Anda di halaman 1dari 45

DIARE AKUT

RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA No.Dokumen No. Revisi Halaman
PONTIANAK

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan,


Operasional Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada
(SPO Pelayanan
Medik)

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Diare akut adalah


keluarnya tinja cair lebih dari 3 kali per 24 jam terjadi akut dan
berlangsung tidak lebih dari 7 hari.

Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan diare


akut pada
anak.

Kebijakan Terdapat 5 lintas terapi diare akut yaitu :


1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplemen Zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua

Prosedur Prosedur diagnosis


1.Anamnesis
1.1. Keadaan diare : saat terjadinya, frekuensi sehari, volume
sekali diare, ada darah / lendir.
1.2. Rasa haus : kekuatan minum, kuat / malas.
1.3. Keadaan diuresis : keluarnya kencing normal / jarang.
1.4. Keadaan jantung / paru : sesak, kaki tangan dingin.
1.5. Kesadaran : gelisah / rewel atau masih main biasa.
Prosedur 2. Pemeriksaan fisis
Tentukan derajat dehidrasi

Anemnesis dan Tanpa Dehidrasi Dehidrasi


Pemeriksaan Fisis Dehidrasi Ringan Berat
sedang
Kesadaran N Gelisah ↓
Mata N cekung + Cekung ++
Minum N ↑ / ↑↑ ↓/-
Kulit N Turgor ↓ Turgor ↓↓
Keterangan Ada 2 tanda / Ada 2
> tanda />

3. Pemeriksaan laboratorium
Periksa tinja lengkap dan leukosit darah

Keadaan jaringan :
- Turgor kulit turun
- Ubun-ubun besar cekung
- Mata cekung
Prosedur terapi 1. Rehidrasi
Derajat Kebutuhan Jenis cairan & cara
Dehidrasi pemberian
Usia < 12 bln: RL/Asering/KA-EN
Berat 30 ml/ kgBB/ 1 jam, 3B IV
kemudian 70 ml/kgBB/ 5 (Tetes intra vena)
jam
Usia > 12 bln:
30 ml/ kgBB/ 30 menit,
kemudian 70 ml/kgBB/
21/2-3 jam

Ringan - 70 ml/kgBB/5 jam RL/Asering/KA-EN


sedang 3B
Anak > 2 th IV

Tanpa Kebutuhan 24 jam RL/Asering/KA-EN


Dehidrasi sesuai BB 3B/ Oralit
< 25 kg : 100 ml/kgBB
26-40 kg : 75 ml/kgBB
41-50 kg : 50 ml/kgBB
Atau berturut-turut 1½,
1 , ¾ tetes/kgBB/menit

2. Dukungan Nutrisi
 Makanan diteruskan sesuai umur
 ASI tetap diberikan

3. Suplementasi Zinc
 Diberikan selama 10 hari berturut – turut
 Anak ≤ 6 bln 10 mg (½ tab) per hari
 Anak > 6 bln 20 mg (1 tab) per hari

4. Antibiotik selektif
 Selektif hanya pada diare berdarah dan kolera
 Antibiotika pilihan adalah kotrimoksazole dan metronidazole

5. Edukasi orang tua


 Nasehat kepada orang tua untuk segera memberikan oralit
segera setelah diare sekitar 50 – 100 ml setiap kali diare
 Bila anak tak mau minum / berkurang segera dibawa ke
Rumah Sakit
Unit terkait 1. UGD Medik Anak
2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik

SERANGAN ASMA

RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA No.Dokumen No. Revisi Halaman
PONTIANAK

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Serangan asma (asma bronkial) adalah episode perburukan yang


progresif dari gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa tertekan di dada
atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut.
Tujuan Sebagai pedoman dalam menentukan diagnosis serangan dan
penatalaksanaan serangan.

Kebijakan Dengan pengobatan yang cepat dan tepat, prognosa asma menjadi
lebih baik.

Prosedur Prosedur Diagnosis


1. Anamnesis
1.1 Batuk dan sesak kumat-kumatan
1.2 Ada riwayat alergi pada penderita dan atau keluarga
1.3 Suara nafas terdengar mengii
2. Pemeriksaan fisik
2.1 Nampak sesak sampai terdengar suara mengii
2.2 Ekspirasi memanjang dan terdengar wheezing expirasi
2.3 Ada retraksi otot-otot sela iga
3. Foto dada
Gambaran “Hyperaerated”
4. Menentukan derajat serangan asma
4.1 Serangan asma ringan
Pasien berbicara masih lancar
4.2 Serangan asma sedang
Berbicara dengan kalimat yang sulit diungkapkan
4.3 Serangan asma berat
Berbicara dengan kata-kata yang sulit diucapkan dan
terputus-putus.
Prosedur terapi
Serangan asma ringan/sedang/berat

Nebulisasi dengan salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis +


garam faali 2 ml + bisolvon 0,5 (10 tetes) sebanyak
1- 3 kali selang 20 menit

Nilai Respon

Gejala hilang Respon partial/tetap

Observasi ½ jam Gejala timbul lagi

Efek bertahan Rawat Inap


 Boleh pulang  Oksigen 2-3 lt/menit
 Bekali  Infus D5 in ½ saline 1½
salbutamol oral tetes/kg/menit
0,1  Aminophilin 5 mg/kgBB/8
ampul/kg/dosis jam
3x sehari dan  Steroid I.V/8 jam
mukolitik  Nebulisasi salbutamol/4-8
 Hindari alergen jam tergantung keadaan
 Jika dalam 24 jam membaik
dan stabil boleh pulang
dengan bekali salbutamol,
mukolitik, steroid dan hindari
alergen

Dosis steroid
Prednison oral (1 tab = 5 mg) : 1-2 mg/kgBB/hr dibagi 3
Prednisolon oral (1 tab = 4 mg) : 1-2 mg/kgBB/hr dibagi 3
Dexametasone injeksi 1 mg/kgBB/hari dibagi 3

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik
KEJANG DEMAM

RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA No.Dokumen No. Revisi Halaman
PONTIANAK

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Tetap Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra kranial.
Ada 2 bentuk kejang demam :
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Komplikata.

Tujuan Sebagai pedoman untuk menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


kejang demam.

Kebijakan Pencegahan kejang setelah sembuh dari kejang demam, sangat


penting dan perlu dilaksanakan agar tidak berkembang menjadi
epilepsi.
Prosedur Prosedur diagnosis :
1. Kejang Demam Sederhana ( KDS ).
Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria living
stone
1.1 Umur diantara 6 bln – 5 tahun
1.2 Lama kejang tak lebih dari 15 menit.
1.3 Kejang bersifat umum.
1.4Terjadinya kejang dalam 16 jam pertama setelah timbulnya
demam.
1.5 Tidak ada kelainan neurologis baik klinis atau laboratorium.
1.6 Kejang tidak lebih dari 4 kali dalam setahun.
1.7 EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang.
2. Kejang Demam Komplikata ( KDK ).
Kejang demam diluar kriteria tersebut diatas.

Prosedur terapi 1. Menghentikan kejang :


1.1 Berikan diazepam 0,3 mg/kgBB perlahan – lahan intravena
dalam waktu > 2 menit
1.2 Bila kejang belum berhenti dalam waktu 20 menit, berikan
obat, dengan dosis dan cara yang sama
1.3 Bila sukar mencari vena, berikan diazepam intrarektal 0,5
mg/kgBB atau 5 mg untuk BB ≤ 10 kg dan 10 mg untuk
anak BB > 10 kg
1.4 Bila kejang belum berhenti berikan fenitoin 10 mg/kgBB IV
perlahan-lahan 50 mg/menit
2. Profilaksis intermitten
Setelah kejang berhenti berikan :
Diazepam 0,3 mg/kgBB/dosis, 3x sehari saat demam dan
parasetamol 10 mg/kgBB/dosis, 3x sehari saat demam sampai
umur 4 tahun
3. Profilaksis jangka panjang dipertimbangkan pada kejang
demam komplikata sampai 2 tahun bebas kejang atau sampai
umur 6 tahun, denga obat asam valproat 25 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis.
4. Pengobatan penyebab

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik
Unit terkait 1. UGD Medik Anak
2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik

PENATALAKSANAAN
DEMAM TIFOID
RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA
PONTIANAK No.Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Demam Tifoid adalah


suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

Tujuan Sebagai pedoman untuk menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


demam
tyfoid.

Kebijakan Demam lebih dari seminggu yang belum jelas penyebabnya,


hendaknya pemeriksaan mengarah pada demam tyfoid serta
pengobatan dan perawatan seperti Demam tyfoid.
Prosedur Prosedur diagnosis :
1. Gejala klinis : demam, gangguan saluran cerna dan
gangguan kesadaran
1.1. Demam :
Demam lebih dari seminggu, remiten terutama
malam hari.
1.2. Gangguan saluran cerna
Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor dengan
ujung dan tepinya kemerahan. Konstipasi sering
terjadi kadang dapat juga diare.
1.3. Gangguan kesadaran
Apatis sampai somnalen, jarang terjadi sopor atau
koma.

Prosedur 2. Pemeriksaan laboratorium


2.1. Biakan empedu.
Ditemukan kuman – kuman salmonella typhosa
dalam darah ada minggu pertama.
2.2. Serologis
Pemeriksaan widal dianggap positif apabila hasil
untuk titer 0 = 1/320 atau lebih atau terdapat
kenaikan titer 4 x.
Prosedur terapi Perawatan dan pengobatan suportif:
Penderita diisolasi. Desinfeksi pakaian dan ekskreta.
Makanan tidak merangsang, tidak berserat banyak dan
tidak menimbulkan banyak gas.
Medikamentasi:
Dapat diberikan salah satu dari obat berikut :
 Kloramfenikol (drug of choice) 50 – 100
mg/kgBB/hr,oral atau IV dibagi dalam 4 dosis
selama 10 – 14 hari
 Amoksisilin 100 mg/kgBB/hr oral atau IV selama
10 hari, dibagi dalam 3 dosis
 Kotrimoksasol 6 mg/kgBB/hr,oral selama 10 hari
dibagi dalam 2 dosis
 Seftriakson 50 mg/kgBB/dosis, intravena atau
intramuskuler 2 kali sehari selama 5 hari
 Sefiksim 10 mg/kgBB/hr,oral dibagi dalam 2 dosis,
selama 10 hari
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan
gangguan kesadaran.Dexametasone 1 – 3 mg/kgBB/hr
intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik

PENATALAKSANAAN ENSEFALITIS
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA
PONTIANAK

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Ensefalitis adalah


infeksi yang mengenai susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

Tujuan Sebagai pedoman untuk menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


penyakit ensefalitis pada anak.

Kebijakan Penanggulangan edema otak secepat mungkin dengan pemberian


kortikostiroid sangat membantu dalam menurunkan kejadian gejala
sisa penyembuhan.

Prosedur Prosedur Diagnosis :


1. Gejala Klinis
1.1 Demam sampai hiperpireksia mendadak.
1.2 Kejang umum / lokal berjam – jam.
1.3 Kesadaran menurun.
1.4 Gejala serebral dapat berupa paresis, paralysis dan afasia.
2. Laboratorium :
Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan warna
jernih, pleositosis antara 50 – 2000 sel yang didominasi
oleh sel limfosit. Protein agak meningkat dan glukosa
dalam batas normal.
3. Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan EEG menunjukkan proses radang
difus bilateral dengan aktifitas rendah.
4. Pemeriksaan CT scan kepala hari ketiga sakit
Nampak ada lesi hipodens pada daerah frontotemporal
Prosedur terapi 1. Pengobatan penyebab
Diberikan bila jenis virus diketahui Herpes ensefalitis : adenosin
arabinose 15 mg /kg BB /hari selama 5 hari.
Virus Herpes Simplek : asiklovir 10 mg/kgBB setiap 8 jam selama
10 – 14 hari, diberikan dalam infuse 100 ml salin minimum dalam
1 jam.
2. Pengobatan Suportif
Untuk mempertahankan fungsi organ tubuh :
2.1 Pengobatan Kejang
Diazepan 0,3 – 0,5 mg / kg BB / x kemudian diikuti dengan
fenitoin 2 mg/ kgBB/ x.
2.2 Pengobatan edema otak.
Steroid dexametasone 0,5 mg / kg BB / x dilanjutkan dengan
dosis 0,1 mg /kgBB/x tiap 6 jam.
2.3 Makanan adekuat secara enteral atau parenteral dengan
memperhatikan jumlah kalori, protein, vitamin cairan dan
elektrolit.
2.4 Perawatan
Cegah keratitis dengan salep antibiotika mata dan cegah
dekubitus dengan merubah posisi penderita setiap 2 jam.

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik
PENATALAKSANAAN MENINGITIS

RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA No.Dokumen No. Revisi Halaman
PONTIANAK
Jl. Adisucipto Km.6,5
Sei.Raya Kab.Kubu
Raya Prop.Kalbar

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Meningitis adalah


suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
otak dan sumsum tulang belakang yang menimbulkan eksudasi
berupa pus atau serosa disebabkan oleh bakteri spesifik / non spesifik
atau virus.

Tujuan Sebagai pedoman untuk menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


meningitis pada anak.

Kebijakan Penentuan diagnosa yang cepat dan pengobatan yang cepat, tepat
dan adekuat sangat menentukan kesembuhan penderita.
Prosedur Prosedur Diagnosis :
1. Gejala klinis :

Neoratus :
Gejala tidak khas, panas, malas minum, lemah, muntah,
kesadaran menurun, ubun – ubun besar cembung dan
nafas tidak teratur.
Anak 2 bulan – 2 tahun :
Gambaran klasik tidak ada, panas tinggi, muntah, gelisah
dan kejang berulang, tangis melengking (high pitched
cry).
Anak > 2 tahun :
Panas, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan
kesadaran, tanda – tanda rangsangan meningeal,
kakukuduk tanda Brudzinski dan Kernig positif
2. Laboratorium
* Meningitis Purulenta

CSF : warna opalesen sampai keruh.


None / pandi positif kuat.
Jumlah sel ribuan terutama p.m.n.
Kadar protein meningkat, gula menurun
Darah tepi :
Leukositosis, pergeseran ke kiri.
* Meningitis Serosa / Tuberkulosa
CSF : warna xantokrom / jernih
None pandi positif lemah
Jumlah sel ratusan terutama limfosit
Kadar protein meningkat, gula menurun
Darah tepi :
Leukositosis pergeseran ke kanan.
3. Foto torak : pada meningitis TBC sering nampak gambaran
KP milier.
4. Test Mantoux : positif pada ,meningitis TBC.
Prosedur terapi 1. Obat – obatan antibiotika
1.1. Meningitis Tuberkulosa :
1.1.1 Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral 2x sehari maksimal
500 mg, selama 1,5 tahun.
1.1.2 Rifampisin 10 – 20 mg/kg/24 jam oral 1x sehari selama
1 tahun.
1.1.3 Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam IM, 1 –2x
sehari selama 3 bulan.
1.1.4 Selain obat anti TBC juga diberikan prednison 1 – 2
mg/kg/24 jam selama 1 – 3 bulan.
1.2. Meningitis Purulenta umur ≤ 3 bulan
1.2.1. Sifalosporin generasi III, seftriakson 100
mg/kgBB/hr tiap 12 jam IV
1.2.2. Ampisilin 200 mg/kg/24 jam 4 – 6x /hari dan
sefotaksim 200 mg/kg/24 jam 4x /hari,IV.
1.3. Meningitis Bakterial umur >3 bulan :
1.3.1. Ampisilin 200 mg/kg/24 jam IV, 4 – 6x /hari dan
kloranifenikol 100 mg/kg/24 jam IV, 4x sehari
atau
1.3.2. Sefalosporin generasi III,sefotaksim 200
mg/kgBB/hr 3x sehari atau seftriakson 100
mg/kgBB/hr 2x sehari
2. Pengobatan Simtomatis
Diazepan 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis atau rektal diazepam 0,4
– 0,6 mg/kg/dosis kend lanjutkan dengan Fenitorn 5
mg/kg/24 jam 3x sehari atau fenobarbital 5 – 7 mg/kg/24
jam 3x sehari.
Antiperetika paracetamol 10 mg/kg/dosis.
3. Pengobatan Suportif
Pemberian makanan / minuman dengan memperhatikan
jumlah kalori, protein, cairan, vitamin dan elektrolit.
Unit terkait 1. UGD Medik Anak
2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik
PNEUMONIA

RUMAH SAKIT TK II No.Dokumen No. Revisi Halaman


KARTIKA HUSADA
PONTIANAK
Jl. Adisucipto Km.6,5
Sei.Raya Kab.Kubu
Raya Prop.Kalbar

Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,


Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Pneumonia adalah radang parenkim paru.

Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


pneumonia pada anak.

Kebijakan Ada beberapa penyakit yang menyerupai pneumonia sehingga


penentuan diagnosa memerlukan pengalaman dan pemeriksaan yang
teliti.
Prosedur Prosedur diagnosis pneumonia bakterialis :
1. Gejala klinis :
1.1 Didahului infeksi saluran nafas atas beberapa hari.
1.2 Panas mendadak tinggi.
1.3 Nyeri kepala dan dada pada anak besar.
1.4 Batuk, sesak, takipne, nafas cuping hidung, granting dan
sianosis.
2. Pemeriksaan fisik :
2.1 Inspeksi:dada yang sakit tertinggal, Retraksi interkostral, sesak
nafas.
2.2 Palpasi : suara nafas menurun.
2.3 Perkusi : redup.
2.4 Auskultasi : suara nafas menurun / bronkhial.
Ronkhi basah halus pada awal dan kemudian
kasar pada stadium resolusi.
3. Laboratorium :
Leukositosis
4. Foto rontgen dada :
Bercak – bercak infiltrat tersebar pada bronkho pneumonia,
atau meliputi satu atau sebagian lobus pada
pneumonia labaris.

Prosedur diagnosis pneumonia virus :


1. Gejala klinis dan pemeriksaan fisik secara umum sama
dengan pneumonia bakteri, hanya lebih ringan.
2. Laboratorium :
Jumlah leukosit turun atau sedikit meningkat, LED normal
atau sedikit meningkat.
3. Foto rontgen dada :
Biasanya didapatkan infiltrat difus di daerah parahiler.
Prosedur terapi 1. Antibiotika
Pemberian antibiotika didasarkan atas umur, keadaan umum
dan dugaan penyebab.
1.1 Umur < 3 bulan
Ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam dalam 4 dosis atau sefotaxime 25-50
mg/kgBB/dosis setiap 12 jam atau seftazidime 25-50
mg/kgBB/dosis setiap 12 jam ditambah Gentamisin
5mg/kgbb/24 jam dalam 2 dosis
1.2 Umur > 3 bulan
Ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam dalam 4 dosis atau
sefotaxime 25-50 mg/kgBB/dosis setiap 12 jam atau
seftazidime 25-50 mg/kgBB/dosis setiap 12 jam atau
Amoksisilin 50 – 100 mg/kgBB dlm 3 dosis ditambah
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/ dalam 4 dosis.
2. Simtomatis
Oksigen dan ekspektoran bila perlu.
3. Fisioterapi
Drainase postural atau dengan menepuk – nepuk posisi
kepala lebih rendah.

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik

PENATALAKSANAAN BRONKIOLITIS
RUMAH SAKIT TK II No.Dokumen No. Revisi Halaman
KARTIKA HUSADA
PONTIANAK
Jl. Adisucipto Km.6,5
Sei.Raya Kab.Kubu
Raya Prop.Kalbar

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan,


Operasional Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Bronkiolitis adalah


penyakit infeksi paru akut yang menyerang bayi, ditandai oleh
obstruksi saluran nafas kecil.

Tujuan Sebagai pedoman dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


Bronkiolitis pada anak.

Kebijakan Bayi dengan sesak dimana keluhan lebih berat dari gejala fisik yang
ada, umumnya bayi menderita bronkiolitis.

Prosedur Prosedur diagnosis :


1. Gejala Klinis :
1.1 Menyerang anak < 2 th, terbanyak < 6 bulan.
1.2 Didahului kontak dengan orang dewasa yang menderita
infeksi saluran nafas atas yang ringan.
1.3 Gejala dimulai batuk, pilek dan mungkin panas.
1.4 Setelah beberapa hari batuk menghebat, gelisah tak dapat
tidur/ minum, kadang – kadang muntah dan demam
ringan, kadang kemudian takikardia, takipnea dan
sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik :
2.1 Dada mengembang, retraksi interkostal dan subkostal.
2.2 Hati dan limpa terdorong ke bawah sehingga teraba waktu
palpasi.
2.3 Perkusi hipersonor, suara nafas melemah.
2.4.Ronkhi halus akhir inspirasi, exp. memanjang dan
wheezing ekspirasi. Pada kasus berat wheezing
menghilang.
3. Foto Rontgen Dada AP dan lateral.
Diameter AP bertambah, diafragma tertekan ke bawah. Paru
– paru mengembang ( hiperaktif ) dengan bercak – bercak
infiltrat yang tersebar.

Prosedur terapi 1. Antibiotika diberikan bila ada indikasi.


Penyakit berat atau keadaan umum kurang baik.
Kecurigaan infeksi sekunder (bakteri) atau bronkopneumonia dengan
gejala panas tinggi, leukositosis.
Antibiotika yang diberikan seperti pada Pneumonia.
2. Bronkodilator.
3. Kortikosteroid diberikan pada keadaan gawat dapat
diberikan dexametason 0,1 – 0,2 mg/kg/dosis.
4. Digitalis diberikan pada payah jantung.
5. Suportif diberikan infus intravena bila sangat sesak, berikan
oksigen bila gelisah.

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik

PENATALAKSANAAN
TUBERKULOSIS PARU
RUMAH SAKIT TK II
KARTIKA HUSADA No.Dokumen No. Revisi Halaman
PONTIANAK
Jl. Adisucipto Km.6,5
Sei.Raya Kab.Kubu
Raya Prop.Kalbar
Standar Prosedur Tanggal Ditetapkan,
Operasional Terbit Ka. Rumkit Tk. II Kartika Husada

dr. Agus Sunaryo, M. Kes, MARS


Kolonel Ckm NRP 31448

Pengertian Tuberkulosis Paru adalah infeksi paru oleh kuman mikrobakterium


tuberculosis.

Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan


tuberculosis paru pada anak.

Kebijakan Keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh kedisiplinan orang tua


dalam memberikan obat pada anaknya.
Prosedur Prosedur diagnosis
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
Tabel Sistem scoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang
TB
Parameter 0 1 2 3 Ju
ml
ah
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga,
BTA
negatif
atau tidak
tahu,BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin negati Positif (≥ 10
f mm, atau ≥ 5
mm pada
keadaan
imunosupres
i)
Berat Bawah
badan/keadaan garis
gizi merah
(KMS)
atau
BB/U <
60%)
Demam tanpa ≥ 2 mgg
sebab jelas
Batuk ≥ 3 mgg
Pembesaran ≥1
kelenjar limfe cm,jumla
koli,aksila,inguinal h>
1,tidak
nyeri
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembeng
panggul,lutut,falan kakan
g
Foto toraks Norm Suggestif
al/tida TB
k jelas
Jumlah

Catatan :
 Diagnosis dengan system scoring ditegakkan oleh dokter
 Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk
kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dll.
 Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien
dapat langsung di diagnosis tuberculosis.
Penatalaksana Skema pengobatan Tuberculosis Anak :
an
Macam Penyakit Obat Dosis mg/kg/H Lamanya
Dosis max
Profilaksis primer INH 10 ( Max 400 ) Selama ada kontak
( mg / H )
Profilaksis sekunder : 9 bln
Asimtomatik INH 10 Selama sakit /
Mencegah eksaserbasi INH 10 terapi + 6 mng
Rifampicin 10 (Max 600 9 bulan
Tuberkolosis + mg / H
A INH 15 9 bulan
 Simtomatik ATAU
 Pleuritis INH 15 12 – 18 bulan
 Endobronkial +
 Kelenjar Strep 20 – 40 (Max 1 bulan
B Lalu 2x ½ g/H
Superfisial +
Ethambutol 15 11 – 17 bulan
ATAU
INH 15 12 – 18 bulan
Strep 20-40 (Max
Lal u 2x ½ g/H 1 bulan
+
C PAS 200 (Max 12 g/H 11 – 17 bulan
INH 15 – 20 18 bulan
* Milier +
* Pneumonia Progresif Rifampicin 10 18 bulan
A +
* Meningitis Strep 20 - 40 3 bulan
Tulang dan sendi ATAU
INH 15 – 20 18 bulan
+
Rifampicin 10 18 bulan
B +
Ethambutol 15 18 bulan
ATAU
INH 15 – 20 18 – 30 bulan
+
Ethambutol 15 18 – 30 bulan
+
Strep 20 - 40 3 bulan
C
 BCG – it is INH 15 Sampai mengecil
+
Rifampicin 10
 Tuberkulosis milier Regimen diatas
 Serositis ditambah
tuberculosis Prednison 1-2 1 – 3 bulan
 Tuberkulosis
endobronkial

Unit terkait 1. UGD Medik Anak


2. SMF Anak
3. Rekam Medik
4. Komite Medik
ASFIKSIA NEONATORUM
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/3
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
adekuat
Tujuan Agar bayi bisa bernafas, detak jantung normal, warna kulit merah
Deskripsi tentang  Pernafasan terganggu
klien  Detak jantung mengurang
 Reflek/ respon bayi melemah
 Tonus otot menurun
 Wrna kulit biru/ pucat
Ruang lingkup Bayi baru lahir
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Persiapan
Mengenai bayi beresiko yang akan dilahirkan, menyiapkan obat dan
memeriksa obat:
 Alat penghisap lendir (jangan listrik), sungkup
 Tabung oksigen yang terisi
 Laringoskop dengan baterai yang siap pakai, endotracheal tube
untuk prematur ID 2,5mm, untuk cukup bulan ID 3,5mm
 Handuk, gunting, penjepit tali pusat semua steril, natrium
bicarbonat
ASFIKSIA NEONATORUM
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 2/3
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur Pada waktu bayi lahir
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka dan kemudian hidung, mulut,
lendir dihisap secara hati-hati
 Posisi bayi trendelenberg dengan kepala miring
 Bila sudah bernafas spontan, posisi horisontal
Apgar skor menit I: 7-10
a. Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahuli
sambil melihat adakah afesia cheane, kemudian mulut, jangan
terlalu dalam, hanya sampai nasofaring, kecuali pada bayi asfiksia
yang air ketuban mengandung mekonium
b. Bayi dibersihkan (boleh dimandikan) kemudian dikeringkan,
termasuk rambut kepala, karena kehilangan panas paling besar
terutama daerah kepala
c. Observasi tanda vital sampai etasil, biasanya 2-4 jam
Apgar skor I:4-6
 Seperti a, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas
 Beri rangsangan taktil dengan tepukan kaki, max 15-30detik
 Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik
O2 yang dihangatkan)
Apgar skor 4-6
 Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH


KRAKSAAN ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 3/3
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur Apgar skor I: 0-3
Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermi
dengan segala akibatnya. Jangan diberi rangsangan taktil, jangan obat
perangsang nafas, segera lakukan resusitasi
Indikator Bayi menangis, bernafas spontan
pencapaian
IKTERUS NEONATORUM
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya
bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah.
Tujuan Mencegah meningkatnya kadar bilirubin, menghilangkan penyebab.
Deskripsi tentang Ikterus fisiologis
klien  Tampak pada hari III-IV
 Bayi tampak sehat (normal)
 Kadar < 12mg%
 Menghilang paling lambat 10-14 hari
 Tak ada faktor resiko
 Sebab: proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis)
Ikterus patologis
 Timbul pada umur < 36 jam
 Cepat berkembang
 Bisa disertai anemia
 Menghilang lebih lama . 2minggu
 Ada faktor resiko
 Dasar: proses patologis
Ruang lingkup Bayi umur 0-14 hari
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
IKTERUS NEONATORUM
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 2/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur Prinsip: -menghilangkan penyebab
-pencegahan peningkatan kadar bilirubin
Cara:
1. Meningkatkan kadar enzim: phenobarbital 1-2mg/ kg/ dosis 2-3x/
hari (3hari)
2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut fototerapi →
imunisasi → diharapkan ekskresi bertambah
3. Bilirubin darah dibuang: tranfusi tukar
Indikator Kadar bilirubin normal
pencapaian
SEPSIS NEONATORUM
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/1
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Sindrom klinik yang ditandai dengan adanya gejala sistemik di sertai
adanya bakteremia
Tujuan Menyembuhkan infeksi
Deskripsi tentang  Keadaan umum menurun, malas minum, hipertermi/ hipotermi
klien  Hipotoni otot, irritable, kejang, letargi
 Bernafas tidak teratur, sesak, apnea, sianosis, takhipnea (> 60/
menit)
 Takikardi, sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan
 Retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut kembung
 Pucat, kuning, splenomegali, tendesi perdarahan, trombopeni
Ruang lingkup Bayi umur 0-40 hari
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur a. Antibiotika
 Ampisillin 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis
Gentamisin 5mg/ kgBB/ hari, i.m, terbagi 2 dosis
 Sefalosporin generasi III 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2
dosis, lama pengobatan 10-14 hari
b. Suportif/ simtomatik
c. Untuk overwhelming sepsis (sepsis yang berat) dapat dilakukan
tranfusi tukar
Indikator Bebas demam, infeksi teratasi
pencapaian

DEMAM BERDARAH DENGUE


KR
A KS
AA N P
R O B OL
IN G
GO
(DBD)
RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
KRAKSAAN 0 1/5
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I_IV dengan
manifestasi klinis demam 2-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila
timbul renjatan, angka kematian cukup tinggi
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang Derajat I
klien  Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, tourniquet (+)
Derajat II
 Sama dengan derajat I ditambahb dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekhie, ekimosa, epistaksis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi, uterus, telinga dsb
Derajat III
 Kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (≥ 120/
mnt) tekanan nadi sempit (≤ 20mmHg) tekanan darah menurun
(120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/0 → 0/0)
Derajat IV
 Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung ≥
140/ mnt) anggota gerak terasa dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru
Lab: trombositopenia, Hb dan PCV meningkat (≥ 20%), leukopeni
(n/s)
Ruang lingkup Umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004

DEMAM BERDARAH DENGUE


KR
AK
SAA
N PR O B OLI
NG
GO
(DBD)
RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
KRAKSAAN 0 2/5
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur Belum/ tanpa renjatan
1. Grade I+II
a. Oral ad libitum
b. - infus RL 75ml/ kgBB/hari→BB<10kg atau
-dehidrasi→minum yang banyak dan sering
-bila anak tidak suka minum beri infus
 100ml/kgBB/24jam→BB<25kg
 75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg
 60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg
 50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kg
Obat lain: antibiotik bila ada infeksi sekunder, antipiretik,
darah 15cc/kgBB/hari bila perdarahan hebat
Dengan renjatan
2. Grade III
a. Berikan infus RL 20ml/kgBB/1 jam apabila menunjukkan
perbaikan (TD terukur >80mmHg, nadi teraba frekuensi
<120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan RL
10ml/kgBB/1jam. Jika TD dan nadi stabil lanjutka infus dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
dengan sisa waktu (24jam dikurangi waktu yang dipakai untuk
mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam
24jam:

DEMAM BERDARAH DENGUE


KR
A KS
AA N P
R O B OL
IN G
GO
(DBD)
RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
KRAKSAAN 0 3/5
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur  100ml/kgBB/24jam→BB<25kg
 75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg
 60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg
 50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kg
b. Bila satu jam setelah pemakaian infus RL 20ml/kgBB/1jam TD

msih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin


maka penderita harus memperoleh plasma expander
10ml/kgbb/1jam dan dilanjutkan infus RL sebanyak kebutuhan
cairan selama waktu setelah mengatasi renjatan
c. Bila 1 jam setelah pemberian RL 10ml/kgBB/1jam TD
menurun lagi, tetapi masih terukur <80mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma sebanyak 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang max
30ml/kgBB/24jam, jika memberikan lanjut RL dengan
perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan

DEMAM BERDARAH DENGUE


KR
AK
SAA
N PR O B OLI
NG
GO
(DBD)
RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
KRAKSAAN 0 4/5
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur 3. Grade IV
a. Berikan infus RL 30ml/kgbb/1jam. Bila kesadaran baik

(T>80mmHg dan nadi <120/mnt, akral hgt) lanjutka dengan RL


10ml/kgBB/1jam. Jika stabil RL dilanjutkan dengan
perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan.
b. Bila pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk, T tak
terukur dan nadi tak teraba maka harus dipasang infus 2tempat,
1 untuk RL 10ml/kgBB/1jamPlasma 20ml/kgbb/1jam jika
membaik lanjut RL dengan masuk dibagi sisa waktu setelah
dapat mengetahui renjatan.
c. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk T
terukur plasma dan nadi teraba cepat lemah, akral dingin maka
sebaiknya diberikan plasma expander 20ml/kgBB/1jam. Jika
memebaik lanjutkan RL dengan perhitungan kebutuhan cairan
selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
d. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam membaik tetapi
tensi terukur <80mmHg dan nadi >120mnt, akral hangat/ dingin
maka sebaiknya diberi plasma expander 10ml/kgBB/1jam dapat
diulang max 30ml/kgBB/1jam.

DEMAM BERDARAH DENGUE


KR
A KS
AA N P
R O B OL
IN G
GO
(DBD)
RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
KRAKSAAN 0 5/5
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur e. Jika tata laksana gerak iv setelah 2 jam sesudah plasma
20ml/kgBB/1jam dan RL 10ml/kgBB/1jam tidak menunjukkan
perbaikan maka perlu konsul anestesi.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2jam sesudah memperoleh
RL 30ml/kgBB/1jm dan plasma 20ml/kgBB/1jam maka perlu
plasma lagi 10ml/kgBB/1jam jika tidak ada perolehan konsul
ke anestesi
g. Jika sudahmemperoleh RL 30ml/kgBB/1jam dan plasma
10ml/kgBB/1jam belum memperoleh perbaikan yang optimal
maka perlu diberi plasma 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang
max 30ml/kgbb/24jam jika tidak ada perubahan konsul
anestesi. Untuk kasus yang sudah memperoleh cairan
60ml/kgBB/1jam pikirkan overload dan kemampuan kontraksi
kurang per menit diberikn lasix 1mg/kgBB/x dan dopamin

Indikator Bebas demam, trombosit ≥ 100mg/dl, keadaan umum membaik


pencapaian
Prosedur Terapi
BAGAN
BAGAN1 1

TATALAKSANAAN PENDERITA TERSANGKA


DEMAM BERDARAH DENGUE
( DI POLIKLINIK / UGD )

TERSANGKA DBD
Anamnesis : Sangat tersangka DBD
Tersangka DBD bila : bila tersangka di tambah :
demam *Mendadak *Tidak disertai ISPA
*Tinggi *Badan lemah/lesu
*Terus menerus Pemeriksaan fisik *Muntah-muntah
*< 7 hari *Sakit perut
*Musim DBD

Ada Kedaruratan Tida ada kedaruratan


Uji Tourniquet + / -
*Tanda shock/gagal sirkulasi Periksa Uji Tourniquet
*Muntah terus menerus ( Rumple Leede )
*Kejang
*Kesadaran menurun/gelisah
*Berak darah
*Mimisan masif RL (+) RL (-)

* Tak kuat minum Jml Trombosit


* Jml Trombosit > 100.000/UI
< 100.000/UI
* Ht > 40
Rawat Jalan Rawat Jalan

*Kontrol hari III,IV,V


*Kontrol hari III,IV,V *Minum banyak 100ml/kg/hr
*Minum banyak *Nilai tanda klinis
100ml /kg/hr *Lab, Hb, Ht, Trombo
*Nilai tanda klinis *Ulang uji tourniquet
*Lab, Hb, Ht, Trombo

KEDARURATAN KLINIS

RAWAT INAP
: KAPAN DBD DIRAWAT INAP ?

1. DBD DERAJAT III / IV


2. DBD DERAJAT I / II BILA :
a. Ada Kedaruratan klinis
* Muntah terus menerus
* Muntah darah
* Berak darah
* Kejang
* Kesadaran menurun / gelisah
b. Tanda Kedaruratan Lab
* Trombo < 100.000 < hr VI
* Ht > 40 % < hr VI
c. Ada ancaman kedaruratan
Tak kuat minum hari III, IV, V

TANDA GAGAL SIRKULASI :

1. Tensi ttu, nadi ttb


2. Tekanan nadi ≤ 20 mmHg disertai nadi cepat dan lemah > 120x / mt
3. Hipotensi ( T < 80 mmHg ) disertai nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab,
gelisah.
P BAGAN 2
r TATALAKSANA PENDERITA DBD DI RUANG RAWAT INAP
o
GRADE III (T<80, N>120) GRADE IV (T=0, N=0)
s Akral dingin, nadi cepat lemah Akral dingin (sangat jelek)
e (kurang baik)
d
u
RL 30 ml/kgBB/1jam
r RL 20 ml/kgBB/1 jam (30 ml/kgBB gerojog)
(20 ml/kgBB gerojog)
t Sangat
e Baik Kurang baik Jelek Jelek
r T>80 mmHg T terukur T Palpasi T=0, N=0
a Nadi <120/mt <80 mmHg N cepat lemah Akral dingin
p Menguat, N cepat Akral dingin
i Akral hangat Akral dingin
A Atau hangat

RL 10 ml/kg/1 Plasma Plasma RL Plasma


jam atau Dextran atau Dextran 10 atau Dextran
3,3 tts/kg/mt atau Plasma atau Plasma ml/kg/ atau Plasma
selama 1 jam expander lain expander lain 1 jam expander lain
10 ml/kg/1jam 20 ml/kg/1 jam 20 ml/kg/1jam
Lasix
*

Keadaan
Memburuk
Dopamin
B (ICU
Anesthesi)
KEBUTUHAN CAIRAN 24 JAM
RL = =……tts /kg BB / m
RD 72

GRADE I/II
Keterangan : *Pikirkan dd : Kebutuhan cairan 24 jam :
A : Fase atasi syok - Hipoglikemi BB < 25 kg : 100 ml/kg(1,5 tt/kg bb/mt)
B : Fase - Syok kardiogenik 26 – 40 kg : 75 ml/kg (1 tt/kg bb/mt)
mempertahankan - Syok septik 41 – 50 kg : 50 ml/kg (2/3 tt/kg bb/mt)
agar tidak syok - Perdarahan
Kapan penderita DBD dipulangkan ?
Penderita DBD dipulangkan bila : Setelah hari ke V, tidak demam dan tidak ada kedaruratan
klinis/stabil baik (tidak menunggu trombosit > 100.000)
Kortikosteroid diberikan pada keadaan DBD derajat IV, renjatan berulang dan renjatan
berkelanjutan.
CAMPAK
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Suatu infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan gejala
panas, batuk, pilek, radang mata, dan bercak koplik, disertai timbulnya
bercak merah makulopapular yang menyebar keseluruh tubuh,
kemudian hitam dan mengelupas.
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang  Keradangan selaput lendir hidung, mulut, tenggorok, dan saluran
klien pencernaan, sehingga terjadi gejala batuk, pilek, mata merah,
bercak koplik dan diare
 Ruam makulopapular.
Ruang lingkup Bayi umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur 1. Tanpa penyulit
 Rawat jalan
 Cukup cairan dan kalori
 Pengobatan simtomatis, misal: antipiretik
CAMPAK
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 2/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
2. Dengan penyulit
 Perlu dirawat inap (bangsal isolasi sistem pernafasan)
 Perbaiki keadaan umum :
 Pemenuhan kebutuhan cairan
 Perbaiki KU
o Pemenuhan kebutuhan cairan
o Diit yang memadai
o Penderita malnutrisi perlu vitamin A 200.000 KI IM
dilanjutkan oral 1.500 KI per hari
 Mengatasi penyulit yang timbul
Indikator Infeksi teratasi, gejala berkurang
pencapaian
VARISELA
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/1
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Penyakit yang sangat menular yang sering menyerang usia 1-14 tahun
Tujuan Mengobati penyakit, mencegah penularan dan komplikasi
Deskripsi tentang  Demam ringan timbul dalam 24 jam pertama
klien  Sakit kepala
 Timbul ruam mula-mula papula → vesikel → erosi 3-5 hari →
krusta
Ruang lingkup Bayi umur 1-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur  Simptomatis
 Acyclovir 20mg/ kgBB/ dosis dalam 4 dosis selama 5 hari
Indikator Demam menurun, gejala berhenti
pencapaian
BRONKHITIS
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/1
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Infeksi bronkhus berasal dari penyakit saluran nafas atas dan bawah
Tujuan Mengatasi infeksi dan sesak, mencegah komplikasi
Deskripsi tentang Batuk, pilek 3-4 hari, nyeri/ panas, sesak, kadang konjungtivitis, ronkhi
klien kering, ronkhi basah, kasar
Ruang lingkup Anak umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur  Kontrol batuk
 Pengeluaran sekret > mudah/ encer
 Minum banyak
 Ekspektoran
 Hati-hati: cough syrup dan antihistamin, sekret > kental:
atelektasis/ pneumonia
 Antibiotik: curiga infeksi sekunder: penisillin, ampisillin,
kloksasillin, kloramphenikol, eritromisin
Indikator Bebas sesak, panas menurun
pencapaian
INFEKSI SALURAN KENCING
KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 1/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Pengertian Infeksi yang terjadi pada saluran air kemih, mulai dari uretra, buli-buli,
ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, air kemih berbau/
klien berubah warna, nyeri pinggang/ perut panas/ hipotermal, tidak dapat
menahan kencing, polakisuri, disuri, enuresis
Ruang lingkup Anak umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Antibiotik
A. Parenteral
 Ampisilin 100mg/kg/hari, 2x/hari (bayi < 1minggu), 3x/hari
(bayi <1minggu)
 Cefotaxim 150mg/kg/hari, 4x/hari
 Ceftriaxone 75mg/kg/hari, 1x/hari
 Gentamysin 5mg/kg/hari, 2x/hari(bayi<1minggu) 3x/hari
(bayi<1minggu)
B. Oral
 Amoksisilin 20-40mg/kg/hari, 3x/hari
 Sefiksim 4mg/kg, 2x/hari
 Trimetoprim 6-12mg/kg, 4x/hari
 Sulfametoksasol 30-60g/kg, 3x/hari

INFEKSI SALURAN KENCING


KR
A KS GO
AA N P IN G
R O B OL

RSAB SITI FATIMAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KRAKSAAN 0 2/2
Direktur

Tanggal Terbit
SPO
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur C. Profilaksis
 Trimetoprim 2mg/kg, 1x malam hari
 Sulfametoksasol 30-60mg/kg, 1x malam hari
 Nitrofurantoin 1-2mg/kg, 1x malam hari
Indikator Infeksi teratasi
pencapaian

Anda mungkin juga menyukai