Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. NF
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 15 tahun
 Agama : Islam
 Suku/bangsa : Makassar
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Kompleks Perumnas
 No. register : 256039
 Tanggal Pemeriksaan : 25 Januari 2013
 Dokter Pemeriksa : dr. So
 Tempat pemeriksaan : Poliklinik Mata RSWS

II. ANAMNESIS

KU : Penglihatan berkurang pada kedua mata

AT : Dialami sejak 1 tahun yang lalu, dirasakan memberat sejak 2 bulan terakhir
dimana pasien mengeluh tidak dapat melihat tulisan pada papan tulis di
sekolahnya. Pasien merasakan lebih nyaman dengan mengecilkan mata ketika
melihat jauh. Mata merah (-), sakit kepala (-), silau (-), mata rasa berpasir (-), mata
rasa mengganjal (-), air mata berlebihan (-), kotoran mata berlebihan (-), gatal (-),
mual (-), muntah (-). Tegang pada bagian leher (+) kadang-kadang, dan mata
dirasakan cepat lelah.

Riwayat mata kemasukan benda asing (-), riwayat memakai kaca mata sebelumnya
(+) selama 4 tahun, tipe kaca mata minus, ukuran tidak diketahui dan tidak pernah
mengganti kaca mata. Riwayat keluarga memakai kaca mata minus (+) ayah.
Riwayat trauma (-)

1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
i. Inspeksi

OD OS
Palpebral Edema (-) Edema (-)
Silia Normal Normal
Apparatus Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
Muskular

Kornea Jernih Jernih


Bilik Mata Depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
Lensa Jernih Jernih

ii. Palpasi

OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula Pre-Aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

iii. Tonometri

Non-Contact Tonometri

TOD : 15mmHg ; TOS : 15 mmHg

2
iv. Visus

VOD : 6/120 VOD : 6/120


KOR : S -5.50 C -0.25 ax 150° KOR : S – 5.50 C – 1.25 ax 120°
Menjadi : 6/6 Menjadi :6/6
Lihat dekat :- Lihat dekat :-
Koreksi :- Koreksi :-
DP : 64 DP :64

v. Campus Visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
vi. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
vii. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
viii. Slit Lamp

SLOD : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.

SLOS : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih

ix. Balance Test

Merah dan hijau kedua-duanya tampak jelas

x. Refraktometri

OD Sph: -5.25 Cyl: -1.75 Ax : 179


OS Sph:-7.25 Cyl: -1.25 Ax: 149
PD = 63 mm
xi. Oftalmoskopi

Dalam batas normal

3
xii. Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUME

Seorang perempuan umur 15 tahun diantar oleh ibunya datang ke poliklinik


mata RSWS dengan keluhan utama visus menurun pada kedua belah mata. Dialami
sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan semakin memberat sejak 2 bulan terakhir. Osi
merasakan semakin sulit melihat jauh terutama apabila melihat tulisan pada papan
tulis di sekolahnya dan merasa lebih nyaman dengan mengecilkan mata. Mata
hiperemis tidak ada, cephalgia tidak ada, fotofobia (-). Pasien mengeluh kadang-
kadang merasa tegang pada bagian lehernya dan mata dirasakan cepat lelah. Ada
riwayat pernah memakai kaca mata sebelumnya selama 4 tahun, tipe kaca mata sferis
tetapi tidak diketahui ukuran dan tidak pernah mengganti kaca mata. Riwayat keluarga
memakai kaca mata minus ada yaitu ayahnya . Tidak ada riwayat trauma.

Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada inspeksi pada OD dan OS


tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan menggunakan refraktometri didapatkan OD = Sph: -5.25 Cyl: 1.75 Ax :
170, OS = Sph:-7.25 Cyl: -1.25 Ax: 149, PD = 63 mm. Pada pemeriksan visus
didapatkan VOD : 6/120 = S -5.50 C -0.25 axis 150 6/6; VOS : 6/120 = S- 5.50 C-
1.25 axis 120° 6/6. Pemeriksaan slit lamp SLOD dan SLOS kesan normal.
Pemeriksaan Oftalmoskopi kesan normal.

V. DIAGNOSIS

ODS Compound Miop Astigmat

VI. DIAGNOSIS BANDING


o Myop
o Hipermetrop
o Mixed astigmat
VII. TERAPI
o Kaunseling
o Kaca mata Monofokal
o Supportive treatment

4
VIII. PROGNOSIS

Quad Ad Vitam : Bonam


Quad Ad Sanam : Bonam
Quad Ad Visam : Bonam
Quad Ad Cosmeticam : Bonam

IX. DISKUSI

Dari anamnesis didapatkan pasien masuk dengan keluhan visus menurun pada
kedua mata yang dialami sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan semakin memberat
sejak 2 bulan terakhir. Di teori, terdapat beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan
penurunan visus yaitu 1). Akibat kelainan di media refraksi yang dapat berupa
kekeruhan atau kelainan refraksi. 2). Akibat kelainan di fundis yang dapat berupa
kerusakan jaringan retina atau kerusakan serabut saraf. 3) akibat dari kelainan yang
terdapat di belakang fundus.

Dari pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada OD dan OS tidak didapatkan


kelainan. Pada pemeriksan visus didapatkan VOD : 6/120 = S -5.50 C -0.25 axis 150
6/6; VOS : 6/120 = S- 5.50 C-1.25 axis 120° 6/6. Tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan yang lain seperti tonotmetri, slit lamp maupun funduskopi. Maka dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami penurunan visus yang disebabkan oleh
kelainan refraksi.

Kelainan refraksi dapat diakibatkan karena terjadinya kelainan kelengkungan


kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan perubahan panjang bola mata. Kelainan
refraksi yang dikenali dengan nama ametropia adalah suatu keadaan dimana titik fokus
sinar tidak tepat terletak di retina yang mana titik fokus ini bisa jatuh di depan retina
(miop) ataupun di belakang retina (hipermetrop) atau di kedua-duanya (astigmat).

Myopia adalah anomaly refraksi pada mata dimana bayangan yang difokuskan
di depan retina, seperti yang telah dijelaskan diatas, ketika dalam kondisi tanpa
berakomodasi. Ini juga dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar
dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh didepan retina, tanpa akomodasi.
Myopia merupakan manifestasi kabur ketika melihat sesuatu objek yang berjarak jauh
tetapi jelas ketika melihat objek yang berjarak dekat. Myopia juga dikenal sebagai

5
“nearsightedness” yang berarti jelas apabila melihat dekat. Hal ini sesuai dengan
keadaan pasien yang mengeluhkan penurunan visus saat melihat benda jauh. Pasien ini
telah melakukan usaha dengan memperkecilkan matanya untuk mendapatkan visus
yang lebih jelas dan ini merupakan salah satu dari tanda-tanda bahwa pasien ini
mengalami masalah kelainan refraksi yang berupa miop. Metode memperkecilkan mata
ini sama prinsipnya dengan “pin hole” yang dilakukan ketika melakukan pemeriksaan
visus. Prinsipnya itu adalah untuk memperkecilkan sinar cahaya yang masuk kedalam
bola mata dengan harapan agar cahaya yang masuk itu dapat jatuh ke retina dengan
tepat.

Koreksi mata myopia adalah dengan memakai lensa minus dengan prinsip,
menggunakan ukuran lensa yang minimal dengan hasil visus yang optimal. Lensa
minus ini berupa lensa yang berbentuk konkaf dimana dapat membantu untuk
membiaskan cahaya dan diatur supaya titik fokus bisa jatuh ke retina dengan tepat.
Sekiranya dengan pemakaian lensa minus tetap tidak memberikan kemajuan, maka
pada keadaan tertentu myopia dapat diatasi dengan tindakan operatif pada kornea antara
lain keratotomy radial, keratektomi fotorefraktif, atau Laser Asissted In Situ
Interlamelar Keratomilieusis (LASIK).

Astigmat terjadi karena kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata
atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu titik fokus, bisa terdapat 2 atau lebih
titik fokus. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan dengan astigmatisme
dapat diibaratkan dengan melihat melalui gelas yang terisi air bening. Bayangan yang
terlihat dapat terjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar dan kabur. Seseorang dengan
astigmat dapat memberikan keluhan kabur ketika melihat jauh tetapi jelas melihat
dekat, melihat ganda dengan menggunakan satu atau kedua mata, benda bulat dilihat
sebagai benda lonjong. Selain itu pasien juga sering mengeluh sakit kepala, mata terasa
tegang dan cepat lelah.

6
7

Anda mungkin juga menyukai