Anda di halaman 1dari 113

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

ANTENATAL CARE

A. Definisi
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

B. Tujuan ANC
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayi dengan trauma minimal
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal

C. Kebijaksanaan Program
1. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan yaitu :
- 1 kali pada trimester I
- 1 kali pada trimester II
- 2 kali pada trimester III
2. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid

1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3. Kunjungan ANC yang ideal adalah :


- Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
- Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
- Setiap 1 minggu sejak umur hamil 32 minggu sampai
terjadi persalinan
- Jika ditemukan komplikasi selama kehamilan maka
kunjungan akan lebih sering
4. Pemeriksaan khusus jika terdapat keluhan-keluhan tertentu
5. Pelayanan Asuhan Standar Minimal 7 T :
- Timbang berat badan
- Tekanan darah
- Tinggi fundus uteri (TFU)
- TT
- Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
- Tengok/periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai
dengan ujung kaki
- Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan

D. BERKAITAN DENGAN PERAWATAN ANTENATAL


1. Mengontrol keadaan kehamilan, mendeteksi dan memberi
pengobatan beberapa keadaan abnormal yang muncul dan
mengatasi masalah yang mungkin saat persalinan dan post
natal
2. Memberikan pendidikan tentang kehamilan dan bagaimana
menanggulangi gejala, tentang diet, perawatan gigi, gaya
hidup
3. Persiapan fisik/psikologi untuk melahirkan dan pelayanan
maupun instruksi terhadap aspek-aspek perawatan bayi
4. Memberikan dukungan bagi yang mempunyai kesulitan baik
sosial maupun psikososial

2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

E. ANAMNESA
1. Kunjungan Awal
a. Dimulai segera setelah ada kemungkinan kehamilan yang
beralasan, beberapa hari setelah terlambat menstruasi dan
tidak lebih dari keterlambatan menstruasi periode kedua
b. Pada kunjungan awal ini hendaknya dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
1) Evaluasi fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, TB
dan BB
2) Uji laboratorium bahan urine : glukosa, protein, kultur
kuantitatif urine midstream. Bahan darah : Ht, hitung
leukosit/ eritrosit, trombosit, sel sabit (untuk kulit
hitam), gula darah, uji serologi (untuk sifilis),
golongan darah, antigen terhadap Rubella/Hepatitis B.
3) Bagi wanita yang menginginkan aborsi→ ”konseling”
4) Pada kunjungan awal ini dimulai dengan : riwayat-
riwayat, pemeriksaan fisik, diskusi tentang beberapa
masalah, nasehat tentang nutrisi dan persoalannya,
keperluan pengobatan sesuai dengan resep dokter dan
penentuan/pemesanan tempat persalinan.
• Riwayat
Berkaitan dengan riwayat kehamilan, pada kunjungan
awal ini ditanyakan tentang :
a. Riwayat haid, meliputi :
1) Menarche
2) HPHT Untuk dapat menentukan taksiran
persalinan
3) Siklus
4) Lama haid Pada perhitungan
Naegle
HPHT + (+7-3+1)

3
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Variasi dalam jumlah, lama waktu, merupakan tanda-


tanda adanya permasalahan yang berkaitan dengan
gynecologi
c. Tentang graviditas dan parietas, umumnya graviditas
menunjuk pada kehamilan seluruhnya termasuk yang
sekarang, sedangkan parietas menunjukkan hasil
kehamilan
d. Pencatatan dapat menggunakan sistem G-A-P-A-H
- G : Gravida
- A : Aterm
- P : Prematur
- A : Abortus
- H : Hidup
• Penampilan Kehamilan
a. Memperhatikan adanya tanda dan gejala pada bumil
b. Dapat memberikan indikasi, responsi ibu terhadap
kehamilan, diperlukan untuk menemukan gejala awal
dan pemberian pengobatan jika diperlukan
c. Tanyakan adakah riwayat penggunaan obat-obatan
(terlarang), alkohol maupun merokok
d. Hal tersebut akan memberikan resiko pada
perkembangan janin dan memberikan pengetahuan
tentang adiksi
• Riwayat Obstetri
a. Jumlah kejadian aborsi, stillbirth
b. Memberikan pengelolaan kehamilan dan kelahiran
(pada primi) yang akan berbeda dengan kehamilan
lebih lanjut
c. Apakah ada komplikasi atau intervensi pada
kehamilan, persalinan dan puerperium terdahulu dan
apakah dengan penyebab yang disadari

4
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

d. Mencegah berulangnya gejala yang pernah dialami


• Riwayat Penyakit yang Lalu
a. Misal respon terhadap pengobatan, pernah sakit
kronis, alergi, pelaksanaan tranfusi, operasi, fraktur,
struktur panggul → sehingga dapat diprediksi hal-hal
yang mungkin terjadi saat kehamilan
b. Penyakit yang diderita keluarga, misal : diabet,
hipertensi, berkaitan dengan kongenital abnormalitas
→ berkaitan dengan perubahan fisiologi ataupun
kondisi darurat jika mungkin dapat ditemukannya
diagnosa dini
• Pemeriksaan Fisik
Harus meliputi semua sistem tubuh utama dengan
penekanan khusus pada abdomen dan pelvis. Adanya
jaringan parut, DJJ dan ukuran uterus termasuk dalam
pemeriksaan abdomen
a. Penampilan umum, termasuk postur tubuh, status
nutrisi dan usia
b. Tinggi dan berat badan, bentuk tubuh
c. Mata, telinga, hidung mulut dan gigi (lubang pada
gigi membutuhkan penanganan segera)
d. Tekanan darah, jantung dan paru-paru
e. Pemeriksaan payudara dan puting susu
f. Pemeriksaan abdomen dengan palpasi (merasakan)
pembesaran uterus, denyut jantung janin (bila janin
telah berusia 10 minggu atau lebih) dan temuan
abdomen lainnya
g. Pemeriksaan akstremitas terhadap edema atau
varikose

5
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

2. Kunjungan Lanjutan
Beberapa hal yang perlu dilaporkan pada kunjungan lanjutan
yaitu :
a. Urinalisis : klien membawa urine midstream yang bersih,
dikumpulkan saat berkemih pertama kali pada pagi hari
yang akan diperiksa kadar gula, aseton dan albumin.
b. Berat badan : idealnya klien harus bertambah berat kira-
kira 12-14 kg selama hamil atau 250 mg/mgg untuk 28
mgg pertama dan 500 mg/mgg pada minggu seterusnya.
Tambahan berat badan lebih dari 2 kg/mgg dalam
trimester dua biasanya disebabkan karena retensi cairan.
Keadaan ini disebut edema gestasional dan merupakan
suatu yang abnormal. Sedangkan penambahan berat lebih
dari 2,5 kg/mgg pada akhir kehamilan, mungkin
merupakan tanda pre-eklampsi dan urine serta tekanan
darah harus diperiksa dengan ketat.
c. Pengukuran tekanan darah : peningkatan tekanan sistolik
30 mmHg atau diastolik 15 mHg disebut hipertensi
gestasional dan merupakan sesuatu yang abnormal.
d. Wawancara bidan, dokter atau perawat : pada saat
tersebut ibu mendiskusikan masalah-masalahnya atau
pertanyaan-pertanyaan sehingga tercipta hubungan saling
percaya
e. Pemeriksaan abdomen : tinggi fundus uterus, posisi janin
dan denyut jantung janin
f. Pemeriksaan vagina : dilakukan sebagai indikasi untuk
menentukan status servik dengan pendekatan EDC
g. Pemeriksaan darah : dilakukan untuk mengamati keadaan
seperti sifilis, anemia dan inkompatibilitas golongan
darah

6
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

• Antenatal Education
Pendidikan antenatal merupakan tanggung jawab pemberi
asuhan kesehatan. Pendidikan antenatal meliputi :
a. Kebutuhan nutrisi
Diit pada wanita hamil harus mensuplai kebutuhan ibu
dan juga janin
b. Pemahaman susu botol dan ASI.
Kadang-kadang selama periode prenatal ibu perlu
untuk memutuskan bagaimana ia akan menyusui
bayinya.
c. Perawatan payudara
Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk
fungsinya dalam menghasilkan ASI bagi bayi segera
setelah lahir.
d. Latihan otot dasar panggul (Kegels)
Otot-otot dasar panggul melingkari outlet tempat
lewatnya bayi saat lahir. Merupakan hal penting bagi
ibu untuk meregangkan otot ini dan dengan sadar
mengontrolnya sehingga mereka dapat merelaksasi
atau berkontraksi sesuai kemauan.
e. Perawatan gigi
f. Pakaian
Kriteria pakaian tersebut harus mudah disesuaikan
dengan perubahan kontur, mudah dicuci karena
meningkatnya respirasi ; longgar, sehingga tidak
menyebabkan sesak.
g. Mandi
Mandi setiap hari merangsang sirkulasi, menyegarkan
dan menghilangkan kotoran tubuh.

7
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

h. Hubungan seksual
Banyak wanita mengalami peningkatan tekanan
seksual selama kehamilan. Hal ini disebabkan
sebagian oleh peningkatan kongesti darah pada vulva
dan peningkatan kesadaran tentang peran seksual
mereka. Tidak ada alasan untuk membatasi hubungan
seksual selama hamil. Frekuensi, intensitas, posisi
untuk kegiatan seksual memerlukan penyesuaian bagi
wanita hamil karena kebutuhan kontur tubuhnya.
i. Eliminasi
Konstipasi merupakan hal yang umum selama
kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi
gerakan peristaltik usus dan pembesaran uterus untuk
menahannya.
j. Obat-obatan, alkohol dan tembakau
Selama periode kritis ketika bayi sedang dalam
pembentukan, setiap dosis tunggal dari obat yang
membahayakan yang diminum oleh ibu dapat
menyebabkan kelainan pada embrio. Dengan alasan
ini, wanita hamil harus menghindari semua jenis obat
kecuali obat yang secara khusus diresepkan oleh
dokter.
Obat-obatan adiktif seperti heroin yang digunakan
oleh ibu masuk kedalam darah janin dan
menyebabkan janin tergantung pada obat tersebut.
Ketikan bayi ini lahir, sumber obat tersebut dihentikan
dan mereka menunjukkan ancaman hidup khas gejala
putus obat.
k. Aktifitas dan istirahat
Letih merupakan gejala awal kehamilan. Selama
kehamilan trimester pertama sebagian besar ibu

8
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

merasakan bahwa tidur siang hari sangat membantu.


Kongesti darah pada pelvik dan tungkai berkurang
dan stres mental hilang.
l. Kesehatan mental
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa wanita hamil
yang mengalami stres secara terus menerus memiliki
risiko lebih dari 50% untuk mendapatkan anak cacat
fisik.
m. Peran Bapak
Bapak sebelumnya dilupakan, tetapi kini dilibatkan
pada seluruh siklus materniti. Bapak belajar
bagaimana memberikan makan, popok dan
memandikan bayi baru lahir.
n. Tanda-tanda bahaya
Seringkali ibu dilengkapi dengan daftar tanda-tanda
bahaya yang mungkin mereka kenali sebagai
kemungkinan kedaruratan. Perawat mungkin harus
menjelaskan tanda-tanda signifikan ini. Daftar bahaya
khusus yaitu :
1) Setiap perdarahan yang keluar dari vagina atau
keluarnya cairan
2) Sakit kepala berat atau terus menerus
3) Gangguan pengelihatan
4) Menggigil dan demam
5) Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki atau lutut
6) Nyeri pada dada atau abdomen
7) Urine mengandung darah atau keruh
8) Muntah terus menerus

9
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PEMERIKSAAN LEOPOLD

A. Tujuan Pemeriksaan Leopold:


1. Menentukan usia kehamilan dari besarnya rahim
2. Menentukan letak janin dalam rahim

B. Pemeriksaan:
1. Leopold I
Tujuan : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan
bagian apa yang terdapat dalam fundus uteri.
Cara:
a. Kaki penderita difleksikan pada lutut dan lipat paha
b. Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke
arah muka penderita, gunakan ujung jari kedua tangan
untuk mempalpasi fundus uteri
c. Tingginya fundus uteri ditentukan
d. Tentukan bagian apa dari janin yang terdapat dalam
fundus uteri
Hasil:
a. Sifat kepala ialah keras, bundar dan melinting sedangkan
sifat bokong ialah lunak, kurang bundar dan kurang
melinting, sementara jika letak fundus uteri kosong.
b. Tuanya kehamilan :
1. Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba
dari luar.
2. Akhir bulan ke III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari
diatas sysmpisis pubis.
3. Akhirnya bulan ke IV (16 minggu) fundus uteri pada
pertengahan antara sysmpisis pubis dengan pusat.
4. Akhir bulan ke V (20 minggu) fundus uteri 3 jari
dibawah pusat.

10
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

5. Akhir bulan VI (24 minggu) fundus uteri setinggi pusat.


6. Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari di atas
pusat.
7. Akhir bulan ke VIII (32 minggu) fundus uteri pada
pertengahan procesus xyphoideus dengan pusat.
8. Akhir bulan ke IX (36 minggu) fundus uteri 3 jari
dibawah procesus xyphoideus.
9. Akhir bulan ke X (40 minggu) fundus uteri pada
pertengahan procesus xyphoideus dengan pusat.
Keterangan:
Fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan ke IX karena
setelah bulan ke IX fundus uteri pada primigravida turun
lagi karena kepala mulai turun ke dalam rongga panggul
sedangkan pada multigravida yang berbaring fundus uteri
tetap setinggi 3 jari di bawah procesus xyphoideus dan
malahan menonjol ke depan.

2. Leopold II
Tujuan : Untuk menentukan dimana letak punggung
janin.
Cara :
a. Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan
pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan
tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan
lokasi punggung janin
b. Tentukan dimana punggung janin
Hasil:
a. Bagian punggung akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku
atau tidak dapat digerakkan.

11
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil,


betuk/posisi yang tidak jelas, dan menonjol dan mungkin
dapat akan bergerak aktif atau pasif.
c. Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong
pada letak lintang.

3. Leopold III
Tujuan : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah janin ini sudah atau
belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Cara :
a. Letakkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi
abdomen pasien tetap di atas simpisis dan minta pasien
untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
Pada saat pasein menghembuskan nafas, tekan jari tangan
ke bawah secara perlahan dan dalam ke sekitar bagian
persentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya.
b. Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah
digerakkan jika tidak terikat atau tertahan, sulit
digerakkan jika terikat atau tertahan.
c. Bagian bokong akan teraba lunak atau lembut dan tidak
rata
Hasil:
a. Bagian kepala ialah keras sedangkan sifat bokong lunak
atau lembut
b. Jika masih dapat digoyangkan berarti belum terpegang
oleh pintu atas panggul sedangkan jika sulit digoyangkan
berarti sudah terpegang

12
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

4. Leopold IV
Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan kalau kepala atau
bagian terbawah masih tinggi
Tujuan : Untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke
dalam rongga panggul
Cara :
a. Pemeriksaan berubah sikapnya dengan melihat ke arah
kaki si penderita Secara perlahan gerkakkan jari tangan ke
sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari
salahsatu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah bagian
ujung kepala. Jika bagian ujung terletak dibagian yang
berlawanan dengan punggung, ini merupakan bagian
pundak bayi, dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala
pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada
bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput
menjadi ujung kepala.
b. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul dan berapa masuknya bagian bawah ke
dalam rongga panggul
Hasil:
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari
bagian terbawah dari kepala menunjukkan:
a. Convergen berarti hanya bagian kecil dari kepala turun ke
dalam rongga panggul
b. Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul
c. Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul

13
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

d. hiDivergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk ke


dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala
sudah melewati pintu atas panggul.

Leopold I Leopold II

Leopold III Leopold IV

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERUS


Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simphisis pubis
digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat
dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap
atau yang meningkat secara berlebihan mengidentifikasikan adanya
jumlah janin lebih dari satu atau kemingkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan
teknik pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan
dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini berupa tali/pita,
atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada
saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi supinasi)
dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut
diluruskan. Alat ukur (pita atau pelviter) diletakkan di bagian tengah

14
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

abdomen dan diukur mulai dari batas atas simphisis pubis hingga
batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve atas
fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengkuran digunakan
rumus Mc Donalds (Mc Donald’s rule). Pengukuran tinggi fundus
uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua
dan ketiga.

Rumus Mc Donald’s:
1. Usia kehamilan (hitung bulan): tinggi fundus uteri (cm) x 2/7
(atau±3.5)
2. Usia kehamilan (hitungan minggu): tinggi fundus uteri (cm) x
8/7

PENGHITUNGAN DENYUT JANTUNG JANIN


Pergerakan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia
kehamilan 16 minggu (multigravida) atau 20 minggu (primigravida).
Denyut jantung janin dapat terdengar melalui Doppler (12 minggu)
fetoscope (18-20 minggu) atau ultrasound stethoscope (awal
trimester). Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat
memperkirakan usia kehamilan dan digunakan apabila tanggal
menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus
tidak sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir. Lokasi
untuk mendengarkan denyut jantung janin berada disekitar garis
tengah fundus 2-3 cm di atas simphisis terus ke arah kuadran kiri
bawah

15
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

Kompetensi
Aspek yang dinilaix Ya Tdk
Tahap Pra interaksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan efektif
3. Mempersiapkan alat:
a. Handscoon
b. Meteran/midline
c. Fetoscope/pinard’s stethoscope
d. Refleks hammer
e. Stetoskop
f. Sphygmomanometer
g. Jam tangan
h. Thermometer
i. Linen/selimut (jika perlu)
j. Timbangan
k. Fetal dopler
l. Pengukur tinggi badan
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi, 2 identitas ( tanyakan nama dan
lihat no RM/tanggal lahir )
7. Jelaskan prosedur
8. Kontrak waktu
9. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien
10. Tanyakan keluhan pasien
11. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
12. Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk
buang air kecil

16
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

13. Sediakan privasi bagi klien : tutup pintu kamar atau


pasang tirai
14. Cuci tangan efektif
15. Dekatkan peralatan
Pemeriksaan tanda-tanda vital
16. Menimbang berat badan (BB), mengukur tinggi badan
(TB) dan mengukur lingkar lengan atas (LLA)
17. Mengukur tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
18. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur
dengan satu bantal di bagian kepala
19. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan
menawarkan kain linen untuk penutup tubuhnya yang
tidak termasuk area yang akan diperiksa (atau meminta
pasien untuk melonggarkan pakaian dan
menggunakannya sebagai penutup tubuh)
Kepala dan leher
20. Tanyakan riwayat cuci rambut
21. Inspeksi : warna, distribusi, edema pada wajah,
cloasma gravidarum
22. Memeriksa apakah mata :
• Pucat pada konjungtiva
• Sklera ikterus
23. Memeriksa hidung : kebersihan, gangguan
24. Memeriksa mulut : kebersihan, kebiasaan sikat gigi,
karies gigi
25. Memeriksa telinga : kebersihan, gangguan
26. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah
• Kelenjar tiroid membesar
• Pembuluh limfe
• Pelebaran vena jugularis
Payudara
27. Dengan posisi tangan klien disamping, memeriksa :
• Bentuk, ukuran dan simetris atau tidak

17
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

• Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam


• Adanya kolostrom atau cairan lain
• Adanya penegangan pada payudara
28. Pada saat klien mengangkat tangan keatas kepala,
memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi
atau dimpling
29. Klien berbaring dengan tangan kiri diatas, lakukan
palpasi secara simetris pada payudara sebelah kiri
(sesudah itu sebelah kanan juga) dari arah payudara,
axila :
• Massa
• Pembuluh limfe atau kelenjar getah bening yang
membesar
Abdomen
30. Memeriksa adanya linea nigra/linea alba
31. Leopold I :
a. Posisi pemeriksaan menghadap ke kepala klien
b. Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian
fundus uteri klien
c. Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari
untuk menentukan apa yang ada di bagian fundus
uteri
d. Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri

32. PengukuranTinggi Fundus Uteri (TFU) :


a. Letakkan ujung alat ukur (meteran/midline) di
batas atas simphisis pubis
b. Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga
batas atas mengikuti kurva fundus (atau tanpa
mengikuti kurva fundus bagian atas)
c. Tentukan tinggi fundus uteri
Hitung perkiraan usia kehamilan dengan
menggunakan rumus McDonald’s

18
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

33. Leopold II :
a. Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien
b. Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi
abdomen klien
c. Pertahankan letak uterus dengan menggunakan
tangan yang satu
d. Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi
uterus di sisi yang lain
e. Tentukan dimana letak punggung janin
34. Penghitungan Denyut Jantung Janin (DJJ) :
a. Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan
memastikan posisi punggung janin atau pada area
garis tengah fundus 2-3 cm di atas simphisis pubis
terus kearah kuadran di bawah ini
b. Letakkan fetoscope/pinard’s stethoscope di area yang
telah di tentukan untuk mendengarkan DJJ
c. Hitung DJJ 5 detik pertama - 5 detik jeda pertama -
DJJ 5 detik kedua -5 detik jeda kedua-DJJ 5 detik
ketiga
d. Hasil ditambahkan lalu dikalikan 4
35. Leopold III :
a. Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien
b. Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua
sisi abdomen klien tepat di atas simphisis pubis
c. Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan
menghembuskannya
d. Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan
dalam di sekitar bagian presentasi, pada saat klien
menghembuskan nafas
e. Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi dan
apakah bagian tersebut sudah/ belum masuk PAP
36. Leopold IV :
a. Posisi pemeriksa menghadap ke kaki klien
b. Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi

19
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

abdomen
c. Gerakkan jari tangan secara perlahan ke sisi bawah
abdomen ke arah pelvis
d. Palpasi bagian presentasi
e. Tentukan letak dari bagian presentasi tersebut
Genital
37. Memeriksa kebersihan
Anus :
38. Pemeriksaan adanya haemorroid
Ekstremitas : Tangan dan kaki
39. Memeriksa apakah tangan dan kaki : edema, pucat pada
kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan
40. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya
varises
41. Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi
gerakan hypo atau hyper
42. Pemeriksaan homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi
pasif)
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut:
43. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
44. Berikan reinforcement positif pada pasien
45. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan
tempat)
46. Buka sampiran
47. Bereskan alat
48. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nam klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

20
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PERAWATAN PAYUDARA (REFLEK OKSITOSIN)

1. DEFINISI
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara waktu
hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu
post partum.

2. TUJUAN PERAWATAN PAYUDARA


Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan
perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari
infeksi
b. Untuk mengenyalkan putting susu, supaya tidak mudah lecet
c. Untuk menonjolkan putting susu
d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
f. Untuk memperbanyak produksi ASI
g. Untuk mengetahui adanya kelainan

3. MANFAAT PERAWATAN PAYUDARA


Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin
selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan
fungsi payudara sebelum terjadi laktasi.Jika persiapan kurang
dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran
putting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjari
produksi asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara
ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi.
Di pihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan

21
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan
merasakan geli atau perih pada payudaranya.
Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara
Berbagai dampak negative dapat timbul jika tidak dilakukan
perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
a. Putting susu mendelep
b. Anak susah menyusui
c. ASI lama keluar
d. Produksi ASI terbatas
e. Pembengkakan pada payudara
f. Payudara meradang
g. Payudara kotor
h. Ibu belum siap menyusui
i. Kulit payudara terutama putting akan mudah lecet

4. HORMON YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI


Prolaktin (hormone yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian
depan yang ada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pengeluaran
prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus
Lactiferus). Semakain banyak ASI yang dikeluarkan dari
payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya
apabila bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak
memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang
ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan ini diantar ke bagian
depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin
dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang
pembuatan ASI. Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan
rangsangan diproduksinya ASI.

22
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan


ASI disebut refleks produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan
semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak pula
produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin
berkurang jumlah produksi ASI nya.
Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi
penting lain, yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan
akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan
haid, dengan kata lain ASI ekslusif dapat menjarangkan
kehamilan (Roesli, 2001).

Oksitosin (hormone yang menghasilkan ASI)


Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar
hipofisa yang terdapat di dasar otak.Sama halnya dengan
hormone proaktin, hormone oksitosin diproduksi bila ujung saraf
sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi.Oksitosin masuk ke
dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara
mengerut disebut hormone oksitosin. Kejadian ini disebut refleks
pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down refleks.
Reaksi bekerjanya hormone oksitosin dapat dirasakan pada
saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan
mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita
dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu
menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu
(alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya
mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh
refleks oksitosin. Bila reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak
akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI
cukup. Refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau

23
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

sensasi ibu.Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat


produksi ASI.(Roesli, 2001).

5. PENGERTIAN REFLEKS OKSITOSIN


Oksitosin adalah hormon protein yang dibentuk di nukleus
para ventrikel hipotalamus dan disimpan didalam dan di lepaskan
dari hipotalamus posterior. Efek dari hormon oksitosin adalah
dapat menstimulasi kontraksi lapisan otot polos duktus susu
payudara sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intramamaria dan kemudian keluarnya air susu (letdown) yang
disimpan ke putting (Guyton, 2008).
Refleks oksitosin yaitu refleks pengaliran atau pelepasan
ASI dari pabrik susu dan dialirkan ke gudang susu. Pengeluaran
ASI ini terjadi karena sel otot halus disekitar kelenjar payudara
mengerut sehingga memeras ASI keluar (Hikamwati. 2008).
Refleks Oksitosin adalah proses turunnya atau mengalirnya
air susu (letdown) dari alveolus mammae melalui duktus kesinus
laktiferus akibat kontraksi dari sel-sel mioepitel yang disimpan
pada putting susu ibu akibat rangsangan sentuhan pada payudara
(ketika bayi mengisap putting susu ibu) (Guyton, 2008;
Bahiyatun, 2008).
Refleks Oksitosin yang dimaksud pada penelitian ini adalah
proses turunnya atau pelepasan ASI karena rangsangan sentuhan
pada payudara yang dibawa dari alveolus dan disimpan pada
putting susu ibu akibat pengaruh hormon oksitosin yang
diproduksi pada hipofisis posterior.

6. MEKANISME REFLEKS OKSITOSIN


Pada kelenjar mammae fungsi fisiologik dari oksitosin
adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi
mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI

24
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi


ASI. Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam
jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah
oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh
progesteron. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan
dengan penurunan kadar progesteron dan terlihat sesaat sebelum
persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum
persalinan.
Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat
laktasi postpartum pada manusia. Oksitosin sangat berperan
dalam proses laktasi, suatu peran yang lebih penting daripada
kemungkinan peranan oksitosin dalam persalinan.
Mekanismenya adalah stimulus isapan pada puting susu
menimbulkan sinyal yang dijalarkan melalui saraf-sarf sensorik
ke otak.
Sinyal ini akhirnya mencapai neuron-neuron oksitosin yang
ada di dalam nukleus paraventrikel dan supraoptik dalam
hipotalamus, yang menyebabkan timbulnya pelepasan oksitosin
oleh kelenjar hipofisis posterior. Selanjutnya oksitosin diangkut
oleh darah ke payudara untuk menimbulkan kontraksi sel-sel
miopitel yang terletak di luar dan untuk membentuk kisi-kisi
mengelilingi alveoli kelenjar payudara.
Dalam waktu kurang dari satu menit sesudah awal
pengisapan, air susu mulai mengalir. Oleh karena itu, mekanisme
ini sering disebut sebagai pelepasan susu (milk letdown) atau
ejeksi susu (milk ejection). Pengisapan pada satu kelenjar
payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu pada kelenjar
payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara yang lain.
Refleks Oksitosin bekerja sebelum atau selama proses menyusui
agar ASI mengalir sehingga proses laktasi menjadi lancar
(Guyton, 2008; Bahiyatun, 2008).

25
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

7. PENGERTIAN PIJAT PUNGGUNG PADA IBU


POSTPARTUM
Pijat merupakan salah satu bentuk dari terapi sentuh atau
terapi fisik yang berfungsi sebagai salah satu teknik pengobatan
penting (Pustaka, unpad.com, 2009).
Pijat punggung merupakan suatu teknik pemijatan pada
punggung yang dapat mengurangi rasa sakit, membuat tubuh
menjadi rileks, menurunkan kecemasan, mendukung proses
laktasi pada ibu postpartum dan meningkatkan imunitas
(NCCAM, 2009).
Ibu Postpartum adalah seorang ibu dalam keadaan masa
pemulihan kembali setelah melahirkan. Ibu Postpartum
merupakan keadaan beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan enam minggu berikutnya (Bahiyatun, 2008).
Berdasarkan definisi diatas yang dimaksud dengan pijat
punggung pada ibu postpartum adalah suatu tehnik pemijatan
pada punggung ibu postpartum yang dapat mendukung proses
laktasi pada ibu setelah melahirkan.

26
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

8. MANFAAT PIJAT PUNGGUNG PADA IBU


POSTPARTUM
Pemijatan punggung digunakan sebagai terapi alternativ
kelengkapan untuk melengkapi terapi medis.Pemijatan punggung
digunakan untuk keperluan kesehatan dari mengobati penyakit
yang spesifik sampai kondisi kesehatan umum.Terdapat beberapa
manfaat dalam pemijatan punggung yaitu dapat menurunkan
stress pada ibu setelah proses persalinan, meningkatkan sirkulasi,
melemaskan otot, mengurangi kelelahan dan mendukung proses
laktasi (Cassar, 2003).

9. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT PEMIJATAN


PUNGGUNG IBU POSTPARTUM
Dalam pemijatan punggung ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu hindari memijat pada daerah punggung yang
luka atau lecet, hindari melakukan pemijatan langsung pada
daerah tulang belakang dan hindari pemijatan yang kuat pada
orang yang mengalami fraktur, kelemahan tulang seperti
osteoporosis dan kanker (NCCAM, 2009).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan
punggung yaitu :
a. Sebaiknya dalam melakukan pemijatan menggunakan sedikit
minyak untuk menghindari gesekan pada kulit dan mencegah
tertariknya rambut pada daerah pemijatan.
b. Dalam memijat sebaiknya menggunakan gerakan yang
lambat untuk menimbulkan respon yang tenang.
c. Ketika melakukan tekanan dengan ibu jari atau jari, maka jari
yang lainnya memberikan dukungan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka refleks oksitosin itu
juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan
dimana ibu dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan

27
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi yang akibatnya ibu
merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak
kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormone oksitosin. Hal
tersebut menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk
berperan dalam menciptakan suasana ketenangan dan
kenyamanan ibu dan bayi.

10. PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA


1. Persiapan Alat
a. Baby oil secukupnya
b. Kapas secukupnya
c. Waslap, 2 buah
d. Handuk bersih, 2 buah
e. Bengkok
f. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
g. Bra yang bersih dan terbuat dari katun

28
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

2. Persiapan Ibu
a. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk
b. Baju ibu bagian depan di buka
c. Pasang handuk
3. Cara menstimulus reflex oksitosin
a. Tumbuhkan rasa percaya diri klien
b. Berpikiran dan berperasaan baik terhadap bayinya
c. Minum minuman hangat
d. Menghangatkan payudara
e. Menstimulasi putting susu
f. Mengurut punggung
g. Menggosok punggung selama 2-3 menit

29
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PIJAT OKSITOSIN

Kompeten
Aspek yang dinilai
Ya tidak
Tahap Preinteraksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan
keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Menyiapkan alat :
▪ Minyak kelapa / baby oil
▪ Waslap
▪ Handuk 2 buah
▪ Waskom berisi air hangat dan air dingin
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi , 2 identitas ;( tanyakan Nama dan
lihat No RM /tanggal lahir)
7. Jelaskan prosedur
8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan pasien
11. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
12. Beri privasi/ tutup sampiran
13. Anjurkan klien untuk duduk santai
14. Tumbuhkan rasa percaya diri klien
15. Tumbuhkan kepada klien akan pikiran dan perasaan baik
terhadap bayinya
16. Anjurkan klien untuk minum minuman hangat
17. Anjurkan klien untuk melepas Bra / BH dan meletakkan
handuk kecil dibawahnya
18. Basahi kasa / kapas dengan minyak kelapa, gunakan

30
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

sebagai pembersih kotoran di sekitar areola dan putting


susu
19. Hangatkan payudara menggunakan waslap
20. Memposisikan pasien menunduk dan untuk memeluk
bantal
21. Oleskan kedua tangan dengan lotion atau minyak sebelum
memijat
22. Lakukan pemijatan disepanjang kedua sisi tulang punggung
ibu menggunakan kedua kepalan tangan dengan ibu jari
menunjuk ke depan (batas atas: scapula, batas bawah :
sejajar putting susu)
23. Tekan kuat-kuat membentuk gerakan-gerakan melingkar
kecil dengan kedua ibu jari, pijat kearah bawah pada
kedua sisi tulang belakang dari leher kearah tulang belikat
selama 2-3 menit.
24. Pada saat bersamaan tanyakan apakah ibu merasakan ASI
mengalir dari payudara dan apakah ibu merasakan
kontraksi rahim.
25. Ketika selesai melakukan pemijatan lihat putting susu ibu
apakah ASI menetes
26. Bersihkan payudara menggunakan waslap
27. Anjurkan Ibu memberikan ASI pada bayi sesegera mungkin
Tahap Terminasi
28. Evaluasi hasil kegiatan ( subyektif dan obyektif)
29. Berikan reinforcement positif pada pasien
30. Kontrak pertemuan selanjutnya ( kegiatan, waktu dan
tempat)
31. Buka sampiran
32. Bereskan alat
33. Cuci tangan efektif
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu,
hasil yang dicapai

31
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

BREAST CARE
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan
3. Mempersiapkan alat:
a. Handuk besar 2 buah
b. Minyak kelapa murni dalam kom kecil
c. Kapas dalam kom kecil
d. Waskom 2 buah (1 berisi air dingin, 1 berisi air
hangat)
e. Waslap 2 buah
f. Bengkok
4. Cuci Tangan
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama,
tanggal lahir dan lihat nomer RM)
7. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
8. Jelaskan prosedur tindakan
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan saat ini
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
12. Sediakan privasi bagi klien/ tutup sampiran
13. Anjurkan klien untuk duduk santai bersandar
14. Anjurkan klien untuk membuka pakaian, bra dan
letakkan handuk di atas paha dan di punggung
klien
15. Basahi kapas dengan minyak kelapa, gunakan
sebagai pembersih kotoran disekita areola dan

32
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

puting susu klien kemudian tempel selama 2 menit


16. Tarik puting susu bersama-sama. Putar ke dalam
dan keluar sebanyak 20 kali

17. Regangkan puting susu menggunakan jari


telunjuk dan ibu jari. Mengurut sekitar puting ke
arah berlawanan secara merata

18. Tuangkan sedikit minyak kelapa di kedua belah


telapak tangan
19. Lakukan gerakan melingkar dari dalam ke luar
payudara dengan menggunakan telapak tangan
sebanyak 20 kali (sekitar 5-10 menit) untuk
masing-masing payudara
20. Lakukan gerakan melingkar berlawanan arah dari
gerakan sebelumnya, lakukan sebanyak 20 kali
21. Lakukan gerakan menekan payudara secara
perlahan dengan menggunakan sisi dalam telapak
tangan dari atas menuju arah putting susu untuk
msing-masing payudara, lakukan selama 20 kali
22. Lakukan gerakan spiral/ memutar dari atas menuju

33
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

arah puting susu untuk masing-masing payudara


selama 20 menit
23. Kompres kedua payudara dengan air hangat dan
dingin secara bergantian menggunakan wash lap.
Masing-masing kompres dilakukan selama 3 menit
24. Bersihkan sisa-sisa minyak pada semua bagian
payudara dengan washlap basah
25. Keringkan payudara dengan handuk
26. Gunakan BH yang menopang payudara, pakaikan
baju klien
27. Rapikan alat
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut:
28. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
29. Berikan reinforcement positif pada klien
30. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
31. Salam penutup
32. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

PEMERIKSAAN SADARI
Aspek yang dinilai KOMPETEN
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan
keperawatan/ medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat-alat
- Handbody lotion
- Handrub

34
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Aspek yang dinilai KOMPETEN


Ya Tidak
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi, 2 identitas: ( tanyakan Nama
dan lihat No.RM/ tanggal lahir)
7. Jelaskan prosedur
8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan pasien
11. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
12. Jaga privasi pasien
Pengamatan (menjelaskan dan memeragakan)
13. Berdiri didepan cermin dan lihat masing-masing
payudara
14. Angkat kedua lengan lurus keatas, lihat kedua
payudara sambil berputar perlahan-lahan. Amati
kedua payudara
15. letakan kedua tangan pada pinggul dan dorong kedua
bahu kebelakang . Amati kedua payudara
Perabaan (Menjelaskan dan Memeragakan)
16. (Posisi 1) Gunakan body lotioatau minyak
kelapa,gosokan pada kedua telapak tangan.
17. Berdiri dan mengangkat satu tangan keatas didepan
cermin, lakukan perabaan mulai dari bawah tulang
selangka (clavicula) sampai daerah bawah payudara
18. Rabalah bergantian kedua payudara (permukaan)
dengan menggunakan 3 jari tengah, tangan kiriuntuk
memeriksa payudara kanan, dan sebaliknya
19. Melakukan perabaan dengan gerakan sirkuler,
vertikel strip, dan radier.
20. Melakukan pemeriksaan puting susu

35
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Aspek yang dinilai KOMPETEN


Ya Tidak
21. Meraba bagian aksila.
22. (Posisi 2) Berbaring dan angkat salah satu lengan ke
atas (pada sisi yang diperiksa)
23. Lakukan pemeriksaan bergantian pada kedua
payudara seperti pada posisi 1 dilanjutkan
pemeriksaan aksilla
24. Memberikan edukasi kepada pasien
25. Buka sampiran
Tahap Terminasi
26. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
27. Berikan reinforcement positif pada klien
28. Kontrak pertemuan selanjutnya
29. Berisalam penutup
30. Cuci tangan efektif
Tahap dokumentasi
31. Catat hasil tindakan dan respon pasien di dalam
catatan keperawatan

36
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

SENAM HAMIL

Olah raga sangat penting bagi ibu hamil, untuk tetap


mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar. Namun olah raga yang
dilakukan, juga harus sesuai dengan perubahan fisik. Senam yang pas
dilakukan saat kehamilan adalah senam hamil.Senam hamil adalah
terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau
mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan.
Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki
trimester ketiga, yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain
untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk
meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses
persalinan. Sebelum memulai senam hamil, lakukan dulu gerakan
pemanasan sehingga peredaran darah dalam tubuh akan meningkat
dan oksigen yang diangkut ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah
banyak, serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kejang/luka
karena telah disiapkan sebelumnya untuk melakukan gerakan yang
lebih aktif.Sebelum memutuskan mengikuti senam hamil, diskusikan
kondisi kehamilan dengan dokter atau bidan.
Ibu hamil yang mengikuti senam hamil diharapkan dapat
menjalani persalinan dengan lancar, dapat memanfaatkan tenaga dan
kemampuan sebaik-baiknya sehingga proses persalinan normal
berlangsung relatif cepat. Hampir di setiap rumah sakit bersalin
memiliki kelas senam hamil. Ada baiknya Anda mensurvey rumah
sakit tempat Anda akan bersalin, sekaligus mengikuti program senam
hamil di rumah sakit tersebut. Tapi bila lokasinya jauh dan anda tak
punya cukup waktu untuk ke rumah sakit, sebenarnya senam hamil
juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun senam ini harus
dilakukan secara teratur, dengan kondisi yang tenang dan
menggunakan pakaian yang longgar. American College of Obstetri

37
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

dan Ginekologi menyarankan senam hamil atau olahraga sedang 30


menit per hari kecuali ibu memiliki komplikasi medis atau obstetri.
Berikutbeberapa tujuan senam hamil :
a. Menguasai teknik pernapasan.
b. Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan
oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap
menghadapi persalinan.
c. Memperkuat elastisitas otot
d. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, sehingga dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di
bokong, di perut bagian bawah dan keluhan
wasir.Mengurangikeluhan.
e. Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan
yang timbul akibat perubahanbentuk tubuh.
f. Melatihrelaksasi.
g. Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan
kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi
ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.
h. Menghindarikesulitan.
i. Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan
tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah
melahirkan.
j. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena)
secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil.

Berhentilah berolahraga atau senam hamil, bila anda


mengalami hal-hal dibawahini:
1. Sakit apapun itu.
2. Pendarahan vagina
3. Pusing, sakit kepala ringan.
4. Kesulitan bernafas.

38
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

5. Sesak nafas hebat.


6. Palpitasi
7. Kontraksi rahim.
8. Sakit kepala.
Jangan melakukan olahraga, konsultasi ke dokter anda
dahulu, jika anda termasuk dalam kehamilan dengan tekanan darah
tinggi, kelahiran premature pada kehamilan sebelumnya,IUGR (intra
uterine growth retardation) bayi tidak berkembang sesuai harapan,
atau kehamilan dengan keadaan lain seperti penyakit jantung, paru,
tiroid dll.

Kontra indikasi senam hamil :


a. Perdarahan atau spotting
b. Plasenta rendah
c. Terancam atau keguguran berulang
d. Kelahiran prematur sebelumnya atau riwayat kerja awal
e. Serviks lemah
Senam hamil ini terdiri dari 4 bagian yaitu:
▪ Latihan umum. Yang boleh dilakukan oleh ibu hamil yang usia
kehamilannya lebih dari 22 minggu dan diijinkan oleh Dokter
Kandungan untuk senam hamil.
▪ Latihan khusus untuk usia kehamilan 22-30 minggu.
▪ Latihan khusus untuk usia kehamilan 30-36 minggu.
▪ Latihan khusus untuk usia kehamilan 36-40 minggu.

Latihan Umum
1. Latihan Pernafasan Dada
Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan terjalin di atas
dada. Tiupkan nafas dari mulut sepanjang mungkin sambil kedua
tangan menekan dada pada hitungan 5-6-7-8. Kemudian tarik

39
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

nafas dalam dengan mengembungkan dada pada hitungan 1-2-3-


4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.
2. Latihan Pernafasan Diafragma
Posisi seperti di atas dan tangan di atas perut, lakukan
hal yang sama dan dimulai pada hitungan yang sama.
Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

3. Latihan Penguatan Dan Perlemasan Otot Dasar Panggul

Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan di samping badan.


Kerutkan otot-otot yang ada dikedua paha hingga dengan
sendirinya pantat terlepas dari alat tidur. Jangan melakukan
gerakan mengangkat paha dengan sengaja agar latihan ini efektif.
Kemudian lepaskan kerutan pelan-pelan sehingga pantat kembali
menyentuh alas tidur (1-2). Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

4. Latihan Penguatan Dan Perlemasan Otot Tungkai


Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dengan tungkai kanan
lurus, tangan di samping badan. Angkat lurus tungkai kanan
kemudian gerakkan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang
kemudian luruskan kembali dalam hitungan 1-2-3-4. Ulangi
sampai 8 X 8 hitungan. Lakukan hal yang sama pada tungkai kiri
dengan lutut kanan ditekuk.

40
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

5. Latihan Penguluran Danperlemasan Otot Pinggang,Perut Paha


Gerakan 1 :
Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dan tungkai kanan lurus,
tangana di samping badan. Gerakkan tungkai secara rata dengan
alas tidur, ke arah pantat (sehingga tungkai seperti pendek) dan
ke arah mata kaki (sehingga tungkai seperti panjang) dalam
hitungan 8 X 8 hitungan. Lakukan hal yang sama pada tungkai
kiri dengan menekuk lutut kanan.
Gerakan 2 :
Ibu telentang lutut kanan ditekuk dan tungkai kiri lururs serta
tangan di samping badan. Dengan menjinjitkan telapak kaki
kanan, gerakan lutut ke arah kaki (sehingga paha seperti
memanjang) kemudian tapakkan lagi kaki kanan dan lutut tetap
lurus. Dalam hitungan 1-2. Ulangi sampi 8 X 8 hitungan.
Gerakan 3 :
Ibu telentang dengan kedua lutut ditekuk dan kedua lengan
membuka di samping badan (seperti sayap pesawat terbang)
kemudian gulingkan kedua lutut ke kanan dengan menjaga badan
tetap pada posisinya, kemudian gulingkan ke kiri dalam hitungan
1-2. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.
Gerakan 4 :
Ibu duduk dengan tangan bertelekan di belakang badan, kedua
tungkai lurus terbuka selebar bahu. Gerakan pergelangan kaki ke
depan dan ke belakang bergantian, dalam hitungan 1-2. Ulangi
sampai 8 X 8 hitungan.
Gerakan 5 :
Posisi ibu seperti di atas hanya gerakan pergelangan kaki ke
samping luar dan ke dalam. Dalam hitungan 1-2. Ulangi sampai 8
X 8 hitungan.

41
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

6. Latihan Sendi Bahu Dan Payudara


Ibu duduk bersila, kedua tangan memgang
bahu sisi yang sama. Gerakan bahu memutar
ke arah dalam dengan mempertemukan
kedua siku ke depan dada dan dengan
menekankan lengan atas ke payudara dan
bahu diputar dengan putaran penuh (sampai
ketiak terbuka) : satu kali putaran penuh
dalam satu hitungan. Ulangi sampai 8 X 8
hitungan. Kemudian lakukan hal yang sama
dengan memutar bahiu ke arah luar.

7. Latihan Koreksi Sikap

Latihan ini bertujuan untuk mengurangi beban yang


harus disangga pinggang selama ibu mengandung.
Ibu berdiri dengan kedua kaki lurus namun rileks. Agar
posisi ibu tidak terlalu tegak maka aturlah agar dada dan
perut agak terdorong ke belakang dan pantat agak
terdorong ke depan. Pertahankanlah posisi ini samampu
mungkin setiap saat.

8. Latihan Rileksasi Umum


Gerakan-gerakan ini dilakukan saat ibu beristirahat agar tercapai
rileksasi bagi otot-otot perut dan tungkai yang merupakan otot-
otot yang sangat berperan selama ibu mengandung. Gerakan-
gerakan di bawah ini bisa menjadi pilihan ibu di saat beristirahat.
.
Gerakan 1 :
Tidur telentang kepala disangga bantal, dan
kedua tungkai disangga guling hampir ke arah
pantat
Gerakan 2 :
Tidur miring kepala disangga bantal, tungkai
yang sisi atas disangga bantal (baik
tertumpang di atas tungkai sebelah bawah
maupun bertumpu pada alas tidur). Bila perut
sudah cukup besar pada sisi antara perut dan
alas tidur diganjal bantal tipis atau selimut
yang terlipat.

42
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Gerakan 3 :
Posisi duduk pada kursi yang ada
sandaran punggungnya namun
muka menghadap ke arah sandaran
kursi. Kedua tungkai ada di
samping-samping kursi, kedua
lengan terlipat di atas puncak
sandaran kursi untuk tempat
menyandarkan kepala.

LATIHAN KHUSUS
Usia Kehamilan 22 – 30 Minggu
1. Latihan Umum Diulang
2. Latihan-Latihan Untuk Penguatan – Perlemasan Otot Tungkai
Pinggang dan Perut Gerakan 1 :
Posisi ibu merangkak, lengan dan tungkai atas tegak
lurus dengan lantai. Cembungkan punggung bawah
sambil menundukkan kepala, kemudian cekungkan
punggung bawah sambil menengadahkan kepala
dengan hitungan 1 – 2 . ulangi sampai 8 X 8
hitungan.

Gerakan 2 :
Posisi ibu merangkak, lengan dan tungkai atas tegak lurus dengan
lantai.
Angkat lengan kiri, kemudian belokkan tubuh ke kanan dan kembali
lagi ke posisi semula. Hitungan 1 – 2. Angkat lengan kanan,
kemudian belokkan tubuh ke kiri dan kembali lagi ke posisi semula.
Hitungan 3 – 4. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

43
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Gerakan 3 :
Posisi ibu berdiri atau duduk (di kursi atau di tempat tidur),
keduan tangan di pinggang, angkat lengan kiri ke atas,
belokkan badan ke kanan, kembali lagi ke posisi semula.
Hitungan 1 – 2.
Angkat lengan kanan ke atas dan belokkan badan ke kiri.
Hitungan 3 – 4. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

3. Latihan Otot Pinggang (Pelvic Tilting Laterally)


Posisi ibu berdiri lengan lurus di samping badan dan tangan
membuka ke samping. Gerakan panggul kanan ke atas dengan
tungkai tetap lurus sehingga telapak kaki kanan lebih tinggi dari
telapak kaki kiri, kemudian kembali ke posisi semula. Hitungan 1
– 2. Lakukan gerakan yang sama untuk panggul kiri, dengan
hitungan 3 – 4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.
4. Latihan otot perut – otot dasar panggul – otot punggung dan
penguluran Otot paha
bagian dalam serta peningkatan gerakan sendi pangkal paha
(pelvic rocking forward and backward).
Ibu berdiri tungkai dibuka selebar bahu dan lutut sedikit ditekuk.
Letakkan tangan memegang tulang panggul (SIAS) dengan jari-
jari di sisi depan dan ibu jari di sisi belakang. Gerakkan panggul
ke depan dan ke belakang dengan hitungan 1 – 2 – …Ulangi
sampai 8 X 8 hitungan.
5. Latihan Rotasi Tubuh
Ibu berdiri dan tungkai dibuka selebar bahu, tangan di pinggang.
Putar badan ke kanan dan pandangan tetap lurus ke depan serta
tungkai tetap lurus, kembali ke posisi semula dengan hitungan 1
– 2. Lakukan gerakan yang sama ke arah kiri dengan hitungan 3 –
4. Ulangi sampai 8 X 8 hitugan
6. Latihan Pernafasan
Gerakan 1 :
Latuihan pernafasan pada saat latihan umum diulang.

44
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Gerakan 2 (panting quick breathing) :


Tiupkan nafas dengan cepat dan keras lewat mulut kemudian
tariknafas dalam lewat hidungdengan mulut terkatup, hitungan 1
– 2. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

LATIHAN KHUSUS
Usia Kehamilan 30 – 36 Minggu
▪ Latihan umum diulang.
▪ Gerakan pada usia 22 – 30 minggu diulang sampai 4 X 8 hitungan.
▪ Mengatasi keluhan :
Nyeri punggung bawah
a. Infra merah
b. Meratakan kurva tulang belakang 4 X 5.
Bengkak kedua tungkai
a. Penguluran otot betis
b. Meninggikan kedua tungkai pada saat istirahat.

LATIHAN KHUSUS
Usia kehamilan 36 – 40 minggu
1. Duduk bersila kedua tumit bertemu sedekat mungkin dengan
selangkangan. Dengan bantuan berat badan tekan kedua lutut
dengan telapak tanagan 4 X 8 hitungan.
2. Berpegangan pada sesuatu yang berat (meja, dll) kemudian
berjongkok samapi ke tumit tanpa mengangkat tumit kemudian
kembali ke posisi berdiri, lakukan 4 X 8 hitungan.
3. Latihan nafas saat mulai terjadi pembukaan jalan lahir (mulas-
mulas) diulangi lagi (panting quick breathing) 4 X 8 hitungan.
4. Latihan meneran/ mengejan (valsava).
Ibu tidur telentang dengan bantal agar tinggi. Sebelum
melakukan gerakan mengejan tarik nafas dulu, ditahan di
daerah dada, diikuti lutut ditekuk dibuka ke samping dan kedua

45
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

tangan memegang pergelangan kaki, angkat kepala dengan


mendorong kepala ke arah jalan lahir. Gerakan ini dipertahankan
samapi tidak kuat lagi. Kemudian nafas dikeluarkan lewat mulut
secara tiba-tiba.
5. Massage payudara 1 X sehari.
6. Kurangi nyeri punggung bawah dengan kompres hangat.

SENAM HAMIL
Kompetensi
Aspek yang dinilai
ya tdk
Tahap Preinteraksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan
keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Mempersiapkan alat:
a.Matras
b. Bantal
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi , 2 identitas ;( tanyakan Nama dan
lihat No RM /tanggal lahir)
7. Jelaskan prosedur
8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan pasien
11. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
12. Beri privasi/ tutup sampiran
Latihan Umum
13. Posisi Sempurna

46
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

14. Pernapasan diafragma: angkat tangan menyilang diatas


kepala, sambil tarik napas, turunkan tangan keposisi
semula, hembuskan napas (lakukan gerakan 8x)
15. Berdiri tegak kedua tangan melebar, angkat kedua
tangan keatas kepala, badan membungkuk, kedua lutut
lurus, kembali keposis awal (8x)
16. Jongkok pelan-pelan, pertahankan badan tegak, kembali
keposisi awal (8x)
17. Duduk tegak bersandar ke kedua tangan, lakukan
gerakan dorsofleksi, extensi bergantian pada telapak
kaki (8x)
18. Gerakan dorso fleksi, extensi pada telapak kaki secara
bersamaan (8x)
19. Gerakkan telapak kaki kesamping kiri, kanan bersama-
sama (8x)
20. Gerakkan telapak kaki Inversi deversi (8x)
21. Gerakkan kaki rotasi kekanan, kekiri (4x)
22. Kedua tungkai lurus dan rapat, kempeskan perut,
kerutkan dubur, kembali keposisi awal (8x)
23. Letakkan tungkai kanan diatas tungkai kiri, kempeskan
perut, kerutkan dubur (8x)
24. Letakkan tungkai kiri diatas tungkai kanan, kempeskan
perut, kerutkan dubur, kembali keposisi semula (8x)
25. Duduk bersila, badan tegak, rotasikan leher kekiri (4x),
kekanan (4x)
26. Tangan diatas bahu, putar sendi bahu, sehingga siku
menghadap kedepan (8x)
27. Kaki dilipat kebelakang, kencangkan didnding perut,
punggung lurus, angkat paha dan bokong (8x)
28. Kaki dilipat kebelakang, posisi sujud
29. Posisi tidur terlentang, , tekuk kedua lutut, tarik lutut
kearahbadan (8x)
30. Posisi tidur, kepala menempel dibahu, tarik (8x)
31. Posisi tidur, putar pinggul kekiri, kempeskan perut,

47
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

kerutkan dubur, kekanan bergantian (8x)


32. Posisi tidur Kaki ditekuk, tangan lurus, angkat bokong
(8x)
33. Tekan pinggang kelantai, kempeskan perut, kerutkan
dubur (8x)
34. Napas perut 2x, kembungkan perut, tahan napas, tiup
perlahan (8x)
35. Pernapasan perut 3-4 kali hembuskan dengan cepat,
tarik napas dalam, hembuskan (8x)
Tahap Terminasi
36. Evaluasi hasil kegiatan ( subyektif dan obyektif)
37. Berikan reinforcement positif pada pasien
38. Kontrak pertemuan selanjutnya ( kegiatan, waktu dan
tempat)
39. Buka sampiran
40. Bereskan alat
41. Cuci tangan efektif
Dokumentasi
42. Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

48
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

SENAM NIFAS

Pengertian senam nifas


Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh Ibu setelah
melahirkan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan sirkulasi pada ibu nifas serta membantu proses
involusi uteri (Brayshaw, 2007). Enam jam setelah persalinan normal
dan 8 jam post SC ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini
termasuk senam nifas. Senam Nifas sebaiknya dilakukan dalam
waktu 24 setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur
setiap hari hingga hari ke-10. Dalam pelaksanaannya harus dilakukan
bertahap dan sistematis.

Tujuan Senam nifas yaitu :


1) Mengurangi rasa sakit pada otot-otot
2) Memperbaiki peredaran darah
3) Mengencangkan otot-otot perut, liang sanggama dan perineum
4) Melancarkan pengeluaran lochia
5) Mempercepat involusi
6) Menghindari emboli dan thrombosis
7) Mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan
meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen
(Bahiyatun, 2009)

Indikasi senam nifas


Senam Nifas harus dilaksanakan atas rekomendasi dokter dan tenaga
kesehatan lainnya. Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan,
tetapi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
2. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumahbersalin, dan diulang terus di rumah.

49
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3. Pada ibu nifas post SC, beberapa jam setelah keluar dari kamar
operasi latihan pernafasan yang dilakukan. Sementara latihan
untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah
tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari
tempat tidur.

Kontra indikasi senam nifas


1. Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan
2. Ibu dang riwayat anemia, jantung dan paru-paru.
3. Ibu dengan diabetes harus istirahat total selama 2 minggu
sebelum melaksanakan senma hamil.

Kerugian Bila Tidak Melakukan senam nifas


1. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan.
2. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
3. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
4. Timbul varises.

LATIHAN HARI I (6-24 JAM SETELAH MELAHIRKAN)


Latihan pernafasan perut :
1) Ambil sikap tidur terlentang, kedua tangan di atas perut dengan
kedua lutut ditekuk.
2) Tarik nafas dari hidung tahan dengan otot perut dikembungkan
tidak menggunakan otot dada.
3) Keluarkan udara lewat mulut dengan cara meniup perlahan-lahan,
perut dikempeskan dan tahan selama 3-5 detik, kemudian
istirahat. Lakukan latihan ini sebanyak 8 kali pada pagi dan sore
hari.

50
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Latihan otot-otot dasar panggul dan bokong


1) Tidur terlentang dengan kedua tangan disamping badan, kedua
lutut ditekuk.
2) Tekan punggung ke kasur sambil mengerutkan panggul seperti
menahan kencing 3-5 detik. Perlahan-lahan dikendurkan dan
bernafas biasa.Ulangi latihan sampai 8 kali dilakukan pagi dan
sore hari
Latihan pergelangan kaki
1) Tidur terlentang dengan kedua kaki lurus
2) Gerakkan kedua kaki ke depan dan kebelakang (fleksi & ektensi)
bergantian dengan hitungan 3-5 detik, sampai betis terasa tertarik.
Lakukan sebanyak 8 kali.
3) Beristirahat, Lanjutkan dengan gerakan berputar, arahnya 5 kali
keluar dan 5 kali kedalam.

LATIHAN HARI II (24-48 JAM SETELAH MELAHIRKAN)


Latihan hari pertama lanjutkan
Latihan otot leher
1) Tidur terlentang dengan bantal tipis (datar) kedua lengan disisi
badan, kedua lutut ditekuk.
2) Angkat kepala sehingga dagu dapat menyentuh dada sejauh
dimungkinkan dan tahan selama 3 detik.
Latihan otot punggung dan otot perut
1) Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
2) Sambil tarik nafas dalam, angkat kepala dan bahu, perlahan- lahan
tangan meraih lutut sehingga terangkat 15-20 cm.
3) Setelah hitungan 5 detik, perlahan-lahan kepala dan bahu
diturunkan seperti posisi semula. Latihan dilakukan 2 kali sehari
kemudian istirahat.

51
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Latihan otot punggung dan otot dada


1) Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan lurus di
samping kiri dan kanan.
2) Angkat kedua lengan lurus ke atas dada, tahan 3 detik kemudian
kembali ke posisi semula. Ulangi sampai 8 kali kemudian
beristirahat. Angkat kedua lengan ke depan dada, tekuk
siku,kemudian kedua telapak tangan saling menekan, pertahankan
selama 3 menit, rileks ulangi sampai 8 kali dan istirahat.
Latihan otot dada (Posisi berdiri)
1) Kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat siku
2) Pegang tangan erat-erat dan dorong jauh-jauh bersamaan ke arah
siku sampai otot dada terasa tertarik, lalu lepaskan.
3) Kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat siku
4) Angkat tangan hingga sejajar dengan kepala.
5) Lakukan gerakan 45x dan berhenti sebentar setiap 15x
Latihan untuk pengembalian rahim ke bentuk dan tempat
semula
1) Tidur tengkurap, dua bantal menyangga perut,satu bantal
menyangga punggung kaki. Kepala
2) Menoleh ke samping kiri atau kanan, tangan sedikit
dibengkokkan.
3) Lakukan satu kali setiap hari sampai tertidur

LATIHAN HARI III (48 JAM SAMPAI 6 MINGGU SETELAH


MELAHIRKAN)
Latihan hari pertama atau kedua dilanjutkan
Latihan otot pinggang dan otot panggul
1) Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk.
2) Pertahankan bahu dan dada datar, secara perlahan-lahan gerakkan
ke arah samping kiri tubuh sampai menyentuh kasur. Pertahankan
3-5 detik.

52
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3) Pertahankan lutut dengan menggerakkan secara halus kerah


kanan/berlawanan,pertahankan 3-5 detik. Kembali ke posisi
semula dan beristirahat. Lakukan latihan ini 5 ke kanan dan 5 ke
kiri
Latihan otot pinggang atau otot panggul
1. Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk,kedua tangan disamping dan
telapak kaki rata dengan tempat tidur.
2. Panggul dinaikkan seperti dalam gambar. Kedua kaki menahan
tubuh, dilakukan perlahan-lahan tahan 3-5 detik. Turunkan
panggul ke posisi semula, lakukan latihan ini 2 kali sehari.

Latihan otot pinggang dan otot panggul:


Cara I:
1. Tidur terlentang, lutut kiri lurus,lutut kanan ditekuk.
2. Badan bagian atas dipertahankan tetap lurus, gerakan lutut kanan
ke samping kiri secara perlahan sampai menyentuh bagian tepi
kiri, pertahankan selama 3 detik.
3. Kembali ke posisi semula dan istirahat.
4. Ganti lutut kanan lurus dan lutut kiri ditekuk, arahkan lutut kiri ke
tepi kanan, pertahankan selama 3 detik. Kembali ke posisi
semula,latihan dilakukan 8x.
Cara II:
1. Tidur terlentang,lutut kiri lurus, kaki kanan disilangkan ke arah
kiri sesuai kemampuan ibu. Badan bagian atas dipertahankan
tetap, pertahankan selama 3 detik.
2. Kembali keposisi semula dan istirahat. Ganti lulut kanan lurus dan
kaki kiri disilangkan ke arah kanan, pertahankan selama 3 detik.
Sikap baik dalam mengangkat dan menggendong bayi.
1. Melangkahkan kaki kanan ke depan, kempeskan perut,
2. Bengkokkan lutut, jongkok sampai tumit

53
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

SENAM NIFAS
ASPEK YANG DINILAI Kompetensi
ya tidak
Tahap Preinteraksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatn
keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Mempersiapkan alat
1. Matras atau kasur
2. Bantal
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi , 2 identitas ;( tanyakan Nama dan
lihat No RM /tanggal lahir)
7. Jelaskan prosedur
8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan pasien
11. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
LATIHAN Tahap I atau latihan hari pertama yaitu 6-
24jam sesudah melahirkan
a. Latihan pernafasan perut :
12. Ambil sikap tidur terlentang, kedua tangan di atas perut
dengan kedua lutut ditekuk.
13. Tarik nafas dari hidung tahan dengan otot perut selama
3-5 detik. Lalu dikembungkan tidak menggunakan otot
dada.
14. Keluarkan udara lewat mulut dengan cara meniup
perlahan-lahan, perut dikempeskan dan tahan selama 3-
5 detik, kemudian istirahat.
15. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali pada pagi dan sore
hari.

54
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Latihan otot-otot dasar panggul dan pantat


16. Tidur terlentang dengan kedua tangan disamping badan,
kedua lutut ditekuk.
17. Tekan punggung ke kasur sambil mengerutkan panggul
seperti menahan kencing 3-5 detik
18. Perlahan-lahan dikendurkan dan bernafas biasa.Ulangi
latihan sampai 10 kali dilakukan pagi dan sore hari
c. Latihan pergelangan kaki
19. Tidur terlentang dengan kedua kaki lurus
20. Gerakkan kedua kaki ke depan dan kebelakang (fleksi
& ektensi) bergantian dengan hitungan 3-5 detik,
sampai betis terasa tertarik. Lakukan sebanyak 10 kali.
21. Beristirahat
22. Lanjutkan dengan gerakan berputar, arahnya 5 kali
keluar dan 5 kali kedalam.
LATIHAN Tahap II atau latihan hari kedua atau 24-48
jam sesudah melahirkan
Latihan hari pertama lanjutkan
a. Latihan otot leher
23. Tidur terlentang dengan bantal tipis (datar) kedua
lengan disisi badan, kedua lutut ditekuk.
24. Angkat kepala sehingga dagu dapat menyentuh dada
sejauh dimungkinkan dan tahan selama 3 detik
b. Latihan otot punggung dan otot perut
25. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
26. Sambil tarik nafas dalam, angkat kepala dan bahu,
perlahan- lahan tangan meraih lutut sehingga terangkat
15-20 cm.
27. Latihan dilakukan 2 kali sehari kemudian istirahat.
c. Latihan otot punggung dan otot dada
28. Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan
lurus di samping kiri dan kanan.
29. Pertahankan bahu dan dada datar, secara perlahan-lahan
gerakkan lutut kearah samping kiri tubuh sampai

55
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

menyentuh kasur. Tahan selama 3-5 detik


30. Kembali ke posisi semula dan beristirahatlah.lakukan
latihan ini sebanyak 5 kali kanan dan kekiri.
d. Latihan otot punggung otot dada (Posisi berdiri)
31. Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan
lurus disamping kiri dan kanan
32. Angkat kedua lengan lurus keatas dada, tahan 3 detik,
kemudian kembalikan ke posisi semula. Ulangi gerakan
ini sampai 10 kali kemudian istirahat.
33. Angkat kedua lengan kedepan dada,tekuk siku,
kemudian kedua telapak saling menekan, tahan selama
3 menit,rileks ulangi sampai 10 kali kemudian istirahat.
LATIHAN Tahap III atau latihan hari ke tiga atau setelah
48 jam postprtum
Latihan hari pertama atau kedua dilanjutkan
(1) Latihan otot pinggang atau otot panggul
34. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
35. Pertahankan bahu dan dada datar, secara perlahan-lahan
gerakkan lutut kearah samping kiri tubuh sampai
menyentuh kasur. Tahan 3-5 detik
36. Pertahankan lutut dengan menggerakkan secara halus
kearah kanan/berlawanan, pertahankan xelama 3-5
detik.
37. Kembali ke posisi semula dan beriatirahatlah. Kakukan
latihan ini 5 kekanan, 5 kekiri.
(2) Latihan otot pinggang atau otot panggul
38. Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua tangan
disamping dan telapak kaki rata dengan tempat tidur.
39. Panggul dinaikkan. Kedua kaki menahan tubuh,
dilakukan perlahan-lahan tahan 3-5 detik.
40. Turunkan panggul ke posisi semula, lakukan latihan ini
2 kali sehari.
Tahap Terminasi
41. Evaluasi hasil kegiatan ( subyektif dan obyektif)

56
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

42. Berikan reinforcement positif pada pasien


43. Kontrak pertemuan selanjutnya ( kegiatan, waktu dan
tempat)
44. Buka sampiran
45. Bersihkan alat
46. Cuci tangan efektif
Dokumentasi
47. Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

57
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PERSALINAN

PROSES PERSALINAN
Proses persalinan merupakan proses bergeraknya janin, plasenta, dan
membran keluar dari uterus dan melalui jalan lahir. Bagi wanita dan
keluarga, proses melahirkan merupakan saat yang menegangkan dan
mencemaskan. Keperawatan intranatal ini berfokus pada pemberin
dukungan terhadap ibu dan keluarga selama proses persalinan. Ada
empat tahap proses persalinan yaitu:
A. Kala I (Kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
• Fase laten pada kala I persalinan
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hinggaa 8 jam
• Fase aktif pada kala I persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detk atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga
pencapaian pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga

58
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II


persalinan yaitu:
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan rektum dan atau
vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
f. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang
hasilnya adalah:
• Pembukaan serviks telah lengkap
• Terlihatnya kepala bayi melalui introitus vagina

C. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III
persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal di bawah ini:
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah uterus, uterus berbentuk segi

59
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

tiga atau seperti buah per atau alpukat dan fundus berada
diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
c. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld)
d. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah dalam ruaang diantara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta
yang terlepas

D. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
2 jam setelah itu. Hal yang harus diperhatikan setelah plasenta
lahir yaitu:
a. Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk
merangsang uterus berkontrasi baik dan kuat
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus
uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi attau
episiotomi) perineum.
e. Evaluasi keadaan umum ibu.
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala IV di bagian belakan patograf, segera setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

60
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

TANDA-TANDA PERSALINAN
1. Tanda-tanda persalinan asli (true labor)
a. Kontraksi
• Terjadi secara teratur, makin lama makin kuat/kencang,
semakin lama, dan dalam waktu yang semakin berdekatan
• Intensitas kontraksi meningkat bila sambil berjalan
• Dirasakan di punggung bagian bawah dan menyebar
bagian bawah abdomen
b. Serviks
• Memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi
yang ditandai dengan adanya perdarahan)
• Perubahan ke posisi anterior, sulit ditentukan tanpa
pemeriksaan vagina
c. Janin
• Bagian presentasi biasanya sudah berada di rongga pelvis
(sering disebut “lightening/droppping”). Keadaan ini
meningkatkan kemudahan bernafas dan pada saat yang
bersamaan kandung kemih akan tertekan akibat dorongan
bagian presentasi janin ke arah rongga pelvis
2. Tanda-tanda persalinan palsu (false labor)
1. Kontraksi
• Terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya sebentar
• Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah posisi
• Dirasakan di daerah punggung atau abdomen di atas “navel”
2. Serviks
• Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-tanda
adanya perdarahan
• Seringkali dalam posisi posterior, tidak dapat dipastikan
tanpa pemeriksaan vagina
3. Janin : Bagian presentasi biasanya belum masuk pelvis.

61
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

FAKTOR-FAKTOR ESSENSIAL DALAM PERSALINAN


Ada lima Faktor yang mempengaruhi proses persalinan. Untuk
memudahkan mengingat kelima faktor tersebut adalah 5P : passenger
(janin dan plasenta), passegeway (jalan lahir), power, posisi ibu, dan
respon psikologis.

• Passenger
Bagaimana janin bergerak memasuki jalan lahir adalah akibat
sari beberapa faktor yang saling berhubungan, yaitu: ukuran
kepala janin, presentasi janin, perbandingan panjang axis antara
ibu dengan janin, postur janin dan posisi janin.

• Pasageaway
Jalan lahir terdiri dari tulang pelvis dan jaringan lunak serviks,
lantai pelvis, dan intoritu (pembukaan eksternal vagina). Otot-
otot pada lantai pelvis memberikan kontribusi yang besar pada
saat melahirkan janin, sedangkan pelvis ibu berperan penting saat
proses persalinan. Mengingat pentingnya organ-organ tersebut
dalam membantu persalinan, maka pada saat mendekati waktu
persalinan sebaiknya ditentukan ukuran dan bentuk pelvis ibu.

• Power
Kontraksi volunter dan involunter harus dikombinasikan oleh ibu
untuk mendorong janin dan plasenta keluar dari uterus. Kontraksi
involunter uterus disebut tenaga primer, sebagai tanda bahwa
persalinan dimulai. Pada saat serviks mengalami dilatasi, tenaga
volunter mendorong ke bawah, disebut tenaga sekunder. Pada
saat terjadi kontraksi involunter yang perlu diperhatikan adalah
frekuensi kontraksi, lamanya kontraksi dan intensitas kontraksi
tersebut.

62
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

• Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomis dan fisiologis
terhadap persalinan. Posisi “upright” banyak keuntungannya.
Posisi tersebut adalah: berdiri, berjalan, duduk dan berjongkok.
Posisi-posisi tersebut dapat mempercepat turunnya janin,
menurunkan tekanan terhadap tali pusat dan menurunkan tekanan
pada pembuluh darah (vena cava ascending dan vena descending)
ditulang belakang.

• Psikology
Kondisi ibu dan perilaku yang ditampilkan, akan
menggambarkan tipe dukungan yang dibutuhkan. Faktor-faktor
yang perlu dikaji antara lain:
a. Interaksi verbal
1. Apakah ibu banyak bertanya?
2. Apakah ibu bertanya langsung untuk memenuhi
kebutuhannya? Atau pasangannya yang menayakan hal
tersebut?
3. Apakah ibu bertanya kepada pasangannya/keluarga?
4. Apakah ibu bebas bertanya kepada perawat atau hanya
berespon pada saat ditanya?
b. Bahasa Tubuh
a. Apakah dia tampak rileks atau tegang?
b. Bagaimana tingkat kecemasannya?
c. Bagaimana reaksi ibu pada saat disentuh oleh perawat
atau dengan pasangan/keluarganya?
d. Apakah ibu tampak sering mengubah posisinya atau diam
saja?
e. Apakah dia menghindari kontak mata?
f. Dimana pasangannya duduk?
g. Apakah ibu tampak lelah?

63
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

h. Bagaimana istirahat ibu pada hari-hari terakhir?


c. Kemampuan persepsi
a. Apakah ibu memahami apa yang dikatakan perawat?
b. Apakah ada kendala bahasa?
c. Apakah karena kecemasanny sehingga perlu diberi
penjelasan ulang?
d. Dapatkan ibu mengulang apa yang telah dikatakan atau
memahami apa yang telah diperagakan?
d. Tingkat ketidaknyamanan
a. Bagaimana ibu mengekspresikan kondisi yang dialaminya
saat itu?
b. Bagaimana reaksi ibu pada saat terjadi kontraksi uterus?
c. Adakah ekspresi non erbal nyeri yang tampak?
d. Apakah ibu mengeluh kepada perawat atau pasangannya?
e. Dapatkah ibu menjelaskan tentang tingkat nyamannya?

64
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

MEKANISME PERSALINAN
Pada kondisi presentasi verteks (posisi normal) mekanisme
persalinan terdiri dari tujuh gerakan utama (theseven cardinal) yaitu:
1) Engagement: saat kepala janin masuk ke rongga pelvis
2) Descent: kemajuan bagian presentasi ke rongga pelvis. Hal ini
tergantung pada tiga hal yaitu: (1) tekanan cairan amnion, (2)
tekanan langsung dari kontraksi fundus pada janin, dan (3)
kontraksi diafragma ibu dan otot abdomen pada tahap kedua
proses persalinan

65
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3) Fleksi: pada saat kepala janin turun dan mendapat tahanan dari
serviks, dinding pelvis, atau lantai pelvis, terjadilah fleksi secara
normal dan dagu semakin mendekat/bersentuhan dengan dada
janin
4) Rotasi internal: dimulai di spina ichialis dan terjadi sempurna
apabila bagian presentasi mencapai rongga pelis bagian bawah
5) Ekstensi: saat kepala janin mencapai perineum, terdefleksi di
anterior perineum. Bagian occiput lewat di bawah simphisis
pubis dulu, kemudian kepala terekstensi: pertama occiput,
kemudian wajah dan diakhirinya dagu.
6) Restitusi dan rotasi eksternal setelh melahirkan kepala, kemudian
dilakukan rotasi singkat untuk menyesuaikan dengan posisi janin
yang masih ada di dalam rongga pelvis. Rotasi eksternal terjadi
pada saat bahu turun dan dilakukan manuver yang sama seperti
pada saat melahirkan kepala.
7) Ekspulsi: setelah bahu dilahirkan, kepala dan bahu diangkat ke
atas tulang pubis ibu dan tubuh bayi dilahirkan dengan gerakan

66
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

fleksi lateral searah simphisis pubis. Bayi dilahirkan dengan


sempurna. Ini adalah akhir dari proses persalinan tahap kedua,
dan catat waktu yang diperlukan untuk proses ini.

MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN (DJJ)


A. Tujuan:
Untuk mengetahui kondisi janin: hidup atau meninggal; distress
(gawat janin) atau tidak dengan menentukan frekuensi,
keteraturan, serta perubahan atau variasi DJJ yang terjadi.
B. Alat yang diperlukan:
1) Catatan keperawatan
2) Stetoskop pinard atau doppler
3) Jam yang mempunyai jarum detikan
4) Selimut dan satu buah bantal
C. Pelaksanaan:
a) Persiapan
a. Baca catatan keperawatan dan medis klien
b. Siapkan alat
c. Cuci tangan
d. Membawa alat kedekat klien. Beri salam, identifikasi
klien dengan mengecek namanya

67
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

e. Beritahu prosedur yang akan dilakukan dan jelaskan


tujuannya pada klien atau keluarga
f. Beri kesempatan untuk bertanya sebelum memulai
tindakan

b) Teknik pelaksanaan
1) Jaga privasi tanyakan apakah klien sudah miksi. Bila
belum maka dianjurkan untuk miksi terlebih dahulu
2) Bantu klien berbaring di bed dengan satu bantal di bagian
kepala, lutut dapat diluruskan atau sedikit ditekuk
3) Buka bagian perut (dari Px-sipisis pubis), tutupi bagian
yang tidak termasuk area pemeriksaan dengan memakai
selimut
4) Tentukan lokasi punggung janin (palpasi leopold)
5) Letakkan stetskop atau doppler pada area yang
ditentukan. Tanpa menyentuh stetoskop (pinard), dengan
DJJ :
• Pastikan DJJ dengan cara membedakannnya dari
denyut nadi ibu melalui palpasi denyut nadi radial ibu
• Bila sudah yakin, hitunglah DJJ
• Pada saat tidak ada his (untuk menentukan baseline
DJJ) dengan cara menghitung frekuensinnya dalam 30
detik (kemudian dikalikan 2 untuk mendapatkan DJJ 1
menit) atau hitung selama 1 menit penuh.
Cara lain:
Hitung dalam 5 detik, kemudian istirahat beberapa detik;
hitung lagi dalam 5 detik, lalu istirahat lagi; hitung lagi
dalam 5 detik. Hasilnya dijumlahkan lalu dikalikan
dengan 4 untuk mendapatkan DJJ 1 menit serta
menyimpulkan teratur atau tidaknya.

68
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Contoh:
5 5 detik 5 detik 5 detik 5 detik Kesimpulan
detik
11 Istirahat 12 Istirahat 11 DJJ teratur,
frekuensi
136x/menit
10 Istirahat 14 Istirahat 9 DJJ tidak
teratur,
frekuensi 132
x/menit
8 Istirahat 7 Istirahat 7 DJJ teratur,
frekuensi 88
x./menit
(bradikardi)

• Pada saat ada his dan diteruskan hingga 30 detik


setelahnya (untuk mengetahui respons fetus terhadap
his)
• Perhatikan apakah DJJ teratur atau tidak teratur
6) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
7) Rapikan kembali:klien dan alat-alat
8) Cuci tangan
9) Mendokumentikan hasilnya kedalam partograf dan
catatan perkembangan. Ontoh: pencatatan pada catatan
perkembangan: pukul 08.30 DJJ 140x/mnt, teratur, terjadi
peningkatan hingga 150 x/mnt pada saat his.

MENGKAJI KONTRAKSI UTERUS (HIS)


a. Tujuan:
Memberikan data tentang frekuensi his, lamanya dan
kekuatannya

69
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Alat yang digunakan:


1) Catatan keperawatan
2) Jam yang mempunyai jarum detikan
c. Pelaksanaan:
a) Persiapan
a. Baca catatan keperawatan dan medis klien
b. Siapkan alat
c. Cuci tangan
d. Membawa alat kedekat klien. Beri salam, identifikasi klien
dengan mengecek namanya
e. Beritahu prosedur yang akan dilakukan dan jelaskan
tujunnya pada klien atau keluarga
f. Beri kesempatan untuk bertanya sebelum memulai tindakan
b) Teknik pelaksanaan
a. Jaga privasi
b. Palpasi dapat dilakukan dengan atau tanpa membuka baju
bagian perut ibu aslkan baju ibu tidak tebal
c. Letakkan telapak tangan dari jari-jari pada area fundus (di
atas pusar). Ketika uterus mulai mengencang, perhatikan
jam untuk diingat sebagai awal timbulnya his
d. Lanjutkan menilai kekuatan his dengan cara menekan
dinding uterus sehingga ringan memakai ujung jari-jari.
Kekuatan his dinilai:
1) Ringan, bila fundus hanya sedikit mengencang
sehingga jari-jari dapat menekan dinding uterus ke
dalam dengan mudah, lamanya his umumnya 20 detik
2) Sedang, bila fundus cukup mengencang hingga jari-jari
merasakan tahanan dinding uterus saat menekannya;
lamanya his umumnya antara 20-40 detik

70
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3) Kuat, bila fundus sangat mengencang sehingga terasa


seperti papan keras saat ditekan ke dalam, lamanya his
umumnya lebih dari 40 detik
e. Bila uterus sudah benar-benar berelaksasi lihat kembali
janinnya. Waktu dimulainya pengenangan uterus sehingga
uterus berelaksasi dicatat sebagai lamanya kontraksi
f. Lanjutkan palpasi dan perhatikan jam ketika his
berikutnya datang. Frekuensi palpasi dan perhatikan jam
ketika datang. Frekuensi his dihitung sejak kedatangan his
yang satu hingga kedatangan his yang berikutnya.
Umumnya frekuensi his pada fase aktif kala I dan
selanjutnya dihitung dalam 10 menit. Sehingga dapat
diketahui ada beberapa his dalam kurun waktu 10 menit
tersebut.
g. Beritahukan klien tentang hasil pemeriksaan
h. Rapikan kembali klien
i. Cuci tangan
j. Mendokumentasikan hasilnya kedalam partograf dan
catatan perkembangan. Contoh: his 3x/10menit, intensitas
ringan, lamanya  20 detik

PEMERIKSAAN DALAM
(VAGINAL TOUCHER/VT) = VAGINAL EXAMINATION/VE
A. Tujuan:
• Memastikan apakah klien sudah inpartu atau belum
• Mengetahui status lastic atau selaput ketuban apakah sudah
pecah atau belum; memastikan pembukaan dan pendataan
cervix, bagian terendah, posisi, statis atau penurunan, adanya
moulage atau molding bila bagian terendahnya adalah kepala.
• Kontra indikasi: adanya perdarahan

71
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

B. Alat yang diperlukan:


1) Handscoen steril 1 pasang
2) Larutan lasic dalam wadah steril
3) Kapas steril 5 buah dalam tempatnya
4) Bengkok 1 buah
5) Plastik atau tempat kotoran

C. Pelaksanaan:
a) Persiapan
▪ Baca catatan keperawatan dan medis klien
▪ Siapkan alat
▪ Pastikan klien sudah miksi atau kandung kencing kosong
dan dipalpasi untuk mengetahui penurunan bagian
terendah janin
▪ Cuci tangan
▪ Membawa alat ke dekat klien. Beri salam, identifikasi
klien dengan mengecek namanya
▪ Beritahu prosedur yang akan dilakukan dan jelaskan
tujuannya pada klien atau keluarga
▪ Beri kesempatan untuk bertanya sebelum memulai
tindakan
b) Teknik Pelaksanaan
(1) Jaga privasi. Lampu ruangan harus cukup terang

72
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

(2) Mintalah klien berbaring terlentang dengan satu bantal,


lutut terlipat, kedua tungkai terbuka. Tutupi bagian yang
tidak perlu
(3) Pakai handscoen
(4) Bersihkan vulva dan perineum memakai kapas steril
(antiseptik, usahakan handscoen yang akan masuk ke
vagina pada waktu VT tidak menyentuh vulva atau
perineum)
(5) Regangkan kedua labia dengan tangan yang tidak lasic.
Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam pelan sambil
merilekskan perineumnnya. Pada saat tidak ada his,
perlahan-lahan masukkan jari telunjuk dan jari tengah ke
dalam vagina hingga menyentuh servik. Perhatikan
ekspresi wajah klien, minta maaf bila perasat
menimbulkan nyeri.
(6) Sesekali tangan sudah masuk ke vagina, jangan
dikeluarkan sebelum selesai seluruh pemeriksaan.
Periksalah:
a. Pendataran dan pembukaan cervix
b. Selaput ketuban: utuh, menonjol, ataukah sudah tak
teraba/pecah; bila sudah pecah adalah prolaps tali
pusat yang teraba lembek dan berdenyut. Air ketuban:
warna; jernih atau keruh, bau atau tidak, mekonium
ada atau tidak.
c. Apa yang menjadi bagian terendahnya
d. Posisi, stasi, dan adanya molding kepala
e. Beritahukan bahwa pemeriksaan telah selesai,
keluarkan jari dari vagina. Perhatikan apakah ada
cairan vagina, mekonium, darah yang keluar dari
vagina setelah pemeriksaan

73
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

f. Bantu ibu kembali pada posisi yang nyaman.


Lepaskan handscoen dan cuci tangan. Bereskan alat-
alat
g. Informasikan hasil pemeriksaan pada klien dan
keluarga
Catat hasilnya, misal: pukul 09.00, VT, pembukaan 8
cm, pendataran 100%, ketuban sudah pecah: jernih,
tak ada mekonium, kepala-hodge III (atau stasi 0),
untuk kiri depan, moulase

PERSALINAN

Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan
3. Mempersiapkan alat:
o Partus set (dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem
Kelly atau 2 klem cocher gunting tali pusat, benang tali
pusat atau klem plastik, kateter logam, gunting
episiotomi, klem ½ kocher, 3 pasang sarung tangan
DTT atau steril, kasa steril, kateter penghisap Dee Lee
atau bola karet penghisap yang baru dan bersih atau
kateter metal, duk lubang steril, kom betadin)
o Hlecting set( dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem
Kelly atau 2 klem sudah ada klem plastic,gunting
episiotomy,klem ½ kocher,pinset anatomi,pinset
chirugis, 2 pasang sarung tangat DTT atau steril,kasa
atau kain kecil,gulungan kapas bersih,kateter penghisap
Dee Lea atau bola penghisap yang baru dan
bersih,kateter metal.

74
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

o Underpad
o Oksitosin 10 UI dan metergin 10 mg
o Spuit 3 cc 2 buah
o Celemek plastik
o Bengkok 2 buah (untuk pelaksanaan dan tempat
plasenta)
o Handuk bersih, kain ibu, celana dalam, pembalut, wash
lap 2 buah
o Perlak
o Tensimeter
o Stetoskop
o Funduskop
o Heacting set (nelholder, jarum heacting, benang
cromic, gunting, pinset sirurgis, kom betadin) dalam
kupet
o Wadah berisi air DTT
o Na Cl
o Kapas sublimat / kapas NaCl
o Wadah berisi air DTT
o Stikpan
o Tempat ari-ari
o Lampu sorot
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal
lahir dan lihat nomer RM)
7. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
8. Jelaskan prosedur tindakan
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan saat ini
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan

75
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Tahap Kerja
12. Jaga privasi klien
13. Anjurkan klien buang air kecil
14. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur dengan
satu bantal di bagian kepala,
15. Tutup dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak
diperiksa
(Mengenali gejala dan tanda kala dua)
16. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
(Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu
merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vaginanya, perineum tampak menonjol, vulva-vagina
dan sfingter anal membuka).
(Menyiapkan pertolongan persalinan)
17. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi
siapkan tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm untuk tubuh bayi.
18. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang
bersih.
19. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai pada kedua
tangan
20. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan tissue dan
handuk disposibel.
21. Buka partus set, buka spuit dengan tekhnik steril. Letakkan
dalam partus set. Periksa obat : label cairan suntikan, dosis
dan kadaluarsa. Patahkan ampul dan taruh di atas meja/
troli
22. Cuci tangan dengan tekhnik 6 langkah dan keringkan
23. Pakai sarung tangan steril dengan tekhnik satu tangan
24. Menghisap oksitosin 10 UI ke dalam tabung suntik/ spuit.

76
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Aspirasi untuk mengeluarkan udara, letakkan kembali


dalam partus set tanpa mengkontaminasi spuit
(Memastikan pembukaan lengkap dengan keadaan
janin baik)
25. Dekatkan bengkok, bersihkan vulva dan perineum dengan
kapas sublimat
26. Lakukan pemeriksaan dalam/ VT untuk menentukan
bahwa pembukaan servik sudah lengkap ddengan
menggunakan tekhnik steril
• Bila ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi
27. Mendekontaminasi sarung tangan dengan acra
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan
lepaskan terbalik
28. Lakukan DJJ untuk menilai kondisi janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160 kali/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf
(Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu
proses pimpinan meneran)
29. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman sesuai keinginannya.
• Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan yang ada.
• Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana peran

77
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

mereka untuk mendukung dan memberi semangat kepada


ibu untuk meneran secara benar.
30. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (Pada saat his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)
31. Melakukan pimpinan meneran saat his (timbul
kontraksi/ibu mempunyai keinginan untuk meneran) :
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran
• Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring
terlentang)
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu
• Menganjurkan asupan cairan per oral
• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera
32. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi
(Persiapan pertolongan kelahiran bayi)
33. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm

78
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

34. Letakkan kain yang bersih/underpad di bawah bokong ibu


35. Membuka partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
36. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
(Menolong kelahiran bayi)
Lahirnya kepala
37. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahn-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir
38. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi:
• Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya
39. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan
Lahirnya bahu
40. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah
bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior
Lahirnya badan dan tungkai
41. Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah untuk
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas

79
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

42. Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas


berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-
jari lainnya
(Penanganan bayi baru lahir)
43. Lakukan penilaian (selintas) :
• Apakah bayi cukup bulan ?
• Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
?
• Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan ?
• Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “tidak” lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Bila semua jawaban adalah “ya”, lanjut ke-27
44. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
45. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
46. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
47. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
48. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi
tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
49. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

80
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

• Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit


(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali
pusat di antara 2 klem tersebut.
• Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi
lainnya.
50. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
51. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi
(Penatalaksanaan Aktif Kala III)
52. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
53. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
54. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, menghentikan penegangan tali pust dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan
puting susu.
Mengeluarkan plasenta
55. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

81
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian


ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta
c. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan
tali pusat selama 15 menit :
o Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
o Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
o Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
o Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
o Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
baru lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual.
d. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
e. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
DTT atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klem atau forsep DTT atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
56. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi
keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.

82
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

(Menilai perdarahan)
57. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun ke janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
58. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
(Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan)
(Melakukan prosedur pasca persalinan)
59. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
60. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam
61. Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayu baru
lahir, beri antibiotik salep mata pencegahan dan vitamin
K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
62. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusui di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusui
(Evaluasi)
63. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
per vaginam :
1. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
2. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
3. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
4. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi
yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan

83
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang


sesuai.
64. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
65. Evaluasi dan estimasi kehilangan darah
66. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
67. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan.
68. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
69. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk
pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC).
70. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi
dan segera merujuk ke rumah sakit.
71. Jika bayi bernapas terlalu cepat, segera dirujuk.
72. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat lalu
kembalikan bayi ke kulit ibunya dan selimuti ibu dan bayi
dengan satu selimut.
Kebersihan dan keamanan
73. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi.
74. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
75. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi
tingkat tinggi (DTT). Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
76. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikn ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

84
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

77. Mendekomentasikan daerah yang digunakan untuk


melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
78. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
79. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
80. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut:
81. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
82. Berikan reinforcement positif pada klien
83. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
84. Buka sampiran
85. Bersihkan alat
86. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu,
hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

Daftar Tilik: Assesment Persalinan


No Ketrampilan Nilai
0 1 2
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1 Menyambut ibu dan keluarga
2 Memperkenalkan diri
Meninjau kartu alternatif (jika ada)
1 Mengkaji ulang/ menanyakan mengenai usia
kehamilan

85
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

2 Mengkaji ulang/ menanyakan mengenai riwayat


kehamilan terdahulu:
▪ Paritas
▪ Riwayat operasi caesar
▪ Riwayat bayi besar
▪ Masalah-masalah selama kehamilan, dan
persalinan sebelumnya
3 Mengkaji ulang/menanyakan mengenai masalah-
masalah dengan kehamilan yang sekarang
Riwayat
1 Menanyakan apa yang dirasakan ibu
2 Menanyakan mengenai kontraksi:
▪ Kapan mulai terasa
▪ Frekuensi
▪ Durasi
▪ Kekuatannya
3 Menanyakan mengenai adanya cairan vagina:
Perdarahan vagina, lendir darah, aliran atau
semburan cairan: kapan, warna dan bau
4 Menanyakan mengenai gerakan janin
5 Menanyakan mengenai istirahat terakhir dan
kapan makan terakhir
6 Menanyakan kapan terakhir buang air kecil/besar
7 Catat temuan pada partograf
Pemeriksaan Fisik
1 Mengambil tanda-tanda vital : Tekanan darah,
suhu tubuh, nadi
2 Memeriksa adanya edema pada muka dan tangan
3 Memeriksa adanya warna-warna kuning pada
sclera
4 Memeriksa pucat pada: mata, mulut

86
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

5 Periksa reflek patella


6 Melakukan pemeriksaan abdomen:
1. leopold untuk posisi janin
2. penurunan kepala janin
3. tinggi fundus uteri
4. frekuensi, durasi, kekuatan kontraksi
5. luka bekas operasi
7 Mendengarkan detak jantung janin
8 Mencuci tangan dengan sabun dan air serta
mengeringkannnya dengan handuk bersih
9 Gunakan sarung tangan DTT atau steril
10 Menjelaskan tindakan prosedur tindakan kepada
ibu dan memberitahukan kemungkinan
ketidaknyamanan
11 Pemeriksaan genetal luar :perdarahan, cairan
amnion, lendir darah, perlukaan
12 Melakukan pemeriksaan dalam:
a. pembukaan serviks
b. penipisan serviks
c. penurunan kepala
d. selaput ketuban
Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ibu
melaporkan adanya perdarahan vagina atau jika
adanya perdarahan jelas pada pemeriksaan
inspeksi genetalia luar
13 Diskusikan temuan-temuan dengan ibu dan
keluarganya
14 Catat temuan dalam partograf
Pemantauan terus menerus sepanjang kala 1 persalinan
1 Memonitor tekanan setiap 4 jam
2 Memonitor suhu badan setiap 4 jam

87
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3 Memonitor denyut nadi setiap 30 detik


4 Mendengarkan detak jantung janin
▪ setiap 1 jam pada fase laten
▪ setiap 30 menit pada fase aktif
5 Memeriksa kontraksi uterus
▪ setiap 1 jam pada fase laten
▪ setiap 30 menit pada fase aktif
6 Memeriksa perubahan serviks
▪ setiap 4 jam pada fase laten
▪ setiap 2-4 jam pada fase aktif
7 Memeriksa penurunan-penurunan kepala janin
▪ setiap 4 jam pada fase laten
▪ setiap 2-4 jam pada fase aktif
8 Memonitor urin setiap 2 jam

88
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

1. Definisi Masa nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8
minggu.

2. Periode Masa Nifas


a) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
c) Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.

3. Adaptasi Fisiologis Postpartum


• Tanda vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan
kurang dari 38 ºC. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari
berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis,
infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi
lainnya.
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan
sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat klien berubah posisi dari
terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi
Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada
kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan
vaskuler pada panggul.

89
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

• Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1. Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan
progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang
pengeluaran air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin
menyebabkan mio epitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga keluar air susu. Produksi ASI akan bertambah
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
2. Payudaramenjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.

• Abdomen
a) Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam
waktu ± 1 minggu. Hal ini disebabkan penurunan motilitas
usus dan gangguan kenyamanan/nyeri pada perineum.
b) Terjadi peregangan muskulus rectus abdominis setelah
melahirkan lebih dari 2,5 cm tepat setinggi umbilikus
sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta
akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini
sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli
hidramnion, kelemahan otot, abdomen postur yang salah
dan gangguan kolagen.
c) Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,
terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-
3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
d) Kadang-kadang klien mengalami kesulitan berkemih karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh

90
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama


persalinan. Bila kandung kemih penuh dan klien sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
• Perineum
1) Tanda REEDA (Red, Edema, Echymosis, discharge, loss of
approximation)
1) Red : kemerahan
2) Edema : pembengkakan
3) Echymosis : perdarahan
4) Discharge : pengeluaran
5) Loss of approximation
2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu : lochea rubra, lochea serosa dan lochea alba.
Pada awal pemulihan post persalinan adalah merah terang,
berubah menjadi merah tua atau coklat kemerah-merahan,
itu mungkin berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau bekuan
–bekuan. Lochea hanya untuk menunjukkan pemulihan
uterin.
3. Lochea rubra (cruenta)
Lochea rubra terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
4. Lochea sanguinolenta
Lochea berwarna merah kuning berisi darah dan lendir;
hari ke 3-7 pasca persalinan.
5. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan.
6. Lochea alba

91
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

Lochea berwarna putih, setelah 2 minggu.


7. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
8. Locheastasis
Pengeluaran lochea tidak lancar.
• Ekstremitas
1) Homan’s sign
Tujuan pemeriksaan tanda homan ini adalah untuk melihat
ada tidaknya trombosis yang mengancam dari vena
ekstremitas inferior. Untuk memeriksa tanda homan, klien
berbaring dalam posisi supine, tungkai diangkat dan kaki
dalam keadaan dorsofleksi. Klien diminta untuk melaporkan
bila terjadi nyeri pada betis selama dilakukan pemeriksaan.
Nyeri yang terasa menandakan tanda Homan’s positif (+),
yang berarti terdapat trombosis vena profundus.
2) Varises pada kaki
Varises merupakan pelebaran pembuluh darah vena atau
pembuluh darah balik yang diakibatkan kelemahan pada
dinding otot pembuluh darah tersebut atau karena ada
gangguan pada klep vena. Saat hamil, wanita akan
mengalami perubahan hormonal, terutama peningkatan
hormon progesteron. Perubahan hormonal mengakibatkan
terjadi perubahan fisik dan psikis. Salah satunya terjadi
perubahan pada dinding pembuluh darah, yaitu peningkatan
elastisitas dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah (baik arteri maupun vena) semakin lentur.
Akibatnya, pembuluh darah menjadi bertambah besar dan
melebar. Namun pembesaran dan pelebaran ini terlihat lebih
nyata pada pembuluh darah vena karena pembuluh darah
vena lebih tipis dibanding pembuluh darah arteri (nadi).
Pelebaran pembuluh darah ini diperlukan untuk memenuhi

92
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

kebutuhan janin, agar aliran darah dan volume darah dapat


tersuplai dengan baik, hingga pertumbuhan janin pun
berlangsung normal. Namun, akibat efek mekanik
penekanan rahim, maka aliran darah balik dari anggota
gerak bawah dan panggul mengalami hambatan sehingga
terjadi bendungan yang dapat menyebabkan pelebaran vena
atau varises.

PEMERIKSAAN FISIK IBU POST PARTUM

Kompetensi
Aspek yang dinilai Ya Tdk
Tahap Pra interaksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan
3. Mempersiapkan alat:
Untuk Ibu :
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Refleks hammer
e. Hand scoon
f. Pengalas
g. Timbangan
h. Pengukur tinggi badan
i. Kapas untuk vulva higiene saat chec jahitan
j. Pinset
4. Cuci tangan

Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal
lahir dan lihat nomer RM)

93
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

7. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga


8. Jelaskan prosedur tindakan
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan saat ini
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
Tahap Kerja
Pemeriksaan tanda-tanda vital
12. Sediakan privasi bagi klien(tutup sampiran)
13. Menimbang berat badan (BB), mengukur tinggi badan (TB)
dan mengukur lingkar lengan atas (LLA)
14. Pasien dipersilakan untuk duduk/tidur sesuai kondisi pasien
15. Memasang hand scoon
16. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan memasang
selimut untuk penutup tubuhnya (atau meminta pasien
untuk melonggarkan pakaian dan sebagai penutup tubuh)
17. Membantu pasien berbaring tempat tidur pemeriksaan
18. Mengukur suhu,nadi,respirasi,tensi,
Kepala dan leher
19. Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah
20. Memeriksa apakah mata :
• Pucat pada konjungtiva
• Sklera ikterus
21. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah :
• Kelenjar tiroid membesar
• Pembuluh limfe
• Pelebaran vena jugularis
Payudara
22. Dengan posisi tangan klien disamping, memeriksa :
• Bentuk, ukuran dan simetris atau tidak
• Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
• Adanya kolostrom atau cairan lain
• Adanya penegangan pada payudara

94
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

23. Pada saat klien mengangkat tangan keatas kepala,


memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau
dimpling
24. Klien berbaring dengan tangan kiri diatas, lakukan palpasi
secara simetris pada payudara sebelah kiri (sesudah itu
sebelah kanan juga) dari arah payudara, axila dan notest
kalau terdapat :
• Massa
• Kelenjar limfe yang membesar
Abdomen
25. Pemeriksaan bising usus di keempat kuadran
26. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis
27. Pemeriksaan fundus uteri meliputi konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus
28. Pemeriksaan insisi SC : keadaan jahitan/insisi, adanya
pengeluaran, kemerahan atau adanya perubahan warna
29. Pemeriksaan kandung kemih:adanya distensi, nyeri tekan
Ekstremitas : Tangan dan kaki
30. Memeriksa apakah tangan dan kaki : edema, pucat pada
kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan
31. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya
varises
32. Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi
gerakan hypo atau hyper
33. Pemeriksaan homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi
pasif)
Perineum
34. Pemeriksaan perineum : REEDA (Red, Edema, Echymosis,
discharge, los of approximation)
35. Pemeriksaan lochea : tipe, jumlah dan bau
Anus :
36. Pemeriksaan adanya haemorroid
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut:

95
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

37. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)


38. Berikan reinforcement positif pada klien
39. Pendidikan kesehatan mengenai :
o Perubahan fisik postpartum : involusi uterus dan fase
lochea, diaporesis, penurunan BB, perubahan payudara,
ketidaknyamanan, penyembuhan luka (ice pack, sitz
bath, topikal anastesia), after pain, haemorroid
o Perubahan psikologis postpartum
o Tanda dan bahaya post partum
o Perawatan diri ibu postpartum
o Perawatan bayi
o Kembalinya hubungan seksual
o Keluarga berencana
40. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
41. Buka sampiran
42. Bersihkan alat
43. Cuci tangan

Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu,
hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

96
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera


setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan
intra uterine ke ekstra uterine. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaanfisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas &
mendeteksi adanya penyimpangan.
Pengkajian dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan
bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus
diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila
suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
A. Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan
2. Pastikan suasana tempat pemeriksaan harus tenang dan nyaman
untuk mengurangi ketakutan anak. Ketakutan menyebabkan
anak menolak untuk diperiksa
3. Pastikan tempat pemeriksaan mempunyai pencahayaan yang
baik
4. Anak usia < 6 bulan pemeriksaan bisa dilakukan di atas meja
periksa. Anak usia 1 – 3 tahun dapat diperiksa dalam pelukan
ibu
5. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan
6. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
7. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

B. Pengkajian segera bayi baru lahir


1. Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?

97
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

2. Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?


3. Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?

C. Pengkajian refleks:
1. Mata
a. Berkedip atau refleks korneal
Bayi berkedip pada permulaan sinar terang yang tiba-tiba
atau pada pendekatan objek ke arah kornea. Reflekas harus
menetap sepanjang hidup
b. Pupil
Pupil konstriksi bila sinar terang diarahkan padanya.
Refleks ini harus ada sepanjang hidup
c. Mata Boneka
Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan atau
ke kiri, mata normalnya tidakbergerak; reflek ini harus
hilang sesuai perkembangan
2. Hidung
a. Bersin
Respons spontan saluran hidung terhadap iritasi atau
obstruksi. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
b. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat
3. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area
sirkumoral sebagai respons terhadap rangsang. Refleks ini
harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.

98
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Muntah/Gag
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan,
atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami
refleks muntah. refleks ini harus menetap sepanjang hidup
c. Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala ke arah sisi
tersebut dan mulai menghisap; harus hilang pada kira-kira
usia 3 tahun sampai 4 bulan, tetapi dapat menetap selama
12 bulan
d. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespons dengan
mendorongnya keluar. Refleks harus menghilang pada usia
4 bulan
e. Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan
meningkatkan jumlah udara inspirasi. Refleks harus
menetap sepanjang hidup
f. Batuk
Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial
menyebabkan batuk. Refleks ada setelah hari pertama
kelahiran. Refleks ini harus terus ada sepanjang hidup.
4. Ekstremitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat
dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki.
Genggaman telapak tangan harus berkurang setelah usia 3
bulan, digantikan dengan gerakan volunter. Genggaman
plantar berkurang pada usia 8 bulan.

99
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit
dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki
hiperektensi dan haluks dorsofleksi; refleks ini harus
hilang setelah usia 1 tahun.
c. Klonus pergelangan kaki
Dorsifleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutu
pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oksilasi (denyut); akhirnya tidak boleh
ada denyut yang teraba

5. Massa (tubuh)
a. Moro
Kejutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas yang tiba-
tiba serta mengipaskan jari, dengan jari telunjuk dan ibu
jari membentuk bentuk “C“, diikuti dengan fleksi dan
abduksi ekstremitas; kaki dapat fleksi dengan lemah; bayi
mungkin menangis; reflek ini harus hilang setelah usia 3-4
bulan, biasanya paling kuat selama 2 bulan pertama
b. Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku; tangan tetap tergenggam; harus hilang
pada usia 4 bulan.
c. Perez
Saat bayi telungkup pada permukaan keras ibu jari ditekan
sepanjang medula spinalis dari sakrum ke leher; bayi
berespons dengan menangis, memfleksikan ekstremitas,
dan meninggikan pelvis dan kepala; lordosis tulang
belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinasi; harus
hilang pada usia 4 sampai 6 bulan.

100
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

d. Tonik leher asimetris (menengadah)


Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu
sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi
tersebut, dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi;
harus hilang pada usia 3 sampai 4 bulan, untuk digantikan
dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.
e. Neck righting
Jika bayi telentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi;
bahu dan batang tubuh membalik ke arah tersebut, diikuti
dengan pelvis; menghilang pada usia 10 bulan.
f. Otolith-righting
Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali
tegak, posisi tegak.
g. Inkurvasi batang tubuh (galant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang
terstimulasi; refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.
h. Menari atau melangkah
Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki
menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi
resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan; harus hilang
setelah usia 3 sampai 4 minggu, digantikan oleh gerakan
yang dikehendaki.
i. Merangkak
Bayi, bila ditempatkan pada abdomennya (telungkup),
membuat gerakan merangkak dengan tangan dan kaki;
harus hilang kira-kira pada usia 6 minggu.
j. Placing
Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi
dorsal telapak kaki dengan tiba-tiba ditempatkan di atas
objek keras, seperti meja, kaki mengangkat seolah-olah

101
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

telapak melangkah di atas meja; usia hilangnya refleks ini


bervariasi.

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR


Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya tdk
TahapPreinteraksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan efektif
3. Mempersiapkan alat:
a. Kapas
b. Penlight
c. Termometer
d. Stetoskop
e. Selimut bayi
f. Timbangan bayi
g. Pita ukur/metlin
h. Pengukur panjang badan bayi
i. Sarung tangan
j. Bengkok
4. Cuci tangan efektif
TahapOrientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri pada keluarga
6. Lakukan identifikasi identitas (Tanyakan nama,
tanggal lahir dan lihat nomer RM)
7. Tanyakan keluhan saat ini
8. Jelaskan tujuan tindakan pada keluarga
9. Jelaskan prosedur tindakan pada keluarga
10. Kontrak waktu
11. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
TahapKerja
12. Sediakan privasi bagi bayi: tutup pintu kamar atau
pasang tirai

102
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

13. Memakai sarung tangan


14. Letakkan bayi pada tempat yang rata, hangat dan
aman
15. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi: kesan sakit/
bugar, kesadaran, kesan status gizi
16. Ukur tanda vital anak: Pernapasan, suhu, tekanan
darah dan nadi
17. Ukur data antropometri: Berat badan (BB), panjang
badan (PB), lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD)
18. Ukur tanda vital bayi: Pernapasan, suhu dan nadi
19. Lakukan inspeksi keadaan umum bayi
20. Periksa kulit bayi meliputi: Warnakulit, turgor,
lanugo, vernix caseosa
21. Periksa kepala bayi: Ukuran, sutura, molase,
hematoma
22. Periksa wajah: Kesimetrisan, perhatikan wajah khas
Down Syndrome
23. Periksa mata : Kebersihan, pergerakan bola
mata,perdarahan subkonjugtiva, katarak juvenile,
nistagmus, strabismus
24. Periksa hidung: Kesimetrisan septum nasal, sekret
dan cuping hidung.
25. Periksa mulut: Bibir, langit-langit mulut/palato dan
lidah
26. Periksa telinga: Kesimetrisan, ukuran daun telinga
27. Periksa dada: Payudara,pernapasan retraksi
interkostal.
28. Auskultasi suara napas
29. Auskultasi jantung, dengarkan pulsasi pada ictus
kordis, frekuensi jantung (nadi) dan bunyi jantung.
30. Periksa Abdmen : Perhatikan adanya
pembesaran/distensi, perdarahan tali pusat, warna tali
pusat, hernia
31. Periksa alat genetalia

103
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

a. Laki-laki : Testis belum turun, perhatikan urefisium


uretra
b. Perempuan : lubang vagina, uretra, labia mayor,
labia minor, besar dan bentuk klitoris, perdarahan,
lendir dari vagina,tanda-tanda hematoma.
32. Periksa ekstremitas atas dan bawah: perhatikan
gerakan ekstremitas, bentuk dan jumlah jari
33. Periksa tulang punggung
34. Periksa keadaan neuromuskuler: kaji refleks moro,
refleks menghisap (sucking refleks), refleks genggam,
refleks rooting, tonick neck, babinski, dan tonus otot.
35. Periksa mekonium(harus keluar dalam 24 jam
sesudah lahir, jika tidak waspada terhadap atresia ani
atau obstruksi usus. Begitu juga urine, jika tidak
keluar waspada terhadap obstruksi saluran kemih.
36. Rapikan pasien
37. Rapikan alat
38. Cuci tangan
TahapTerminasi
39. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
40. Berikan reinforcement positif pada klien
41. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
42. Buka sampiran
43. Bereskan alat
44. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

104
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

PIJAT BAYI
A. Pengertian
Pijat bayi adalah terapi sentuhan dan pijatan pada bayi setelah
kelahiran yang memberikan jaminan adanya kontak tubuh
berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada
bayi atau menghasilkan perubahan fisiologis yang
menguntungkan yang dapat diukur secara ilmiah yaitu
peningkatan berat badan bayi dan bayi lebih terlelap saat tidur
(Putri 2009)
B. MANFAAT DAN TUJUAN PIJAT BAYI
1. Peningkatan pertumbuhan bayi
2. Peningkatan daya tahan tubuh
3. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak
4. Meningkatkan kebugaran otot
5. Mempercepat perkembangan otak dan system saraf
6. Meningkatkan berat badan bayi
7. Membuat bayi tidur lebih lelap sehingga saat bangun
konsentrasi bayi meningkat
C. WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEMIJAT
Pemijatan terhadap bayi dapat dilakukan kapan saja. Pijat
bayi ini paling baik dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum
mandi atau malam hari agar dapat membantu bayi tertidur dengan
nyenyak.
D. PERSIAPAN SEBELUM MEMIJAT
Sebelum melakukan pemijatan perhatikan hal berikut ini:
1. Tangan anda sudah bersih dan hangat
2. Hindari kuku panjang dan lepaskan perhiasan anda agar tidak
melukai bayi anda
3. Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4. Bayi sudah selesai minum atau sedang tidak lapar

105
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

5. Baringkan bayi diatas permukaan kain yang rata, lembut dan


bersih
6. Pakaian bayi sebaiknya ditanggalkan
7. Siapkan handuk, popok ganti baju dan minyak kelapa
E. HAL-HAL YANG TIDAK DIANJURKAN SELAMA
PEMIJATAN
1. Memijat langsung setelah bayi minum
2. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3. Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat
4. Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat
5. Memaksa posisi pijat tertentu pada bayi

PIJAT BAYI
Kompetensi
Aspek yang dinilai Ya Tdk

Tahap Pra interaksi


1. Cek catatan pasien
2. Cucit angan
3. Mempersiapkanalat :
a. Phantom bayi/bayi
b. Handuk 2 buah
c. matras
d. Popok
e. selimut
f. Pakaian bersih untuk pengganti
g. Minyak bayi (baby oil/lotion)
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal
lahir dan lihat nomer RM)

106
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

7. Tanyakan keluhan saat ini


8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
9. Jelaskan prosedur tindakan
10. Kontrak waktu
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
TahapKerja
12. Sediakan privacy bagi klien
13. Buka pakaian bayi
14. Selimuti bayi
15. Usapkan lembut jari dipipi bayi membentuk lingkaran
dari lingkaran kecil ke lingkaran besar
16. Usap secara melingkar daerah mulut dengan jari tangan
17. Usap telinga bayi dari depan sampai belakang
18. Usap dahi bayi kearah belakang
19. Letakkan kedua tangan ke dada bayi, usap kesamping
seperti melicinkan kertas yang kusut/lecek
20. Usap sisi kiri perut bayi dengan jari tangan dari atas
kebawah membentuk huruf “I”, lalu usapkan jari tangan
dari sebelah kanan kekiri kemudian turun kebawah perut
dengan membentuk huruf “L” terbalik. Kemudian usap
dari kanan perut bayi dengan 2 jari keatas kemudian
turun kebawah kiri perut bayi dengan membentuk huruf
“U” terbalik, sehingga terbentuklah kata-kata “I LOVE
U”.
21. Pijat atau usap tangan kiri bayi dengan kedua tangan
dari bahu kepergelangan, lalu usap satu demi satu jari-
jari bayi. Demikian juga sebaliknya dengan tangan
kanan bayi.
22. Pegang salah satu bayi dengan kedua tangan, pijat kaki
bayi dari paha ke pergelangan kaki, begitu pula
sebaliknya bergantian dari pergelangan kaki ke paha.
23. Tarik lembut jari kaki satu persatu lalu pijat telapak kaki
bayi dengan gerakan memutar dari tumit ke atas

107
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

24. Posisi bayi dibalik tengkurap dengan kepala


dimiringkan
25. Letakkan kedua tangan dipunggung bayi, lalu gerakkan
tangan masing-masing ke samping seperti melicinkan
kertas yang lecek
26. Lakukan gerakan seperti menyetrika baju (maju
mundur)
27. Lakukan fibrasi dipunggung bayi
28. Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari
leher ke pantat untuk mengakhiri pijatan
29. Selimuti kembali bayi dan segera dimandikan
30. Bereska nalat
31. Cuci tangan
TahapTerminasi
32. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
33. Berikan reinforcement positifpada klien
34. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
35. Salam penutup
36. Cuci tangan efektif
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

108
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

A. Tujuan dari memandikan:


1. Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh serta
keringat
2. Merangsang peredaran darah
3. Memberi rasa segar dan nyaman
4. Mencegah terjadinya infeksi tali pusat

B. Waktu yang tepat memandikan bayi


Pada saat baru lahir bayi memang terlihat kotor, hal ini
wajar karena bayi memang berlumuran banyak cairan selain air
ketuban. Cairan tersebut diantaranya mengandung darah, lendir
dan mekonium (kotoran bayi berwarna hitam kental). Sesaat
setelah bayi lahir, bayi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan di luar kandungan. Inilah yang mendasari
adanya teori yang menyebutkan bahwa bayi baru lahir baru boleh
dimandikan setelah 6 jam dilahirkan. Karena jika bayi baru lahir
dipaksakan untuk mandi (walaupun dengan air hangat), air yang
menjadi dingin (setelah beberapa waktu) akan menyebabkan
hilangnya panas tubuh bayi karena terserap oleh air. Suhu tubuh
bayi dapat turun dan aliran darah terganggu. Sebagai akibatnya
bayi akan kekurangan oksigen dengan ditandai warna kulit tubuh
yang membiru. Pertumbuhan sel – sel bayi juga terganggu akibat
tidak lancarnya peredaran oksigen dalam tubuh.

C. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya dengan cepat,maka
pastikan suhu ruangan dalam keadaan hangat (sekitar 24˚C)
2. Pastikan air untuk memandikan bayi hangat-hangat kuku,bukan
panas.

109
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

3. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian saat mandi,bahkan


sesaat sekalipun.Bayi dapet kelelep dalam air sedalam kurang
lebih 5 cm.
4. Jangan terlalu lama memandikan bayi,karena bias kedinginan.
5. Cara mengeringkan bayi cukup dengan ditekan-tekan perlahan
saja

MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan medis dan keperawatan pasien
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat
a. Bak mandi
b. Bengkok
c. Handscoon
d. Timbangan bayi
e. Thermometer aksila
f. Sisir lembut
g. Korentang
h. Celemek
i. Minyak kelapa atau baby oil
j. Minyak telon
k. Pakaian bersih (selimut, baju, popok, kaos tangan
dan kaki, topi)
l. Handuk besar
m. Selimut mandi
n. Washlap (2)
o. Sabun padat atau cair (taruh dalam cucing, jika ada)
p. Shampoo (jika sekaligus keramas dan taruh dalam
cucing, jika ada)

110
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

q. Kapas air hangat


1) Kapas mata
2) Kapas cebok
r. Kassa steril
s. Air hangat (suhu 36,5-370C)
t. Alcuta
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi, 2 identitas (tanyakan nama dan
lihat no RM/tanggal lahir)
7. Tanyakan keluhan bayi pada orang tuanya
8. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien/keluarga
9. Jelaskan prosedur
10. Kontrak waktu
11. Berikan kesempatan pasien/keluarga bertanya
Tahap Kerja
12. Sediakan privacy
13. Pakai celemek
14. Cuci tangan efektif dan gunakan handscoon
15. Ukur suhu bayi (36,5-37,50 C)
16. Buka popok dan baju bayi, bila ada mekoneum
bersihkan pantat bayi dari mekoneum tersebut dengan
melakukan vulva hygine
17. Siapkan pakaian ganti dan langsung diset
18. Siapkan handuk dan selimut mandi
19. Siapkan air dalam bak mandi, dan ukur suhu air
20. Timbang BB pada timbangan yang sudah berisi alas
selimut bayi
21. Ganti selimuti bayi dengan selimut mandi dan mulai
mandikan bayi yang diawali dengan membersihkan
mata. Bersihkan mata kiri bayi dengan kapas mata dari
luar ke dalam, begitu juga pada mata kanan
22. Bersihkan mulut bayi menggunakan gaas steril dengan

111
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

jari kelingking (k/p)


23. Bersihkan muka bagian kiri dengan waslap lembut tanpa
sabun dimulai dari dahi, muka hingga dagu begitu juga
muka bagian kanan
24. Buka pembungkus tali pusat bayi. Jika pembungkus
lengket, basahi dengan kapas air hangat.
25. Jika akan melakukan keramas, ambil waslap dan basahi,
kemudian usapkan waslap basah ke rambut bayi.
26. Ambil shampoo, dan bersihkan rambut bayi dengan
lembut.
27. Mulai mandikan bayi dengan membasahi badan bayi
menggunakan waslap yang sudah basah tadi mulai dari
leher, dada, perut, tangan, punggung, pantat, dan kaki.
28. Kemudian ambil sabun menggunakan waslap, busakan
sabun dalam waslap, sabuni bayi mulai dari leher, dada,
abdomen dan tali pusat, punggung, pantat, kaki, dan
terakhir sabuni tangan menggunakan sisi yang lain pada
waslap
29. Ambil waslap yang baru, basahi dengan air hangat
kemudian lap bayi mulai dari kepala sampai kaki untuk
sedikit menghilangkan busa yang menempel pada bayi
30. Angkat bayi dengan teknik memegang garpu dan
masukkan bayi mulai dari kaki pelan-pelan ke pantat
diikuti punggung dan seluruh tubuh (tangan kiri
menyangga punggung bayi dengan empat jari dibawah
ketiak bayi)
31. Bilas secara hati-hati mulai dari kepala sampai kaki bayi
32. Letakkan selimut mandi yang basah pada ember pakaian
kotor, baru kemudian angkat bayi dari bak mandi dan
letakkan pada handuk kering.
33. Pakai Handscoon sterill
34. Keringkan bayi dengan handuk kecuali tali pusat
dikeringkan dengan kassa steril
35. Lakukan perawatan tali pusat

112
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali

36. Berikan baby oil pada kulit bayi kecuali pada daerah
perut
37. Berikan minyak telon pada perut dan kaki secukupnya
(k/p)
38. Kenakan pakaian bayi
39. Sisir rambut bayi dan pakaikan topi jika ada
40. Selimuti bayi atau bedong bayi dan letakkan pada box
bayi atau serahkan kepada ibu bayi.
41. Bersihkan alat-alat dan lingkungan
42. Cuci tangan
TAHAP TERMINASI
43. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)
44. Berikan reinforcement positif pada pasien
45. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, dan
tempat)
46. Beri salam penutup
47. Cuci tangan efektif
DOKUMENTASI
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

113

Anda mungkin juga menyukai