Relaksasi-Otot 2 PDF
Relaksasi-Otot 2 PDF
Neila Ramdhani
Adhyos Aulia Putra
Abstract
A. Pengantar
Miltenberger, 2004), Benson dan Klipper (dalam Kazdin, 2001), kemudian Bernstein
and Borkovec (dalam Miltenberger, 2004).
Relaksasi ada beberapa macam. Miltenberger (2004) mengemukakan 4
macam relaksasi, yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan
(diaphragmatic breathing), meditasi (attention-focussing exercises), dan relaksasi
perilaku (behavioral relaxation training). Tulisan ini akan khusus membahas
mengenai relaksasi otot.
Dalam relaksasi otot, individu akan diberi kesempatan untuk mempelajari
bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan
ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya, klien mulai belajar
membedakan sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks. Untuk
mendapatkan manfaat maksimal, kemampuan membedakan tegang dan rileks ini
perlu dipelajari. Kazdin (2001) mengatakan pada awalnya individu belajar satu
persatu gerakan relaksasi yang diperlukan oleh sekelompok otot melalui petunjuk
tertulis maupun instruksi yang direkam melalui kaset. Setelah tiap gerakan dikuasai
dengan baik, relaksasi dapat dilakukan sehingga menghasilkan kondisi rileks yang
lebih dalam.
Manfaat relaksasi dalam bidang klinis sudah dibuktikan oleh banyak peneliti
di antaranya Jacobson dan Wolpe (dalam Utami, 2002), Davis, Eshelman, & McKay
(dalam Miltenberger, 2004), dan Poppen (Miltenberger, 2004). Di Indonesia
penelitian mengenai relaksasi sudah dilakukan oleh Prawitasari (1998), Utami
(1991), Karyono (1994), dan Dewi (1998). Besarnya manfaat yang dihasilkan dari
latihan relaksasi ini, merupakan salah satu alasan penting untuk mempelajari lebih
jauh lagi teknik ini serta menyusun alat yang tepat untuk dijadikan model untuk
mempelajari gerakan-gerakannya.
dan akomodasi lensa mata, dan gairah seksual), proses kardiovaskuler, dan
aktivitas berbagai kelenjar dalam tubuh (Carlson, 1994).
Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf
simpatetis dan sistem saraf parasimpatetis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem
saraf simpatetis lebih banyak aktif ketika tubuh membutuhkan energi. Misalnya pada
saat terkejut, takut, cemas, atau berada dalam keadaan tegang. Pada kondisi
seperti ini, sistem syaraf
Sistem Saraf Manusia
akan memacu aliran
Sist. saraf pusat Sist saraf otonom darah ke otot-otot
skeletal, meningkatkan
Sis. saraf Sis. saraf detak jantung dan kadar
simpatetis Parasimpatetis
gula. Sebaliknya, sistem
saraf parasimpatetis
Bagan 1: Sistem Saraf Manusia
mengontrol aktivitas yang
berlangsung selama penenangan tubuh, misalnya penurunan denyut jantung
setelah fase ketegangan dan menaikkan aliran darah ke sistem gastrointestinal
(Carlson, 1994).
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan
pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan parasimpatetis ini. Teknik relaksasi
semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan
kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002), membantu orang yang
mengalami insomnia (Friedman et.al. 1991), dan asma (Huntley, et.al., 2002). Di
Indonesia, penelitian tentang relaksasi ini juga sudah cukup banyak dilakukan.
Prawitasari (1988) , melaporkan bahwa relaksasi bermanfaat untuk mengurangi
keluhan fisik. Utami (1991) mengukur efektivitas latihan relaksasi dan terapi kognitif
untuk mengurangi kecemasan berbicara di muka umum”, selanjutnya relaksasi juga
efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan
(Karyono, 1994), dan menurunkan ketegangan pada siswa penerbang (Dewi, 1998).
Begitu banyaknya manfaat yang diberikan oleh latihan relaksasi ini maka
metode Ini sangat baik bila diajarkan pada setiap orang. Untuk dapat mewujudkan
hal ini diperlukan alat bantu atau semacam panduan yang dapat membimbing
seseorang dalam melakukan latihan relaksasi. Alat bantu tersebut tentunya harus
dapat dipahami, diikuti, dan dilakukan dengan mudah sehingga benar-benar
memberikan manfaat terhadap orang yang akan melakukan latihan relaksasi. Selain
4
itu, akan lebih baik lagi jika alat bantu tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan
dengan harga yang murah (jika dijual).
kuliah Pengantar Psikologi. Dalam risetnya, Hart & Steven melaporkan bahwa
sebagian besar mahasiswa sangat menyukai video yang dapat memvisualisasikan
penjelasan dosen pada saat mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kelayakan klip VCD
Relaksasi sebagai alat bantu panduan pelatihan relaksasi dan pembelajaran. Klip
VCD yang layak dapat dikembangkan lebih lanjut dan dipelajari oleh setiap orang
yang berminat dalam bidang relaksasi. Kelayakan ini meliputi antara lain
1. Kualitas gambar, apakah kualitas gambar yang ditampilkan oleh alat bantu
tersebut dapat dilihat dengan baik dan jelas
2. Kualitas suara, apakah suara dari alat bantu tersebut dapat didengar dengan
baik dan jelas
3. Kejelasan instruksi, apakah instruksi yang diberikan oleh alat bantu tersebut
jelas dan dapat dipahami
4. Ketepatan gerakan, apakah gerakan-gerakan yang dilakukan dalam proses
relaksasi tepat dan sesuai dengan yang dimaksud
Penelitian ini bersifat studi eksploratif dan merupakan penelitian
pendahuluan. Oleh karena itu pertanyaan penelitiannya adalah apakah VCD
Relaksasi yang disusun ini layak digunakan sebagai alat bantu panduan pelatihan
relaksasi?
D. METODE PENELITIAN
a. Raters
Untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang relaksasi, penulis
melibatkan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan atau menekuni
bidang yang berkaitan dengan relaksasi dan multimedia sebagai raters. Dengan
asumsi bahwa topik tentang relaksasi dipelajari dan dipraktekkan oleh bidang ilmu
Psikologi terutama Psikologi Klinis, maka peneliti beranggapan bahwa dosen-dosen
Psikologi Klinis merupakan orang yang tepat untk menjadi raters. Dengan kapasitas
sebagai seorang dosen diharapkan dapat diperoleh penilaian (ratings) yang
profesional tentang segala hal yang berkaitan dengan relaksasi. Selanjutnya untuk
penilaian dari sisi multimedia, penelitian ini juga melibatkan praktisi yang menekuni
ilmu dan teknologi di bidang audio visual. Pada penelitian ini penulis bekerja sama
dengan praktisi sinematografi yang secara aktif telah memproduksi berbagai karya
cipta dalam bentuk film.
6
b. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Penilaian
Kelayakan. Aspek yang diuji yaitu ketepatan gerakan dan kejelasan instruksi. Aspek
lain yang menjadi syarat suatu model audio visual, yaitu kualitas gambar dan
kualitas suara akan dilakukan pada penelitian tahap berikutnya,
Lembar Penilaian Kelayakan (LPK) terdiri dari 3 bagian. Bagian A bertujuan
untuk mengungkap kesesuaian antara gerakan yang diperagakan model dengan
dengan otot-otot yang dilatih. LPK bagian A ini terdiri dari 15 pertanyaan dengan 4
pilihan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan berikut dirancang untuk tujuan ini:
• Gerakan yang ditayangkan tersebut bertujuan untuk melatih otot ……
a. Bahu
b. Tangan bagian bawah
c. Otot-otot biceps (otot-otot besar di lengan atas)
d. Tangan bagian belakang
Setelah raters memberikan penilaian untuk tahap ini, mereka juga diminta
untuk memberikan penilaian pada bagian B yang bertujuan untuk mengukur
ketepatan gerakan yang diperagakan. Sesuai dengan jumlah gerakan yang
diperagakan, LPK bagian B ini juga terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan sekor
antara 1 sampai dengan 5. Contoh aitem LPK bagian B ini adalah sbb.:
c. Prosedur
Sebelum pembuatan VCD Relaksasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan
‘model’ yang akan diminta untuk memeragakan gerakan-gerakan relaksasi.
Langkah berikutnya adalah persiapan tempat dan peralatan yang dibutuhkan untuk
pengambilan gambar. Sebuah ruang (dapat tertutup
atau terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar
masuk sangat dianjurkan dalam latihan relaksasi. Kursi
yang dapat fleksibel naik dan turun (lihat gambar 1) lebih
diutamakan daripada tempat tidur sehingga dapat
diletakkan di tempat-tempat yang diinginkan. Langkah ini
Gambar 1. kursi santai
untuk relaksasi diikuti dengan pengambilan gambar dan editing video.
Langkah terakhir yaitu persiapan alat pengumpul data, berupa penyusunan dan
penggandaan LPK yang akan diberikan kepada raters. Setelah itu VCD Relaksasi
ditayangkan kepada subjek penelitian, kemudian mereka diminta untuk mengisi
LPK.
beberapa kali untuk mendapatkan hasil gambar yang lebih baik. Gerakan-gerakan
yang diperagakan oleh model berpedoman kepada instruksi suara relaksasi otot
yang terdapat pada kaset pelatihan Relaksasi Otot milik Bagian Psikologi Klinis
Fakultas Psikologi UGM.
Hasil rekaman gambar ditransfer ke perangkat komputer dan diedit untuk
menyesuaikan dan instruksi gerakan. Proses editing dibantu oleh seorang editor di
sebuah rumah produksi multimedia. Hasil yang didapat berupa 15 klip yang
memeragakan 15 gerakan relaksasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Goldfried
dan Davison (1996).
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot-
otot yang dilatih. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam
tangan kiri sambil membuat suatu
kepalan. Model diminta membuat kepalan
ini semakin kuat (gambar 2), sambil
merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan,
Gerakan 1 model dipandu untuk merasakan rileks
mengepalkan tangan
selama 10 detik. Gerakan pada tangan
kiri ini dilakukan dua kali sehingga model
dapat membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan
Gerakan 2 untuk tangan
bagian belakang pada tangan kanan.
Gerakan kedua adalah gerakan
Gambar 2. Gerakan untuk otot tangan
untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan
dengan cara menekuk kedua lengan
ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan
Otot biceps bagian belakang dan lengan bawah
menegang, jari-jari menghadap ke
Gambar 3. gerakan 3 otot-otot biceps langit-langit (gambar 2).
9
Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah
otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini
diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi
tegang.
Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat
kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu
akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus
perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan
yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
Gerakan kelima sampai ke delapan adalah
gerakan-gerakan yang ditujukan untuk melemaskan
otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah
Gambar 4. Gerakan 4
untuk melatih otot bahu otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan
untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-
ototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan
otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
diperankan model dengan sangat jelas sehingga tujuan gerakan dapat diketahui
dengan mudah oleh rater. Sebaliknya, klip-klip yang bertujuan untuk merilekskan
leher depan dan paha hanya dinilai sesuai dengan tujuan masing-masing oleh 1
orang rater saja. Gerakan tangan bagian belakang, perut, dan betis dinilai benar
oleh 2 orang rater. Rater lainnya tidak dapat menjawab dengan tepat untuk item ini.
Hal ini berarti bahwa untuk gerakan-gerakan yang bertujuan merilekskan tangan
bagian belakang, paha, perut dan betis yang diperagakan oleh model masih belum
dapat ditangkap oleh rater dengan tepat.
Total skor
Item Gerakan otot Skala A Skala B Skala C
1 Tangan 5 20 18
2 Tangan bagian belakang 2 20 19
3 Biceps 3 23 21
4 Bahu 5 24 22
5 Dahi 5 20 20
6 Mata 5 19 22
7 Rahang 3 16 19
8 Mulut 5 23 20
9 Leher belakang 3 16 20
10 Leher depan 1 20 22
11 Punggung 5 21 20
12 Dada 3 21 18
13 Perut 2 19 23
14 Paha 1 16 20
15 Betis 2 21 22
F. DAFTAR PUSTAKA
Carlson, N. R., 1994, Physiology of Behavior, 5th edition. Boston: Allyn & Bacon
Friedman, L., Bliwise, D.L., Yesavage, J.A., and Salom, S.R., 1991, A Peliminary
Study Comparing Sleep Restriction Therapy and Relaxation Treatments for
Insomnia in Older Adults, Journal of Gerontology, Vol 46, No. 1. pp. 1-8.
Goldfried, M.R. and Davidson, G.L., 1976. Clinical Behavior Theraphy. New York:
Holt Rinehard and windston.
Hart, K. E & Stevens, K., (1995), ‘The Use and Evaluation of Video Supplements in
the Teaching of Introductory Psychology’, Journal of Instructional
Psychology, Vol. 22, Issue No. 2, pp. 103-114.
Hoelscher, T.J. and Lichstein, K.L., 1986. Home Relaxation Practice in Hypertension
Treatment: Objective Assesment and Complience Induction. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 54, 2.
14
Huntley, A., White, A. R., and Ernst, E., 2002, ‘Relaxation Therapies for Asthma: A
Systematic Review’, Thorax, Vol 57., No. 2., pp. 127-131.
Kazdin, A. E., 2001, Behavior Modification in Applied Settings, 3th edition. Belmont,
CA: Wadsworth/Thompson Learning.
Utami, M.S. (1991), ‘Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi
Kecemasan Berbicara di Muka Umum, Tesis, Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM
White, C., Easton, P., and Anderson, C., 2000, ‘Students’ Perceived Value of Video
in a Multimedia Language Course’, in Education Media International,
www.tandf.co.uk/journals
Catatan:
• Model video ini dibuat berdasarkan prosedur relaksasi Goldfried & Davison
yang telah direkam dalam bentuk kaset audio dan ditulis dalam buku
Psikoterapi, Pendekatan Konvensional dan Kontemporer oleh Bagian
Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM
• Kaset audio maupun video dapat diperoleh melalui Bagian Psikologi Klinis
Fakultas Psikologi UGM.