PENDAHULUAN
1
dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.
Dengan melalui studi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatif
dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup.
PT. Adaro Indonesia merupakan perusahaan terbesar di Kabupaten
Tabalong, Kalimantan Selatan dengan luas konsesi 35.536 Ha dan Kapasitas
Produksi 80 juta Ton/tahun, mempunyai pengaruh dan dampak yang besar
bagi pembangunan perekonomian dan menyerap tenaga kerja yang lebih dari
10.000, telah memiliki dokumen lingkungan (AMDAL) dan Izin Lingkungan.
Selama ini PT. Adaro Indonesia, dalam operasionalnya telah melaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pertambangannya dan rutin
melakukan pemantauan serta pelaporan. PT. Adaro Indonesia secara formal
telah mendapatkan anugrah PROPER Hijau dari tahun 2009-2013 dari KLH
dan penghargaan Aditama Award dengan peringkat emas untuk pengelolaan
lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja dari Kementerian (ESDM).
(SLHD, 2013).
Selama ini PT. Adaro Indonesia, dalam operasionalnya, telah
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di wilayah
pertambangannya, tetapi di sisi lain jumlah pengaduan masyarakat akibat
dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup oleh aktivitas PT.
Adaro Indonesia tetap terjadi sehingga banyak dipertanyakan efektivitas
pelaksanaan AMDAL nya oleh masyarakat dan LSM lingkungan. Sedangkan
acuan pengelolaan lingkungan yang dipakai adalah AMDAL yang telah dibuat
dan disetujui. Soemarwoto (2014 : 69) mengemukakan bahwa salah satu
upaya untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan AMDAL adalah dengan
pelaksanaan RKL-RPL sebagai umpan balik pelaksanaan dari operasional
proyek yang bersifat dinamis oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Dengan
demikian kajian efektivitas menjadi penting dalam pelaksanaan AMDAL yang
dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia. Sehingga tujuan penelitian ini adalah
Mempelajari efektivitas pelaksanaan AMDAL pertambangan batubara PT.
Adaro Indonesia dan Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
2
efektivitas pelaksanaan AMDAL Pertambangan Batubara PT. Adaro
Indonesia.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
2. Untuk mengetahui fungsi dari AMDAL.
3. Untuk mngetahui pengaturan hukum mengenai AMDAL.
4. Untuk mengetahui hubungan AMDAL dengan izin lingkungan.
5. Untuk mengetahui wewenang penerbitan AMDAL.
6. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan AMDAL di PT. Adaro
Indonesia, Tbk.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL
dan batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan
penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan
5
ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara
Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut
dengan proses pelingkupan.
6
digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam
kajian ANDAL.
7
biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibandingkan dampak
positifnya.
8
2.Kegunaan dan manfaat AMDAL bagi pengambil keputusan;
9
5. KEP-53//MENKLH/6/1987 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan
Tata Kerja Komisi.
Usaha atau kegiatan tertentu tidak dapat dilakukan tanpa izin dari organ
peme rintah yang berwenang. Kenyataan tersebut dapat dimengerti karena
berbagai hal sering kali terkait dengankegiatan yang akan dilakukan oleh
pemohon izin. Izin menjadi alat hak dan kewajiban pemohon untuk melakukan
suatu usaha atau kegiatan tertentu. Seperti dikatakan pada latar belakang, izin
lingkungan merupakan salah satu syarat memperoleh izin usaha atau kegiatan.
Izin usaha atau kegiatan yang wajib izin lingkungan tersebut adalah aktivitas atau
kegiatan usaha yang wajib Amdal ataupun wajib UKL dan UPL.
Pasal 1 angka 35, “Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau
UKL- UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan”.Izin lingkungan yang
termuat dalam UU-PPLH menggabungkan proses pengurusan keputusan
kelayakan lingkungan hidup, izin pembuangan limbah cair, dan izin limbah bahan
beracun berbahaya (B3).
10
Pada saat berlakunya UU No. 23 Tahun 1997, keputusan kelayakan
lingkungan hidup diurus diawal kegiatan usaha. Bidang pertambangan, misalnya,
diurus sebelum pembangunan konstruksi tambang. Setelah konstruksi selesai,
pengusaha harus mengurus izin pembuangan limbah cair dan B3. Sekarang ketiga
perizinan itu digabungkan, diurus satu kali menjadi izin lingkungan. Syaratnya
jelas, yaitu analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) atau upaya
pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup
(UPL). Tanpa ketiga dokumen, izin lingkungan tak akan diberikan.
11
Fungsi utama izin lingkungan adalah bersifat preventif, yakni pencegahan
pencemaran yang tercermin dari kewajiban-kewajiban yang dicantumkan sebagai
persyaratan izin, sedangkan fungsi lainnya bersifat represif yaitu untuk
menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang diwujudkan
dalam pencabutan izin.Berbeda dengan dua undang-undang lingkungan hidup
sebelumnya, dalam UU-PPLH-2009 telah diberikan batasan pengertian tentang
izin lingkungan. Pengertian izin lingkungan terdapat pada Pasal 1 angka 35 yang
berbunyi :
“ Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.”
Dari pengertian tersebut ada dua hal penting yang perlu dijelaskan.
Pertama, bahwa izin lingkungan tidak perlu untuk semua izin usaha dan/atau
kegiatan, melainkan hanya diwajibkan kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib
amdal atau UKL-UPL. Hal ini selaras dengan fungsi izin lingkungan untuk
mengendalikan usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan hidup. Kedua, izin lingkungan menjadi prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/ atau kegiatan. Ketentuan ini merupakan hal baru yang lebih
progresif dari dua undang-undang lingkungan hidup sebelumnya. Izin lingkungan
telah dipadukan dengan izin usaha
12
2001:98).Melalui hak ini negara diberi wewenang untuk mengatur pemanfaatan
dan pengelolaan bumi, air dan kekayaan alam tersebut agar digunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Wewenang ini dapat sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah atau sebagian diserahkan kepada daerah, tergantung
kepada sistem pemerintahan yang dianut.
13
BAB III
14
Tabel Matriks Identifikasi Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
KEGIATAN PRA
KONSTRUKSI OPERASIONAL PASCA OPERSIONAL
KONSTRUKSI
Pengangkutan Batubara
Perizinan, Eksplorasi &
Bangunan Infrastuktur
Pemanfaatan Kembali
Pengolahan Batubara
Penggalian Batubara
Penyaliran Tambang
Pengelolaan Limbah
Mobilisasi Peralatan
Pembersihan Lahan
Pembebasan Lahan
Penggalian Tanah
Penumpukan &
Pembongkaran,
Pemindahan &
Pembukaan &
Penutup (OB)
Penggalian &
Sosialisasi
Prasaran
Lahan
KOMPONEN LINGKUNGAN
A. KOMPONEN GEOFISIK
KIMIA
1. Iklim Mikro X X X X X X X
2. Kualitas Udara XX X X X X X X X X X
3. Peningkatan Kebisingan XX X X X X X X
4. Morfologi / Bentang Alam X X X X X X X X X
5. Kesesuaian Tata Ruang X X
6. Kualitas Tanah (Sifat Fisik &
X X X X X X
Kimia Tanah)
7. Erosi dan Sedimentasi X X X X X X
8. Kualitas Air (Sifat Fisik & Kimia
X X X
Air)
9. Potensi Air Asam Tambang X X X
10. Potensi Kebakaran X X X X
B. KOMPONEN BIOLOGI
15
1. Komposisi Jenis &
X X X X X X X X X X
Keanekaragaman Flora
2. Komposisi Jenis &
X X X X X X X X X
Keanekaragaman Fauna
3. Komposisi Jenis &
Keanekaragaman Biota
C. KOMPONEN SOSISAL,
EKONOMI DAN BUDAYA
1. Jumlah Kependudukan X X
2. Kesempatan Kerja dan Berusaha X X X X X X X X X X
3. Tingkat Pendapatan X X
4. Budaya (Adat-Istiadat & Orientasi
X X
Budaya)
5. Sikap dan Presepsi Masyarakat X X X X X X X X X X
6. Keresahan Dan Potensi Konflik X X X
D. KOMPONEN KESEHATAN
MASYARAKAT
1. Sanitasi Lingkungan X X
2. Intensitas Prevalensi Penyakit X X
3. Fasilitas Kesehatan dan Tenaga
X X
Medis
E. POTENSI KECELAKAAN XX X X X X X X X X X X X X
Setelah pembuatan bagan alir prakiraan dampak potensial kegiatan pertambangan batubara PT. Adaro Indonesia yang telah diidentifikasi,
ditampilkan hanya dampak primer dengan landasan pemikiran bahwa dikelolanya dampak primer maka dampak turunan (sekunder dan
tersier) akan secara otomatis akan ikut terkelola.
16
Dampak primer ini disajikan dalam bentuk daftar atau tabel dengan memberikan informasi tentang sumber dampak, penerima dampak serta
deskripsi dampak, untuk lengkapnya dapat di lihat dalam tabel berikut :
Tabel Dampak Potensial Pertambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
Komponen Lingkungan terkena dampak
Sumber Dampak Komponen
Deskripsi Dampak
Penerima
Tahap Pra-Konstruksi
1. Perizinan, Eksplorasi dan Sosialisasi Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Perubahan Tingkat Pendapatan
2. Pembebasan Lahan Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Adanya Keresahan dan Potensi Konflik Sengketa
Masyarakat Lahan
Masyarakat Pertambahan Jumlah Penduduk
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Perubahan Budaya (Adat-Istiadat dan orientasi
3. Penerimaan Tenaga Kerja Masyarakat budaya)
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Pertambahan Fasilitas Kesehatan dan Tenaga
Masyarakat Medis
Tahap Konstruksi
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
Kebisingan Kebisingan
1. Mobilisasi Peralatan
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
2. Pembuatan Jalan Angkut
Kebisingan Kebisingan
17
Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Lahan Peningkatan Erosi dan Sedimentasi
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Lahan Pemanfaatan Lahan Sesuai dengan Tata Ruang
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Flora Gangguan Keanekaragaman Flora
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Tahap Oprasional
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan Adanya
Lahan Potensi Kebakaran
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
1. Pembukaan dan Pembersihan Lahan Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
2. Penggalian dan Penanganan Tanah Pucuk (Top Soil) Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan Adanya
Lahan Potensi Kebakaran
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
18
Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan Adanya
Lahan Potensi Kebakaran
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
3. Penggalian Tanha Penutup (OB) Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan Adanya
Lahan Potensi Kebakaran
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
4. Penggalian Batubara Morfologi/
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
Air Adanya Potensi Air Asam Tambang
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Morfologi /
5. Penyaliran Tambang
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
19
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
Air Adanya Potensi Air Asam Tambang
Lahan Peningkatan Erosi dan Sedimentasi
Flora dan Fauna Gangguan Keanekaragaman Flora dan Fauna
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Peningkatan Sanitasi Lingkungan Dan Intensitas
Masyarakat Prevalensi Penyakit
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
6. Pengangkutan Batubara
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
Kebisingan Kebisingan
Air Penurunan Kualitas Air
7. Penumpukan dan Pengolahan Batubara
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Perubahan Iklim Mikro dan Perubahan Kualitas
Iklim dan Udara Udara
Penurunan Kualitas Air dan Adanya Potensi Air
Air Asam Tambang
Tanah Penurunan Kualitas Tanah
8. Pengelolaan Limbah
Flora, Fauna, dan gangguan Keanekaragaman Flora, Fauna dan
Biota Perairan Biota Perairan
Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat serta
Masyarakat Adanya Keresahan Potensi Konflik
Masyarakat Peningkatan Sanitasi Lingkungan Dan Intensitas
20
Prevalensi Penyakit
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Udara Perubahan Kualitas Udara
Morfolgi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
9. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Mengembalikan Fungsi Keanekaragaman Flora
Flora dan Fauna dan Fauna
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Tahap Pasca Operasi
1. Pembongkaran, Pemindahan dan Pemanfaatan kembai Bangunan Pemanfatan bangunan Sesuai dengan Tata Ruang
Bangunan serta Instalasi Tambang dan infrastruktur Masyarakat Potensi Kecelakaan
Perubahan Iklim Mikro dan Perubahan Kualitas
Iklim dan Udara Udara
Morfologi /
Bentang Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam
2. Reklamasi dan Revegetasi Mengembalikan Fungsi Keanekaragaman Flora
Flora dan Fauna dan Fauna
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Potensi Kecelakaan
Masyarakat Perubahan Jumlah Penduduk
Masyarakat Berkursngnys Jumlsh Pendapatan
3. Penanganan Tenaga Kerja
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat Adanya Keresahan dan Potensi Konflik
21
2. Evaluasi Dampak Potensial
Setelah mengidentifikasi dampak potensial akibat kegiatan pertambangan batubara PT. Adaro Indonesia maka Tim Studi AMDAL
melakukan evaluasi dampak potensial yang akan dikaji dalam ANDAL. Proses evaluasi dampak potensial akibat kegiatan pertambangan
batubara PT. Adaro disajikan pada Tabel Kriteria dalam melakukan evaluasi dampak potensial adalah sebagai berikut :
a. Apakah beban terhadap komponen lingkungan sudah tinggi?
b. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan
ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis)?
c. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?
d. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut?
Tabel Evaluasi Dampak Potensial Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
Dikaji
Komponen Lingkungan terkena dampak dalam
Sumber Dampak Kriteria AMDAL
Komponen Penerima Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Tahap Pra-Konstruksi
1. Perizinan, Eksplorasi dan
Sosialisasi Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat tidak Tidak ya tidak Tidak
Masyarakat Perubahan Tingkat Pendapatan tidak ya Ya tidak Ya
2. Pembebasan Lahan Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat tidak tidak Ya Tidak Tidak
Adanya Keresahan dan Potensi Konflik
Masyarakat Sengketa Lahan tidak Ya Ya Tidak Ya
Tida
3. Penerimaan Tenaga Kerja
Masyarakat Pertambahan Jumlah Penduduk Tidak Tidak k Ya tidak
22
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak Ya Ya Tidak Ya
Perubahan Budaya (Adat-Istiadat dan
Masyarakat orientasi budaya) Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat tidak Tidak Ya tidak Ya
Pertambahan Fasilitas Kesehatan dan Tida
Masyarakat Tenaga Medis Tidak Tidak k Ya Tidak
Tahap Konstruksi
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
Kebisingan Kebisingan Tidak Ya Ya Tidak Ya
1. Mobilisasi Peralatan
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
Kebisingan Kebisingan Tidak Ya Ya Tidak Ya
Morfologi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
2. Pembuatan Jalan Angkut Lahan Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Tidak Ya Ya Tidak Ya
Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Morfologi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Pemanfaatan Lahan Sesuai dengan Tata
3. Pembangunan Sarana dan Lahan Ruang Tidak Ya Ya Tidak Ya
Prasarana Flora Gangguan Keanekaragaman Flora Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Tahap Oprasional
23
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan Tidak Ya Ya Tidak Ya
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan
Lahan Adanya Potensi Kebakaran Tidak Ya Ya Tidak Ya
Tanah Penurunan Kualitas Tanah Tidak Ya Ya Tidak Ya
1. Pembukaan dan Morfologi / Bentang
Pembersihan Lahan Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan Tidak ya Ya Tidak Ya
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan
Lahan Adanya Potensi Kebakaran Tidak Ya Ya Tidak Ya
2. Penggalian dan Tanah Penurunan Kualitas Tanah Tidak Ya Ya Tidak Ya
Penanganan Tanah Pucuk Morfologi / Bentang
(Top Soil) Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan Tidak Ya Ya Tidak Ya
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan
3. Penggalian Tanha Penutup Lahan Adanya Potensi Kebakaran Tidak Ya Ya Tidak Ya
(OB)
Tanah Penurunan Kualitas Tanah Tidak Ya Ya Tidak Ya
Morfologi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
24
Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan Tidak Ya Ya Tidak Ya
Peningkatan Erosi dan Sedimentasi dan
Lahan Adanya Potensi Kebakaran tidak Ya Ya Tidak Ya
Tanah Penurunan Kualitas Tanah tidak Ya Ya Tidak Ya
Morfologi/ Bentang
4. Penggalian Batubara Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tdak Ya Tidak Tidak
Air Adanya Potensi Air Asam Tambang Tidak Ya Ya Ya Ya
Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Morfologi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Tanah Penurunan Kualitas Tanah Tidak Ya Ya Tidak Ya
Air Adanya Potensi Air Asam Tambang Tidak Ya Ya Ya Ya
Lahan Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Tidak Ya Ya Tidak Ya
5. Penyaliran Tambang Gangguan Keanekaragaman Flora dan
Flora dan Fauna Fauna tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat Tidak tidak Ya Tidak Tidak
Peningkatan Sanitasi Lingkungan Dan
Masyarakat Intensitas Prevalensi Penyakit Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
6. Pengangkutan Batubara Iklim, Udara, dan Perubahan Iklim Mikro, Penurunan Kualitas Tidak Ya Ya Tidak Ya
25
Kebisingan Udara, dan Peningkatan Kebisingan
Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Udara dan Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan
Kebisingan Kebisingan tidak Ya Ya Tidak Ya
7. Penumpukan dan Air Penurunan Kualitas Air tidak Ya Ya Tidak Ya
Pengolahan Batubara Masyarakat Adanya Kesempatan Kerja dan Berusaha tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat tidak tidak Ya Tidak Tidak
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Perubahan Iklim Mikro dan Perubahan
Iklim dan Udara Kualitas Udara Tidak Ya Ya Tidak Ya
Penurunan Kualitas Air dan Adanya Potensi
Air Air Asam Tambang Tidak Ya Ya Tidak Ya
Tanah Penurunan Kualitas Tanah Tidak Ya Ya Tidak Ya
Flora, Fauna, dan gangguan Keanekaragaman Flora, Fauna
8. Pengelolaan Limbah
Biota Perairan dan Biota Perairan Tidak ya Ya Ya Ya
Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat
Masyarakat serta Adanya Keresahan Potensi Konflik Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Peningkatan Sanitasi Lingkungan Dan
Masyarakat Intensitas Prevalensi Penyakit Tidak ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak ya Ya Ya Ya
Udara Perubahan Kualitas Udara Tidak ya Ya Tidak Ya
Morfolgi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
9. Reklamasi dan Revegetasi Mengembalikan Fungsi Keanekaragaman
Lahan Flora dan Fauna Flora dan Fauna Tidak ya Ya Ya Ya
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
26
Tahap Pasca Operasi
1. Pembongkaran, Pemanfatan bangunan Sesuai dengan Tata Tida
Pemindahan dan Pemanfaatan Bangunan Ruang Tidak Ya k Tidak Tidak
kembai Bangunan serta
Instalasi Tambang dan
infrastruktur Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Perubahan Iklim Mikro dan Perubahan
Iklim dan Udara Kualitas Udara Tidak Ya Ya Tidak Ya
Morfologi / Bentang
Alam Perubahan Morfologi / Bentang Alam Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
2. Reklamasi dan Revegetasi Mengembalikan Fungsi Keanekaragaman
Flora dan Fauna Flora dan Fauna Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Masyarakat Potensi Kecelakaan Tidak Ya Ya Ya Ya
Masyarakat Perubahan Jumlah Penduduk Tidak Ya Ya Tidak Ya
Masyarakat Berkursngnys Jumlah Pendapatan Tidak ya Ya Tidak Ya
3. Penanganan Tenaga Kerja
Masyarakat Peningkatan Sikap dan Presepsi Masyarakat Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Masyarakat Adanya Keresahan dan Potensi Konflik Tidak Ya Ya Tidak Ya
27
perhatian khusus. Saat penilaian AMDAL, dampak-dampak dengan prioritas tinggilah yang akan memegang peranan penting dalam
pertimbangan para pengambil keputusan.
Dalam studi ini penelusuran dilakukan melalui beberapa mekanisme seperti : kajian para ahli, hasil wawancara, dan studi pustaka.
Hasil klasifikasi dan prioritas dampak penting berdasarkan dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut :
Penurunan kualitas udara dan kebisingan
Potensi kecelakaan
Perubahan iklim mikro
Gangguan keanekaragaman flora dan fauna
Penurunan kualitas tanah
Penurunan kualitas air dan potensi air asam tambang
Peningkatan erosi dan sedimentasi
Potensi kebakaran
Tingkat pendapatan
Adanya kesempatan kerja
Pemanfaatan lahan sesuai tata ruang
Pengkatan sanitasi lingkungan
28
Bagan alir proses pelingkupan studi ANDAL Rencana Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
PRIORITAS DAMPAK
PENTING
DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK
DESKRIPSI RENCANA A. Geofisik kimia Penurunan
DAMPAK PENTING
KEGIATAN Perubahan iklim mikro HIPOTETIK
kualitas udara
Tahap Pra Konstruksi Penurunan kualitas udara dan kebisingan
Perubahan iklim mikro
Tahap Konstruksi Peningkatan kebisingan Potensi
PRIORITAS
Perubahan kualitas
Tahap Operasional Perubahan morfologi/bentang Evaluas
kecelakaan
alam udara Perubahan iklim
Tahap Pasca Tambang i Peningkatan kebisingan
Identifika Peningkatan erosi dan mikro
Dampa Perubahan morfologi/
si sedimentasi Penurunan
Kesesuaian tata guna lahan
k bentang alam
Dampak kualitas
Penurunan kualitas tanah Potensi Pemanfaatan lahan
Potensial keanekaragama
Penurunan kualitas air al sesuai tata guna lahan n flora dan
permukaan Penurunan kualitas fauna
Adanya potensi air asam tambang tanah Penurunan
DESKRIPSI RONA Adanya potensi kebakaran
LINGKUNGAN HIDUP Peningkatan erosi dan kualitas tanah
B. Biologi Penurunan
sedimentasi
AWAL Penurunan kualitas
Komponen Geo-Fisik- keanekaragaman flora dan fauna
METODE Penuruanan kualiats air kualitas air dan
Penurunan kualitas
Diskusi Potensi air asam potensi air asam
Kimia tambang
antar pakar tambang
Komponen Biologi keanekaragaman biota perairan
Peningkatan
Studi Potensi kebakaran
Komponen Sosekbud C. Sosial-Ekonomi-Budaya
Analisis erosi dan
Komponen Kes.Masy
Perubahan sikap dan presepsi literatur Penurunan kualitas
sedimentasi
masyarakat Survei keanekaragaman flora Keterkait
Peningkatan tingkat pendapatan an Potensi
lapangan dan fauna
Adanya keresahan dan potensi kebakaran
Metode Matriks Konsultasi Peningkatan sanitasi
konflik masalah sengketa lahan Tingkat
public (Kep. lingkungan
Peningkatan jumlah penduduk pendapatan
Ka Bapedal Peningkatan kesempatan Peningkatan
Adanya kesemptan kerja dan No. 08/2000
berusaha
kerja dan berusaha kesempatan
Professional Perubahan sikap dan
Perubahan budaya kerja dan
judgement presepsi masyarakat berusaha
D. Kesehatan Masyarakat
Fasilitas kesehatan dan tenaga Adanya keresahan dan Pemanfaat lahan
medis potensi konflik sesuai tata
Peningkatan sanitasi lingkungan Peningkatan potensi ruang
Intensitas prevalensi penyakit 29 kecelakaan Pengkatan
E. Potensi Kecelakaan sanitasi
lingkungan
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Settling Pond PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong Tahun
2015
30
2. SP 6 A LW Anak Sungai Mangkusip Debit 0,30 m3/detik
Sumber: BLHD Kab. Tabalong dan PT. Adaro Indonesia tahun 2015
Selanjutnya, sebagian air limbah diproses dengan fasilitas pengolahan air yang
dinamakan WTP T-300, untuk memproduksi air bersih yang siap digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga dan industri. WTP T-300 dioperasikan 14-15 jam dan
menghasilkan 1.100 m3 per hari. Mutu air yang dihasilkan diperiksa setiap hari,
dan sampelnya secara rutin dikirimkan ke laboratorium untuk dianalisa. Air bersih
hasil pengolahan WTP T-300 tidak hanya dikonsumsi oleh karyawan dan
kontraktor PT. AI, melainkan juga dibagikan ke masyarakat sekitar yang karena
kondisi geografisnya seringkali sulit mendapatkan pasokan air bersih.
Untuk pengelolaan air asam tambang Pada tahun 2013, Adaro berhasil
mengembangkan dan mengoperasikan laboratorium AMD (acid mine drainage)
sendiri yang akan digunakan untuk mengidentifikasi materi PAF (potentially acid-
forming) dan NAF (non-acid-forming). Segera setelah diidentifikasi dan
31
dipisahkan, bahan PAF dan NAF di Adaro Indonesia secara selektif diletakkan
dengan cara yang pada akhirnya bahan PAF akan sepenuhnya dibungkus oleh
bahan NAF di area penampungan lapisan penutup. Pembungkusan ini bertujuan
untuk mencegah bahan PAF bereaksi dengan oksigen dari udara dan air hujan dan
aliran air tambang. Hal ini disebut dengan metode dry cover dan telah
dilaksanakan dengan baik dan hasilnya bias dilihat pada keasaman air (pH) pada
outlet setiap Settling Pond (SP) yang masuk dalam kategori memenuhi baku mutu
(6-9).
Dari hasil uji laboratorium dalam pemantauan lingkungan baik oleh PT. Adaro
Indonesia sendiri maupun oleh BLHD Kab. Tabalong diperoleh hasil kualitas air
yang keluar dari outlet kolam pengolahan air tambang (Settling Pond) masih
memenuhi baku mutu kualitas air untuk industri pertambangan batubara dengan
tolak ukur Pergub Kalsel no 036 Tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas air yang dibuang ke badan air sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan masih dalam kondisi aman. Hal ini dikroscheck denngan data kualitas
air sungai hasil pemantauan dari BLHD Tabalong yang menunjukkan masih
memenuhi baku mutu untuk ketiga sungai yaitu Sungai Jaing, Sungai Mangkusip
dan Sungai Padang Panjang.
32
dengan interval 10 meter di antara pohon-pohon di sepanjang jalan angkutan,
karena daun-daunnya efektif untuk menghalangi debu.
33
Gambar 3.2. Hasil Pengukuran Uji Kebisingan di beberapa tempat yang
berhubungan dengan PT. Adaro Indonesia
34
Hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan getaran berupa
mengatur kecepatan sudah dilakukan yaitu antara 40-60 km/jam dan lebih dari 60
km/jam berada dijalanyang jauh dari pemukiman. Selain itu ditemukan beberapa
rumah warga di Desa Masingai II yangretak akibat getaran tetapi bukan karena
angkutan batubara melainkan karena blasting (peledakan)tambang PT. Adaro
Indonesia. Hal ini sangat perlu mendapat perhatian PT. Adaro Indonesia
untukmeredam konflik dengan warga masyarakat.
Penurunan muka air tanah menjadi isu yang sangat penting setiap
penambangan batubara. Sumber dampak penurunan muka air tanah di
pertambangan PT. Adaro Indonesia adalah kegiatan dewatering, penggalian dan
penimbunan tanah penutup (overburden). Pengelolaan yang telah dilakukan oleh
PT. Adaro Indonesia dalam mengantisipasi penurunan muka air tanah di desa
Padang Panjang Kec. Tanta adalah :
35
a. Melakukan reklamasi lahan bekas tambang dengan metode dan lokasi
yang tepat, misalnya penanaman disekitar tambang dengan jenis tanaman
yang mampu mengikat air tanah;
b. Membuat atau penambahan kolam (pond) di Hill 11 atau daerah antar
tambang;
c. Pemasangan piezometer di areal pit tambang untuk mengetahui penurunan
muka air tanah;
d. Membuat bor monitoring / sumur pantau yang secara rutin
Tabel 3.2 Tinggi Muka Air Tanah di Desa Padang Panjang Tahun 2015
36
Warukin, Tamiyang dan Banyu Tajun. Ketika musim kemarau kekurangan air
bersih menjadi isu utama dan sentral. Desa selain Padang Panjang tidak masuk
dalam pengelolaan RKL-RPL PT. Adaro Indonesia, padahal kalau melihat arah
kemajuan tambang tutupan justru yang paling terkena dampak adalah Kasiau,
Lokbatu, Masingai 2, dan Bilas. Oleh karena itu PT. Adaro Indonesia perlu
memperhatikan kondisi ini.
e. Perizinan
Untuk perizinan, PT. Adaro Indonesia telah memiliki izin pembuangan limbah
cair dalam bentuk izin titik penaatan untuk semua settling pond (kolam
pengendapan) yang ada di wilayah Kabupaten Tabalong. Selain itu PT. Adaro
Indonesia juga sudah mempunyai perizinan dalam pengelolaan limbah B3 berupa
tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 dan pemanfaatan limbah B3
dalam hal ini semua workshop yang ada di subkontraktor PT. Adaro Indonesia.
37
Pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang oleh PT. Adaro Indonesia dilakukan
dengan :
38
pelatihan/training dari tahun ketahun adalah 2013 (941 personil), 2014
(757personil) dan 2015 (669 personil).
39
B3. Pengawasan tidak rutin/insidental dilakukan ketika ada kasus lingkungan
yang terjadi karena pengaduan masyarakat yang tidak tentu waktunya. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap BLHD dan Dinas ESDM
Kabupaten Tabalong.
40
ganti rugi, pembuatan sarana dan prasarana bagi warga, tali asih dan lain
sebagainya sesuai kesepakatan dalam proses mediasi yang dilakukan. Untuk
tingkat kepuasan warga masyarakat berdasarkan survey diperoleh sebagaimana
terlihat pada gambar 3.3. berikut ini :
Jika dilihat pada gambar 3.3. diatas terlihat hampir 40% masyarakat
merasa tidak puas terhadap proses dan hasil penanganan pengaduan masyarakat
akibat dugaan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh
PT. Adaro Indonesia. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi warga dalam
memahami konteks pencemaran dan kerusakan lingkungan atau warga merasa
pengaduannya kurang ditanggapi. Sebagaimana yang dikatakan warga desa
Padangin dan Barimbun yang mengatakan bahwa keluhan dan pengaduan yang
mereka ajukan kepada PT. Adaro Indonesia tidak ditanggapi dengan serius atau
tidak ditanggapi sama sekali.
41
menjawab biasa saja atau mungkin tidak merasakan dampak yang besar bagi
mereka.
3.2.1 Komunikasi
42
dirumuskan hanya akan menjadi rencana saja dan tidak pernah ada realisasi
(Nurhaeni, dkk, 2011)
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Edward dalam Agustino (2006)
yang mengatakan bahwa sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah
staf. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi
diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan
(kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan atau
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
Informasi
43
Salah satu bentuk nyata transmisi informasi tersebut adalah dalam
pengawasan. Kinerja PT. Adaro Indonesia dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup tentunya tidak lepas dari pengawasan yang intensif. Baik itu
pengawasan secara internal maupun eksternal. Menurut Irawan (2002) dan
Puluhulawa (2011) pengawasan memberikan pengaruh positif terhadap jalannya
pengelolaan lingkungan dalam pemenuhan ketaatan terutama dalam pemenuhan
baku mutu lingkungan, apalagi disertai dengan penerapan sanksi yang tegas
terhadap pelaku usaha yang melanggar atau belum memenuhi baku mutu. Dengan
adanya pengawasan pula perilaku pelaku usaha dalam hal ini adalah PT. Adaro
Indonesia menjadi lebih baik. Dengan perilaku yang lebih baik terutama konsisten
melaksanakan aturan maka menurut Edward III, dalam Nugroho (2012) pelaku
usaha/kegiatan dapat mengimplementasikan kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengolah limbah sesuai baku mutu yang telah ditetapkan.
Wewenang
44
fungsinya masing masing. Dengan adanya kejelasan tugas dan fungsinya maka
kewenangan untuk melakukan tugas sesuai fungsinya dapat dilakukan tanpa
adanya tumpang tindih. Sebagai contoh dengan dibentuknya Departemen Mine
Service yang membawahi Waste Water Management Section, Mine
Insfrastructure Construction Section maka kewenangan untuk Waste Water
Management Section adalah mengelola limbah cair pertambangan yang berada di
Settling Pond. Sedangkan kewenangan Mine Insfrastructure Construction Section
adalah berhubungan dengan pembuatan infrastruktur yang diperlukan dalam
pertambangan seperti pembuatan Settling Pond (kolam pengnendapan).
Fasilitas
PT. Adaro Indonesia mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang
harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya,
tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka
implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Fasilitas pendukung yang
dimiliki PT. AI dalam melaksanakan RKL-RPL dalam AMDAL antara lain
adalah: Settling Pond (kolam pengendapan), Sarana transportasi, conveyor,
Crusher, stock pile Kelanis di tepi Sungai Barito, Perkantoran, workshop dan
bangunan lainnya, sertya Kebun nursery (pembibitan) untuk menyemai bibit-bibit
tanaman untuk revegetasi.
Gambar 3.4. Contoh fasilitas yang ada di PT. Adaro Indonesia (kiri-kanan:
nursery, stock pile dan sarana angkut)
45
3.2.3 Disposisi (Dukungan Para Pelaksana)
Pendanaan
Sedangkan untuk dana jaminan reklamasi PT. Adaro Indonesia pada tahun
2014 tercatat sebesar Rp 29.712.269.987,00. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan anggaran pengelolaan untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi
dibandingkan tahun sebelumnya. Sebenarnya kalau melihat dana pengelolaan
limbah, reklamasi, pengawasan dan pemenuhan ketaatan jika dibandingkan
dengan dampak yang terjadi sangatlah kurang. Hanya saja dengan pengelolaan
yang baik efektif dan efisien diharapkan mampu meminimalisir dampak yang
akan terjadi.
46
Insentif dan Disinsentif
PT. Adaro Indonesia menerapkan hal tersebut, dimana bagi staf yang
kinerjanya baik maka diberi insentif dan yang kerjanya tidak baik atau melanggar
akan diberikan sanksi tegas. Sebagai contoh hasil observasi dan wawancara
dengan driver di PT. Adaro Indonesia. Mereka mengemudikan mobil di area
tambang dengan aturan yang telah ada seperti harus memakai safety belt,
memasang bendera pada mobil denngan ketinggian 4 m di area tambang,
menjalankan mobil dengan kecepatan yang ditentukan. Jika mereka melanggar
misalkan tidak memakai safety belt maka dikartu pekerja akan dilubangi. Jika
lubang pada kartu pekerja lebih dari 5 maka langsung dikeluarkan (dipecat).
47
Pelaksanaan implementasi kebijakan oleh PT. Adaro Indonesia dalam
mengelola lingkungan hidup tidak terlepas dari adanya kelembagaan dan struktur
organisasi pelaksana kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam
pengelolaan lingkungan tersebut PT. Adaro Indonesia telah mempunyai struktur
kelembagaan yang lengkap baik dari pembagian wewenang pelaksanaan tugas,
personel pelaksana, dan Standard Operating Procedure.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik garis besar (ekstraksi) faktor yang
mempengaruhi efektifnya pelaksanaan AMDAL pertambangan batubara PT.
Adaro Indonesia. Adanya kejelasan kebijakan hukum yang pasti, akan mendorong
pembentukan tools struktur birokrasi kelembagaan. Struktur birokrasi yang
dibentuk berupa structural dan fungsional untuk menjalankan kebijakan yang
telah dibuat. Terbentuknya struktur birokrasi akan berpengaruh terhadap
komunikasi antar stakehoders. Orang-orang yang ada dalam struktur birokrasi
akan membangun komunikasi antar stakeholders sebagai media pembelajaran
bersama dan media untuk mencapai konsensus bersama.Pembentukan struktur
birokrasi ini juga akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya manusia maupun fasilitas-fasilitas yang tersedia. Pada saat
bersamaan, komunikasi yang dilakukan antar stakehoders juga akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada. Dengan cara demikian maka akan
muncul disposisi-disposisi (kecenderungan-kecenderungan) para pelaksana untuk
48
memberikan dukungan terhadap kebijakan tersebut, kemungkinan besar mereka
akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat
kebijakan. Dalam skala yang lebih luas, komunikasi dapat dikembangkan dalam
bentuk hubungan yang sifatnya kolaboratif.
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
50
Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan AMDAL PT.
Adaro Indonesia efektif tetapi itu semua dilakukan secara yuridis formal
kesesuaian dengan RKL-RPL dalam AMDAL semata. Hasil observasi
menunjukkan masih banyak dampak yang belum dikelola di beberapa lokasi
karena tidak terprediksi saat penyusunan AMDAL. Dampak tersebut berupa
getaran, kebisingan, penurunan muka air tanah untuk daerah di kecamatan Haruai
dan Upau yang belum terakomodasi dalam RKL-RPL. Oleh karena itu sudah
selayaknya PT. Adaro Indonesia melakukan revisi atau adendum AMDAL nya
dalam hal ini RKL-RPL.
51
DAFTAR PUSTAKA
52