Anda di halaman 1dari 3

3. Kapan pasien dengan miastenia gravis perlu mendapatkan perawatan di ICU?

Jelaskan!

Pasien secara umum yang dirawat di ICU adalah pasien tidak stabil yang memerlukan
pemantauan ketat dengan perlengkapan khusus dan tenaga terlatih (Degenhardt L, 2008).
Mereka bisa saja pasien yang kegawatdaruratannya sudah ditangani secara awal di IGD
namun tetap harus dipantau karena berpotensi kondisinya kembali tidak stabil atau
memerlukan terapi lanjutan yang berisiko menimbulkan efek sampingyang besar. Selain itu,
pasien yang sudah mendapatkan perawatan di kamar biasa maupun pasien yang baru
menjalani operasi namun kondisinya tidak stabil juga perlu dirawat di ICU.

Pada miastenia grafis, kondisi pasien dapat menjadi buruk dan membahayakan jiwa.
Miastenia gravis yang berat menyerang otot-otot pernafasan sehingga menimbulkan
gejala sesak nafas (Lindsay, 2010). Bila sampai diperlukan bantuan alat pernafasan, maka
penyakit miastenia gravis tersebut dikenal sebagai krisis miastenia gravis atau krisis
miastenik. Umumnya krisis miastenik disebabkan karena adanya infeksi pada penderita
miastenia gravis. Pada kondisi tersebut biasanya pasien akan segera dirawat di ruang ICU.
Kejadian kegagalan pernafasan pada myasthenia gravis dapat hadir dengan takikardia,
cemas, kegelisahan, dan takipnea pada tahap awal. Kemudian dalam durasi itu dan dengan
memburuknya hipoksemia dan munculnya hiperkapnia, pasien mengalami sianosis,
ensefalopati, dan sakit kepala memprediksi sesuatu krisis miastenia yang bisa mengancam
jiwa. Gejala- gejala klinis yang kronik seperti ini memberikan suatu indikasi kasus emergensi
yang memerlukan perawatan di ruang intensif, maka pada pasien myasthenia gravis dengan
status yang tidak jelas harus dipantau ketat di ICU dengan evaluasi klinis berulang
(Kurniawan, 2015).
4. Carilah 1 jurnal mengenai perawatan pasien miastenia gravis / krisis miastenia di
ICU!

Judul : Myasthenia gravis – treatment of acute severe exacerbations in the


intensive care unit results in a favourable long-term prognosis

Peneliti : J. Spillane; N. P. Hirsch; D. M. Kullmann; C. Taylor and R. S. Howard


Tahun : 2014
Publikasi : European Journal of Neurology
Keterangan Analisa
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ICU dengan
eksaserbasi akut Myastenia Gravis selama periode 12 tahun. Pasien yang
akan dijadikan responden jika pasien kelemahan otot dengan gangguan
bulbar atau gangguan fungsi pernapasan yang parah. Sebanyak tiga puluh
delapan pasien yaitu rata-rata berusia 57 tahun atau berkisar usia 19-81
tahun.
Intervensi Intervensi yang digunakan pada penelitian ini adalah manajemen
eksaserbasi akut Myastenia Gravis dengan perawatan neurointensif
khusus.
Hasil Peneliti mendemonstrasikan eksaserbasi akut dari Myasthenia Gravis
(MG) berkelanjutan untuk membawa sebuah morbiditas dan mortalitas
signifikan. Faktor yang memicu eksaserbasi akut diidentifikasi pada 22
pasien (58%). Sepsis, seperti infeksi saluran pernafasan bawah, terjadi
pada 20 pasien (53%). Satu pasien mengalami Myasthenia Crisis (MC)
setelah dilakukan timektomi, sementara pasien lain memburuk selama
pengobatan steroid dosis tinggi.
Intubasi dan ventilasi mekanik diperlukan pada 24 pasien (63%). Tujuh
belas (71%) dari yang membutuhkan intubasi mengalami infeksi saluran
pernafasan bawah, dibandingkan dengan 14% yang tidak diintubasi.
Empat pasien (10,5%) tambahan memerlukan ventilasi non invasif.
Pasien yang menerima oral prednisolon sebanyak 97% (37/38), dan 87%
(33/38) menerima intravenous immunoglobulin (IVIG). Tujuh pasien
(18%) menjalani pertukaran plasma.Tambahan imunosupresan oral telah
diberikan pada 45% pasien (17/38). Empat belas pasien menjalani
timektomi, delapan (21%) sebelum masuk dan enam (16%) setelah
pindah ke ICU. Delapan (21%) memiliki timoma.
Manajemen eksaserbasi akut dari MG telah berubah beberapa tahun
terakhir. Sebagian besar (87%) menerima IVIG (intravenous
immunoglobulin), sedangkan 60% menjalani pertukaran plasma. Dari
hasil penelitian, IVIG dan pertukaran plasma ternyata memiliki
efektivitas yang sama untuk eksaserbasi MG, tetapi yang pertama lebih
baik mentoleransi dan meningkat digunakan.
Saran Peneliti menyarankan bahwa, meskipun risiko mortalitas akut terkait
eksaserbasi MG parah, prognosis jangka panjang adalah baik.
Manajemen yang tepat untuk pasien-pasien ini memerlukan ketersediaan
fasilitas perawatan neurointensif khusus yang mudah.

Anda mungkin juga menyukai