Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN DAERAH MILITER IX UDAYANA

RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA

PANDUAN
PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN
(DISCHARGE PLANNING)
RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA

RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA


KESEHATAN DAERAH MILITER IX/UDAYANA
RUMAH SAKIT Tk.II UDAYANA DENPASAR
Jl. PB. Sudirman No. 1 Denpasar Telp( 0361 ) 228061 –
228068
Fax ( 0361 ) 246356
Email rumahsakitudayana@yahoo.com

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT Tk.II UDAYANA


NOMOR: 2016

TENTANG PANDUAN PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)
DI RUMAH SAKIT TK.II UDAYANA

KEPALA RUMAH SAKIT Tk.II UDAYANA

a. bahwa dalam rangka menjamin pelayanan telah diberikan berdasarkan


kebutuhan pasien, maka diperlukan adanya proses pemulangan pasien yang
berstandar sehingga untuk menjamin kualitas pelayanan dan keselamatan
pasien secara efektif dan efisien memerlukan adanya acuan; dan

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,


maka untuk memberikan pelayanan pada pasien perlu ditetapkan panduan
perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) dengan keputusan
Kepala Rumah Sakit Tk.II Udayana.

1. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran (Lembaran Negara RI


tahun 2004 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI tahun 4431);

2. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);

3. UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);

4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/ 1999 Tentang


Standar Pelayanan Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/ 2008 tentang Rekam


Medis;

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/VIII/ 2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Menimbang :

Mengingat :

8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/Menkes/Per/IX/ 2010 tentang


Standar Pelayanan Kedokteran; dan

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT Tk.II UDAYANA TENTANG PANDUAN


PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN (DISCHARGE PLANNING) DI
RUMAH SAKIT Tk.II UDAYANA.

Panduan Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning) di Rumah


Sakit Tk.II Udayana.

Menginstruksikan kepada Kepala Instalasi untuk melakukan monitoring terhadap


penerapan panduan.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan akan diadakan
perbaikan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Menetapkan :

KESATU :

KEDUA :

KETIGA :

Denpasar, 2016
Kepala Rumah Sakit Tk.II Udayana

dr. Saiful Wathoni, MARS


Kolonel Ckm NRP 33466

KESEHATAN DAERAH MILITER IX UDAYANA


RUMAH SAKIT TK. II UDAYANA

PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)

BAB I
DEFINISI

1. LATAR BELAKANG

Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan


berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan
berlanjut pada pasien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,
pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau.
Semua Pasien dilakukan penilaian kebutuhan perencanaan pemulangan yang dimulai pada saat
pasien masuk rumah sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi
verbal tentang penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan
gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu
ditinjau.

2. TUJUAN

Tujuan Umum :
Membantu pasien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus :
a. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat
keadaan yang penuh dengan stress
b. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke
ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa
c. Membantu klien memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan
d. Bahan pendokumentasian keperawatan.

3. MANFAAT

a. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan bermanfaat membantu penghematan


dana oleh karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada
setiap sarana kesehatan, memperjelas sistem pelayanan kesehatan yang tersedia dan
memudahkan administrasi terutama aspek perencanaan.
b. Dari sudut masyarakat bermanfaat meringankankan biaya pengobatan

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasien yang diperbolehkan meninggalkan rumah sakit dalam jangka waktu sementara atau cuti,
dalam proses rencana pengobatan dengan izin yang disetujui untuk waktu tertentu. Dan pasien yang
pulang normal, pulang kritis, pulang mandiri atau masih ketergantungan baik dengan alasan medis
maupun non medis.
Panduan ini berlaku pada semua lini pelayanan Rumah Sakit, yang meliputi :
1. IGD,
2. Rawat Jalan,
3. Ruang Perawatan,
4. Ruang Tindakan (OK) dan
5. Sarana Penunjang Medis.

BAB III
TATA LAKSANA
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang
telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien.
Discharge planing harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, tersedianya tim kesehatan
dimulai sejak awal pasien masuk rumah sakit disusun oleh tim.

Tahap-tahap perencanaan pulang :


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang pasien Ketika
melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan.
Pasien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi
dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Pelayanan Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung atau penanggung jawab biaya

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan
untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan
memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah
penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial.

3. Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik pasien.
Yang dapat dibagi sesuai kriteria pasien berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan
akan pelayanan berkelanjutan seperti pasien pulang normal, pulang kritis, pulang mandiri
atau masih ketergantungan. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD,
yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment(Lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang,
yang dilakukan oleh pasien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan,perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah
untuk memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.
Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan
tambahan.
e. Outpatient referral
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang
dapat meningkatan perawatan yang kontinyu.

f. Diet
Pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran
yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demonstrasi ulang
menjadi harus memuaskan. Pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan
dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.

5. Penyerahan Home Care


Penyerahan home care dibuat sebelum pasien pulang. Informasi tentang pasien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan
mental pasien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau
tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh pasien. Transportasi
harus tersedia pada saat ini.

6. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya
dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon,
kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).

7. Dokumentasi
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien (Informed Consent) dan
atau keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan
dengan tindakan tersebut.
Seluruh isian formulir discharge planning didokumentasikan secara lengkap dalam catatan
rekam medik dan diinformasikan kepada pasien.

BAB IV
DOKUMENTASI
Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam semua bentuk kegiatan di
rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan aman bagi pasien itu
diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di
rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan wewenangnya.
Semua Pasien dilakukan penilaian kebutuhan rencana untuk perencanaan pemulangan yang
dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan
segera dilaksanakan.
Kurun waktu penyusunan Discharge Planing maksimal 1x24jam setelah pasien rawat inap yang
memenuhi kriteria sebagai berikut : umur lebih dari 65 tahun, terdapat keterbatasan mobilitas fisik,
memerlukan perawatan dan pengobatan lanjutan, memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan
ADL
Sedangkan pasien rawat inap dengan kondisi pemulangan kritis maka Discharge Planing segera
mungkin sampai maksimal 1x24 jam setelah pasien rawat inap dengan melibatkan keluarga pasien
seperti pada kasus :
a. Pasien geriatri dengan gangguan penglihatan dan pendengaran
b. Pasien dengan gangguan mobilitas misalnya stroke, pasien post operasi, multiple fraktur,
luka bakar yang laus, paska amputasi, pasien lumpuh, pasien dengan ulkus diabetikum
c. Pasien yang tidak mampu melanjutkan pengobatan secara mandiri seperti ibu post partum,
luka bakar daerah punggung
d. Pasien yang tidak mandiri seperti bayi dan anak
e. Pasien dengan katarak, pasien buta dan pasien yang tinggal sendiri tanpa keluarga.
Untuk pasien yang tidak termasuk diatas, discharge planing diselesaikan 1x24 sebelum pasien
pulang.

Denpasar, 2016
Kepala Rumah Sakit Tk. II Udayana

dr. Saiful Wathoni, MARS


Kolonel Ckm NRP 33466

Anda mungkin juga menyukai