Jelaskan!
Pasien secara umum yang dirawat di ICU adalah pasien tidak stabil yang memerlukan
pemantauan ketat dengan perlengkapan khusus dan tenaga terlatih (Degenhardt L, 2008).
Mereka bisa saja pasien yang kegawatdaruratannya sudah ditangani secara awal di IGD
namun tetap harus dipantau karena berpotensi kondisinya kembali tidak stabil atau
memerlukan terapi lanjutan yang berisiko menimbulkan efek sampingyang besar. Selain itu,
pasien yang sudah mendapatkan perawatan di kamar biasa maupun pasien yang baru
menjalani operasi namun kondisinya tidak stabil juga perlu dirawat di ICU.
Pada miastenia grafis, kondisi pasien dapat menjadi buruk dan membahayakan jiwa.
Miastenia gravis yang berat menyerang otot-otot pernafasan sehingga menimbulkan
gejala sesak nafas (Lindsay, 2010). Bila sampai diperlukan bantuan alat pernafasan, maka
penyakit miastenia gravis tersebut dikenal sebagai krisis miastenia gravis atau krisis
miastenik. Umumnya krisis miastenik disebabkan karena adanya infeksi pada penderita
miastenia gravis. Pada kondisi tersebut biasanya pasien akan segera dirawat di ruang ICU.
Kejadian kegagalan pernafasan pada myasthenia gravis dapat hadir dengan takikardia,
cemas, kegelisahan, dan takipnea pada tahap awal. Kemudian dalam durasi itu dan dengan
memburuknya hipoksemia dan munculnya hiperkapnia, pasien mengalami sianosis,
ensefalopati, dan sakit kepala memprediksi sesuatu krisis miastenia yang bisa mengancam
jiwa. Gejala- gejala klinis yang kronik seperti ini memberikan suatu indikasi kasus emergensi
yang memerlukan perawatan di ruang intensif, maka pada pasien myasthenia gravis dengan
status yang tidak jelas harus dipantau ketat di ICU dengan evaluasi klinis berulang
(Kurniawan, 2015).
4. Carilah 1 jurnal mengenai perawatan pasien miastenia gravis / krisis miastenia di
ICU!