Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka orthopedic merupakan hal yang sering terjadi, terutama pada
kecelakaan lalu lintas ataupun kecelakaan kerja. Secara umum, luka dapat
dibagi menjadi 2, yaitu: luka yang disebabkan karena trauma tumpul dan
luka yang disebabkan oleh trauma tembus. Trauma thoraks mencakup 10%
kasus trauma dan dapat berhubungan dengan luka pada organ-organ yang
lain. Angka mortalitas pada trauma thoraks mencapai 10%, sedangkan
kematian akibat trauma thoraks merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat
kasus trauma.
Sejauh ini penyebab paling umum dari hematotoraks adalah trauma,
baik trauma yang tidak disengaja, disengaja, atau iatrogenik. Sekitar
150.000 kematian terjadi dari trauma setiap tahun. Cedera dada terjadi pada
sekitar 60% kasus multiple-trauma. Oleh karena itu, perkiraan kasar dari
terjadinya hematotoraks terkait dengan trauma di Amerika Serikat
mendekati 300.000 kasus per tahun.3 Sekitar 2.086 anak-anak muda
Amerika Serikat, berumur 15 tahun dirawat dengan trauma tumpul atau
penetrasi, 104 (4,4%) memiliki trauma toraks. Dari pasien dengan trauma
toraks, 15 memiliki hemopneumothoraks(26,7% kematian), dan 14
memiliki hematotoraks (57,1% kematian).
Hal ini memungkinkan darah tumpah ke dalam ruang pleura. Darah
yang hilang besar pada orang dengan kondisi ini, karena sisi thoraks bisa
menahan 30-40% dari volume darah seseorang. Bahkan luka kecil pada
dinding dada dapat menyebabkan hematothorak signifikan. Trauma dada
tumpul kadang-kadang dapat mengakibatkan hematothorak oleh laserasi
pembuluh internal. Karena dinding dada relatif lebih elastis dari bayi dan
anak-anak, patah tulang rusuk mungkin tidak ada dalam kasus tersebut.
Hematothoraks adalah perdarahan ke dalam rongga dada antara paru
dan dinding dada internal (rongga pleura). Hematothoraks dapat disebabkan
oleh taruma tumpul atau trauma tembus pada dada. Hematothoraks juga

1
mungkin berhubungan dengan paru-paru kolaps (pneumothoraks). Pada
pasien hematothoraks, dapat terjadi penurunan kesadaran yang disebabkan
oleh terganggunya fungsi pernapasan dan selanjutnya juga dapat disebabkan
karena disfungsi cardiac.
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Hematorak
2) Apa Saja Etiologi Pasien dengan Hematorak
3) Bagaimana Patofisiologi Pasien dengan Hematorak
4) Apa Saja Manifestasi Klinis Pasien dengan Hematorak
5) Bagaimana Penatalaksanaan Pasien dengan Hematorak
6) Apa Saja Komplikasi Pasien dengan Hematorak
7) Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hematorak
C. Tujuan Penulisan
1) Dapat Memahami pengertian hematorak
2) Dapat Memahami Etiologi Pasien dengan Hematorak
3) Dapat Memahami Patofisiologi Pasien dengan Hematorak
4) Dapat Memahami Manifestasi Klinis Pasien dengan Hematorak
5) Dapat Memahami Komplikasi Pasien dengan Hematorak
6) Dapat Memahami Penatalaksanaan Pasien dengan Hematorak
7) Dapat Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Hematorak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Hematorak


1. Pengertian Hematorak
Hemotoraks adalah terkumpulnya darah di rongga dada karena
robeknya pembuluh darah intercostal atau laserasi paru yang cedera akibat
trauma. Sering kali, darah dari udara ditemukan di dalam rongga dada
(hemopneumotoraks). (Keperawatan Medikal Bedah, 2018)
Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber
perdarahan dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru-paru, jantung
atau pembuluh darah besar. Jumlah perdarahan pada hematotoraks dapat
mencapai 1500 ml, apabila jumlah perdarahan lebih dari 1500 ml disebut
hematotoraks massif. (Anisa Eka Putri, 2017)
Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara
dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari
dinding dada, parenkim paru–paru, jantung atau pembuluh darah besar.
Kondisi biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul 7 atau tajam. Ini
juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit. (Puponegoro,
1995).

2. Etiologi Hematorak

Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi


pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma
tumpul pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi
pembuluh darah internal (Mancini, 2011).
Sejauh ini, penyebab paling umum dari hematothoraks adalah trauma, dari
luka tumpul atau penetrasi ke dada, luka tembus pada paru-paru, jantung, pembuluh
darah besar, atau dinding dada adalah penyebab jelas dari hematothoraks yang
mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi dada atau menutupi paru-
paru. Hal ini memungkinkan darah tumpah ke dalam ruang pleura. Darah yang

3
hilang besar pada orang dengan kondisi ini, karena sisi thoraks bisa menahan 30-
40% dari volume darah seseorang. Bahkan luka kecil pada dinding dada dapat
menyebabkan hematothoraks signifikan.Trauma dada tumpul kadang-kadang
dapat mengakibatkan hematothoraks oleh laserasi pembuluh internal. Karena
dinding dada relatif lebih elastis dari bayi dan anak-anak, patah tulang rusuk
mungkin tidak ada dalam kasus tersebut.
Penyebab hematothoraks dapat dibagi menjadi penyebab traumatis dan
non traumatis atau spontan.
1. Traumatis
a. Trauma tumpul
Terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada,
biasanya tertutup sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam
dada dengan udara atmosfir, disebabkan oleh benda tumpul.
b. Penetrasi trauma.
Terjadi sebagai akibat luka tembak/tusuk, hal ini menyebabkan luka dada
terbuka karena terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara
atmosfir, trauma ini yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru
kemudian karena pisau/ditusuk.
2. Non Traumatis atau Spontan
a. Neoplasia (primer atau metastasis).
b. Darah diskrasia, termasuk komplikasi antikoagulan.
c. Emboli paru dengan infark.
d. Emfisema bulosa.
e. Necrotizing infeksi.
f. Tuberkulosis.
g. Fistula arteriovenosa paru.
h. Herediter telangiectasia hemoragik.
i. Nonpulmonary patologi vaskuler intrathoracic (misalnya, aneurisma aorta toraks,
aneurisma dari arteri mamaria interna).
j. Intralobar dan extralobar penyerapan.
k. Patologi abdomen (misalnya, pankreas pseudokista, aneurisma arteri limpa,
hemoperitoneum).
Penyebab Hematoraks
1) Trauma tumpul

4
Trauma dada tumpul dapat mengakibatkan hematotoraks oleh karena
terjadinya laserasi pembuluh darah internal. Hematotoraks juga dapat
terjadi, ketika adanya trauma pada dinding dada yang awalnya
berakibat terjadinya hematom pada dinding dada kemudian terjadi
ruptur masuk kedalam cavitas pleura, atau ketika terjadinya laserasi
pembuluh darah akibat fraktur costae, yang diakibatkan karena
adanya pergerakan atau pada saat pasien batuk.

3. Manifestasi Klinis Hematorak


Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah
di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan
nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan
dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress
pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan
peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung (Hudak & Gallo, 1997).
Trauma tumpul : dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during
respiration.
Potensial Komplikasi : Pneumothorax, flail chest, hemothorax, pulmonary
contusion, myocardial contusion, cardiac tamponade.
Inspeksi : RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-
otot asesori, penurunan tidal volume, hemoptasis, asymmetric chest wall
motion, jugular venous distention, sianosis, pucat pda kulit, bibir. Palpasi
: Flail chest segmen, tanda-tanda fraktur, perkusi : Fullness pertanda
hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax,
Auskultasi : Krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah.
Trauma tajam : Dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat
Potensial komplikasi: Hemothorax, pneumothorax, tension
pneumothorax, hemorrhage, shock, infeksi.
Inspeksi : RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory distress, use acessory
muscle, decrease tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate

5
blood loss, do not remove penetrating object. Palpasi ; deviasi trachea,
empisema subcutan, akral dingin, perkusi : pertanda hemothorax,
hiperesonan pertanda pneumothorax, auskultasi ; pernafasan stridor,
bradicardi.
a. Hematothoraks ringan
 Jumlah darah kurang dari 400 cc
 Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
 Perkusi pekak sampai iga IX
b. Hematothoraks sedang
 Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
 15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
 Perkusi pekak sampai iga VI
c. Hematothoraks berat
 Jumlah darah lebih dari 2000 cc
 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
 Perkusi pekak sampai iga IV 11

Beberapa tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan gangguan
hematothorak, yaitu:
1. Anemia
2. Kelelahan
3. Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
4. Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
5. Dullness (redup) pada perkusi
6. Adanya krepitasi (suara “keretak-keretak”) saat palpasi
7. Berkeringat
8. Takipnea (pernapasan lebih dari 24 x/menit)
9. Dispnea (kondisi sesak)
10. Sianosis (kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lender
karena kekurangan oksigen dalam darah)

6
11. Nyeri di dada terutama pada tempat trauma,bertambah pada saat
inspirasi.penurunan atau tidak ada suara napas pada sisi yang
terkena
12. Takikardia (denyut jantung/nadi cepat)
13. Hipotensi
14. Pucat, dingin pada kulit dan lengket
15. Mungkin subkutan emfisema (kondisi dimana kantung udara di
paru-paru secara bertahap hancur, membuat napas lebih pendek)
16. Mempersempit tekanan pernapasan
17. Tekanan darah menurun.
18. Gelisah
19. Kemungkinan batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
20. Hypertimpani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

4. Patofisiologi Hematorak
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan
paru-paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura.
Benda tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru
dan mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thoraks dan paru-paru. Pecahnya membran ini
memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi
thoraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, pecahnya usus sehingga terjadi


perdarahan intra alveoler, kolaps karena terjadi pendarahan akibat
pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil, sehingga tekanan perifer
pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang
mengakibatkan kadar Hb dalam darah menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tachipnea, sianosis, takikardia.

5. Penatalaksanaan Hematorak
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

7
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga
dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita
jatuh dalam shock.
b. Te r a p i :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2
hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian
masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit
yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
• Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan
tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di
bagian masuknya slang dapat dikurangi. Untuk hemotoraks, slang
dada berdiameter besar biasanya dimasukkan ke dalam interkosta
keempat atau kelima.
Antibiotic dapat diresepkan uuntuk mengatasi infeksi akibat
kontaminasi.
Dinding dada dibuka melalui prosedur bedah (torakotomi) jika lebih
dari 1500mL darah diaspirasi pertama kali melalui torasentesis ( atau
jumlah pertama yang dikeluarkan melalui slang dada)

8
Keadaan darurat ditentukan oleh tingkat gangguan pernapasan.
Torakotomi darurat dapat dilakukan di departemen gawat darurat jika
pasien diduga mengalami cedera kardiovaskular akibat trauma dada
atau trauma tusuk
• Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal
kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan
pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
• Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
• Latihan napas dalam.
• Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
• Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan
setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
• Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
• Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke
1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di
bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh
gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang
tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

9
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
• Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
• Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
• Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara
masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
• Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
• Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.
• Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

h. Dinyatakan berhasil, bila :


• Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan
radiologi.
• Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
• Tidak ada pus dari selang WSD.
3. Therapy
a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
f. Antibiotika.
g. Analgetika.
h. Expectorant
Nyeri pleura dengan timbul secara tiba-tiba

10
6. Komplikasi Hematorak
Komplikasi dapat berupa :
a. Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal
napas dan meninggal).
b. Fibrosis atau skar pada membran pleura.
c. Pneumothorax
d. Pneumonia.
e. Septisemia.
f. Syok.
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan
diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru
untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada
berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang
mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan
mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemothorak


1. Pengkajian
a. Data Dasar
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

1) Biodata
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

11
2) Riwayat Kesehatan
a. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan
oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien
rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas
c. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu
focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri/gatal tersebut.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
e. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
f. Pengobatan terakhir.
g. Pengalaman pembedahan.
h. Pemeriksaan Fisik
1. B1:
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk.
c. Terdapat retraksi klavikula/dada.
d. Pengambangan paru tidak simetris.
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
f. Adanya suara sonor/hipersonor/timpani.
g. Bising napas yang berkurang/menghilang.
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.

12
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. B2:
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal.
d. Hipotensi.
3. B3:
Tidak ada kelainan.
4. B4.
Tidak ada kelainan.
5. B5:
Tidak ada kelainan.
6. B6:
a. Kemampuan sendi terbatas.
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam.
c. Terdapat kelemahan.
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru (adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
2) Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada jaringan paru.
3) Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan.
4) Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan aturan
pengobatan) berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.

13
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya a. Meningkatkan
pola pernapasan asuhan dengan peninggian kepala tempat inspirasi maksimal,
berhubungan keperawatan tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong meningkatkan
dengan selama klien untuk duduk sebanyak mungkin. ekspansi paru dan
penurunan diharapkan dapat ventilasi pada sisi
ekspansi paru mempertahan b. Observasi fungsi pernapasan, catat yang tidak sakit.
jalan nafas pasien frekuensi Pernapasan, dispnea atau
: perubahan tanda-tanda vital. b. Distress pernapasan
a. Mengalami dan perubahan pada
perbaikan c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tanda vital dapat
pertukaran gas tersebut dilakukan untuk menjamin terjadi sebgai akibat
pada paru-paru keamanan. stress fisiologi dan
b. Memperlihatkan nyeri atau dapat
frekuensi d. Pertahankan perilaku tenang, bantu menunjukkan
pernapasan yang pasien untuk kontrol diri dengan terjadinya syock
efektive. menggunakan pernapasan lebih lambat sehubungan dengan
c. Adaptive dan dalam. hipoksia.
mengatasi
faktor-faktor e. Perhatikan alat bullow drainase c. Pengetahuan apa
penyebab. berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam yang diharapkan
dapat mengurangi
ansietas dan
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik.

d. Membantu klien
mengalami efek

14
fisiologi hipoksia,
yang dapat
dimanifestasikan
sebagai ketakutan/
ansietas.

e. Mempertahankan
tekanannegatif
intrapleural sesuai
yang diberikan, yang
meningkatkan
ekspansi paru
optimum/drainase
cairan
2 Nyeri akut Setelah diberikan a. Jelaskan dan bantu klien dnegan a. Pendekatan dengan
berhubungan asuhan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi menggunakan
dengan cedera keperawatan dan non invasive relaksasi dan
pada jaringan diharapkan nyeri nonfarmakologi
paru. berkurang dengan b. Berikan kesempatan waktu istirahat lainnya telah
Kriteria Hasil : bila terasa nyeri dan berikan posisi menunjukkan
a. Nyeri yang nyaman ; misal waktu tidur, keefektifan dalam
berkurang/ dapat belakangnya dipasang bantal kecil mengurangi nyeri
diatasi
b. Dapat c. Tingkatkan pengetahuan tentang : b. Istirahat akan
mengindentifika sebab-sebab nyeri, dan merelaksasi semua
si aktivitas yang menghubungkan berapa lama nyeri jaringan sehingga
meningkatkan/ akan berlangsung akan meningkatkan
menurunkan kenyamanan.
nyeri d. Kolaborasi denmgan dokter,
c. Pasien tidak pemberian analgetik c. Pengetahuan yang
gelisah. akan dirasakan
membantu

15
e. Observasi tingkat nyeri, dan respon mengurangi
motorik klien, 30 menit setelah nyerinya. Dan dapat
pemberian obat analgetik untuk membantu
mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 mengembangkan
- 2 jam setelah tindakan perawatan kepatuhan klien
selama 1 - 2 hari terhadap rencana
teraupetik
d. Analgetik memblok
lintasan nyeri,
sehingga nyeri akan
berkurang

e. Pengkajian yang
optimal akan
memberikan perawat
data yang obyektif
untuk mencegah
kemungkinan
komplikasi dan
melakukan
intervensi yang
tepat.

16
3 Gangguan Setelah diberikan a. Kaji faktor penyebab dari a. Deteksi dini untuk
Perfusi Jaringan asuhan situasi/keadaan individu/penyebab memprioritaskan
berhubungan keperawatan penurunan perfusi jaringan intervensi, mengkaji
dengan diharapkan status
Hipoksia, tidak dapatmempertaha b. Monitor GCS dan mencatatnya neurologi/tanda-
adekuatnya nkan perfusi tanda kegagalan
pengangkutan jaringan dengan c. Monitor keadaan umum pasien untuk menentukan
oksigen ke Kriteria Hasil : perawatan
jaringan. a. Tanda-tanda d. Berikan oksigen tambahan sesuai kegawatan atau
vital dalam batas indikasi tindakan
normal pembedahan
b. Kesadaran e. Kolaborasi pengawasan hasil
meningkat pemeriksaan laboraturium. Berikan sel b. Menganalisa tingkat
c. Menunjukkan darah merah lengkap/packed produk kesadaran
perfusi adekuat darah sesuai indikasi
c. Memberikan
informasi tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu
menentukan keb.
intervensi.

d. Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan

e. Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi

17
4 Kurang Setelah diberikan a. Identifikasi kemungkinan kambuh / a. Informasi
pengetahuan asuhan komplikasi jangka panjang. menurunkan takut
(tentang kondisi keperawatan b. Kaji ulang tanda / gejala yang karena
dan aturan diharapkan memerlukan evaluasi medic cepat, ketidaktahuan.
pengobatan) ber anxietas tidak contoh nyeri dada tiba – tiba, dispnea, Memberikan
hubungan terjadi dengan KH distress pernapasan lanjut. pengetahuan dasar
dengan kurang : c. Kaji ulang praktik kesehatan yang untuk pemahaman
terpajan dengan -Menyatakan baik , contoh nutrisi baik, istirahat, kondisi dinamik
informasi. pemahaman latihan dan pentingnya
penyebab masalah intervensi
(bila tahu) terapeutik.
-Mengidentifikasi b. Berulangnya
tanda / gejala yang pnemotorak /
memerlukan hemotorak
evaluasi medic memerlukan
-Mengikuti intervensi medic
program untuk mencegah /
pengobatan dan menurunkan
menunjukan potensial
perubahan pola komplikasi.
hidup yang perlu c. Mempertahankan
untuk mencegah kesehatan umum
terulangnya meningkatkan
masalah. penyembuhan dan
dapat mencegah
kekambuhan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemotoraks adalah terkumpulnya darah di rongga dada karena robeknya
pembuluh darah intercostal atau laserasi paru yang cedera akibat trauma. Sering
kali, darah dari udara ditemukan di dalam rongga dada (hemopneumotoraks).
(Keperawatan Medikal Bedah, 2018)

Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding


dada dan paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari dinding dada,
parenkim paru–paru, jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi biasanya
merupakan akibat dari trauma tumpul 7 atau tajam. Ini juga mungkin merupakan
komplikasi dari beberapa penyakit. (Puponegoro, 1995).

B. Saran
Adapun Hemothorax adalah salah satu penyakit yang dapat mengancam
nyawa penderitanya, maka kami menyarankan untuk melakukan penanganan
sesegera mungkin.dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari
penyebab dari penyakit Hematothorax.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin, M & Moh. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta


: Pusdik SDM Kesehatan

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://repository.lppm.unila.ac.id/5168/1/ARTIKEL%20DIANA-
ANISA%20IKA.pdf (Diakses pada 17 November 2018)

https://www.academia.edu/11541851/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien
_Trauma_Dada (Diakses pada 17 November 2018)

Mardella, Eka Anisa. 2018. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, Ed.12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mayasari, Diana., & Pratiwi, Anisa Ika (2017). Penatalaksanaan


Hematotoraks Sedang Et Causa Trauma Tumpul, 4, 37- 42.

20

Anda mungkin juga menyukai