Anda di halaman 1dari 14

SL. EM. VI.

7
KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI CAIRAN PADA PASIEN DEWASA
Hasanul Arifin

I. PENDAHULUAN

Resusitasi adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi tubuh kepada


keadaan fisiologis. Kehilangan cairan dapat berupa kehilangan yang normal
(keringat, penguapan, urine ) atau kehilangan yang patologis. Kehilangan cairan
yang patologis bisa disebabkan oleh karena perdarahan atau non perdarahan
(dehidrasi). Resusitasi cairan adalah tindakan mengganti kehilangan cairan tubuh
yang hilang oleh sebab patologis kembali menjadi normal.

DASAR TERAPI CAIRAN


 Terapi cairan  resusitasi dan rumatan.
 Resusitasi dapat dilakukan dengan cairan kristalloid atau kolloid.
 Rumatan dilakukan dengan kristalloid.

Komposisi cairan tubuh.


 Total body water : 60% dari BB.
o Intraselular (ICF) : 40%
o Extraseluler (ECF) : 20%
 Intersitial (ISF) : 15%
 Intravascular (IVF) : 5%
Contoh :
o Laki laki , BB : 60 kg  TBW = 60% dari 60 kg 36 liter
o Dari 36 liter TBW  ICF = 24 liter & ECF = 12 liter
o ECF = 12 liter  ISF = 9 liter & IVF = 3 liter

39
Tabel Persentase Total Body Water
Pria Wanita
Kurus 65% 55%
Sedang 60% 50%
Gemuk 55% 45%

Kehilangan cairan non-perdarahan (dehidrasi)

DERAJAT DEHIDRASI

Tanda-tanda klinis Ringan Sedang Berat


Hemodinamik Takikardi Takikardi, Takikardi,sianosis,
hipotensi nadi sulit diraba,
ortostatik, nadi akral dingin
lemah, vena
kolaps
Jaringan Mukosa lidah Lidah lunak, Atonia, mata
kering keriput cekung/corong
Turgor kulit < << <<<
Urin Pekat Pekat, jumlah Oliguria
menurun
Kesadaran Normal Apatis, gelisah Koma
Defisit 3-5% BB 6-8% BB 10% BB

Penggantian Cairan :

- Tentukan derajat dehidrasi pasien


- Hitung kekurangan / defisit cairan, berdasarkan derajat dehidrasi dikali dengan
BB
- Bila dehidrasi ringan dan sedang langsung ke rehidrasi tahap lambat, namun
bila dehidrasi berat dimulai dengan rehidrasi tahap cepat kemudian dievaluasi
dilanjutkan ke tahap rehidrasi lambat bila rehidrasi cepat berhasil.
- Tahap cepat : 20 – 40 ml/kgBB  guyur dalam waktu ½ -1 jam
- Tahap lambat : 50% sisa defisit cairan + rumatan, diberikan dalam 8 jam
pertama 50% sisa defisit cairan + rumatan diberikan dalam 16 jam kedua
Dehidrasi tahap cepat 
o untuk mengembalikan fungsi hemodinamik menuju normal

40
o ditandai dengan membaiknya fungsi hemodinamik ( MAP , HR, perfusi
perifer), membaiknya perfusi organ (urine mulai keluar, jernih)
Kebutuhan normal untuk rumatan
Dalam keadaan tidak ada masukan melalui oral, maka defisit cairan dan elektrolit
dengan segera dapat terjadi sebagai akibat produksi urine, sekresi gastrointestinal,
keringat dan insesible waterlossdari kulit dan paru. Kebutuhan normal untuk rumatan
dapat dilihat dari table di bawah ini
Berat Badan Jumlah Cairan

0-10 kg 4 mL / kg/jam

10-20 kg berikutnya tambahkan 2 mL/kg/jam

Untuk setiap kg diatas 20 kg tambahkan 1 mL/kg/jam

Sebagai contoh : kebutuhan cairan rumatan untuk berat badan 60 kg adalah:


10x4 + 10x2 + 40x1= 100 mL/jam

CAIRAN PENGGANTI

Kristaloid : Ringer laktat, Ringer Asetat, NaCl 0.9%


Koloid : HES 6%, Gelatin, Albumin5%

Kehilangan cairan oleh karena perdarahan :


Estimated Fluid and Blood Losses Based on Patient’s Initial Presentation
( tabel ini digunakan untuk menentukan derajad perdarahan yang sudah terjadi
berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat ini)

41
Class I Class II Class III Class IV

Blood-Loss[ml] < 750 750-1500 1500-2000 >2000

Blood-loss [%EBV] <15% 15-30% 30-40% >40%

Pulse-Rate [x/min.] <100 >100 >120 >140

Blood-Pressure Normal Normal Decreased Decreased

Pulse-Pressure N or increased Decreased Decreased Decreased

Respiratory Rate 14-20 20-30 30-35 >35

Urine out- >30 20-30 5-15 Negligible


put[ml/hour]

Mental status/CNS Slightly Midly anxious Anxious and Confused and


anxious confused lethargic

EBV : 70 ml/kg BB  contoh BB 60 kg , maka EBV = 50 x 70 = 4200 mL


Perdarahan 25 % EBV = 25 % x 4200 = 1000 mL

Penggantian Cairan Pada Perdarahan:

Konsensus :

o Kristaloid 3:1

o Kolloid (HES) 1:1

42
o Kolloid (gelatin) 1.5 : 1

Sampai dengan perdarahan 25 % EBV  Kristaloid


Contoh :
o Pasien dengan BB 60 kg, perdarahan s/d 25% EBV ( 1000 ml)  diganti
dengan 3000 ml RL.
o Selebihnya ( diatas 25% EBV), diganti dengan koloid (1:1)  500 m
perdarahan diganti dengan 500 ml HES-6% , atau darah (WB) 500 ml

TRANSFUSI DARAH

Mengikuti RULE-of 5

o Jumlah ml WB = BB (kg) x 5 x delta Hb ( selisih Hb target dengan Hb


saat ini)
o Target Hb = 7-9 gr %
o PRC  ½ dari WB.
o Contoh :
o BB 60kg, Hb 3gr%, target 9gr%
o Maka kebutuhan WB = 60 x 5 x (9-3) = 1800 ml
o Bila PRC  900 ml

PENGHANGATAN CAIRAN :

Tujuan penghangatan cairan :


 Tetesan infus lancar
 Mencegah hypothermia
 Kurva dissosiasi oksigen bergeser kekanan (un-loading, Hb mudah melepas
oksigen)
 Pumping jantung kuat

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok resusitasi cairan pada passien
dewasa ini, mahasiswa dapat mendiagnosa (menentukan) derajad kehilangan
cairan non perdarahan (dehidrasi) dan kehilangan cairan pada perdarahan,
terampil melakukan resusitasi cairan sesuai dengan derajad kehilangan cairan,
mengenal dan dapat menentukan jenis cairan yang digunakan untuk resusitasi,
menentukan saat transfusi dan menghitung kebutuhan darah yang dibutuhkan.

43
II.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mengenal jenis-jenis cairan untuk resusitasi cairan
2. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa (penentuan) derajad kehilangan
cairan non perdarahan (dehidrasi).
3. Mahasiswa mampu melakukan penghitungan kebutuhan dan cara
resusitasi dan jenis cairan yang digunakan pada kasus dehidrasi
4. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa (penentuan) derajad kehilangan
cairan dan darah pada kasus dengan perdarahan .
5. Mahasiswa mampu melakukan penghitungan kebutuhan , cara resusitasi
dan jenis cairan yang digunakan pada kasus perdarahan.
6. Mahasiswa mampu menentukan saat kapan transfusi dan penghitungan
kebutuhan darah.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemberian larutan infus yang
dihangatkan

VI. SKENARIO KASUS


Laki-laki, 40 thn, 60 kg mengalami KLL datang ke UGD dengan keadaan :
Nafas sesak 32 x/menit, TD : 90/70 mmHg, Nadi : 128x / menit, Ketika diajak bicara
jawaban tidak jelas, setelah dipasang kateter, urine yg keluar pekat, hanya 15 cc.
Perut kelihatan membesar dan keras. Jejas terlihat di daerah bawah arcus costa
kiri.Tanda-tanda patah tulang tidak kelihatan.
Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !

Setelah dilakukan rewsusitasi ,keadaan pasien saat ini nafas berkurang sesaknya
24x/menit, TD : 110/70 mmhg, Nadi 106x / menit, urine sudah mulai keluar 40 cc,
mulai jernih.

44
Setengah jam kemudian pasien tampak sesak kembali, tekanan darah turun 90/70,
Nadi 120 x /menit, pasien tampak pucat, sklera tampak udem. Hb diukur 5 gr %.
Pasien didiagnosa mengalami trauma tumpul abdomen dengan shock hipovolemik ec
internal bleeding (spleen-rupture ?)
Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !

Jawaban : (untuk instruktur)


1. diagnosa Trauma tumpul abdomen dengan shock hipovolemik ec internal
bleeding
2. Lihat tabel, dari tanda dan gejala yang ada diagnosa: derajad perdarahan kelas
III ( 30 -40 % EBV)
35 % x 60 x 70 mL = 1500 mL
3. Cairan yang diberikan RL (Ringer Lactat) + koloid (HES 6%) (dihangatkan)
4. Sampai dengan perdarahan 25 % berikan RL (3 : 1)  1000 cc perdarahan diganti
dengan 3000 mL RL, guyur kira-kira 1 jam. Nilai tanda klinis (nafas, TD, Nadi,
produksi urine), bila hemodinamik belum kembali normal, berikan penganti sisa
perdarahan dengan koloid  500 mL perdarahan ganti dengan HES 6 % 500 mL (
1 : 1)
5. Persiapan yang dilakukan :
 Infus set (jarum besar, 16 G atau 18 G ) 2 set.
 Pemanas cairan
 Oksigen nasal
 Kateter urine
Setelah ½ jam berikutnya keadaan menurun kembali :
1. Panggil segera ahli bedah dan tim OK untuk segera operasi cito.
2. Berikan transfusi Whole Blood dengan target Hb 9 gr%
= 60 x 5 x (9-5) = 1200 mL WB
Bila ingin memberi PRC  beri 600 mL PRC
3. Darah perlu dihangatkan sampai dengan 39 0 C
Dihangatkan agar supaya :
- tetesan lancar
- kurva oksigen disosiasi bergeser ke kanan ( oksigen mudah dilepas oleh Hb)
- pumping jantung kuat
- tidak terjadi hypothermia

Kasus 2 :

45
Seorang wanita, umur 26 thn, BB 50 kg, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan
muntah dan mencret.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai : bila diberi rangsang nyeri dengan menekan nail
bed, mata terbuka lalu tertutup kembali; dari bangun lalu tidur kembali.
TD 85/- mmHg (dari palpasi); nadi 138x/menit, halus; ujung jari dingin, warna pucat
dan kebiruan, mata cekung. Katerter terpasang, urine 5 cc dengan warna pekat.
Pasien didiagnosa mengalami muntah mencret dengan dehidrasi berat.

Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !

Jawaban : (untuk instruktur)


1. lihat tabel dehidrasi klas dehidrasi berat
2. Pasien mengalami kehilangan cairan 10%/BB
3. 10% dari 50 kg = 5 liter = 5000 ml
4. Cairan yang diberikan RL (Ringer Lactat) yg dihangatkan
- Persiapan yang dilakukan :
 Infus set (jarum besar, 16 G atau 18 G ) 2 set.
 Penghangat cairan
 Penghangat tubuh
 Oksigen nasal
 Pemasangan kateter urine
 Persiapan cairan Kristaloid RL yang dihangatkan
- Tata cara resusitasi cairan
Infus RL hangat : 20 ml/kg BB  1000 ml
Dihabiskan dalam waktu setengah s/d 1 jam (guyur)
Dinilai status pasien ini, kalau masih belum membaik, berikan 20 ml/kg BB
(1000 ml) ke II dalam waktu setengah jam
Nilai kembali TD saat ini : 105/70 mm/Hg, HR : 100 x/menit, nadi teraba,
volume sudah mulai membaik.
Urine keluar 35 ml,mulai jernih
Tindakan berikutnya sisa deficit cairan 5000 ml – 2000 ml = 3000 ml.
Cairan Rumatan dengan BB = 50 kg = (10 X 4) +(10x2)+ (30X1) = 90 ml/jam
Maka tetesan lambat 8 jam pertama (50% x 3000 ml + (90 ml x 8 ) = 2220 ml
→ dihabiskan dalam 8 jam
16 jam berikutnya : 1500 ml + (90 ml x 16 ) = 2940 ml  habiskan dalam 16
jam
berikutnya .
NB. 1cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

46
Sementara lakukan pemantauan, hemodinamik, perfusi perifer, produksi urine,
temperatur tubuh.

VII. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI CAIRAN

PENGAMATAN
No. LANGKAH / TUGAS YA TIDAK
1. Menilai parameter parameter :
- Menentukan TD
- Menentukan HR
- Menentukan pulse pressure
- Menentukan frekwensi pernafasan
- Menentukan produksi urin
- Turgor kulit
- Menentukan kesadaran

47
2. Persiapan untuk melakukan tindakan :
 Infus set (jarum besar, 16 G atau 18 G ) 2 set.
 Penghangat cairan
 Penghangat tubuh
 Oksigen nasal
 Kateter urine
 Persiapan cairan Kristaloid RL
3. Menentukan derajat perdarahan atau dehidrasi sesuai
data pada point 1. (lihat tabel)
4. Melakukan perhitungan kehilangan darah atau
dehidrasi cairan berdasarkan klassifikasi (tabel).
5. Mengenal jenis cairan pengganti perdarahan
(kristaloid, koloid, darah atau komponen darah) dan
pengganti cairan untuk rehidrasi pada kasus dehidrasi
6. Melakukan penggantian perdarahan/ dehidrasi,
sesuai dengan petunjuk diatas. ( kerjakan sesuai
dengan kasus)
7. Pemantauan pasca resusitasi / rehidrasi sesuai dengan
tabel (klassifikasi perdarahan/dehidrasi)

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

48
SL. EM. VI. 10
KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI CAIRAN PEDIATRIK

I. CAIRAN RESUSITASI

1. Kristaloid
Cairan kristaloid isotonik seperti Ringer Laktat (RL), garam fisiologis (NS), dan Ringer
asetat (RA) banyak tersedia, harganya murah, tidak menimbulkan reaksi alergi, efektif
mengisi ruang interstisial dan mengkoreksi defisit sodium, sehingga dipilih sebagai lini
pertama dalam resusitasi cairan pada keadaan shock. Namun hanya sebentar berada di
dalam ruang intravaskular, dalam beberapa menit hanya seperempat bagian yang masih
berada di ruang intravascular. Untuk mengembalikan volume intravaskular diperlukan
jumlah cairan kristaloid yang besarnya 4-5 kali defisit, sehingga dapat terjadi edema paru.
2. Koloid
Cairan koloid lebih lama berada di ruang intravaskular dibandingkan kristaloid. Darah
dan cairan koloid seperti albumin 5%, FFP, dan koloid sintetik seperti hetastarch 6% dan
10%, dextran 40, dextran 60, dan gelatin lebih efisien mengisi ruang intravaskular
dibandingkan kristaloid, namun lebih mahal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas dan
komplikasi lain

Darah, FFP dan komponen darah diberikan setelah bolus kristaloid diberikan dua kali
atau sekitar 40 mL/KgBB, untuk mengganti kehilangan darah akibat trauma atau sebagai
terapi paliatif koagulopati.

49
II. RESUSITASI CAIRAN

Child in Shock

1. Adequate 2. Crystalloid
oxygenation & 20 mL/KgBW
ventilation in 5 minutes

No improvement
improvement

No 2. Crystalloid
improvement 20 mL/KgBW
in 5 minutes

Urinary catheter - Increase MABP


- Normalization HR
- Improved perfusion
- UOP >1 mL/KgBW
Establish CVP

Establish etiology,
observation
CVP < 10 mmHg CVP > 10 mmHg

Colloid infusion
untill CVP 10 Discontinue fluid resuscitation
mmHg

Inotropic agent (+)


improvement

Establish etiology, Maintenace fluid requirement daily (according to


confirm source of Holliday-Segar) :
fluid loss
BW : ≤ 10 Kg  100cc/KgBW
BW : 11 – 20 Kg  1000 + (BW-10) x 50
BW : 21 – 30 Kg  1500 + (BW-20) x 20

50
III. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI CAIRAN

Pengamatan
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
1. Menilai keadaan syok
- Kesadaran : respon terhadap nyeri,
- Frekuensi Napas : 70 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : tidak teraba
- Tekanan darah : tidak terukur
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : tidak ada
2. Mempersiapkan alat dan cairan resusitasi
a. Kristaloid : Ringer Lactate, NaCl 0,9%
b. Koloid : HES 6%, dextran 40, dan gelatin
c. IV line : abbocath no. 22 / 24, infuse set mikro/makro
3. Penanganan awal pasien
a. Airway : head tilt-chin lift
b. Breathing : Berikan oksigenasi & ventilasi adekuat
:pemberian oksigen dengan nasal kanul
c. Circulation : pasang IV line
4. Menghitung cairan resusitasi awal dengan kristaloid yaitu
ringer laktat
pada 5 menit pertama : 20 cc/kgBB yaitu sebanyak 200cc
5. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
kristaloid pada 5 menit pertama
- Kesadaran :tidak respon terhadap nyeri
- Frekuensi Napas : 64 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : teraba 158
kali/menit, namun masih halus
- Tekanan darah : 80/60 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : 3 cc (kesan < 1cc/kg/jam)

Kesimpulan : shock belum teratasi.

Jika shock telah teratasi, lanjutkan terapi cairan


maintenance menurut Holliday-Segar (pada no.10)

6. Menghitung cairan resusitasi dengan kristaloid (Ringer


Laktat) pada 5 menit kedua : 20 cc/kgBB yaitu sebanyak
200 cc
7. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
kristaloid pada 5 menit kedua
- Kesadaran : respon terhadap suara

51
- Frekuensi Napas : 52 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : 150 kali/menit
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : 5 cc (kesan < 1 cc/kgBB/jam)

Kesimpulan : shock belum teratasi.

Jika shock telah teratasi, lanjutkan terapi cairan


maintenance menurut Holliday-Segar (pada no.10)
8. Menghitung cairan resusitasi dengan koloid pada 5 menit
ketiga : 10 cc/kgBB, diberikan sebanyak 100 cc
9. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
koloid
- Kesadaran : alert (compos mentis)
- Frekuensi Napas : 36 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : 108 kali / menit,
teraba kuat
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : < 3 detik
- Jumlah urin : 50 cc (kesan > 1cc/kgBB/jam)

Kesimpulan : shock teratasi.

10. Syok teratasi, dilanjutkan dengan cairan maintenance


sesuai klinis menurut Holliday-Segar
Kasus ini : diberikan sebanyak 1000 cc per hari
11. Evaluasi pemberian cairan
- Peningkatan Mean Arterial Pressure
- Denyut jantung normal
- Perfusi membaik
12. Melakukan rujukan / rawat di PICU

Note : Ya = mahasiswa melakukan


Tidak = mahasiswa tidak melakukan

52

Anda mungkin juga menyukai