1447 3738 1 PB PDF
1447 3738 1 PB PDF
Abstrak
Introduksi: Penyakit Refluks Gastro Esofagus (PRGE) atau yang lebih dikenal dengan nama Gastro
Esophageal Reflux Disease (GERD), merupakan kondisi yang terjadi bila aliran balik isi lambung ke
esofagus memberikan keluhan dan mengganggu kualitas hidup seseorang.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
keberhasilan terapi GERD, serta menguji keefektifan dalam mendiagnosis GERD dengan
menggunakan kuesioner GERD Q.
Metode: Enam puluh subjek yang memiliki gejala heartburn dan atau regurgitasi didata selama
periode Maret-Mei 2015, dengan menggunakan disain analitik kuantitatif observasional. Kuesioner
GERD Q terdiri atas enam pertanyaan sederhana meliputi gejala refluks, dispepsia, dan konsumsi
obat, skor ≥8 yang mendukung diagnosis GERD. Pasien GERD diterapi selama dua minggu dan
diberikan obat sesuai dengan resep dokter dan kontrol kembali.
Hasil: Berdasarkan hasil univariat, didapatkan 56,7% (34 subjek) adalah perempuan, gejala klinis
heartburn atau regurgitasi saja ditemukan 63.3% (38 subjek), usia < 40 sebanyak 55% (33 subjek),
nilai IMT ≥25 ditemukan 66.7% (40 subjek), pemberian terapi PPI dan prokinetik ditemukan 50% (30
subjek), gaya hidup sehat sebanyak 81.7% (49 subjek), dan GERD Q post-test yang membaik
sebanyak 66.7% (40 orang). Pada hasil bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara
keberhasilan terapi dengan usia (p 0.028 ,OR 3.667), jenis kelamin (p 0.002; OR 7.667), gejala klinis
(p 0.037; OR 3.222), IMT (p 0.033; OR 4.188), dan terapi (p 0.001; OR 7.429).
Kesimpulan: Pasien GERD di RSUD Koja yang berusia ≥ 40 tahun, laki-laki, nilai IMT ≥ 25 kg/m2 ,
dan memiliki gejala heartburn atau regurgitasi saja, setelah diterapi dengan PPI dan prokinetik
memiliki keberhasilan terapi yang lebih baik. Tetapi keberhasilan terapi GERD tidak dipengaruhi
gaya hidup.
Abstract
Introductions: Gastro Esophageal Reflux Disease (PRGE) or better known as Gastro Esophageal
Reflux Disease (GERD) is a condition that occurs when the backflow of gastric contents into the
esophagus giving complaints and interfere with quality of life.
Objective: This study aimed to analyze the factors associated with the therapeutic efficacy on GERD
as well as to test the effectiveness of using questionnaire that are to diagnose, GERD Q.
Methods: Sixty subjects with symptoms of heartburn and regurgitation recorded during the period
from March until May 2015 using a quantitative analytical observational design. Q GERD
questionnaire consist of six simple questions include symptoms of reflux, dyspepsia and drug
consumption, the score ≥8 that support the diagnosis of GERD. GERD patients treated for 2 weeks
and was given medication as prescribed and control back.
Results: Based on univariate results, 56.7% (34 subjects) were women, the clinical symptoms of
heartburn or regurgitation alone found in 63.3% (38 subjects), age <40 were 55% (33 subjects), the
value of BMI ≥25 was found 66.7% (40 subjects), PPI and prokinetic therapy found 50% (30
subjects), a healthy lifestyle as much as 81.7% (49 subjects) and GERD Q post-test were improved as
much as 66.7% (40 people). In the bivariate results of a significant association between the
therapeutic efficacy with age (p 0.028, OR 3667), gender (p 0.002; OR 7,667), clinical symptoms (p
0.037; OR 3.222), BMI (p 0.033; OR 4188), and therapy (p 0.001; OR 7429).
Conclusion: Patients GERD in Koja Hospital ≥ 40 years old, male, BMI values ≥ 25 kg / m2, and
have symptoms of heartburn or regurgitation alone, after therapy with PPI and prokinetic have a
better therapeutic success. But the success of GERD therapy is not influenced by lifestyle.
Gambaran Endoskopi
A. Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter < 5mm
B. Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter >5mm tanpa saling berhubungan
C. Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh lumen
D . Lesi muko sa esofa g us yang bersif at sirkum f er e n sia l (meng e lilingi selur uh lume n esofa gu s)
Konsensus nasional tahun 2004 untuk sedangkan 36.7% (22 subjek) dengan gejala
GERD menyebutkan bahwa pengobatan di heartburn dan regurgitasi. Usia < 40 tahun
Indonesia dengan PPI adalah obat yang paling ditemukan sebanyak 55% (33 subjek)
efektif untuk mengobati GERD, dibandingkan sedangkan 45% (27 subjek) berusia ≥ 40
dengan antasida, prokinetik, dan H2 bloker tahun. Nilai IMT ≥25 kg/m2 ditemukan
receptor. PPI bekerja dengan menghambat sebanyak 66.7% (40 subjek) sedangkan 33.3%
sekresi ion H+ oleh sel parietal. PPI memiliki (20 subjek) dengan nilai IMT <25 kg/m2 .
beberapa efek samping, tetapi dapat ditoleransi Pemberian terapi PPI dan Prokinetik
dengan penggunaan jangka panjang. PPI harus ditemukan 50% (30 subjek) dan dengan terapi
diberikan selama delapan minggu sebagai lainnya ditemukan 50% (30 subjek). Gaya
pengobatan awal GERD. Karena keunggulan hidup sehat sebanyak 81.7% (49 subjek)
dan keefektifan PPI maka terapi GERD harus sedangkan gaya hidup yang tidak sehat
dimulai dengan PPI. Namun dalam beberapa sebanyak 18.3% (11 subjek) terlihat pada tabel
kasus pemberian PPI saja tidak cukup untuk 3.
mengatasi gejala GERD. Beberapa studi Pada hasil bivariat dengan uji Chi
membuktikan bahwa kombinasi PPI dan Square terlihat pada tabel 4 didapatkan bahwa
prokinetik lebih baik efikasinya dibandingkan pada pasien usia ≥ 40 tahun setelah diberi
dengan PPI monoterapi. PPI tidak stabil pada terapi selama dua minggu terjadi perbaikan
pH rendah, dan dismotilitas akan memper- pada 22 subjek (81.5%), dan memiliki
lambat pengosongan lambung, yang keberhasilan terapi GERD tiga kali lebih baik,
mengakibatkan retensi PPI. Retensi PPI dalam dibandingkan pasien dengan umur <40 tahun.
lambung dapat menyebabkan efek gangguan Pada pasien laki-laki setelah diberi terapi
supresi asam, sebaliknya transit PPI yang lebih selama dua minggu, terjadi perbaikan
cepat akan meningkatkan efikasinya. sebanyak 22 subjek (88.5%) dan memiliki
Prokinetik adalah agen yang meningkatkan keberhasilan terapi GERD tujuh kali lebih
tekanan sfingter esofagus bagian bawah baik, dibandingkan pasien perempuan. Pasien
(LESP), meningkatkan peristaltik esofagus, dengan gejala klinis heartburn atau regurgitasi
dan meningkatkan pengosongan lambung.3 saja, setelah diterapi selama dua minggu
terjadi perbaikan pada 29 orang (76.3%) dan
Hasil memiliki keberhasilan terapi GERD tiga kali
lebih baik, dibandingkan pasien yang memiliki
Penelitian ini dilakukan pada pasien gejala heartburn dan regurgitasi. Pasien yang
dengan gejala heartburn atau regurgitasi. Dari memiliki indeks massa tubuh ≥ 25 kg/m2
60 subjek penelitian didapatkan sebanyak setelah diterapi selama dua minggu, terjadi
56,7% (34 subjek) adalah perempuan, perbaikan pada 23 orang (57.5%), dan
sedangkan 43.3% (26 subjek) adalah laki-laki. memiliki keberhasilan terapi GERD tiga kali
Gejala klinis heartburn atau regurgitasi lebih lebih baik, dibandingkan pasien yang memiliki
banyak ditemukan yaitu 63.3% (38 subjek), indeks massa tubuh < 25 kg/m2 .
2. Umur
a. < 40 tahun 15 18 33 0.028 3.667
b. ≥ 40 tahun 5 22 27 (1.117-12.034)
Jumlah 20 40 60
3. Gejala Klinis
a. Heartburn dan 11 11 22 0.037 3.222
Regurgitasi (1.055-9.890)
b. Heartburn / Regurgitasi 9 29 38
Jumlah
20 40 60
IMT
4. a. ≥25 kg/m 2
b. <25 kg/m 2 17 23 40 0.033 4.188
Jumlah 3 17 20 (1.056-16.619)
20 40 60
T erapi
5. a. T erapi lain
b. PPI dan Prokinetik 16 14 30 0.001 7.429
Jumlah 4 26 30 (2.078-26.553)
Gaya Hidup 20 40 60
6. a. T idak sehat (≥ 3)
b. Sehat (<3) 3 8 11 0.706
Jumlah 17 32 49 0.637 (0.165-3.014)
20 40 60
Pemberian PPI dan prokinetik selama baik, dibandingkan pasien yang diberi terapi
dua minggu menunjukkan keberhasilan terapi lainnya terlihat pada gambar 1. Sedangkan
pada 26 orang (86.7%) dan memiliki gaya hidup tidak mempunyai nilai kemaknaan
keberhasilan terapi GERD empat kali lebih pada keberhasilan terapi GERD.
T i da k membai k Membai k
GERD tiga kali lebih baik daripada pasien yang mempengaruhi keberhasilan terapi
dengan gejala heartburn dan regurgitasi. GERD, faktor tersebut antara lain umur, jenis
Pace E, dkk6 mengemukakan bahwa kelamin, gejala klinis, indeks massa tubuh, dan
pemberian terapi PPI yang berhubungan pemberian PPI dengan prokinetik. Tetapi gaya
dengan indeks massa tubuh (IMT) hidup tidak mempengaruhi keberhasilan terapi
memberikan efektivitas yang sama saja baik GERD.
pada IMT <25 kg/m2 maupun ≥25 kg/m2 .6,7
Hasil bivariat pada penelitian ini menunjukkan Daftar Pustaka
bahwa indeks massa tubuh ≥ 25 kg/m2 setelah
diberi terapi dua minggu terjadi perbaikan 1. Makmun D. Penyakit refluks gastroesofageal.
sebanyak 23 (57.5%) dan memiliki Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
keberhasilan terapi GERD tiga kali lebih baik ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p.317-
daripada pasien dengan indeks massa tubuh < 21.
2. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi.
25 kg/m2 . Ketidaksesuaian ini mungkin
Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
disebabkan karena pengukuran yang tidak Kedokteran Ukrida, 2013.h.21-4.
akurat. 3. Kelompok Studi GERD Indonesia. Konsensus
Malekzadeh et al,10 melaporkan nasional penatalaksanaan penyakit refluks
beberapa faktor risiko yang meningkatkan gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux
resiko untuk terjadinya GERD, seperti Disease/ GERD) di Indonesia 2004.
obesitas, diet tinggi lemak, terlalu banyak Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
makan, makanan pedas, merokok, pakaian 2004.p.7-17
ketat, stres emosional, makanan cepat saji 4. Miyamoto M, Haruma K, Takeuci K,
biasa, teh dan kopi, kehamilan, obat, serta Kuwabara M. Frequency scale for symptoms
of gastroesophageal reflux disease predicts the
kebiasaan berbaring segera setelah makan.7,8
need for addition of prokinetics to proton
Pada hasil bivariat penelitian ini didapatkan pump inhibitor therapy. J Gastroenterol
gaya hidup sehat sebanyak 32 subjek (65.3%),. Hepatol. 2008;23:746– 51.
dimana tidak terdapat hubungan yang 5. Mark H. Diagnosis of Gastroesofageal Reflux
bermakna antara keberhasilan terapi GERD Disease. University of Georgia, Athens,
dengan gaya hidup yang sehat maupun tidak, Georgia Am Fam
dikarenakan faktor seperti usia, merokok, Physician. 2010 May 15;81(10):1278-80.
alkohol, tingkat pendidikan, dan penggunaan Diunduh tanggal 22 April 2015
NSAID tidak terkontrol. 6. Pace F, et all. Does BMI affect the clinical
Miyamoto mengatakan bahwa skor efficacy of proton pump inhibitor therapy in
GERD? The case for rabeprazole. Eur J
FSSG yang tinggi adalah salah satu faktor Gastroenterol Hepatol 2011;23: 845-5
yang berhubungan dengan kegagalan 7. Ndraha S. Frequency scale for the symptoms
monoterapi PPI, selain jenis kelamin of GERD score for gastroesophageal reflux
perempuan, konsumsi alkohol, dan obesitas. disease in Koja Hospital. The Indonesian
Dengan demikian, GERD dengan skor FSSG Journal of Gastroenterology, Hepatology, and
yang tinggi membutuhkan kombinasi terapi Digestive Endoscopy 2010; 11(2): 75-8
PPI dengan prokinetik untuk mendapatkan 8. Ndraha S. Combination of PPI with a
hasil yang memuaskan.4,9 Dari hasil bivariat prokinetic drug in gastroesophageal reflux
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian disease. Acta Med Indones-Indones J Intern
PPI dan prokinetik selama dua minggu Med 2011;43(4): 233-6.
9. Yusuf I. Medical review: diagnosis
menunjukkan adanya perbaikan gejala pada 26
gastroesofageal refluks disease (GERD)
orang (86.7%) dan memiliki keberhasilan secara klinis. Volume 22. Jakarta : FKUI.
terapi GERD empat kali lebih baik, 2009, hal.117-20
dibandingkan pasien yang diberi terapi 10. Malekzadeh R, Moghaddam SN, Sotoudeh M.
lainnya. Gastroesophageal reflux disease: the new
epidemic (cited 2010 August 25). Available
Kesimpulan from
url:http://www.ams.ac.ir/aim/0362/0362127.ht
Pada penelitian ini didapatkan adanya m
hubungan yang bermakna pada faktor-faktor