Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN: 2442-7470

Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017


e-ISSN: 2579-4442

LITERASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA

Yuyu Yuliati
Universitas Majalengka
Email: yuyuliati74@gmail.com

Abstrak

Kemampuan Literasi merupakan hal fundamental yang harus dimiliki


oleh peserta didik dalam menghadapi era global untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup dalam berbagai situasi. Literasi sains merupakan
kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains, serta
menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains disamping memerlukan motivasi
peserta didik, guru juga perlu mempertimbangkan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik yang mana pada
proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman
langsung dan pengaplikasian hakikat sains.

Kata Kunci : Literasi sains, Pendidikan abad 21

21
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

PENDAHULUAN melainkan lebih banyak mengarah sebagai


Abad 21 ditandai oleh pesatnya fasilitator dalam proses belajar. Adapun visi
perkembangan sains dan teknologi dalam pendidikan abad 21 yang lebih berdasarkan
bidang kehidupan di masyarakat, terutama pada paradigma learning adalah belajar
teknologi informasi dan komunikasi. berpikir yang berorientasi pada
Mengacu pada pernyataan tersebut pengetahuan logis dan rasional, belajar
mengisyaratkan bahwa pendidikan berbuat yang berorientasi pada bagaimana
dihadapkan pada tantangan yang semakin mengatasi masalah, belajar menjadi mandiri
berat, salah satunya tantangan tersebut yang berorientasi pada pembentukan
adalah bahwa pendidikan hendaknya karakter, dan belajar hidup bersama yang
mampu menghasilkan sumber daya berorientasi untuk bersikap toleran dan siap
manusia yang memiliki kemampuan utuh bekerjasama.
dalam menghadapi berbagai tantangan Pada tingkat sekolah dasar Ilmu
dalam kehidupan. Pengetahuan Alam atau sains merupakan
Bertemali dengan karakteristik abad ke- salah satu mata pelajaran yang menduduki
21 tersebut berbagai kompetensi utama peranan penting dalam pendidikan hal ini
yang harus dimiliki oleh peserta didik dikarenakan sains dapat menjadi bekal bagi
diantaranya yaitu keterampilan belajar dan peserta didik dalam menghadapi berbagai
berinovasi, menguasai media dan informasi, tantangan di era global. Oleh karena itu,
dan kemampuan kehidupan dan berkarier diperlukan cara pembelajaran yang dapat
(Abidin, 2014: 9-11). Pertama keterampilan menyiapkan peserta didik untuk memiliki
belajar dan berinovasi, maksudnya bahwa kompetensi yang baik dan melek sains serta
peserta didik diharapkan memiliki teknologi, mampu berpikir logis, kritis,
kemampuan berpikir kreatif dan kreatif, berargumentasi secara benar, dapat
memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi serta berkolaborasi. Melek
berkomunikasi dan berkolaborasi, dan sains dapat diistilahkan sebagai
kemampuan untuk berkreativitas dan kemampuan literasi sains yaitu kemampuan
berinovasi. Kedua, maksudnya peserta untuk memahami sains,
didik diharuskan melek TIK yaitu memiliki mengkomunikasikan sains (lisan maupun
kemampuan dalam menguasai media, tulisan), serta menerapkan kemampuan
informasi dan tekhnologi. Sedangkan sains untuk memecahkan masalah sehingga
kompetensi selanjutnya yang menjadi fokus memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi
kompetesi abad 21 adalah keterampilan terhadap diri dan lingkungannya dalam
kehidupan dan berkarier, maksudnya bahwa mengambil keputusan berdasarkan
peserta didik diharapkan memiliki pertimbangan-pertimbangan sains.
kemampuan secara fleksibel dan adaptif, Berdasarkan data PISA (Programe for
berinisiatif dan mandiri, mampu International Student Assessment)
berinteraksi sosial, produktif dan akuntabel, kemampuan literasi sains peserta didik
serta memiliki jiwa kepimpinan dan Indonesia masih dibawah rata-rata jika
tanggung jawab. dibandingkan dengan rerata skor
Megacu pada begitu kompleksnya internasional dan secara umum berada pada
kompetensi yang harus dimiliki siswa, tahapan pengukuran terendah PISA
maka pada pembelajaran abad 21 ini terjadi (Toharudin, et. all, 2011: 19). Sebagaimana
perubahan paradigma belajar yaitu, dari dikutip dari The Organization for Economic
paradigma teaching menjadi paradigma Co-operation and Development (OECD)
learning. Artinya bahwa sebelumnya peringkat Indonesia di PISA pada tahun
pembelajaran hanya berpusat pada guru 2009 yaitu ke-57 dari 65 dengan perolehan
sedangkan saat ini pembelajaran berpusat skor 383. Pada tahun 2012 Indonesia
pada peserta didik, dalam hal ini guru tidak menduduki peringkat ke-64 dari total 65
lagi menjadi satu-satunya sumber belajar negara dengan perolehan nilai saat itu yaitu

22
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

382. Selanjutnya, pada tahun 2015 (PISA, 2006). Dalam hal ini guru memiliki
Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari peranan yang sangat vital dalam
72 negara yang ikut serta, dengan perolehan menentukan keberhasilan peserta didik.
skor yaitu 403. Berdasarkan hasil tiga kali Oleh karena itu guru hendaknya memiliki
survey tersebut skor siswa Indonesia pada kemampuan yang mumpuni dalam
kemampuan literasi sains masih jauh merencanakan dan melaksakan
dibawah skor standar internasional yang pembelajaran. Salah satu alternatif yang
ditetapkan oleh lembaga OECD. dapat dilakukan dalam rangka
Rendahnya hasil belajar sains ditengarai menyelesaikan permasalahan di atas adalah
berhubungan dengan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran sains
sains yang belum memberikan peluang bagi yang tidak hanya menekankan pada
peserta didik untuk mengembangkan penguasasan konsep tetapi juga
kemampuan bernalar secara kritis. Berikut memperhatikan aspek lainnya.
merupakan beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa masih lemahnya PEMBAHASAN
kemampuan guru dalam 1. Literasi sains
mengimplementasikan proses dan kegiatan Secara harfiah, literasi sains terdiri dari
pembelajaran yang sesuai dengan hakikat kata yaitu literatus yang berarti melek huruf
sains. Pembelajaran sains masih bercirikan dan scientia yang diartikan memiliki
transfer sains sebagai produk (fakta, pengetahuan. Literasi sains merupakan
hukum, dan teori) yang harus dihafalkan kemampuan menggunakan pengetahuan
sehingga aspek sains sebagai proses dan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
sikap benar-benar terabaikan (Istyadji, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
2007: 2). Pada penelitiannya Suroso (2012) bukti, dalam rangka memahami serta
menyimpulkan bahwa pembelajaran tidak membuat keputusan berkenaan dengan alam
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, dan perubahan yang dilakukan terhadap
pembelajaran jarang dimulai dari masalah- alam melalui aktivitas manusia (OECD,
masalah aktual, pembelajaran sains di 2003).
sekolah dasar cenderung bertolak dari Literasi sains menurut PISA diartikan
materi pelajaran bukan dari tujuan pokok sebagai “ the capacity to use scientific
pembelajaran sains dan kebutuhan peserta knowledge , to identify questions and to
didik, dan tindak pembelajaran sains draw evidence-based conclusions in order
cenderung hanya mengantisipasi ujian. to understand and help make decisions
Berbagai temuan empiris yang telah about the natural world and the changes
dipaparkan sebelumnya merupakan indikasi made to it through human activity”.
bahwa pembelajaran sains yang terlaksana Berdasarkan pemaparan tersebut literasi
selama ini cenderung merupakan aktivitas sains dapat didefinisikan sebagai
konvensional yang berdampak pada kemampuan menggunakan pengetahuan
rendahnya hasil belajar peserta didik. sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
Kondisi ini menuntut adanya pembenahan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
dalam pembelajaran sains untuk bukti, dalam rangka memahami serta
mewujudkan pembelajaran yang lebih membuat keputusan berkenaan dengan alam
efektif terutama pada tingkat sekolah dasar dan perubahan yang dilakukan terhadap
supaya pada prosesnya lebih menekankan alam melalui aktivitas manusia. Unsur
pada ketercapaian produk, proses, dan sikap pokok yang terdapat pada literasi sains
ilmiah. Hal ini sangat penting, karena menurut Harlen (2004: 64) diantara nya
penilaian literasi sains menurut PISA bukan adalah :
hanya pada konten tetapi meliputi context, 1. concepts or ideas, which help
knowledge (knowledge of science and understanding of scientific aspects of
knowledge about science), serta attitudes the world around and which enable us

23
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

to make sense of new experiences by memenuhi kebutuhan hidupnya dalam


linking them to what we already know; berbagai situasi termasuk dalam
2. processes, which are mental and menghadapi berbagai tantangan hidup di
physical skills used in obtaining, era global. Dengan literasi sains, peserta
interpreting and using evidence about didik akan mampu belajar lebih lanjut dan
the world around to gain knowledge hidup di masyarakat modern yang saat ini
and build understanding; banyak dipengaruhi oleh perkembangan
3. attitudes or dispositions, which indicate sains dan teknologi. Selain itu dengan
willingness and confidence to engage in literasi sains, peserta didik diharapkan dapat
enquiry, debate and further learning. memiliki kepekaan dalam menyelesaikan
4. understanding the nature (and permasalahan global seperti hal nya
limitations) of scientific knowledge. permasalahan lingkungan hidup, kesehatan
dan ekonomi hal ini dikarenakan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat pemahaman sains menawarkan
dijelaskan bahwa hal yang paling pokok penyelesaian terkait permasalahan tersebut.
dalam pengembangan literasi sains siswa Berbicara soal lingkungan yang menjadi
meliputi pengetahuan tentang sains, proses salah satu isu sentral di era global ini,
sains, pengembangan sikap ilmiah, dan kenyataan yang terjadi saat ini sangat jauh
pemahaman peserta didik terhadap sains dari kata peduli lingkungan. Hal tersebut
sehingga peserta didik bukan hanya sekedar ditunjukan dengan berbagai kebiasaan
tahu konsep sains melainkan juga dapat buruk yang sering dilakukan oleh
menerapkan kemampuan sains dalam masyarakat seperti membuang sampah
memecahkan berbagai permasalahan dan sembarangan, menebang pohon secara
dapat mengambil keputusan berdasarkan illegal, eksplorasi tambang yang tidak
pertimbangan-pertimbangan sains. ramah lingkungan, alih fungsi lahan dan
Berdasarkan beberapa pengertian literasi lain-lain. Dengan memiliki kemampuan
sains tersebut peserta didik diharapkan literasi sains, diharapkan peserta didik dapat
dapat menerapkan pengetahuan yang mengatasi berbagai permasalahan yang
didapat disekolah untuk diterapkan dalam diakibatkan oleh berbagai kegiatan tersebut.
kehidupan sehari-hari sehingga peserta Berdasarkan pernyataan tersebut
didik dapat memiliki kepekaan dan dengan kata lain dapat ditarik kesimpulan
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. bahwa dengan literasi sains diharapkan
Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, peserta didik mampu memenuhi berbagai
2011: 2) seseorang memiliki literasi sains tuntuntan zaman yaitu menjadi problem
dan teknologi ditandai dengan memiliki solver dengan pribadi yang kompetitif,
kemampuan untuk menyelesaikan masalah inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
dengan menggunakan konsep-konsep sains berkarakter. Hal tersebut dikarenakan
yang diperoleh dalam pendidikan sesuai penguasaan kemampuan literasi sains dapat
dengan jenjangnya, mengenal produk mendukung pengembangan dan
teknologi yang ada di sekitarnya beserta penggunaan kompetensi abad ke- 21.
dampaknya, mampu menggunakan produk
teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam 2. Pembelajaran Literasi Sains
membuat hasil teknologi yang Pembelajaran merupakan bagian
disederhanakan sehingga peserta didik terpenting dalam penentuan ketercapaian
mampu mengambil keputusan berdasarkan penguasaan literasi sains, Permendiknas RI
nilai dan budaya masyarakat. No. 41 (2007: 6) menjelaskan bahwa proses
Mengapa pada pendidikan abad 21 pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
literasi sains penting untuk diintegrasikan dasar dan menengah harus interaktif,
dalam proses pembelajaran?, tujuan inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
pendidikan sains adalah meningkatkan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
kompetensi peserta didik untuk dapat

24
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

serta memberikan ruang yang cukup bagi around them, and build up their
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian confidence in their ability to enquire
sesuai dengan bakat, minat, dan into its behaviour. It should seek to
perkembangan fisik serta psikologis siswa. foster a sense of wonder, enthusiasm
Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya and interest in science so that young
pembelajaran menjadi aktivitas yang people feel confident and competent to
bermakna dimana setiap siswa dapat engage with scientific and technical
mengembangkan seluruh potensi yang matters.
dimilikinya. 2. help young people acquire a broad,
Pembelajaran yang menitik beratkan general understanding of the important
kepada pencapaian literasi sains adalah ideas and explanatory frameworks of
pembelajaran yang sesuai dengan hakitat science, and of the procedures of
pembelajaran sains yang mana scientific enquiry, which have had a
pembelajaran tidak hanya sekedar major impact on our material
menekankan pada hafalan pengetauan saja environment and on our culture in
melainkan berorientasi pada proses dan general.
ketercapaian sikap ilmiah. Oleh karena itu,
pembelajaran sebaiknya dilaksanakan Berdasarkan penjelasan di atas alternatif
secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) pembelajaran yang dapat dilakukan untuk
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, meningkatkan kemampuan literasi sains
bekerja dan bersikap ilmiah serta peserta didik adalah dengan menerapkan
mengkomunikasikannya sebagai aspek pembelajaran sains yang mengedepankan
penting kecakapan hidup. Pemberian pada pengembangan sikap, gagasan, dan
pengalaman langsung dengan cara inkuiri keterampilan proses sains yang
kritis ini, diharapkan dapat membantu menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah,
peserta didik untuk memperoleh dengan pembelajaran seperti itu maka akan
pemahaman yang lebih mendalam tentang meningkatkan antusiasme, minat, dan
alam sekitar. Sedangkan, keaktifan atau kekaguman siswa akan sains.
proses kerja inkuiri dalam mengikuti proses Terdapat beberapa alternatif model
pembelajaran diperlukan agar pengetahuan pembelajaran yang cukup efektif dalam
yang diperoleh peserta didik dapat lebih membangun literasi sains untuk siswa
bertahan lama. Proses kerja inkuiri ini sekolah dasar pada konteks pendidikan
dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga abad 21. Model pembelajaran tersebut salah
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus satunya adalah pembelajaran berbasis
akan terampil berkomunikasi. Selain itu masalah (PBM). Pembelajaran berbasis
kebermaknan pembelajaran sains juga dapat masalah merupakan salah satu
dicapai dengan cara mengaitkan konsep pembelajaran yang berorientasi pada siswa
yang dipelajari peserta didik dengan aktif. Mengapa harus pembelajaran berbasis
kehidupan sehari-hari hal ini dikarenakan masalah?, Mengingat begitu pesatnya
keberhasilan pembelajaran dalam perkembangan sains dan teknologi di era
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila modern, dapat berdampak pada munculnya
peserta didik memahami apa yang dipelajari berbagai permasalahan global sehingga
serta dapat mengaplikasikannya dalam dalam pembelajaran peserta didik
menyelesaikan berbagai permasalahan pada senantiasa harus dilatih memecahkan
kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome berbagai permasalahan yang bersifat
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat autentik. Pada pembelajaran berbasis
ditingkatkan dengan memperhatikan masalah, masalah dijadikan sebagai
pembelajaran sebagai berikut : stimulus dan fokus bagi aktivitas belajar
1. sustain and develop the curiosity of siswa. Permasalahan yang dimunculkan
young people about the natural world dalam pembelajaran biasanya berupa kasus,
uraian permasalahan, tantangan hidup nyata

25
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang 7. Learning is collaborative,


dipelajari. Penjelasan tersebut sesuai communicative, and cooperative.
dengan penjelasan Tan (2003: 9) terkait Students work in small groups with a
dengan karakteristik model pembelajaran high level of interaction for peer
berbasis masalah berikut : learning, peer teaching, and group
1. The problem is the starting point of presentations.
learning. 8. Development of inquiry and problem-
2. The problem is usually a real-world solving skills is as important as content
problem that appears unstructured. If it knowledge acquisition for the solution
is a simulated problem, it should be as of the problem.
authentic as possible. 9. The PBL tutor thus facilitates and
3. The problem calls for multiple coaches through questioning and
perspectives. The use of cognitive coaching.
crossdisciplinary knowledge is a key 10. Closure in the PBL process includes
feature in many PBL curricula. In any synthesis and integration of learning.
case, PBL encourages the solution of 11. PBL also concludes with an evaluation
the problem by making use of and review of the learner’s experience
knowledge from various subjects and and the learning process.
topics.
4. The problem challenges students’ Tan (2009: 9) diantaranya adalah:
current knowledge, attitudes, and The problem-based learning (PBL)
competencies, thus calling for process essentially consists of the
identification of learning needs and new following stages: (1) meeting the
areas of learning. problem; (2) problem analysis and
5. Self-directed learning is primary. Thus, generation of learning issues; (3)
students assume major responsibility discovery and reporting; (4) solution
for the acquisition of information and presentation and reflection; and (5)
knowledge. overview, integration, and evaluation,
6. Harnessing of a variety of knowledge with self-directed learning bridging one
sources and the use and evaluation of stage and the next.
information resources are essential Adapun langkah PBM adalah sebagai
PBL processes. berikut:

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah


Fase Aktivitas Pendidik
Fase 1Memberikan Menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
orientasi tentang berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa
permasalahan untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang
dipilih.
Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
Mengorganisasikan belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah
siswa untuk meneliti diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Fase 3 Membantu Mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,
investigasi mandiri dan melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan
kelompok solusi.
Fase 4 Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
dan mempresentaiskan artefak seperti laporan, rekaman video, model-model, dan
artefak dan exibit membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang
lain.

26
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

Fase 5 Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap


mengevaluasi proses investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah

Arends (2008: 57)

Melalui berbagai kegiatan tersebut pembelajaran selayaknya dipilih sesuai


diharapkan dapat memberikan pengalaman dengan tujuan pembelajaran, materi ajar
belajar yang beragam diantaranya dan juga karakteristik peserta didik sebagai
pengalaman belajar yang berhubungan subjek belajar. Penggunaan media sebagai
dengan pengembangan kemampuan alat pendukung penguasaan kompetensi
berpikir kritis, kreatif pemecahan masalah literasi sains dan kompetensi abad 21 dapat
dan kerjasama dalam kelompok. memainkan peranan pentingnya apabila
dijadikan sebagai alat berpikir kritis dan
3. Penilaian Literasi Sains digunakan dalam kegiatan inkuiri yang
Penilaian literasi sains yaitu menilai dilakukan oleh peserta didik.
pemahaman peserta didik terhadap konten Apabila dilihat dari karakteristiknya
sains, proses sains, dan konteks aplikasi siswa sekolah dasar pada umumnya berada
sains. Konten dalam literasi sains meliputi pada tahap berpikir oprasional kongkrit, hal
materi yang terdapat dalam kurikulum dan ini berdampak pada pemilihan media
materi yang bersifat lintas kurikulum pembelajaran yang akan digunakan yang
dengan penekanan pada pemahaman konsep mana pada pembelajaran hendaknya media
dan kemampuan untuk menggunakannya yang digunakan merupakan media konkrit
dalam kehidupan. Proses sains merujuk yang dapat dioprasikan secara langsung
pada proses mental yang terlibat ketika sehingga konsep yang dipelajari dapat lebih
peserta didik memecahkan permasalahan. mudah diterima dan difahami oleh peserta
Sedangkan konteks adalah area aplikasi dari didik. Namun pemilihan media juga harus
konsep-konsep sains. Sesuai dengan senantiasa didasarkan pada keterwakilan
pandangan tersebut, penilaian literasi sains media tersebut dalam mengembangkan
tidak semata-mata berupa pengukuran kemampuan berpikir kritis peserta didik.
tingkat pemahaman terhadap pengetahuan
sains tetapi juga pemahaman terhadap
berbagai aspek proses sains serta SIMPULAN
kemampuan mengaplikasikan pengetahuan Dilihat dari begitu pentingnya untuk
dan proses sains dalam situasi nyata yang dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik
dihadapi peserta didik, ini berarti bahwa memberikan sebuah gambaran betapa
penilaian literasi sains tidak hanya kemampuan literasi sains ini merupakan
berorientasi pada penguasaan materi sains sesuatu yang sangat mendasar terutama
akan tetapi juga pada penguasaan bagi seluruh stakeholder yang terkait dalam
kecakapan hidup, kemampuan berpikir dan pendidikan sains. Dalam membangun dan
kemampuan dalam melakukan proses- mengembangkan kemampuan literasi sains
proses sains pada kehidupan nyata peserta guru dapat pengimplementasikan
didik. pembelajaran yang berorientasi pada siswa
aktif dalam memahami dan
4. Media Pembelajaran Literasi sains mengaplikasikan konsep yang telah
Media pembelajaran merupakan bagian dipelajari untuk menyelesaikan
yang tidak terpisahkan dalam menciptakan permasalahan yang dialami peserta didik
keefektifan proses pembelajaran. Media pada kehidupan sehari-hari.

27
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442

Siswa Kelas V SD No 5 Bandung.


DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Bandung : UPI.

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem ___[Online].Tersedia:http://timssandpirls.b


Pembelajaran Dalam Konteks c.edu/data-
Kurikulum 2013. Bandung: PT release2011/pdf/Overview-TIMSS-
Refika Aditama. and-PIRLS-2011

Arends. (2008). Learning to Teach.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Toharudin, et.al. (2011). Membangun


literasi sains peserta didik.
Bandung: Humaniora.

BSNP. (2006). Lampiran 1 Peraturan


Mendiknas No. 22 Tahun 2006.
Jakarta: Depdiknas. Dirjen
Mandikdasmen. Direktorat
Pembinaan TK dan SD.

Morroco, et. al. (2008). Supported Literacy


for Adolescements : Transforming
Teaching and Content Learning for
the 21 st Century. Education
Development Center All Right
Resrved: Published by Jossy-Bass
Harlen, W. (2004). The teaching of science.
London: David Fulton Publisher.
OECD (2003) The PISA 2003 Assessment
Framework. Paris: OECD.
OECD. (2015). PISA 2015 Results. OECD.
(http://www.businessinsider.co.id/pi
sa-worldwide-ranking-of-math-
science-reading-skills-2016-12/)

Rustaman, N. (2007). Assesmen dalam


Pembelajaran Sains. Bandung:
Program doktor pendidikan IPA
sekolah pasca sarjana UPI.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di


Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Suroso, (2012). Penerapan


ModelPembelajaran Kontekstual
dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses dan Hasil Belajar Sains

28

Anda mungkin juga menyukai