Beton Prategang Prestressed Concrete
Beton Prategang Prestressed Concrete
( Prestressed Concrete )
Untuk mengatasi hilangnya gaya prategang dalam waktu singkat, G.R. Steiner pada
tahun 1908 mengusulkan untuk melakukan penegangan kembali (USA). Sedangkan J. Mandl
dan M. Koenen dari Jerman, menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Pada
tahun 1928, Eugene Freyssinet seorang Insinyur dari Perancis berhasil menemukan
pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Dan ia berhasil
Kelas 1 : seluruh bagian konstruksi dalam tegangan tekan pada beban kerja.
Kelas 2: konstruksi monolit yang memperkenankan adanya tegangan tarik yang
terbatas, tapi tidak boleh terlihat retak pada beban kerja.
Kelas 3: boleh terjadi retak rambut pada beban kerja, tapi besarnya lendutan
dibatasi.
Kelas 2A: adalah sub kelas yang merupakan kombinasi dari dua kelas, yaitu kelas 1
pada beban kerja yang terdiri dari beban tetap dan beban hidup, tetapi juga seperti
kelas 3 pada beban ekstrim. Karena sifat dari beton prategang, retak rambut
akan menutup kembali pada beban kerja yang biasa.
Sistem desain ini sesuai dengan anggapan faktor keamanan itu adalah terhadap beban
yang ekstrim. Maka desain untuk beban kerja biasa disesuaikan dengan persyaratan
beton kelas 1, dan untuk beban ekstrim pada beton kelas 3. Dalam hal ini kelas 1 juga disebut :
fully prestressed.
Kondisi beban batas yang diminta untuk ketiga kelas adalah sama, tapi syarat gaya
prategang efektif tergantung pada pembebanan.
Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemudian
diangker pada suatu abutment tetap ( gambar A )
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang sudah disediakan
sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan
mengering ( gambar B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton (
gambar C ).
Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tersebut akan melengkung
keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton
tersebut akan rata.
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya prategang
tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok melengkung
keatas ( gambar C ).
Karena alasan transportasi dari pabrik beton, maka biasanya beton prategang
dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok dibagi-bagi, misalnya
dengan panjang 1 ~ 1,5 m ), kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan disite,
setelah balok segmental tersebut dirangkai.
2. Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam praktiknya ada empat macam, yaitu :
a. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang
dengan sistem pratarik.
b. Untaian kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton
prategang dengan sistem pascatarik.
c. Kawat batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang
dengan sistem pratarik.
d. Tulangan biasa, sering digunakan untuk tulangan non-prategang (tidak ditarik), seperti
tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
Dengan ini, maka suatu struktur dengan bentangan besar penampangnya akan lebih
langsing, hal ini mengakibatkan Natural Frequency dari struktur berkurang, sehingga menjadi
dinamis instabil akibat beban getaran gempa atau angin, kecuali bila struktur itu memiliki
redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
Bila ditinjau dari segi ekonomis, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Ada beberapa keuntungan dari beton prategang bila dibandingkan dengan beton bertulang
biasa :
a. Karena pada beton prategang dipergunakan material yang bermutu tinggi, baik
beton dan baja prategang, maka voluma material yang dipergunakan lebih kecil bila
dibandingkan dengan beton bertulang biasa untuk beban yang sama. Menurut
pengalaman dengan meningkatkan mutu beton 2x lipat akan menghemat biaya
sekitar 30 %.
b. Pada beton prategang seluruh penampang beton aktif menerima beban, sedangkan
pada beton bertulang biasa hanya penampang yang tidak retak saja yang menerima
beban.
c. Beton pratekan akan lebih ringan atau langsing ( karena volumanya lebih kecil )
sehingga secara estetika akan lebih baik. Untuk bentangan bentangan yang besar
seperti jembatan dimana pengaruh berat sendiri sangat besar, maka penggunaan
beton prategang akan sangat menguntungkan, karena lebih ringan dapat menghemat
pondasinya.
Tugas Bahan Bangunan II
Created by : Deni Fauyul Ichsanto Beton Prategang ( Prestressed Concrete )
8
d. Karena tidak terjadi retak pada beton prategang, maka baik baja penulangan dan
baja prategang akan lebih terlindungi terhadap bahaya korosi, sehingga akan lebih
cocok untuk struktur yang bertempat didaerah korosif.
e. Lendutan efektif untuk beban jangka panjang dapat terkontrol lebih baik pada beton
prategang penuh maupun prategang sebagian.