Elektrode
(Rahardjo Tirtoatmodjo)
Slamet Basuki
Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin – Universitas Kristen Petra
Abstrak
Salah satu komponen pendukung dalam sistem pengapian pada motor bakar torak adalah
busi. Pengapian dari busi terjadi karena adanya sumber energi listrik untuk menghasilkan energi
aktivasi yang digunakan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar sehingga
menghasilkan tenaga.
Busi sebagai suatu piranti untuk menghasilkan busur api listrik sangat berpengaruh terhadap
kesempurnaan proses pembakaran yang terjadi didalam ruang bakar. Kesempurnaan proses
pembakaran akan mempengaruhi unjuk kerja dari motor.
Dengan menggunakan busi dua elektrode dan busi tiga elektrode dapat meningkatkan unjuk
kerja dari motor pada kondisi optimal khususnya peningkatan Efisiensi Thermis yaitu masing-
masing 2,9% dan 3,7%.
Kata kunci: Busi dua elektrode, busi tiga elektrode, energi aktivasi, peningkatan daya, penurunan
konsumsi bahan bakar, proses pembakaran.
Abstract
One of supporting components in the ignition system of Spark Ignition Engine is spark plug.
Ignition occurs caused by the existence of electric source energy which generates activation energy to
ignite the air fuel mixture until produces power.
Spark plug is a component generating the spark highly effected the completeness process in
combustion chamber. The completeness of combustion process shall affects the performance of the
engine.
By using double electrode spark plug and multi electrode spark plug can increase the
performance on optimal condition, particularly increasing of the thermal efficiency each is 2.9%
and 3.7%.
Keywords: double electrode spark plug, multi electrode spark plug, activation energy, increase
power, decrease fuel consumption, combustion process.
2. Alat-Alat Percobaan
3. Teori Dasar
2.1 Motor yang diuji
3.1 Perhitungan daya kuda.
Motor yang diuji sebuah motor daihatsu 3
silinder 4 langkah dengan spesifikasi sebagai Daya yang diukur oleh dynamometer dapat
berikut : dihitung dengan menggunakan rumus :
Tipe motor : CB-23
2π P R Nd
Silinder : 3, in-line BHP = (dk )
Diameter x langkah : 76mm x 73mm X
Perbandingan kompresi : 9,5 :1 dimana :
Tekanan kompresi : 12,5 kg/cm2 (pada BHP = brake horse power (dk)
350 rpm) P = gaya aksi dynamometer (Newton)
Daya maksimum : 38 kW pada 5600 R = panjang lengan dynamometer (m)
rpm Nd = putaran motor (rpm)
Torsi maksimal : 75,5 Nm pada X = faktor pengonversi
3200 rpm
ft .lb / det
Putaran idle : 850 + 50 rpm = 33000
dk
2.2 Dynamometer (jenis Water Brake kg .m / det
= 4500
Dynamometer) dk
Sebagai alat pengukur unjuk kerja dari N.m / det
motor digunakan dynamometer yang mem- = 45000
dk
punyai spesifikasi sebagai berikut :
Merek : Zollner
3.2 Tekanan Efektif rata-rata (Bmep)
Tipe : 3 n 19 A
Daya maksimum : 120 kW Tekanan efektif rata-rata (Brake Mean
Putaran maksimum : 7500 rpm Effective Pressure) yang merupakan tekanan
Pengatur beban : Sluice gate rata-rata yang bekerja pada piston selama
Jumlah impeller : 1 langkah kerja dapat dihitung berdasarkan
Arah putaran rem : satu arah rumus :
Tekanan air inlet
minimum : 2-3 bar bmep =
0 ,45 N Z
A L i Nd
(
kg / cm 2 )
Panjang tuas teoritis : 0,9549 m
dimana :
N = tenaga kuda poros (dk)
2.3 Busi.
A = luas penampang torak (m2)
Busi yang dipakai dalam percobaan ini: L = panjang langkah torak (m)
- Busi konvensional Bosch super type W8DC. i = jumlah silinder
- Busi dua elektrode Bosch super type F7LDC. Z = 1 untuk motor 2 langkah
- Busi tiga elektrode Bosch super type F7TJC. 2 untuk motor 4 langkah
merupakan kelebihan yang dimiliki bila diban- yang rendah, daya kuda yang dihasilkan
dingkan dengan busi konvensional. Sehingga cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan
dengan adanya tiga elektrode negatif pola busur karena pada putaran kerja motor energi
api listrik yang terjadi tidak hanya satu arah aktivasi yang dihasilkan oleh busi yang
saja, melainkan menjadi tiga arah. menggunakan banyak elektrode lebih besar jika
Dengan demikian campuran bahan bakar dibandingkan dengan busi konvensional,
dan udara akan lebih cepat terbakar, dan akan sehingga campuran bahan bakar dan udara
mengurangi kemungkinan tidak terbakarnya akan terbakar habis atau pembakaran
bahan bakar dan udara. berlangsung secara sempurna. Dengan
demikian maka daya yang dihasilkan pun lebih
optimal. Rata-rata peningkatan daya dari
4. Prosedur Percobaan pemakaian busi konvensional ke busi dua
elektrode adalah 7,4% dan pemakaian busi
Prosedur yang dilakukan dalam pengam- konvensional ke busi tiga elektrode adalah
bilan data pada pengereman dan putaran 8,9%. Pada peningkatan daya dari busi dua
berubah: elektrode ke busi tiga elektrode tidak sebesar
1. Sebelum menghidupkan motor, melakukan peningkatan daya dari busi konvensional ke
pemeriksaan terlebih dahulu terhadap: busi tiga elektrode.
minyak pelumas, air pendingin, blower, kran
pemasukan air, bahan bakar dan semua Bhp dengan berbagai tipe busi
percobaan.
2. Kemudian menghidupkan motor pada
11
Busi 3 Elektrode
RPM
dynamometer, agar tekanan air masuk Gambar 4. Grafik Bhp Fungsi Putaran dari berbagai
sekitar 2,5 bar dan mengatur posisi Busi
pengereman 0%.
5. Menaikkan putaran motor hingga 2500 rpm Dari gambar diatas juga dapat dilihat pada
dengan kondisi tanpa beban (0%) busi konvensional daya optimum dicapai
6. Selanjutnya motor mulai dibebani secara apabila motor berputar pada putaran sekitar
bertahap, dengan menaikkan posisi 2400 dengan pengereman sekitar 5% sedangkan
pengereman menjadi 5%, 10%, 15%, 20%, pada busi tiga elektrode daya optimum tercapai
25% dan 30%. Perubahan posisi pengereman apabila motor berputar pada putaran sekitar
dilakukan setiap konsumsi 50ml bahan 2375 rpm dengan posisi pengereman sekitar 5%.
bakar. Pengambilan data dilakukan setiap
perubahan posisi pengereman. Bmep pada berbagai tipe busi
idle .
5 Busi Konvensional
Busi 2 Elektrode
Bmep
Busi 3 Elektrode
Poly. (Busi 3 Elektrode)
5. Hasil Percobaan dan Analisa 4.5
Poly. (Busi 2 Elektrode)
Poly. (Busi Konvensional)
motor yaitu pada putaran antara 1500 sampai 1200 1400 1600 1800
RPM
2000 2200 2400 2600
Dari gambar 5 terlihat dengan pemakaian pada putaran sekitar 1500 rpm, pada busi dua
busi yang menggunakan dua dan tiga elekreode elektrode pemakaian bahan bakar yang paling
pada kondisi kerja motor yaitu pada putaran irit terjadi pada putaran sekitar 1700 rpm,
antara 1500 sampai 2500 rpm akan sedangkan pada busi tiga elektrode pemakaian
menghasilkan tekanan pada piston yang lebih bahan bakar yang paling irit terjadi pada
besar jika dibandingkan dengan busi putaran sekitar 1800 rpm. Pada putaran yang
konvensional. Akan tetapi pada putaran motor melebihi batas putaran optimum pemakaian
yang rendah (dibawah putaran pada kondisi bahan bakar semakin meningkat, hal ini karena
kerja motor), tekanan yang terjadi pada piston peningkatan putaran tidak diimbangi dengan
menurun. Hal tersebut disebabkan karena pada peningkatan daya motor.
putaran kerja motor campuran bahan bakar Effisiensi pada berbagai tipe busi
Busi Konvensional
Effisiensi
23 Busi 3 Elektrode
Poly. (Busi 3 Elektrode)
4,3%. 15
busi konvensional tekanan optimum pada Gambar 7. Grafik Effisiensi Thermis fungsi putaran
piston tercapai apabila motor berputar pada dari berbagai tipe busi.
putaran sekitar 2000 rpm, pada busi dua
elektrode tekanan optimum pada piston Dari gambar 7 terlihat dengan pemakaian
tercapai apabila motor berputar pada putaran busi yang menggunakan dua dan tiga elektrode
sekitar 2050 rpm, sedangkan pada busi tiga pada kondisi kerja motor yaitu pada putaran
elektrode tekanan optimum yang terjadi pada antara 1500 sampai 2500 rpm efisiensi
piston apabila motor berputar sekitar 2100 rpm. pemanfaatan panas dari bahan bakar untuk
diubah menjadi tenaga mekanis (poros) semakin
BSfc dengan berbagai tipe busi meningkat jika dibandingkan dengan busi
0.4 konvensional. Hal tersebut disebabkan karena
pada putaran kerja motor campuran bahan
bakar dan udara akan terbakar habis atau
pembakaran berlangsung secara sempurna.
0.35
Busi Konvensional
Busi 2 Elektrode Pada busi konvensional peningkatan maksi-
mum tercapai apabila motor berputar pada
BSfc
Busi 3 Elektrode
0.3
Poly. (Busi 3 Elektrode)
Poly. (Busi 2 Elektrode)
Poly. (Busi Konvensional)
putaran sekitar 1550 rpm, pada busi dua
0.25 elektrode pada putaran sekitar 1700 rpm
sedangan pada busi tiga elektrode pada putaran
sekitar 1900 rpm.
0.2
1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600
RPM
Kadar CO pada berbagai macam busi
4.8
4.2
Busi 3 Elektrode
3.6
Poly. (Busi 3 Elektrode)
Dari gambar 8 terlihat bahwa kadar CO busi konvensional kadar HC terendah pada
pada pemakaian busi konvensional, busi dua AFR 13,05 dan kadar HC tertinggi pada AFR
elektrode, dan busi tiga elektrode akan 12,9. Pada busi dua elektrode kadar HC
meningkat bila perbandingan massa udara dan terendah pada AFR 13,31 dan kadar HC
massa bahan (AFR) kurang dari rasio tertinggi pada AFR 13,06. Pada busi tiga
stoichiometri. Pada busi konvensional kadar CO elektrode kadar HC terendah pada AFR 12,65
terendah pada perbandingan massa udara dan dan kadar HC tertinggi pada AFR 12,91.
massa bahan bakar adalah 13,05 dan kadar CO Kadar CO2 pada berbagai macam busi
CO2 (%)
Busi 3 Elektrode
Poly. (Busi Konvensional)
Busi 3 Elektrode
Poly. (Busi 3 Elektrode)
260
Poly. (Busi 2 Elektrode)
Poly. (Busi Konvensional) Dari gambar 10 terlihat juga bahwa kadar
CO2 pada pemakaian busi konvensional, busi
240 dua elektrode, dan busi tiga elektrode
cenderung meningkat apabila perbandingan
220
13 13.2 13.4 13.6 13.8 14 14.2 14.4 14.6 14.8 15
udara dan bahan bakar semakin mendekati
AFR
stoichiometri. Pada busi konvensional kadar
Gambar 9. Grafik kadar HC fungsi AFR dari berbagai CO2 tertinggi bila perbandingan massa udara
tipe busi dan bahan bakar adalah 13,07 dan terendah
pada rasio massa bahan bakar adalah 12,9.
Dari gambar 9 dapat dilihat perbandingan Pada busi dua elektrode kadar CO2 tertinggi
kadar gas buang HC pada penggunaan busi bila perbandingan massa udara dan bahan
konvensional, busi dua elektrode dan busi tiga bakar adalah 13,38 dan terendah pada rasio
elektrode. Gas buang HC yaitu pancaran massa bahan bakar adalah 13,06. Sedangkan
hidrokarbon yang terdapat pada gas buang pada busi tiga elektrode kadar CO2 teringgi bila
berbentuk bensin yang tidak terbakar dan perbandingan massa udara dan bahan bakar
hidrokarbon yang sebagian bereaksi dengan adalah 13,38 dan terendah pada rasio massa
oksigen jika campuran udara dan bahan bakar bahan bakar adalah 12,91.
tidak terbakar sempurna didekat dinding
silinder antara torak dan silinder, dimana api Kadar O2 pada berbagai macam busi
Busi Konvensional
stoichiometri (rasio perbandingan massa udara Gambar 11. Grafik Kadar O 2 fungsi AFR dari
dan massa bahan bakar secara teoritis). Pada berbagai tipe busi.
Pada gambar 11 terlihat grafik per- negatif mengingat pemajuan penyalaan yang
bandingan kadar gas buang O2 antara dibutuhkan relatif lebih kecil.
pemakaian busi konvensional, busi dua
elektrode dan busi tiga elektrode pada posisi 6.2 Saran
pengapian optimum. Kadar O2 pada pemakaian
busi konvensional, busi dua elektrode, dan busi • Dari data gas buang yang diperoleh
tiga elektrode. Pada busi konvensional kadar O2 sebaiknya penggunaan busi dua elektrode
tertinggi pada perbandingan massa udara dan dan busi tiga elektrode digunakan dalam
massa bahan bakar adalah 13,13 dan perjalanan luar kota, karena gas CO yang
terendahnya pada 13,05. Pada busi dua dihasilkan cukup besar, sehingga dapat
elektrode kadar O2 tertinggi pada perbandingan dinetralisasi oleh udara bebas.
massa udara dan massa bahan bakar adalah
13,45 dan terendahnya pada 13,24. Sedangkan
pada busi tiga elektrode kadar O2 tertinggi pada Daftar Pustaka
perbandingan massa udara dan massa bahan
bakar adalah 13,28 dan terendahnya pada 1. Crouse W.H., Automotive Electric
12,91. Equipment, USA: McGrawHill Book
Company Inc. 1958.