Bahan-bahan pengisi dapur tinggi ialah bijih besi, kokas dan batu kapur yang akan mengalami
proses fisika ataupun kimia. Mula-mula bahan tersebut akan mengalami pemanasan
pendahuluan, kemudian disusul oleh reaksi reduksi dan terjadi peleburan besi.
1. Pemanasan pendahuluan
Di dalam dapur tinggi gas-gas hasil pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas
sambil memanaskan bahan-bahan yang diisikan. Akibatnya air dan zat-zat yang mudah
menguap yang terdapat dalam bahan-bahan pengisi akan menguap sehingga akhirnya bahan-
bahan akan menjadi cukup kering.
2. Proses reduksi
Dalam daerah reduksi yaitu daerah dapur tinggi dan suhu berkisar 800oC – 1400oC, akan terjadi
serangkaian reaksi-reaksi kimia antara lain reaksi reduksi bijih besi, reaksi pembakaran kokas,
dan peruraian batu kapur.
Karena pengaruh udara maka kokas akan terbakar menurut reaksi sebagai berikut:
C + O2 --------------- CO2
Dalam pembakaran ini akan dihasilkan panas sehingga mampu untuk meleburkan bijih besi
dan juga dapat mempercepat reaksi-reaksi yang lain. Selanjutnya gas CO2 yang terjadi akan
naik ke atas bersinggungan dengan lapisan kokas diatasnya dan bereaksi menurut reaksi
sebagai berikut :
CO2 + C ------- 2CO
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut :
Gas CO2 hasil dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi dengan lapisan kokas
menurut reaksi berikut :-
3. Proses Peleburan
Pada daerah hentian suhu mencapai 1400oC – 1600oC. Disini akan terjadi peleburan hasil
reduksi tak langsung dan juga terjadi pembentukan terak . Disamping itu juga akan terjadi
reduksi langsung FeO oleh kokas. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada daerah ini adalah
sebagai berikut :
Reduksi langsung FeO + C ---- Fe+CO
Pembentukan terak CaO + SiO2 ---- CaSiO3
Kalau bijih besi mengandung Mangan MnO + SiO2 ---- MnSiO3
Karena berat jenis terak lebih ringan daripada berat jenis besi, maka terak akan mengapung
pada bagian atas.
Besi mentah yang dihasilkan bukan merupakan besi murni tetapi masih mengandung unsure
yang lain seperti karbon (C) yang berasal dari kokas, silisium (Si), mangan (Mn) dan Phospor
(P) yang berasal dari bijih besi.
1.2 Austenite
Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic). Dalam keadaan
setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi. Fase ini bersifat non
magnetik dan ulet (ductile) pada temperatur tinggi. Kelarutan atom karbon di
dalam larutan padat Austenite lebih besar jika dibandingkan dengan kelarutan
atom karbon pada fase Ferrite. Secara geometri, dapat dihitung perbandingan
besarnya ruang intertisi di dalam fase Austenite (atau kristal FCC) dan fase Ferrite
(atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
transformasi fase pada saat pendinginan Austenite yang berlangsung secara cepat.
Selain pada temperatur tinggi, Austenite pada sistem Ferrous dapat pula
direkayasa agar stabil pada temperatur ruang. Elemen-elemen seperti angan dan
Nickel misalnya dapat menurunkan laju transformasi dari gamma-ustenite menjadi
alpha-ferrite. Dalam jumlah tertentu elemen-elemen tersebut akan menyebabkan
Austenite stabil pada temperatur ruang. Contoh baja paduan dengan fase
Austenite pada temperatur ruang misalnya adalah Baja Hadfield (12%Mangan)
dan Baja Stainless 18-8 (8%Ni).
1.3 Cementite
Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah
stoichiometric inter-metallic compund Fe3C yang keras (hard) dan getas (brittle).
Nama cementite berasal dari kata caementum yang berarti stone chip atau lempengan
batu. Cementite sebenarnya dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil
yaitu Fe dan C sehingga sering disebut sebagai fase metastabil. Namun,
untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai fase stabil. Cementite
sangat penting perannya di dalam membentuk sifat-sifat mekanik akhir baja.
Cementite dapat berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk seperti:
bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite),
atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon dapat
direkayasa melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar
karbida, dikenal sebagai lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah
parameter penting yang dapat menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja.
Variasi sifat luluh baja diketahui berbanding lurus dengan logaritmik lintasan
ferrite rata-rata.
Dalam proses pembuatan baja, kandungan senyawa seperti silikon, nitrogen, sulfur,
fosfor dan kelebihan karbon dikeluarkan dari besi mentah agar kandungan besi semakin murni
dan atom besi semakin terikat kuat. Elemen perpaduan seperti nikel, kromium, mangan dan
vanadium ditambahkan pada proses pengolahan untuk menghasilkan nilai yang berbeda dari
baja yang dihasilkan.
Karbon pada besi bekerja sebagai unsur pengeras, mencegah atom besi untuk teratur
dalam keterikatan. Kadar jumlah karbon dan penyebaran perpaduan campuran (alloy) bahan
baku dapat mengontrol kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat
memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga bisa menajdikannya lebih rapuh. Pengertian
baja secara ilmiah, baja adalah besi-karbon campuran dengan kadar karbon sampai 5,1 persen,
namun alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi.
Banyak aspek yang diperhatikan untuk pembuatan baja seperti pembatasan gas-gas terlarut
seperti nitrogen dan oksigen serta limbah yang tertahan (disebut “inklusi”) pada pembuatan
baja juga penting untuk menjamin kualitas produk baja.
Berdasarkan komposisi baja yang dioleh, diperoleh beberapa klasifikasi jenis baja seperti
baja karbon (carbon steel) dan baja paduan (alloy steel). Kedua jenis baja tersebut juga
banyak klasifikasinya lagi beradasarkan proses pembuatan dan kualitas yang dihasilkan.
Bentuk jadi produk baja dari bahan karbon seperti pipa baja untuk industri pertambangan,
pondasi dan kerangka baja untuk menara dan gedung bertingkat. Sedangkan produk jadi
dari baja alloy seperti peluru baja, komponen-komponen mobil seperti cakram rem, velg
mobil dan gear.
Baja diproduksi di dalam dapur pengolahan baja dengan bahan utama besi kasar yang berupa
padat maupun cair, besi bekas (skrap) dan beberapa paduan logam. Inilah beberapa proses yang
digunakan dalam pembuatan baja, secara gambaran umum prosesnya adalah seperti berikut ini:
Konvertor adalah salah satu wadah untuk mengolah besi menjadi baja siap untuk diproduksi.
Dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Pada bagian dalam konvertor
dibuat dari batu yang tahan api, batu tahan api tersebut dapat bersifat asam atau basa tergantung
dari sifat baja yang akan diolah.
Di bagian bawah konvertor terdapat lubang-lubang angin (tuyer) sebagai saluran udara
penghembus yang disebut sebagai air blast. Terdapat juga penyangga pada konvertor yang
dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal konvertor.
Sistem kerja
a. Bahan baku dipanaskan dengan kokas (seperti batu bara komposisi karbon) sampai ±
1500 derajat C.
b. Konvertor miringkan untuk memasukkan bahan baku baja kurang lebih 1/8 dari volume
konvertor.
c. Setelah abhan baku baja masuk, ke=onvertor kembali ditegakkan.
d. Tekanan udara penglolahan berkisar 1,5 – 2 atm di hembuskan dari kompresor.
e. Kemudian setelah 20-25 menit, konvertor di putar balik (dijungkirkan) untuk
mengelaurkan hasilnya.
Pengolahan dengan proses bassemer yaitu lapisan dalam yang digunakan adalah batu tahan api
yang mengandung kwarsa asam atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar kelabu
cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3.
Proses Thomas (basa)
Proses Thomas pada lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit
[kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)]. Bahan baku yang diolah adalah besi
kasar putih yang mengandung P antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur
Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5) untuk mengeluarkan besi cair
ditambahkan zat kapur (CaO), 3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)
Proses siemens martin diolah didalam dapur pelebur baja yang dapat mencapai suhu
tinggi, Proses pengolahan baja siemens martin dibuat oleh dua orang yang bernama Siemen
dan Martin, sehingga dapurnya disebut pula dapur siemen martin. Dapur untuk proses siemens
martin mempunyai tungku kerja yang diperlengkapi dengan ruang-ruang hawa.
Tungku pengolahan ini mempunyai kapasitas 30 – 50 ton, bahan baku yang diolah selain besi
kasar juga dapat dimasukkan besi bekas atau besi tua. Jika besi yang dimasukkan mengandung
posfor, bahan lapisan dapurnya bersifat basa. Sebaliknya jika besinya tidak
mengandung posfor bahan lapisan dalam pada dapurnya bersifat asam.
Sistem kerjanya
Sistem kerja dengan proses siemens martin menggunakan sistem regenerator dengan suhu
mencapai 3000 derajat C. Fungsi dari regenerator adalah:
Bahan baku yang bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih. Besi kelabu dinding
dalamnya dilapisi batu silika (SiO2) sedangkan besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 %
MgCO3 + 60 % CaCO3).
Proses pengolahan baja dengan proses Basic Oxygen Furnace (BOF) merupakan modifikasi
dari proses Bessemer. Pada proses Bessemer menggunakan uap air panas ditiupkan pada besi
kasar cair untuk membakar zat kotoran yang tersisa. Sedangkan pada proses BOF memakai
oksigen murni sebagai ganti uap air.
Dapur bejana BOF biasanya berukuran 5 m untuk diameternya dan mampu memproses 35 –
200 ton dalam satu pemanasan. Peleburan baja menggunakan BOF ini juga termasuk proses
yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Tungku konstruksi relatif sederhana, pada
bagian luarnya dibuat dari plat baja sedangkan dinding bagian dalamnya dibuat dari batu tahan
api (firebrick).
Sistem kerjanya
Proses BOF menggunakan besi kasar cair (65 – 85%) yang dihasilkan oleh tanur tinggi sebagai
bahan dasar utama dicampur dengan besi bekas (skrap baja) sebanyak (15 – 35%), batu kapur
dan gas oksigen dengan kemurnian 99,5%.
Oksigen akan mengikat karbon yang terdapat pada besi kasar secara berangsur-angsur turun
sampai mencapai tingkat baja yang dibuat. Saat proses oksidasi berlangsung terjadi panas yang
sangat tinggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam cair hingga mencapai diatas 165
derajat C.
Saat oksidasi berlangsung, ditambahkan batu kapur yang dimasukkan kedalam tungku. Batu
kapur tersebut akan mencair kemudian bercampur dengan bahan-bahan impuritas (termasuk
bahan – bahan yang teroksidasi) sehingga membentuk terak yang terapung diatas baja cair.
Ketika proses oksidasi selesai, aliran oksigen dihentikan dan pipa pengalir oksigen diangkat
dari tungku. Tungku BOF kemudian dimiringkan, pengambilan sampel baja cair
kemidian dilakukan analisa komposisi kimia untuk menilai kadar bajanya.
Jika komposisi kimia pada unsur baja telah tercapai maka dilakukan penuangan (tapping).
Penuangan dilakukan ketika temperature baja cair sekitar 165 derajat C. cara penuangan yang
dilakukan yaitu dengan memiringkan perlahan-lahan tungku pengolahan sehingga cairan baja
tertuang masuk kedalam ladel (wadah tuangan baja cari yang belum dicetak).
Di dalam ladel kemudian dilakukan skimming untuk membersihkan terak dari permukaan baja
cair. Setalh terak dibersihkan dilakukan proses perlakuan logam cair (metal treatment).
Keuntungan dari BOF:
Kemudian ada proses pemurnian lagi yang dilakukan didalam dapur listrik sehingga baja yang
diperoleh menjadi lebih berkualitas. Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur listrik busur
nyala dan dapur induksi frekuensi tinggi.
Pada dapur lisrik busur nyala mempunyai kapasitas 25 – 100 ton, dilengkapi dengan tiga buah
elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas / atap dapur. Elektroda karbon dapat disetel
dan secara otomatis bisa menghasilkan busur nyala sehingga secara langsung dapat
memanaskan dan mencairkan logam.
Pada dapur modern ini mampu mengolah logam dengan proses asam atau basa. Bagian dalam
dapur masih berlapiskan batu tahan api. Bahan olah yang dimasukkan ke dalam dapur adalah
besi kasar dan juga logam keras (baja atau besi) yang terlebih dahulu diketahui komposisinya.
Apabila dilakukan proses basa pada pengolahan baja, maka akan terjadi oksidasi terak dari
kapur yang ditambahkan untuk mereduksi unsur-unsur campuran. Selanjutnya diperoleh
pemisahan terak (mengandung kapur) dari baja cair. Untuk mencegah oksidasi ditambahkan
lagi logam campur pada logam baja yang telah diolah sebelum dikeluarkan dari tungku.
Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur listrik dengan cara induksi frekuensi tinggi ini terdiri dari kumparan yang dililiti kawat
mengelilingi cawan batu tahan api. Tenaga yang dialirkan dari listrik akan menghasilkan arus
listrik yang bersirkulasi di dalam logam sehingga menyebabkan terjadinya pencairan.
Setelah bahan baku logam mencair selanjutnya peran arus listrik yaitu untuk membuat gerak
mengaduk secara berputar. Kapasitas isi dari dapur jenis ini adalah 350 kg – 6 ton, pada
umumnya dapur ini digunakan untuk meproduksi baja paduan (alloy steel) yang khusus.
Dapur Cupola (Cupola Funace) digunakan untuk peleburan besi kasar kelabu dan besi bekas
menjadi baja atau besi tuang, pada umumnya digunakan untuk menghasilkan peleburan sehari-
hari berdasarkan pada kapasitas dari pabrik (foundry). Cupola (kubah-kubahnya) biasanya
dioperasikan secara berpasangan, jadi pemeliharaannya bisa diatur pada satu kubah
dankubah yang lainnya tetap bisa beroperasi, demikian seterusnya secara bergantian.
Sistem kerjanya
a. Dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada kubah agar bebas dari uap cair.
b. Bahan bakar berupa arang kayu dan kokas dinyalakan selama ± 15 jam.
c. Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah dengan blower.
d. Setelah kokas terbakar habis kemudian dimasukan kepingan baja dan besi kasa.
e. Setelah beberapa menit 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar pospor dan sulfur, kemudian ditambahkan batu
kapur (CaCO3) dan akan terurai lagi dengan reaksi kimia dan terakhir menghasilkan gas CO
yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit mesin-
mesin lain.
Proses terkahir saat di dalam dapur setelah pembersihan terak diatas cairan dari dalam dapur
selanjutnya adalah mengeluarkan baja cair yang ditampung panci panci untuk dibawa ke
tempat penuangan besi atau baja.