Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 1410-233

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN METODE


OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN FUZZY FAILURE
MODE AND EFFECTS ANALYSIS
Supriyadi1, Gina Ramayanti2, Romi Afriansyah3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya
Jalan Raya Serang, Cilegon KM. 5, Serang, 42116
supriyadimti@gmail.com, ginaramayanti@gmail.com dan romiafriansyah1990@gmail.com

Abstrak -- Ash Handling System merupakan suatu bagian dari pembangkit listrik tenaga uap dengan
bahan bakar batu bara yang berfungsi untuk menyalurkan limbah pembuangan sisa hasil proses
pembakaran batu bara pada boiler. Sisa pembakaran terbagi menjadi fly ash dan bottom ash. Untuk
sisa pembakaran fly ash akan disalurkan menuju ke Electrostatic Precipitator untuk ditangkap
dengan metode corona dan ditransfer menuju penampungan fly ash dengan cara dimampatkan
bersama udara dari kompresor yang melalui pipa-pipa dan tabung transporter. Sedangkan untuk sisa
pembakaran bottom ash akan disalurkan dengan alat yang disebut SSC (Submerged Scraper
Conveyor). Gangguan pada SSC dapat terjadi mulai dari belt putus, masalah pada penggerak,
hingga masalah pada kelistrikan dan instrumennya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
OEE, mengetahui dampak gangguan belt sobek, mengetahui penyebab terjadinya belt conveyor
sobek dan melakukan estimasi hasil perbaikan dari sisi biaya. Penelitian ini menggunakan metode
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Fuzzy Failure Mode and Effects Analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata nilai OEE pada tahun 2015 sekitar 52,05%, masih di bawah standar nilai
OEE sebesar 85%. Penyebab utamanya adalah adanya gangguan belt sobek karena gesekan belt
dengan support return ketika belt conveyor mengalami jogging yang berdampak pada terganggunya
penyaluran abu. Modifikasi dapat menghindari kerugian perusahaan sebesar Rp. 582.548.800,00.

Kata kunci: Fuzzy Failure Mode and Effects Analysis, Overall Equipment Effectiveness dan
Submerged Scraper Conveyor

Abstract -- Ash Handling System is a part of steam power plant with coal fuel that serves to distribute
waste disposal waste from coal burning process at boiler. The rest of the combustion is divided into
fly ash and bottom ash. For the rest of the fly ash combustion will be channeled to the Electrostatic
Precipitator to be captured by the corona method and transferred to the fly ash reservoir by
compressing the air from the compressor through the tubes and the transporter tube. As for the
remaining burning bottom ash will be channeled with a tool called SSC (Submerged Scraper
Conveyor). Disturbance to SSC from start belt breaks, problems on the mover to electrical problems
and instruments. This study aims to determine the value of OEE, to know the impact of torn belt
disorder, to know the cause of belt conveyor tear and make estimation of cost improvement results.
This study uses the method of Overall Equipment Effectiveness (OEE) and Fuzzy Failure Mode and
Effects Analysis. The results obtained are the average value of OEE in 2015 around 52.05% which is
still below the standard value of OEE of 85%, the main cause of the torn belt is belt friction belt with
support return when belt conveyor jogging that impact on disruption of distribution ash. Modifications
can avoid the Company's loss of Rp. 582.548.800,00 caused by torn conveyor belt interruption.

Keywords: Fuzzy Failure Mode and Effects Analysis, Overall Equipment Effectiveness and
Submerged Scraper Conveyor.

PENDAHULUAN Perawatan mesin pendukung produksi


Kelancaran produksi menjadi prioritas menjadi hal penting dalam menunjang kinerja
dalam kegiatan proses produksi. Banyak faktor produksi. Total Productive Maintenance (TPM)
yang mempengaruhi kelancaran proses, salah merupakan program pemeliharaan peralatan
satunya adalah performance mesin yang baik. produksi untuk menemukan dan menghilangkan
Mesin dengan breakdown rendah mampu faktor utama yang menghambat proses produksi
membuat kualitas proses produksi berjalan (Sunaryo & Nugroho, 2015). TPM merupakan
dengan baik. kegiatan kelompok yang membutuhkan kerja

Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 1


SINERGI Vol. xx, No. x, Oktober 20xx

sama keseluruhan karyawan terutama dari bagian Metode Fuzzy FMEA merupakan salah
maintenance dan produksi. Pelaksanaan TPM satu alternatif untuk memperbaiki FMEA. Teori
secara efektif akan mampu meningkatkan fuzzy mampu menghasilkan rumusan matematis
efisiensi dalam menghilangkan kerugian akibat dari variabel yang samar dan tidak akurat untuk
equipment failure, set up and adjustment, minor menghitung RPN. Penggunaan logika fuzzy
stoppages, reduced yield dan process scrap and memperoleh hasil yang lebih akurat dibandingan
defects (Madanhire & Mbohwa, 2015). Dalam dengan FMEA (Keskin & Özkan, 2009). Metode
konsep TPM menekankan peran operator yang Fuzzy memperlakukan faktor severity, occurance,
lebih dalam mengidentifikasi kerusakan, dan detection sebagai variabel fuzzy dan
melakukan perawatan dan perbaikan ringan melakukan evaluasi dengan menggunakan istilah
tanpa harus menunggu menjadi kerusakan yang fuzzy dan peringkat fuzzy.(Basjir, Supriyanto, &
komplek. Suef, 2011). Dalam peraturan fuzzy
Salah satu metode pengukuran kerja yang menggambarkan nilai kritikalitas sebuah
digunakan untuk mengukur keberhasilan TPM kesalahan untuk setiap kombinasi variabel input.
adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE). Peraturan dirumuskan dalam istilah liinguistik dan
OEE terdiri dari avaibility (ketersediaan), dinyatakan dalam bentuk ‘If – Then’.
performance (kemampuan) dan quality (kualitas) Ash Handling System merupakan suatu
untuk melakukan pengukuran pada peralatan bagian dari pembangkit listrik tenaga uap dengan
produksi yang digunakan bisa bekerja dengan bahan bakar batu bara yang berfungsi untuk
normal atau tidak (Rahayu, 2014). Nilai menyalurkan limbah pembuangan sisa hasil
Availability, Performance, dan Quality yang lebih proses pembakaran batu bara pada boiler. Sisa
rendah dari standar dunai perlu dilakukan pembakaran terbagi menjadi fly ash dan bottom
perbaikan sesuai dengan akar masalah ash. Untuk sisa pembakaran fly ash akan
rendahnya nilai tersebut.. disalurkan menuju ke EP (Electrostatic
Vittaleshwar, Shetty, & Prajual ( 2016) Precipitator) untuk ditangkap dengan metode
dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa corona (pemancaran elektron) kemudian
TPM dan OEE mampu membantu perusahaan ditransfer menuju penampungan fly ash yang
pembuatan botol air untuk mengidentifikasi disebut silo dengan cara dimampatkan bersama
kerugian proses dan inefisiensi yang sebelumnya udara dari kompresor yang melalui pipa-pipa dan
tidak terdeteksi. Penerapan OEE pada mesin tabung transporter. Sedangkan untuk sisa
injeksi moulding mampu meningkatkan nilai OEE pembakaran bottom ash akan disalurkan dengan
dari 61% menjadi 81% melalui implementasi alat yang disebut SSC (Submerged Scraper
avaibility, pemanfaatan sumber daya yang lebih Conveyor), Vibrating grid dan ash crusher
baik, meningkatkan kepercayaan, dan semangat kemudian dipindahkan menuju penampungan
kerja karyawan (Vijayakumar & Gajendran, 2014). akhir yaitu Ash Valley.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Terdapat beberapa gangguan peralatan
Raut & Raut (2017) dan Jaganure & Badiger Ash Handling, baik peralatan penyaluran fly ash
(2017) bahwa penerapan OEE secara efektif maupun peralatan penyaluran bottom ash. Dalam
mampu meningkatkan nilai OEE secara penelitian kali ini penulis fokus kepada peralatan
keseluruhan dengan cara melakukan perbaikan- Submerged Scraper Conveyor. Terdapat
perbaikan variabel yang mempunyai nilai rendah. beberapa jenis gangguan pada Submerged
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) Scraper Conveyor, mulai dari belt putus, masalah
merupakan sakah satu metode yang dapat pada penggerak, hingga masalah pada kelistrikan
digunakan untuk mengetahui potensi penyebab dan instrumennya. Gangguan belt conveyor
kerusakan. FMEA merupakan suatu metode untk sobek meyebabkan proses penyaluran abu
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola terganggu. Apabila masalah berlarut-larut (± 8
risiko secara efektif dalam suatu kegiatan (Hayati jam) maka unit pembangkit harus berhenti
& Reza Abroshan, 2017). Menurut Yeh & Hsieh beroperasi sehingga perusahaan harus
(2007) penggunaan FMEA mempunyai beberapa mengeluarkan biaya lebih untuk memperbaiki belt
kekurangan antara lain, pernyataan sering yang sobek, menurunnya nilai performance
subyektif dan digambarkan secara kualitatif, conveyor, dan menurunkan tingkat kepercayaan
parameter severity (S), occurrence (O), Submerged Scraper Conveyor pelanggan.
detectability (D) diasumsikan memiliki Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
kepentingan yang sama, mengabaikan mengetahui nilai OEE, mengetahui dampak
kepentingan relatif diantara penilaian yang gangguan belt sobek, mengetahui penyebab
mungkin berbeda dalam praktek dan penilaian terjadinya belt conveyor sobek dan melakukan
RPN yang sama, menyiratkan perbedaan estimasi hasil perbaikan dari sisi biaya.
representasi risiko yang berbeda

2 Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi


ISSN: 1410-233

METODE PENELITIAN dikalikan dengan bobot kepentingan dari setiap


Penelitian ini dilakukan pada peralatan parameter parameter severity (S), occurrence
conveyor di perusahaan pembangkit listrik. Data (O), detectability (D). Fungsi yang digunakan
yang dikumpulkan berupa data teoritis dan data dalam fuzzy FMEA adalah pola segitiga dan
hitoris. Data teoritis berupa teori mengenai total trapesium. Parameter fungsi keanggotaan dan
productive maintenance, overall equipment tipe kurva variabel input sesuai dengan tabel 1
effectiveness, failure mode and effects analysis dibawah ini.
dan fuzzy failure mode and effects analysis. Data
historis yang dipergunakan adalah data Tabel 1 Parameter Fungsi Keanggotaan Variabel
kerusakan peralatan, data operasional peralatan Input
dan kualitas produk. Kategori Tipe Kurva Parameter
VL Trapesium [0 0 1 2.5]
Overall Equipment Effctiveness (OEE) L Segitiga [1 2.5 4.5]
Overall Equipment Effectiveness M Trapesium [2.5 4.5 5.5 7.5]
menggambarkan mengenai performa peralatan H Segitiga [5.5 7.5 9]
dan kalkulasi akurat untuk mengetahui keefektifan VH Trapesium [7.5 9 10 10]
peralatan yang digunakan (Wahid & Agung,
2016). Tujuan OEE adalah untuk menganalisis Sumber (Kosasih, Sukania, & Tamrin, 2009)
berbagai input data dan memberikan rincian
mengenai proses manufaktur. (Vittaleshwar et Input fungsi anggota dalam kategori
al., 2016) menyatakan bahwa data yang telah tersebut yaitu untuk kriteria severity, occurrence
diperoleh digunakan untuk menentukan keadaan dan detection. Kategori tersebut dapat dilihat
proses saat ini, dan sebagai dasar kerangka pada tabel 2 dibawah ini.
untuk mencari penyebab masalah yang terjadi.
Pengukuran OEE didasarkan pada Tabel 2 Kategori untuk input variabel
pengukuran Availability ratio, Performance ratio,
dan Quality ratio. Nakajima (1988) menyatakan Rangking
bahwa availability merupakan rasio dari operation Kategori
Severity (S) Occurence (O)Detection (D)
time, dengan mengeliminasi downtime peralatan, 1 1 1 VL
terhadap loading time. Performance ratio adalah 2,3 2,3 2,3 L
rasio yang menggambarkan kemampuan 4,5,6 4,5,6 4,5,6 M
peralatan dalam menghasilkan produk yang
7,8 7,8 7,8 H
merupakan hasil dari operating speed rate dan
9,10 9,10 9,10 VH
net operating rate. Operating speed rate
berdasarkan perbedaan antara kecepatan ideal
Sumber (Kosasih et al., 2009)
dan kecepatan operasi aktual. Net operating rate
melakukan pengukuran suatu kecepatan dalam
Ketiga kriteria tersebut dikalikan sehingga
periode tertentu ( Suhendra & Betrianis, 2005).
menghasilkan nilai FRPN. Ketiga kriteria itu jika
Quality ratio adalah rasio yang menggambarkan
dikalikan akan menghasilkan nilai FRPN.
kemampuan mesin dalam menghasilkan produk
Parameter fungsi keanggotaan dan tipe kurva
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
variabel output terdapat pada tabel di bawah ini.
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒−𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
=
𝑙𝑎𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
(1) Tabel 3 Kategori untuk Variabel Output
processed amount x theoretical cycle time
Performance =
operation time
(2) Kategori Kelas Internal Nilai FPRN
VL 1-49
processed amount−defect amount VL-L 50-99
Quality = (3)
processed amount L 100-149
L-M 150-249
𝑂𝐸𝐸 = 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑥 𝑞𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 (4) M 250-349
M-H 350-449
H 450-599
Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis
H-VH 600-799
Logika fuzzy merupakan cara yang tepat
VH 800-1000
untuk memetakan suatu ruang input ke dalam
suatu ruang output. Penilaian RPN dilakukan
Sumber (Kosasih et .al., 2009)
dengan menggunakan bilangan fuzzy dan

Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 3


SINERGI Vol. xx, No. x, Oktober 20xx

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN breakdown. Disamping itu batu bara yang
Submerged Scraper Conveyor (SSC) digunakan mempunyai ash content yang cukup
merupakan alat yang berhubungan langsung tinggi, sehingga kinerja SSC menjadi lebih berat
dengan boiler. SSC mempunyai peran yang dan part yang digunakan menjadi lebih cepat aus.
sangat penting bagi operasional unit. SSC Nilai OEE diperoleh melalui perhitungan
berfungsi untuk menampung air laut, sebagai nilai availability, performance dan quality. Berikut
media pendingin abu sisa hasil pembakaran di contoh perhitungan nilai parameter OEE
furnace dan sebagai media pengangkut dan Submerged Scraper Conveyor
penyalur abu bottom ash.
424 − 81
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100% = 80,90%
424

550 ∗ 0,5
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝑥 100% = 80,17%
343

550 − 100
𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100% = 80,82%
550

Gambar 1 Submerged Scraper Conveyor 𝑂𝐸𝐸 = (0,8090 ∗ 0,8017 ∗ 0,8082) 100% = 53,07%
SSC merupakan conveyor dengan
rantai/chain sebagai media angkutnya. Dengan Secara detail data produksi, delay dan hasil
kapasitas 25 T/H SSC beroperasi secara kontinyu availability, performance, quality dan OEE dapat
24 jam sesuai designnya. Pada aktualnya SSC dilihat pada tabel4 dan tabel 5 di bawah ini:
mengalami kendala beroperasi dikarenakan
beban angkut yang berakibat terjadinya

Tabel 4 Data Produksi dan Delay Submerged Scraper Conveyor Tahun 2015

Theoretical Operation
Loading Processed Defect
Downtime Cycle Time
Bulan Time Amount Amount
(Jam) Time (Jam)
(Jam) (M3) (M3)
(Jam)
Januari 424 81 550 0,50 343 100
Februari 424 82 663 0,40 342 108
Maret 424 81 507 0,56 343 93
April 424 84 412 0,67 340 71
Mei 424 79 427 0,63 345 76
Juni 424 77 553 0,48 347 104
Juli 424 76 502 0,53 348 89
Agustus 424 78 401 0,67 346 64
September 424 80 446 0,59 344 67
Oktober 424 81 501 0,50 343 85
November 424 82 441 0,59 343 72

4 Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi


ISSN: 1410-233

Tabel 5. Perhitungan OEE Submerged Scraper Conveyor

Availability
Bulan Performance Ratio Quality Ratio OEE
Ratio
Januari 80,90% 80,17% 81,82% 53,07%
Februari 80,66% 77,54% 83,71% 52,36%
Maret 80,90% 82,12% 81,66% 54,25%
April 80,19% 80,78% 82,77% 53,62%
Mei 81,37% 77,36% 82,20% 51,74%
Juni 81,84% 75,89% 81,19% 50,43%
Juli 82,08% 75,92% 82,27% 51,27%
Agustus 81,60% 77,26% 84,04% 52,99%
September 81,13% 76,27% 84,98% 52,58%
Oktober 80,90% 73,03% 83,03% 49,06%
November 80,66% 75,85% 83,67% 51,19%
Total 81,11% 77,47% 82,85% 52,05%

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui kurang memiliki space yang cukup untuk belt
rata-rata nilai OEE pada tahun 2015 sekitar jogging, keausan part-part conveyor stop
52,05%. Angka tersebut masih jauh dari angka overload, dan speedswitch ON karena
ideal OEE sebesar 85%. Perbaikan nilai OEE operasional peralatan. Faktor penyebab dari sisi
pada Submerged Scraper Conveyor masih metode adalah pemeliharaan rutin yang kurang
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mendetail, serta waktu serah terima operator saat
kinerja secara keseluruhan. pergantian shift terlalu cepat. Karakteristik abu
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa yang berbeda dan tidak adanya alat pengatur
rata-rata nilai performance mempunyai nilai yang dimensi suhu merupakan faktor penyebab yang
paling kecil di antara parameter yang terjadi dari segi material.
mempengaruhi nilai OEE. Hal ini sama dengan Penggunaan fuzzy FMEA dalam penelitian
penelitian yang dilakukan Rizkia, Adianto, & ini difokuskan pada sisi mesin karena memiliki
Yuniati (2015) dan Maulidina, Rimawan, & Kholil nilai performance terendah. Data penyebab cacat
(2016) yang mendapatkan nilai performance yang yang disebabkan faktor mesin yang diperoleh dari
lebih rendah dalam perhitungan OEE. Nilai yang hasil pengamatan dan wawancara kemudian
rendah pada mesin produksi akan menyebabkan diolah dalam perhitungan FMEA. Tahapan fuzzy
nilai efektifitas yang rendah pada sistem produksi FMEA adalah mendefinisikan fungsi keanggotaan
(Syaifudin, Novareza, & Efranto, 2015). input fuzzy untuk parameter severity (S),
Kemampuan mesin mempunyai pengaruh yang occurrence (O), detectability (D), evaluasi rule
signifikan untuk meningkatkan nilai performance dengan menggunakan aturan IFTHEN yang
secara keseluruhan. didapat menjadi satu menjadi aturan fuzzy.
Berdasarkan dari pengamatan dan hasil Aturan IF-THEN digabungkan menjadi suatu
wawancara yang dilakukan, ditemukan beberapa pemetaan dari input fuzzy ke kesimpulan fuzzy.
hal yang menyebabkan OEE belum maksimal. De-fuzzy-fikasi dengan cara menarik kesimpulan
Hal-hal tersebut antara lain, patrol check dari diubah menjadi nilai riil yang mempresentasikan
operator yang kurang intensif dan pengetahuan risiko (Mansur & Ratnasari(, 2016) Hasil nilai
teknisi yang berbeda mengenai perawatan SOD kemudian diolah menggunakan metode
peralatan dari segi manusia. Faktor mesin yang Fuzzy. Perhitungan fuzzy FMEA secara detail
berpengaruh adalah Design Support Return dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 5


SINERGI Vol. xx, No. x, Oktober 20xx

Tabel 6. Hasil Fuzzy FMEA

Mode of Cause of Failure Effect of S O D RPN FRPN Kategori


Failure Failure FRPN
Conveyor Penyambungan belt Belt sobek
Jogging
7 4 6 168 712 H-VH
tidak bagus karena
Keausan legging bergesekan
dengan
7 5 6 384 725 H-VH
pulley
Ply pada belt rusak support 7 4 6 168 712 H-VH
Beban angkut tidak return
merata
7 8 6 392 782 H-VH
Conveyor Beban angkut Penyaluran
stop berlebih abu
3 7 4 96 621 H-VH
overload Terdapat bagian belt terganggu
3 5 4 60 269 M
terjepit
MisAlignment
gearbox
3 4 4 48 269 M
Bearing macet 3 2 4 24 251 M
Speedswitch Pelumas Penyaluran
ON fluidcoupling kurang
3 4 4 48 269 M
abu
Rubber basing rusak terganggu 3 4 4 48 269 M
Gear pada gearbox
aus
3 2 4 24 251 M
Belt putus, tipis
karena lifetime
3 2 4 24 251 M
Spi gearbox rusak 3 2 4 24 251 M

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa Dengan merubah bentuk dan dimensinya,
conveyor jogging yang mengakibatkan beban support return model baru telah berhasil
angkut tidak merata kemudian merusak belt mengatasi masalah belt sobek yang disebabkan
mendapat nilai FRPN tertinggi yaitu 782 dengan oleh gesekan belt dengan support return ketika
kategori H-VH. Penelitian ini dilanjutkan untuk belt jogging terjadi. Jarak belt dengan support
mengatasi belt sobek atau rusak dan gangguan return model baru ketika dipasang yaitu 15 cm,
conveyor yang muncul. Kemudian muncul sehingga ketika terjadi belt jogging pada bagian
gagasan untuk memodifikasi support return yang return belt akan tetap aman karena tidak
bertujuan untuk menghilangkan potensi bahaya bergesekan dengan support return.
belt sobek ketika jogging.
Dari data WO (Work Order) diketahui
bahwa belt sobek dikarenakan belt bergesekan
dengan support return, maka bentuk support idler
akan diubah dengan pertimbangan bentuk
support idler harus melebihi penyimpangan belt
ketika jogging terjadi (±10 cm).

Gambar 3. Support Return Modifikasi Ash


Handling
Gambar 2. Support Return Existing Ash Handling

6 Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi


ISSN: 1410-233

Dengan menginvestasikan biaya sebesar Quality and Reliability Engineering


Rp. 62.172.000,00 untuk modifikasi support return International. 2009; 25(6), 647–661.
pada conveyor 7 maka seharusnya perusahaan Kosasih, W., Sukania, I. W., & Tamrin, W.
dapat menghindari kerugian sebesar Rp. Applied Fuzzy Assessment of FMEA for
582.548.800,00 yang disebabkan oleh gangguan Production Plant of Paper Cutting Knives
belt conveyor sobek karena bergesekan dengan (Case Study: PT. XYZ). In 3rd International
support return. Seminar on Industrial Engineering and
Management. 2009. Bali, Indonesia.
KESIMPULAN Madanhire, I., & Mbohwa, C. Implementing
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian Successful Total Productive Maintenance (
yang dilakukan pada Submerged Scraper TPM ) in a Manufacturing Plant. In
Conveyor, dapat ditarik kesimpulan yaitu rata-rata Proceedings of the World Congress on
nilai OEE pada tahun 2015 sekitar 52,05% yang Engineering (Vol. II). 2015. London, U.K.
masih dibawah standar nilai OEE sebesar 85% Mansur, A., & Ratnasari, R. Analisis Risiko Mesin
sehingga memerlukan peningkatan atau Bagging Scale dengan Metode Fuzzy
perbaikan sistem untuk meningkatkan nilai OEE Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-
terutama dalam nilai performance. FMEA) di Area Pengantongan Pupuk Urea
Penyebab utama adanya gangguan belt PT. Pupuk Sriwidjaja. Jurnal Teknoin. 2016;
sobek ialah gesekan belt dengan support return 21(4), 158–166.
ketika belt conveyor mengalami jogging. Maulidina, A. D., Rimawan, E., & Kholil, M.
Penyebab belt jogging itu sendiri dikarenakan Analisa Total Productive Maintenance
material angkut yang tidak merata di atas belt. terhadap Produktivitas Kapal/Armada
Jarak normal ujung belt dengan support return menggunakan Metode Overall Equipment
ialah 10 cm. Namun ketika terjadi jogging, belt Effectiveness pada PT. Global Trans
mengalami gerakan ± 12 cm sehingga belt Energy International. Journal of Industrial
mengalami gesekkan dengan support return. Engineering & Management Systems. 2016;
Dampak yang ditimbulkan dari gangguan 9(1), 1–18.
ini adalah terganggunya penyaluran abu . Karena Rahayu, A. Evaluasi Efektivitas Mesin Kiln
sistem conveyor adalah interlock maka ketika Dengan Penerapan Total Productive
salah satu conveyor shutdown, conveyor yang Maintenance Pada Pabrik Ii / Iii Pt Semen
lain juga shutdown. Hasil modifikasi support Padang. Optimasi Sistem Industri. 2014;
return dapat menghindari terjadinya gesekan belt 13(1), 454–485.
ketika terjadi belt jogging, juga dapat Raut, S., & Raut, N. Implementation of TPM to
menghindarkan perusahaan dari kerugian Enhance OEE in A Medium Scale Industry.
sebesar Rp. 582.548.800,00 yang disebabkan International Research Journal of
oleh gangguan belt conveyor sobek. Engineering and Technology. 2017; 4(5),
1035–1041.
DAFTAR PUSTAKA Rizkia, I., Adianto, H., & Yuniati, Y. Penerapan
Basjir, M., Supriyanto, H., & Suef, M. Metode Overall Equipment Effectiveness
Pengembangan Model Penentuan Prioritas (OEE) dan Failure Mode and Effect
Perbaikan Terhadap Mode Kegagalan Analysis (FMEA) dalam Mengukur Kinerja
Komponen Dengan Metodologi Fmea, Mesin Produksi Winding NT-880N untuk
Fuzzy, Dan Topsis Yang Terientegrasi. In Meminimasi Six Big Losses. Reka Integra.
Seminar Nasional Manajemen Teknologi 2015; 3(4), 273–284.
XIII. 2011; 1–5. Surabaya: Program Studi Robby Suhendra, & Betrianis Betrianis.
MMT-ITS. Pengukuran Nilai Overall Equipment
Hayati, M., & Reza Abroshan, M. Risk Effectiveness sebagai Dasar Usaha
Assessment using Fuzzy FMEA (Case Perbaikan Proses Manufaktur pada Lini
Study: Tehran Subway Tunneling Produksi. Jurnal Teknik Industri. 2005; 7(2),
Operations). Indian Journal of Science and 91–100.
Technology. 2017; 10(9), S.Nakajima. Introduction to TPM: Total
Jaganure, R., & Badiger, A. Improvement of OEE Productive Maintenance. Productivity Press,
By Reducing Losses and Applying TPM. Cambridge. 1988.
International Journal of Advances in Sunaryo, & Nugroho, E. A. Kalkulasi Overall
Production and Mechanical Engineering. Equipment Effectiveness (OEE) Untuk
2017; 3(2), 8–18. Mengetahui Efektivitas Mesin Komatzu
Keskin, G. A., & Özkan, C. An alternative 80TT. Teknoin. 2015; 21(4), 225–233.
evaluation of FMEA: Fuzzy ART algorithm. Syaifudin, H. L., Novareza, O., & Efranto, R. Y.

Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 7


SINERGI Vol. xx, No. x, Oktober 20xx

Pengukuran Performance Sistem Produksi


Menggunakan Overall Throughtput
Effectiveness (OTE) (Studi Kasus: PT. Tani
Gemilang Desa Kerjen Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar). Jurnal Rekayasa Dan
Manajemen Sistem Industri. 2015; 3(3),
475-484.
Vijayakumar, S. R., & Gajendran, S. (2014).
Improvement of Overall Equipment
Effectiveness (Oee) in Injection Moulding
Process Industry. IOSR Journal of
Mechanical and Civil Engineering. 2014;
2(10), 47–60.
Vittaleshwar, Shetty, D. K., & Prajual. (2016). An
Empirical Study Of Effect Of Total
Productive Maintenance On Overall
Equipment Effectiveness In A Water
Bottling Industry. International Journal of
Applied Engineering Research. 2016; 11(8),
973–4562.
Wahid, A., & Agung, R. Perhitungan Total
Produktifitas Maintenance (TPM) pada
Mesin Bobin dengan Pendekatan Overall
Equipment Effectiveness di PT. XY, Journal
Knowledge Industrial Engineering. 2016;
3(3), 40–49.
Yeh, R. H., & Hsieh, M.-H. (2007). Fuzzy
Assessment of Fmea for a Sewage Plant.
Journal of the Chinese Institute of Industrial
Engineers, 2017; 24(6), 505–512.

8 Andi Adriansyah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi

Anda mungkin juga menyukai