Anda di halaman 1dari 6

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung
sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan
masalah penelitian (Nursalam, 2008).
Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada klien Gout arthritis dengan masalah gangguan citra tubuh di Puskesmas
Sampung Ponorogo.

3.2 Batasan istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan


pada Klien Gout arthritis dengan masalah gangguan citra tubuh di Puskesmas
Sampung Ponorogo, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang
konsep asuhan keperawatan.

3.3 Partisipan
Partisipan pada studi kasus ini adalah klien dengan diagnose medis
Gout Arthitis Dengan kriteria subjek:
1. Klien yang sadar.
2. Dapat diajak berkomunikasi.
3. Usia produktif <60 tahun.
4. Berjenis kelamin perempuan/laki-laki
5. Tidak mengalami dimensia

3.4 Lokasi dan waktu


3.4.1 Lokasi
Lokasi studi kasus ini rencananya akan dilaksanakan di
puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
3.4.2 Waktu Penelitian
Proses pembuatan studi kasus ini dimulai pada bulan 1
November 2018 yang diawali dari pengajuan judul, dan ujian
proposal dilaksanakan pada bulan Januari 2019 yang sesuai dengan
jadwal terlampir.

3.5 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan ke subjek dan proses


pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan. Selama
proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan
subjek, melatih tenaga pengumpulan data (jika diperlukan),
memerhatikan prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan
masalah yang terjadi agar data terkumpul sesuai rencana yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2016).
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang
direncanakan dan meliputi tanya jawab antara perawat dengan klien
yang berhubungan dengan masalah kesehatan lain. Untuk itu
kemampuan komunikasi sangat dibutuhkan oleh perawat agar dapat
memperoleh data yang diperlukan (Nursalam, 2016).
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi lisan dari
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap dengan orang
tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden. Sumber informasi yang dicari dari wawancara, dapat
diperoleh dari klien, keluarga, teman sejawat, ataupun profesi kesehatan
lain yang menangani klien. Wawancara sebagai pembantu utama dari
metode observasi. Dalam wawancara, peneliti bisa mendapatkan data
secara verbal yang meliputi : keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, skala nyeri pasien.
2. Observasi
Obeservasi atau pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan.
Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah
pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian
akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.
Dalam penelitian, pengamatan adalah prosedur yang berencana,
meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas
tertentu atau situasi tertentu yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Dalam melakukan observasi, bukan hanya “melihat”, atau
“menonton” tetapi keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan -pencatatan.
Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan
sistemik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan
“mengamati” dan “mencatat” (Notoatmodjo, 2010). Peneliti
menggunakan metode observasi untuk mengetahui gangguan citra
tubuhnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan
untuk memperoleh data obyektif dari klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik
untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah, dan
data dasar guna mneyusun rencana asuhan keperawatan. Pemeriksaan
fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu inspeksi, palapasi,
perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2008) Pada pemeriksaan fisik pasien
Gout Arthitis dengan gangguan nyeri akut berfokuskan pada pemeriksaan
skala nyeri selain itu juga harus melakukan pemeriksaan fisik lainnya
seperti pemeriksaan kepala, dada terdiri dari paru-paru dan jantung ,
kemudian pemeriksaan fisik abdomen apakah ada gangguan pada sistem
pencernaan akibat bedrest atau gangguan eliminasi serta pemeriksaan
ekstremitas pada pasien.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data berbentuk besar data berbentuk surat,
catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan, dan
sebagainya. Bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data deserver dan flashdisk,
data tersimpan diwebsite, dan lain-lain. Data jenis ini mempunyai sifat
utama tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk
menggali informasi yang terjadi dimasa silam (Sujarweni, 2014).
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengambil datayang
berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar,
tabel atau daftar periksa, hasil laboratorium, status pasien dan lembar
observasi yang dibuat.

3.6 Analisis data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara maupun


menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa
dianalisis. Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis
data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut.
Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas.
Interpretasi data yang sempit, hanya sebatas pada masalah penelitianyanga
akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi
yang lebih luas, interpretasi data berarti mencari makna data hasil peneliti
tersebut, tetapi juga melalukan inferensi atau generalisasi dari data yang
diperoleh melalui penelitian inferensi atau generelasi dari data yang
diperoleh melalui penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Analisa dan
penelitian studi kasus keperawatan yang digunakan adalah analisa deret
waktu. Analisa deret waktu adalah serangkaian nilai pengamatan yang
diambil selama kurun waktu tertentu dan studi literature dituangkan secara
diskriptif dan naratif.
Untuk cara penilaian citra diri pasien melalui wawancara dan
observasi setiap hari, yaitu :
Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda () jika pasien dan keluarga menunjukkan kemampuan di
bawah ini :
2. Tuliskan tanggal di setiap dilakukan pertemuan kunjungan
3. Jika kemampuan dibawah ini tidak ditemukan, tulis keterangan di
dalam kolom tersebut NA (not appropriate)
Tanggal
No Kemampuan

A PASIEN

1 menyebutkan citra tubuhnya dahulu dan saat ini

menyebutkan perasaan dan harapannya terhadap


2 perubahan yang terjadi

3 melihat bagian tubuh yang hilang

4 menyentuh bagian tubuh yang hilang

5 menyebutkan aspek positif diri

6 menyebutkan lebih banyak potensi tubuh yang lain

7 menyebutkan cara mengatasi gangguan citra tubuh

melakukan cara mengatasi gangguan citra tubuh dengan


8 mengganti bagian tubuh yang hilang

9 menyusun jadwal sehari hari

10 melakukan aktivitas sesuai jadwal

TOTAL

Keterangan hasil penilaian :

1. 10-8 = Baik

2. 7-5 = Cukup

3. 4-0 = Kurang

3.7 Etika penelitian

Agar studi alamiah benar-benar dapat terjadi dan peneliti tidak


mendapat persoalan masalah etik maka ada beberapa yang harus di
persiapkan oleh peneliti antara lain yaitu :
1. Meminta izin pada penguasa setempat dimana peneliti akan di
laksanakan sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian.
2. Menempatkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek”
melainkan orang yang derajatnya sama dengan peneliti.
3. Menghargai, menghormati dan patuh semua peratuaran, norma, nilai
masyarakat, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan yang hidup di
dalam masyarakat tempat penelitian di lakukan.
4. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan dengan informasi
yang diberikan.
5. Informasi tengang subjek tidak di publikasikan bila subjek tidak
menghendaki, termasuk nama subjek tidak akan di cantumkan dalam
laporan penelitian.
6. Peneliti dalam merekrut terlebih dahulu, memberikan imformed
consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait
dengan tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya.
7. Selama dan sesudah penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan
diperlakukan sama, nama partisipan di ganti dengan nomor
(anonymity). Peneliti akan menjaga kerahasian informasi yang
diberikan dan hanya di gunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak
akan di publikasiakan tanpa izin partisipan.
8. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada
partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan
keinginan partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada
pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan masalah yang di alami
(Saryono & Mekar , 2013)

Anda mungkin juga menyukai