamat,anda mendapat predikat “Goblok” dari orang-orang sekitar anda


Hadiah Untuk Rindu

Tuhan takkan pernah membiarkanmu,begitu juga aku

Di waktu yang tepat,ketika rindu itu mengadu pada penat

Kisah terbaik sedang di bungkus

Akan dihadiahkan kepada kita yang saling merindu

Bukan pada kita yang selalu mengutuk waktu


Harus Cinta

Biarkanlah cintamu beragama dengan caranya sendiri

Cinta seharusnya tak pernah menyusahkan

Cinta seharusnya mencapai kemerdekaannya yang tinggi

Cukup terikat dengan pernikahan,nanti

Biarkan cinta yang mengadili


Hidup

Adalah tentang seorang penentang yang suka menantang

Maka,lahirlah sebuah kisah pertentangan

Adalah kita yang setiap saat menghisap udara yang digratiskan,tak perlu berterimakasih

Adalah kita yang berpesta pora menghambakan diri pada nafsu dan harta

Adalah kenikmatan,menyabuni kemaluan dan bercinta dengan tangan kanan

Tapi sayang,bukan itu semua


Hiburan Pulalah Namanya

Terhiburlah sedikit,setidaknya dengan kenangan yang terpilih

Dengan kenangan yang kau anggap pernah membuatmu sampai merintih

Bukannya waktu itu kau setuju,kalau dia mati-matian untuk semua itu?

Dulu,dia kau puja-puja

Di depan rekan kerjamu sampai bekas pacarmu


Maaf Hujan,Kali Ini Kau Terlambat

Maaf,hujan

Kali ini aku menghadiahimu sebuah umpatan

Sudah kesiangan kau datang

Tak kau bawa juga kenanganku

Apa lagi alasanmu?

Terlalu sibukkah kau di atas sana,sampai melupakan yang namanya rindu?

Lihatlah,kenanga itu merunduk layu


Hujan Di Luar Jendela

Sore ini ku tengok ke luar dari jendela dapurku

Ternyata yang riuh dari setengah jam yang lalu adalah teman lamaku,hujan

Hujan,kali ini aku takkan memintamu berhenti atau segera pergi

Aku hanya ingin berulang-ulang mendengar petir dan gemuruhmu

Kurasa,itu cukup merdu

Terimakasih,kau sudah tak mengharuskanku basah bersama rinaimu


Ingkarnya

Hanya karena kau tak mengindahkan

Sandarannya hilang,perginya tak berpamitan

Hanya karena kau suka menduakan

Janjinya keutuhan,ingkarnya kekecewaan


Ingat Saja Aku

Jika semuanya memang harus dirayakan,baiklah,akan kusegerakan

Tapi takkan kuundangi dirimu

Tak ku ajak kau lagi karena ini persoalan janji

Biar aku yang menari

Kau hanya cukup pergi

Para biduanita kini melagukan kidung asmara

Tanpa risalah apalagi munajat cinta

Kau menyeka air mata

Sedang aku membiarkannya

Berbahagialah sayang,berbahagialah cinta

Berbahagialah seperti aku yang sudah memodali resepsi kalian berdua

Kenang aku dan kutitip rapalan sumpah

Ingatlah diriku sampai kepada malam pertamamu


Jaga Dirimu

Berhatilah disana,tempat yang kau tuju itu banyak musuh

Sungguh!

Sedang mereka saja suka bertelanjang

Jangan sampai kau alih berpandang

Jangan juga seketika suka,hanya karena digombali dengan kata “sayang”


Ini Hanya Jika Kau Juga Mau

Mari kita sama-sama melaratkan rindu supaya haru tak jadi biru

Supaya bunga sempat dipetik sebelum layu

Supaya hatiku dan hatimu pernah menyebut,satu

Mari sama-sama melaratkan lara supaya sepi larinya berdua

Supaya hening,diamnya penuh Tanya

Juga keduanya lekas saling berbicara


Jerat, Jera

“Sejauh ini, kenangan itu terhitung banyak sekali

Kalau kutabur ke angkasa, bintang-bintang bisa tersisih karenanya”

Itu hanya sekilas bualan dari lukaku yang terdalam

Tak malam tak siang aku berlarian

Tak tau malu!

Ya, yang mereka lihat itu adalah aku

Seperti wanita murahan mengejar-ngejar suami orang

Aku yang berupaya merias diri secantik mungkin agar orang-orang tak melihat kalutku

Supaya mereka tak lagi melihat seberapa kusutnya aku, karenamu

Kadang aku malu sendiri kulihat ke cermin kudapati bukanlah aku yang dulu

Aku yang mudah jatuh cinta, sekarang berubah menjadi seorang apatis dengan apa yang baru saja
kubilang

Aku tak menyalahkanmu, tak sepenuhnya

Mungkin aku terlalu kegirangan dalam mempercayaimu

Terlebih dengan scenario perselingkuhanmu

Hari-hari setiap kuingat kau, kasih, aku senang sekaligus gila

Terpaksa kutelan sekam berulam lara

Ku sumpal mulut manis ini dengan senyum berdrama

Lalu, sekarang kau memohon untuk kembali


Menerimamu memaafkan segala perih

Mengulang lagi kenangan yang kubenci?

Hah?! Seenaknya kau setubuhi ketulusan ini

Kau tinggal pergi tanpa sesuap nasi juga basa-basi

Selama ini aku membusuk, sementara kau bersenang-senang dengan pelacurmu itu

Apa kau tau?!

Kau pikir kau siapa?!!

Aku bisa memberimu maaf

Tapi maafkan aku juga yang tak bisa mengulang bahkan melanjutkan kebodohan ini

Tenanglah…

Aku akan tetap mengingatmu

Akan selalu mengingatmu sebagai guru yang mengajari betapa perlunya aku memilih siapa yang harus
kupercayai

Aku sudah cukup terluka

Aku sudah cukup merana karenanya

Aku sudah cukup cidera mengingatnya

Aku sudah cukup lama merindukanmu dan air mata setia menunggu

Aku sungguh pilu

Hanya jera yang ku tau


Jika Perempuan Sudah Berbual, Manis Rasanya

Aku tak tau kamu akan bagaimana setelah dengar ini

Aku cuma mau bilang : terima kasih banyak, terima kasih banyak, terima kasih banyak

Untuk semua hal yang sudah kau perjuangkan mati-matian demi kebahagiaanku

Semua kebaikan dan kesabaranmu, tak akan mungkin aku dapatkan dari lelaki lain termasuk
bapakku

Sedikitpun aku tak pernah malu untuk bilang kalau lelaki terbaik yang Tuhan berikan untukku

Kau dengan semua kesabaranmu berhasil membentuk aku yang sekarang

Aku minta maaf untuk kebodohan yang selama ini kuperbuat

Marahku, egoku, manjaku yang mungkin kalau orang lain tak akan bisa terima

Tapi dirimu, tetap dengan setia menemani semua proses dalam hidupku

“Mas, setiap detik aku selalu bersyukur karena Tuhan sudah mempertemukan aku denganmu

Aku sayang kamu

Jangan pernah tinggalin aku ya”

Omong kosong!
Jika Itu Kamu

Jika itu kamu,akan kusampaikan pada Tuhanku

Jika itu kamu,akan kuhabiskan pada sujudku

Jika itu kamu,akan kuhiasi lautan tidurku

Jika itu kamu,akan kusesali terbuangnya waktu

Jika itu kamu,akan kulucuti nafsu sialku

Jika itu kamu,akan kumatikan dalam relungku

Jika itu kamu,akan kubenarkan segala hasratku

Jika itu kamu,akan kuberikan seluruh peluhku

Jika itu kamu,akan kujadikan labuhan akhirku

Semuanya hanya jika itu kamu

Jika tidak kamu,tetap akan kuminta pada Tuhanku


Kamar

Nikmati saja saat-saat ini

Nikmati saja sampai aku menghampiri

Esok paginya aku berpamitan

Kutinggali senyum selagi rambutmu terurai

Kutinggali ciuman diatas kelopak matamu saat tengah terpejam

Belaian jemarimu kurasakan dari malam tadi

Relakan…

Walau sprei putih belum terlipat rapi,kusut dan terkembang masih


Jika

Ini semua hanya menghiburku

Ini semua hanya permainan semata

Ini semua hanya berlarian tanpa adanya perhentian

Ini semua hanya pelengkap kala ada yang bertanya


Kau Bukan Lagi Penantian

Hanya karena kau beri semalam percintaan,salahmu kumaafkan?

Kau berharap riuh hujan juga bisa melupakan?

Tidak

Aku tidak dendam

Juga tidak redam

Malah gelisahku berhamburan

Takkan kuganggu dalam kecuranganmu,pikirmu

Takkan lagi kau urusi persoalan ini,mauku

Bagaimana jika kita hentikan hari?

Supaya hujan tak semenanya bisa menggurui

Aku sudah terlanjur kuyup dan ingin segera pulang

Hujan : Kutitip padaMu,sepulangku nanti,tenggelamkan dia saat kau telah menjadi lautan

Kutinggalkan dia bersama seribu tangisan yang sudah ia sesalkan


Kapas

Saat semuanya sudah mulai lelah dan berhenti

Saat semuanya ingin mengakhiri dan beranjak pergi “kalian baru akan mengerti”

Mengerti bahwa ada hati yang menaruh harapan dengan begitu tinggi

Mengerti bahwa ada hati yang mungkin selalu meminta untuk dikasihani

Jangan orang itu tidak kalian hiraukan

Jangan kesabarannya kalian manfaatkan

Jangan hadirnya kalian siakan

Jangan pula ingkar pada janjinya yang sudah kalian ikrarkan


Kau Hanya Harus Pergi

Sesaat aku seperti dibawa ke masa itu lagi

Setelahnya kudengar suaramu yang tak sampai semenit menyambangi kupingku

Harapan-harapan yang dulu,dan kamar-kamar hati yang sudah ku kunci,membuatku kembali ingin
membuka hanya untuk sekedar melihat-lihat,tidak lebih

Tapi kian senangnya aku,kian pula menggebu pemberontakan suara-suara dalam kepala : “tak semudah
itu kiranya mengeringkan luka yang masih saja basah

Tak semurah itu kata maaf kulacurkan,yang dulu pernah kusujudkan dihadapmu”

Hampir setahun tak saling sapa

Itulah mengapa aku berbahagia tanpa pernah berpura

Ada hal yang membuatku ingin kembali

Juga ada seribu alas an yang membuatmu tetap pergi

Mungkin pintamu hanyalah kerinduan

Tapi jawabku adalah sebenar-benarnya kesungguhan


Kau Lucu,Jika Cemburu

Sayang,jika hujan tak jadi turun,jadi kan aku menemuimu?

Kubawakan jajanan pasar kegemaranmu

Kupakai kalung berliontin silet pemberianmu dulu

Jika iya,jangan sampai terlambat

Kalau aku harus menunggumu lama berdandan,tak apa

Karena kata cinta,aku sudahlah padamu

Tapi tunggu,janga biarkan aku berlama-lama menunggu di meja tengah kedai kopi itu

Kau tau siapa pelayan perempuan yang kemarin bukan?

Bisa-bisa aku tak hanya sekedar bertegur sapa,malah bercengkrama

Lalu kau cemburu

Kau tau? Kau begitu bukan sekali atau dua kali

Yang kupikir itu adalah sikap yang sayang sekali

Sayang,matamu tak bisa menipu

Apalagi cuma kau tutupi dengan cemberut bibir tipismu


Kau Harus Dengar,Juwita

Aku sudah tak suka dan terluka saat dia pernah bilang dengan nada yang sekiranya, “Aku mau
sengaja menghilang” (mungkin maksudnya biar kucari)

Padahal dia tau itu tak baik

Lalu setelah hatiku sakit,aku ingat perkataannya diawal-awal cerita : “kita jalani saja ini,tapi aku
takut kamu pasti tak diterima orang tuaku”

Apalagi yang harus kubela,menurutmu?

Kalau hanya sekedar melayani nafsu dan otak mesumku,aku bisa tahan

Tapi untuk masa depan yang diburamkan,aku tak bisa

Aku tak bisa terus pura-pura mencintainya

Kata orang mungkin aku ini baik,benar-benar kumemikirkan hatiku yang patah

Lalu setelah itu semua pikirku mengingat si Silvy pernah bilang kalau kamu tertarik denganku

“Tak ada salahnya” (ini bukan perjudian)

Aku mencoba menghubungimu melalui pesan instagram

Niatku begitu karena ingin membalas ketertarikanmu

Siapa yang tau,siapa yang kira aku merasa benar-benar menemukan yang selama ini kucari?
(Kamu)
Kawan

Kawan,semoga matamu tertutup sewaktu tidur saja

Bukalah saat dunia sedang indah-indahnya

Lihatlah ke sekitar dan bukan hanya nafsumu belaka

Sadarlah,kebaikan sudah menawarkanmu rasa

Mau sampai kapan kau berpura-pura?

Oh,supaya pengakuan mereka membuatmu terlihat lebih berharga?

Kawan,itu cuma sementara

Selanjutnya kau bukanlah apa-apa

Kawan,sebaiknya kau adalah dirimu sendiri

Jangan menjadi aku,dia,dan kesedihan yang berlebih

Kau bukan lagi bayi,yang terus merengek sewaktu ibu lupa memberi ASI

Kau juga bukan lagi seorang remaja,khawatir tentang stigma,pula suka melanggar norma

Kawan,kelak kau jadi seorang ayah

Kepulanganmu dinantikan,pelukanmu dirindukan


Kau Pikir Aku Tau

Kau kira aku tau?

Kau kira aku sengaja begini?

Kau kira aku tak menganggap Tuhanku jika dia yang sudah mengatur semua ini?

Kau pikir kau secantik perempuan-perempuan murahan yang selama ini kufantasikan?

Tidak,kau sama sekali tak cantik

Tapi kau sudah menarik


Kembalikan Harapku

Kukira pengemis,rupanya kau menangis

Meratap-ratap ditepian ayunan kemudian terjungkal

Aku berlari-lari sendiri dengan senang sampai terpingkal

“Kembalikan harapku yang sudah lama kau pinjam,kembalikan ia meski sudah kau permalukan”

Aku hanya lagi tak peduli

Seperti harga diri ini yang sudah kau gunduli


Kekeliruan

Kau bilang punya mimpi,kuajak merangkai kantuk tapi kau pilih jelaga untuk kau jaga

Kau bilang ingin terbang tinggi,kuajak berjalan kebukit tapi ku kau tolak dan kuterbengkalai pada
hamparan lembah

Kau bilang kau benar untuk semua itu,tapi aku yakin itu hanya kiasan

Kau bilang kau yakin akan ucapanmu,tapi bualanmu hanyalah picisan

Bukan,bukanlah aku layaknya barang dagangan dengan tawaran termurah

Bukan? Bukankah aku seperti ibahan saja dan tak dihargai lagi?

Kekeliruan itu tetap rancu

Bergincu sajalah kau sana!

Bertemankah kita masih?


Lagi Lagu Menggerutu

Jangan berani-beraninya kau ucap rindu

Aku sama sekali belum pernah sembuh

Pintu akan selalu kubuka

Teruntuk tamu yang kusuka saja

Sudah

Pulanglah sana!

Dengan atau tanpa air mata,kau sudah cukup mengecewakan

Biar saja aku yang tau

Walau dengan cinta yang dungu


Kepulangannya Hanyalah Tangisan

Aku hanya tak ingin kehilangan cinta

Seperti seorang istri yang merelakan suaminya pergi berperang hanya untuk sebuah kematian
Lelaki Tua Palestina

Kau gunakan peluru terlarang yang bagiku kau sungguh berani bak pecundang

Nyatanya seperti pisang

Kau terjang ke arah betis dan pecah ketika sudah bersarang

Ya,ke arah merekalah kaki-kaki para demonstran

Kau curang!

Kau curang!

Kau curang!
Lamun Pagi

Selamat pagi jantung-jantung yang sedang menikmati nafasmu murung

Sementara di atas sana mendung sedang asyik bergelantung tanpa henti menghitung

Beberapa hari iniaku belum dan masih belum beruntung

Sebelum kutemui adanya palung didalam relung

Yang kuinginkan adalah sesungguhnya raung

Wahai lamunku termenung,mengertilah aku didalam sini dan menari ku tetap terkurung
Maaf

Maaf,aku tak datang

Bukan karena kusimpan dendam atau aku tak senang

Aku sendiri tak pernah didatangi

Lalu kenapa aku harus mendatangi?


Lima Pagi,Menitnya Kurang Empat Puluh Lima

Tidurlah

Padamkan nyala lentera

Lupakan yang masih terjaga

Menyerahlah

Katakan pada kedua mata, “Tidakkah kau lelah? Pipi ini kembali basah”
Manusia,Perempuan

Yang selalu tidak senang,tidak mau dikasih tau,mencari-cari pembenaran atas kesalahannya meski ia tau
benar kesalahan tersebut

Yang selalu bertahan pada bengkok meski sudah mendengar pesan daripadanya lisan yang lurus

Ia yang selalu ingin terus bermandi pada kolam kekeliruan dan berharap akhir dunia tak pernah datang
Maksud Dari Kosong

Aku ingin kosong

Sesiapapun jangan ada disana selain aku

Aku ingin kosong

Lalu lalang di hari pasar,kuburan kugambar

Aku ingin kosong

Tak satupun suara selain nafas,denyut nadiku

Aku ingin kosong

Berada di suatu ruang,biar tak berdinding,berpagar juga

Aku ingin kosong

Jika ada saksi,jika ada yang masih mengasihi,jangan hiraukan aku lagi

Jangan larang aku berlari

Kupunya kaki sendiri dan maksud yang tak kalian mengerti


Olehnya

Sampai pada waktu yang tak bisa kutentukan,aku masih dalam rangka terluka

Olehnya

Yang entah siapa,atau sudah kulupakan dengan sengaja


Marah Benar

Sebenar pikirku yang tak sesampai itu

Sebentuk naluri ini yang sudah terlanjur kuyup

Benci tak bersegi

Menjauhi sudut tak berpenghuni

Pojok ya masih disana

Jangan lari selagi bisa

Mereka merekah dan aroma busuknya yang sedang dirayakan

Kotoran serta sisa-sisa bualan jadi kudapan nikmat yang seharian dimakan
Pangkalan Koto Baru

Kita sudah disapa oleh Ia pemilik segalanya

Dengan dihujankan berkah yang meruah

Mengapa?

Tapi kita lupa

Terlalunya kesenangan itu bagai sedang berada di kolam senggama

Kenapa?

Andai saja Tuhan mau mengumpat, “dasar umat-umat keparat”

Maka segerakan kiamat

Agar semua mata bisa melihat

Terbukalah kuping-kuping yang selama ini tersumbat

Tertutupnya mulut-mulut culas yang suka berkhianat

Apa gunanya kita masih bertanya-tanya hai sahabat?


Pembawa Rayu Petaka

Sedang ditinggikan ku tak senang

Apalagi dijatuhkan

Mereka semua berkaca mata

Aku bertelanjang pandang

Mereka mengira

Mereka menertawai

Mereka menghina

Mereka tak baik

Mereka hanya melihat

Mereka hanya mendengar

Lalu membicarakan

Dan mereka adalah kesenangan

Percayalah sayang,yang kau banggakan bukan suka memalingkan hati

Bukan suka memerankan yang bukan dirinya

Apalagi dengan tangis dan tawanya

Bukan pula ia si pembawa rayu petaka


Pelik

Kala jerit para penista gaduh

Sedalam heningnya sang pujangga yang mati tak berpusara

Muncullah Tanya dalam akal si pelik,

Kau sebenarnya apa?

Pelakor apa pelacur?


Pengantar Tidur

Akan kusayangi : Dia wanita yang bisa menikmati nada dari dawai gitarku

Dia yang senantiasa terenyuh meski suara ini tak sebegitu merdu

Bahkan parau

Tapi dia mengira itu sebagai pengantar

Melayani tidurnya,lalu dia seperti sedang malu, begitu


Pencuri

Rasanya aku sudah benar menaruh hatiku di rak paling atas

Tapi kau temui juga

Jangankan sentuhanku,kediamanku saja kau tak tau

Tak sopan!

Siapa yang menyuruhmu merogoh kedalam dadaku


Permaisuri,kembang melati

Aku sendiri tak pernah tau pasti kapan permaisuri menghampiri

Sudah kukirimi kencana pedati

Jalanan hutan kususun rapi

Para dayang lebih dulu kusuruh mandi

Berbajulah putih berbau wangi melati

Sembilan malam sudah kunanti

Tujuh purnama kurang dua hari

Aku masih sendiri

Senyum juga sendiri

Jikapun dalam perjalanan kabarnya telah mati,barulah senyumku terhenti

Ini aku,bersama hati yang telah terkunci mati


Penggalan Sesal

Kudapati tiap penggal penyesalan yang tak mau bertumpu pada apa-apa

Siang mana yang butuh lentera?

Dibalik pura-pura ada seraut muka dan dengan bangganya dia bersalah

Malam mana yang butuh pelita?


Pertemuan Kita Adalah Harta

Kita sama-sama membawa segunung luka

Bertemu di puncak sana

Tapi entah apa yang membuat kita beradu tawa

Padahal tubuh kita sama-sama berlumur darah


Pernah Saling Bicara

Kita pernah saling berbicara tentang indahnya pernikahan

Tapi tidak pada kenyataan

Kita pernah berupaya bersama membangun sebuah mimpi

Tapi tidak dengan harapan


Puisi Setengah Jadi

Seburuk apapun puisi,puisi tetaplah puisi

Ada campur hati si penyair dalam tulisan yang sudah ia tangisi

Lebih buruk lagi,kau,yang begitu saja pergi saat puisi ini baru setengah jadi
Pita Kuning Keemasan

Kaukah itu?

Kaukah itu yang sedang bergemerisik diantara pepohonan?

Desau suaramu tak bisa kau sembunyikan

Maaf,aku sangat hafal denganmu

Hangatnya perasaan inipun ikut tak bisa kusembunyikan

Walau,ya,kau tentu mengertilah

Tanganku terlalu mungil untuk sekedar menggapai

Juga jari-jariku tak gemulai untuk memetik dawai

Aku ini malu

Aku bersembunyi dibalik dua halangan : didaun yang rimbun,dan kedua telapak tanganku

Aku takut membalas sapaanmu

Aku takut jatuh cinta di pagi hari

Takut jikalau itu kau lakukan lebih dulu,aku membalasnya dengan rasa yang terlalu dalam

Tapi kumohon jangan berhenti

Tetaplah disini

Tetaplah seperti ini dan itu

Kau berhak mencintai siapapun,termasuk aku

Lalu bagaimana jika nanti kita tak bersama,menikah dalam khayalan dan melahirkan anak yang
kita beri nama luka?

Tunggu,jangan hiraukan aku

Jangan hiraukan aku meski belas kasihmu benar-benar bersimpuh

Aku sudah sangat senang dengan semua,yang entah apapun ini akan kita sebut namanya

Ini adalah sebuah antara : Pertemuan,jarak dan rindu dengan sejuta lena

Ada ha yang harus kau ketahui


“Jatuh ini,yang kesekian kali

Tapi hati memang sudah berkuasa memilih,kamu

Kamu yang belum pernah kutemukan pada siapapun”


Pulang

Yang gagal tiada kusesal

Yang hilang tak kuulang

Yang masih tiada seri

Yang pulang tak mau dijelang

Yang sungguh berkata rapuh

Yang pura tiada rupa


Pujangga Lara

Aku sudah cuku kenyang dan sedang mencoba menidurkan raga dari dua puluh tiga jam yang terlewati

Jangan begitu saja percaya dengan laki-laki,ya,sepertiku ini

Bualannya setinggi angkasa,fantasinya membuai kemana-mana

Kau boleh terlalu cepat jatuh cinta

Juga boleh begitu saja mengabaikannya

Dan dia,adalah romansa terindah karangan yang kuasa


Rasa Yang Sengaja Didiamkan

“Iya, biar begitu

Aku harap

Rindumu diam

Cintamu diam

Apapun rasamu tentangku, biarlah diam

Tak perlu isi semesta tau

Cukup aku, Tuhan, dan kamu”

Sumpah demi Tuhanku, ini manis sekali

Aku bukan meninggikanmu dengan terlalu

Aku hanya mendiamkan rasa untuk hati yang kita jaga : sahabatmu, yang juga bekas pacarku
Pura Jadi Tawa

Ketika dua tangan tak lepas pagutnya,kemudian hati mereka terkunci,juga teruji

Itu sama seperti ketika dua doa dibiarkan beradu

Kemudian mereka mencari siapakah yang akan jadi pemenangnya

Dilihatnyalah hati-hati yang letih

Tertatih tapi saling memuji

Dan rindu,biarlah seperti itu

Suasana hati mudah direkayasa

Sebagaimana luka yang seketika berpura jadi tawa


Sadari

Aku bertahan demi sebuah keutuhan

Kau rusak,lupa dengan sejuta angan

Aku bagai sasaran cemeti ditengah prosesi pengadilan

Kau pilih rajam,sebagai aku pelaku perzinahan

Saat nanti kau sadari,kita tak sedang bermimpi

Walau nanti kau tak mengerti,awal dan akhirku hanyalah diriku sendiri
Resty

Dimanapun Ayah,kau tetaplah Resty putriku yang lucu, nak

Yang selalu manja dengan ayah,yang selalu merengek minta ini dan itu bahkan kau punyai sifat ayah
dalam dirimu, nak

Ayah tak melihatmu,tapi aya bisa merasa

Pasti kau adalah wanita yang tangguh

Tapi maaf,ayah tak pernah ada saat laki-laki diluar sana sudah menyakitimu

“Resty, ayah rindu. Kau juga kan?”

Kapan-kapan kita berdua bersepeda dan menikmati langit senja ya, nak
Sakit

Tiada kata hanyalah mata adanya

Bukan bungkam lalu tersirat maksudnya

Tuduh aku yang telah menggauli senja dan merana

Bilang saja, “dasar sakit!” dan biarkan lebar menganga

Ingin sekali rasanya kuhamili dirimu agar mereka semua tau bahwa dunia ini tak sesempit pikirku
Sadis

Jangan bersenang-senang dan terbahak

Seolah tawamu penuh dahak

Dia sedang kecewa

Malah tambah merana

Belum tentu ia terhibur

Merasa iya sudah hidup-hidup kau kubur


Sebatas Rasa

Kamu benar

Baiklah,mari kita rayakan semuanya,seadanya

Sebatas kita mampu berbahagia

Sebatas kita mampu mengukir rasa

Sampai lupa pula pada cerita sedih yang sudah-sudah


Sebagian Teman

Mengaku “teman” hanyalah sebagai pernyataan

Tapi tidak pada kenyataan

Mau diberi tapi tidak mau memberi

Mau meminta tapi tidak mau diminta

Sepertinya mereka memang lupa pakai celana

Kemaluannya terbang kemana-mana

Hidupnya ya begitu saja

Seperti pantatnya yang berada di muka


Sekutumu Adalah Sepi

Orang-orang sudah sepakat bahwa mereka tak mau ditinggalkan hanya karena mereka tak mau kesepian

Tapi kamu tidak,kamu justru bersekutu dengan kesepian untuk meninggalkan seseorang
Secarik bahasa cinta : Hening dan Raya

Raya : Aku selalu ingin mengata-ngataimu

Hening : Ngatain saja, tak apa-apa

Raya : Nanti kamu kesenangan

Hening : Aku senang kalau aku bisa senang

Raya : Kapan?

Hening : Sekarang

Raya : Kapan kamu bisa senang?

Kapan kita bisa ketemu?

Hening : Kita tak usah ketemu

Raya : Ah, sudah kuduga

Payah!

Hening : Aku hanya ingin menjaga diriku untuk suami masa depanku

Sebenarnya dengan obrolan ini aku sudah tidak menjaga diriku

Raya : Semakin menggebu emosiku

Kau suruh aku tidur, tapi kau larang aku bermimpi

Hening : Aku jahat ya?

Raya : Pencuri ya tetap pencuri

Hening : Aku ini mencuri apa?

Aku tak merasa mengambil milik orang

Raya : Pencuri
Maling

Ya, Itulah pokoknya\

Hening : Ya, Maling apa?

Tak ada bukti

Raya : Aku sendiri ini susah memalingkan pandangan pada perempuan, apalagi hati

Tapi ini? Sudah terjadi dan hanya tinggal kunikmati

Hening : Konsekuensi mata keranjang

Jangan menyiksa diri

Raya : Bukan, mataku memang suka liar

Tapi hatiku pemilih

Hening : Dan kamu tak bisa menemukan cara pikir sepertiku pada perempuan jalang
di luar sana

Raya : Kamu perempuan terjalang yang baru saja ku setubuhi

Hening : Sialan!

Raya : Sialan, aku sialan biar ku telanjang

Hening : Selamat menikmati

Raya : Ya, tentu

Tak akan kulewatkan sejengkal saja tubuhmu

Hening : Imajinasimu basi

Raya : Siapa yang bilang?

Aku kasar dalam hal itu


Meskipun awalnya ku mulai dengan rayu dan tarian yang gemulai

Hening : Oh ya?

Sudah berapa banyak perempuan yang kamu begitukan?

Raya : Karena menurutmu aku suka basa-basi, dengan tubuhmu pun aku demikian

Tiga

Aku memang bejat, tapi juga tak sebejat pengakuanku

Sebenarnya dua

Yang satu kubiarkan, itu permintaannya

Hening : Kamu bisa juga ya memberi surge untuk banyak wanita di dunia

Raya : Bukan apa-apa

Hening : Jika aku dilihat dari sisi tiga wanita itu, mungkin mereka akan bilang kalau aku

pengecut, tidak berani merasakan itu

Tapi jika aku yang melihat dari sisiku, mereka jalang dan bodoh

Raya : Yang pernah kutiduri adalah mereka yang sebelumnya pernah ditiduri laki-laki
lain

Aku masih pengecut untuk jadi yang pertama

Hening : Bejat, tapi tak sebejat itu

Aku kagum dengan pengecutmu

Raya : Dan yang pernah kutiduri adalah mereka yang meminta

Hening : Aku tak bisa menghakimi mereka


Semu Katamu

Semua belum tentu seperti itu

Ya… Seperti katamu

Aku bukan berarti semu

Hanya karena jarak,ruang dan waktu tak berpihak padaku

Tapi apalah dayaku

Jika doamu benar begitu,kupasrahkan padaNya,sang pemilik waktu


Seorang Penghibur

Sebagai seorang penghibur aku harus tangguh

Sebagai seorang diantaranya aku terpaksa menipu

Memanipulasi bermacam kesenduan dengan beberapa topeng wajah yang kupunya

Aku tak butuh narasi apapun dari siapapun demi untuk sebuah deskripsi

Aku tak butuh kemurnian dari siapapun namamu demi untuk membuat mereka tertawa

Apapun itu,hidup atau matikah harga yang harus kubayarkan?

Aku aka tetap menangguhkan segenap diriku sebagai sebuah pengorbanan


Semua Itu Hanya Rasa

Aku ingin meludahi mulutku sendiri

Aku ingin meneriaki telingaku sendiri

Aku ingin menguliti tubuh ini

Aku ingin merasai lidahku

Aku ingin mengendus bauku

Aku ingin memikirkan otakku

Aku ingin menyemburui cemburuku

Aku ingin mencumbui nafsuku

Aku ingin berkata pada semuanya

Aku ingin mati pada semuanya

Semua itu hanya rasanya

Semua itu hanya rasanya


Sesal Yang Tinggi

Jangan ucap “selamat tinggal” bila kau masih berharap banyak pada doa-doa itu dan masih ingin
bertemu kembali

Bila itu terjadi,kau takkan lagi temui

Bila itu terjadi,kau takkan lagi pahami

Bila itu terjadi,kau pasti menaruh sesal yang tinggi


Sepeninggalmu,Kasih

Sepeninggalmu,kasih

Aku tak mau bersedih

Aku tak mau ada bercak noda

Aku tak mau kehilangan tawa

Sepeninggalmu,kasih

Aku tak mau meringkih

Aku tak mau mencurangi rindu

Aku tak mau seperti dirimu

Sepeninggalmu,kasih

Biarlah luka kita,kugendong sendiri

Seperti kesetiaan yang sudah kau kuliti

Aku berusaha menetap disini

Sepeninggalmu,kasih

Biarkan kupuja lara

Kudayung sendiri sampan derita

Sampai rasa itu mati,dan hanya itu yang kupunya nanti


Sisi Gemulai

Aku rasa dalam diri ini ada zahir yang berbeda

Kalbuku sedang dirajah

Oleh sisi seorang wanita

Bahkan menangispun kutetap gemulai

Tersakiti sudah tak sekaku lelaki

Menghiba,seperti akulah anak tiri

Yang kudekap hanya setitik harapan

Tapi yang dicaci malah segenap tingkah kelelakian

Mungkin,seseorang itu sudah tiada sejak aku menyelesaikan sebuah riasan


Siapa Yang Menang

Ada yang sungguh-sungguh menginginkanku dalam doanya

Sementara aku sibuk mengejar perempuan lain dalam doaku

Siapakah yang akan kau menangkan hatinya,Tuhan?


Suguhan

Dari pagi tadi hanya disuguhi satu macam

Terpaksa,

Kumakan sebungkus bualan

Berulam janji-janji

Ditemani kata-kata

Yang semula tak kuingini hadirnya


Sudahlah

Biarkan semua berlalu atau jangan dipikirkan

Tanpa disadaripun sudah terlambat

Tenggelam sudah ke dalam relung bathinnya

Biarkan semua berlaku dan turuti saja

“Aku hanya menuruti semua kemauan mereka

Mereka-mereka itu yang kucinta,mereka-mereka itulah yang sebenarnya selalu kubuatkan segaris tawa
dimulutku”

Bertahanlah karena lenganmu yang kuat

Jangan lari meski kakimu begitu kecil

Ada nanti masa dimana mereka mengerti bahwa kepala tak sekeras dinding yang sedang dihadapnya
Temanku Hanya Perasaan

Kemana kalian waktu pertunjukanku baru saja dimulai?

Sembari menari,senyumku lepas tapi mataku berkeliaran

Tak satupun raut wajah yang kukenal

“Loh,bukannya kau berjanji akan duduk di bangku yang itu?” Hatiku bergumam

Tidakkah aku? Yang selalu menyempatkan diri untuk menghadiri hajat-hajat kalian?

Pertunjukan usai,riasanku tak dapat kugadai

Luntur sudah asa ini seperti lelehan mentega

Seperti bualan janji yang diobral murah sekali

Kembali hatiku menuai Tanya : “se-keparat itukah balasan kalian? Meniadakan aku dari rencana indah
yang dulu pernah kita cita-citakan”
Telinga

Aku tau dari mana ia berasal

Tak mengerti kenapa ia tiba

Tak pernah kusadari apa maksud darinya

Aku hanya tau

Hanya tau ketika aku tidak dibenarkan

Tidak dibenarkan pada banyak kesempatan

Hanya akan benar-benar dibenarkan pada kesalahan yang sekiranya sudah lebih dulu dihiasi sebegitu
pedihnya
Tentang Rindu Yang Pergi

Lara yang menyelinap di dalam sana

Di dalam sana dia berkata

Dia berkata tunggu aku disana

Disanalah sewaktu senja

Senja datang bersenda gurau

Kita menari kita saling sapa

Senja tiba ku enggan pergi

Kita berbicara tentang rindu yang pergi

Aku seperti sedang dirindukan

Dirindukan seorang idaman

Idaman hati yang tak mau pergi

Tak mau pergi dan terus disini

Senja datang bersenda gurau

Kita menari kita saling sapa

Senja tiba ku enggan pergi

Kita berbicara tentang rindu yang pergi

Maksudku rindu yang pergi kesitu, ke tempatmu

Maksudku rindu yang masih tertuju kepadamu, kepadamu


Temu

Mungkin kenangan atau yang lain

Kita,terlebih aku

Aku memikirkan sebuah penawar

Pertemuanlah satu-satunya peraduan itu

Aku bisa saja menyimpan ini untuk nanti

Maksudku benar,perasaan itu

Belumkah sama sekali kau tanyakan pada hatimu?

Sedikit menyakinkanku,sedikit menghiburku


Terjungkir Terbalik

Kenapa aku harus membuang-buang semuanya demi memikirkan semuanya?

Kenapa aku harus membagi kepala untuk memusingkan hal yang tidak memusingkanku?

Kenapa aku harus merasa mati-matian untuk memikirkan semuanya sementara yang tersebut
menyingkirkanku untuk mempertahankan hidupnya?
Terimakasih Puisi

Padamu sedih,aku berterimakasih

Kau adalah ibu,dari lahirnya berjuta puisi


Untuk Apa

Untuk apa kau kembali datang?

Kalau hanya untuk kembali membuang?

Belum cukupkah aku kau beri kekalahan?

Tak lekangkah muak itu dalam pikirmu?

Maka benar,sudah kau hargai murah aku ini


Uang

Uang tak kenal siapa

Uang tak tau umur

Uang tak tau tempat

Uang tak tau malam atau siang

Uang tak tau waktu

Uang tak peduli janji

Uang tak kenal cinta

Uang tak kenal musuh atau saudara

Uang tak tau hidup atau mati

Kadang,uang juga tak kenal Tuhan


Yuliana 2

Resah dan gelisah itu bukan tentang sebuah lagu

Itu kulihat jelas dari matamu

Kenapa?

Dia belum juga datang?

Kasihan sebenarnya,tapi,gaun dan kupluk rajut merah jambu yang kau kenakan itu jauh lebih indah

Padahal,warna kuning yang kau suka

Kau terlalu sering merunduk,sampai kau lupa bahwa ilalang dibelakangmu itu masih berusaha menari
meskipun sebelumnya tak kau mintai janji
Waktu itu

Itu sudah tentu,kasih

Aku yang sedari kecil dulu selalu memperhatikanmu

Sewaktu kita sinau membahas pelajaran siang lalu

Mengenakan rok mini,berbaju ketat warna putih

Enggan aku pergi karena sepertinya kau nyaman bersandar di sini

Walau tanganku kesemutan,kutahan

Wangi rambutmu dikala itu membuatku betah

Betah berimajinasi, “Betapa bersihnya kulit anak yang mirip cina ini”

Sekarang,kuulangi

Kuceritakan supaya kau ingat

Siapa aku yang pernah merindu sambil memeras nafsu


Yuliana

Yang kumaksud adalah dirimu

Bibir itu adalah irisan purnama

Matamu hiasan bintang yang sedang mengembang

Sudah pernah kubilang bukan? “Aku suka matamu,Yuliana”

Lalu,senyummu kuibaratkan semesta malam yang teduh

Aku bersungguh-sungguh

Ini semua karena malam itu,(“sial,aku tergoda lagi”)

Malam yang membuatku sempat lupa membelai rambutmu

Masih juga kau bertanya siapakah yang kumaksud?

Dengar,sekarang kau boleh berdiri di depan kaca meja riasmu dan nyalakan lentera

Siapa yang kau lihat? Ya,itu dirimu

Sebenar senyummu yang manis,bukan cuma kata-kata ini

Jikapun kau mulai terbuai,berarti maksudku sudah sampai


Yuliana 3

“Terimakasih”, Ucap Yuliana tersipu malu

Aku yang seharusnya berterimakasih

Tanpa disengaja kau sudah memberiku sepaket keindahan : wajah,mata,dan senyum yang sama
indahnya dengan rambutmu

Mungkin bukan hanya aku

Tapi laki-laki lainpun sependapat denganku jika sudah melihatmu


Yuliana1

Sejuk : Mengundang hasrat dan mata yang tajam berbicara

Aku,laki-laki yang sedang berbicara pada perempuan itu (kamu)

Yang mungkin iya,benar,tubuhnya ingin sekali direngkuh (mungkin olehku,pikirku)

Anda mungkin juga menyukai