Revisi Hepatitis Fix Insyaallah
Revisi Hepatitis Fix Insyaallah
HEPATITIS
Disusun Oleh:
Jurusan Keperawatan
Sistem bilier terdiri dari organ-organ dan saluran (saluran empedu, kandung empedu, dan
struktur terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi empedu.
Fungsi utama sistem bilier:
– mengeringkan produk limbah dari hati ke duodenum
– membantu dalam pencernaan dengan pelepasan terkontrol empedu
a. Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar ditubuh, beratnya sekitar 1-2,3 kg. Hati berada
dibagian atas rongga abdomen yang menempati bagian terbesar regio hipokondriak.
Bagian atas dan anterior memiliki struktur yang halus terpasang tepat dibawah permukaan
diafgrama; bagian permukaan posterior tampak tidak beraturan.
Hati terbungkus dalam kapsul tipis yang tidak elastis dan sebagian tertutupi oleh
lapisan peritoneum. Lipatan peritoneum membentuk ligamen penunjang yang melekatkan
hati pada permukaan inferior diagfragma.
Hati memiliki 4 lobus. Dua lobus yang berukuran paling besar dan jelas terlihat
adalah lobus kanan yang berukuran lebih besar, sedangkan lobus yang berukuran lebih
kecil, berbentuk baji, adalah lobus kiri. Dua lobus lainnya adalah lobus kaudatus dan
kuadratus yang berada di permukaan posterior.
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.
Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai
kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica.
Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini
membawa zat makanan kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang
vena porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Elly Nurachmah 2011).
Fisura porta merupakan nama yang diberikan untuk permukaan posterior hati
dimana banyak struktur yang masuk dan keluar kelenjar.
Vena porta masuk dan membawa darah dari lambung, limfa, pankreas, usus halus,
dan usus besar.
Arteri hepatika masuk dan membawa darah arteri. Arteri ini merupakan cabang
dari arteri selika, yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Arteri hepatika dan vena
porta membawa darah ke hati. Aliran balik bergantung pada banyaknya vena hepatika
yang meninggalkan permukaan posterior dan dengan segera masuk ke vena cava inferior
tepat dibawah diagfragma.
Serat saraf simpatik dan parasimpatik mempersarafi bagian ini. Duktus hepatika
kanan dan kiri keluar, membawa empedu dari hati ke kandung empedu. Pembuluh linfe
meninggalkan hati, lalu mengalirkan sebagian limfe ke nodus diabdomen dan sebagian
nodus torasik.
b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati,
mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai
darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen.
Vena porta yang terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior,
mengantarkan 4/5 darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70%
sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada
hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika
mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah
utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan
venaporta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu.
Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian tengah
masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan
isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang
mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (Syilvia
Anderson, 2006) .
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh. Adapun
fungsi hati menurut (Syilvia Anderson, 2006) sebagai berikut:
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui hati
sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan
tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan
total rata-rata 1450 ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme
karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil
perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir
melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral (termasuk
zat besi).
7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10. Membantu menghambat infeksi.
B. Pathway Hepatitis
Keterangan :
Selanjutnya dari pengaruh alkohol, virus hepatitis dan toksin dapat menyebabkan
inflamsi hati dan dapat menyebabkan peregangan kapsula hati yang berlanjut menjadi
hepatomegaly atau pembesaran organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
serta alcohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta menimbulkan reaksi
hiperplastik yang menyebapkan neoplastik hepatima yang mematikan sel-sel hepar dan
mengakibatkan pembesaran hati.
Selanjutnya menyebakan kerusakan sel parenkim dan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik dapat menyebabkan obstruksi, dari obstruksi tersebut dapat menyebabkan
kerusakan sel eksresi atau gangguan eksresi empedu, karena sel eksresi rusak menyebabkan
retensi bilirubin, sehingga regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatic dan menyebabkan
bilirubin meningkat, bila bilirubin meningkat dapat menyebabkan peningkatan garam
empedu dalam darah sehingga menyebabkan bilirubin dan kemih berwarna gelap.
C. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang didomain menyerang hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas ( Brunner & Suddarth, 2002 : 1169).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatitis dalam
Bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever
sendiri itu dari Bahasa belanda yang berarti organ hati, bukan penyakit hati. Namun
banyak asumsi yang berkembang dimasyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang
hati. Sedangkan sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan keracunan, karena tidak
semua penyakit kuning diebabkan oleh radang hati, tetapi juga karena adanya peradangan
pada kantung empedu.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksis terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia khas ( Brunner & Suddarth, 2002 : 1169).
D. Klasifikasi hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C, Hepatitis D, hepatitis E ( Yuliana elin, 2009)
1. Hepatitis A
a) Definisi hepatitis A
Hepatitis A merupakan infeksi virus hepatitis A (VHA) pada hati yang
bersifat akut. Secara global dan di Indonesian hepatitis A merupakan penyakit hati
paling banyak dilaporkan. Umumnya serprevalensi anti VHA ditemukan tinggi
pada daerah dengan standar kesehatan, terutama higienitas, yang masih rendah. (
Mansjoer 2001).
Hepatitis A merupakan Virus intensin berukuran kecil mengandung RNA,
termasuk grup viruspicorna yang penyebarannya melalui fekal oral. Sel hati
merupakan tempat replikasi virus ini. Penyebaran progeni virus agaknya masuk
ke dalam empedu yang dapat menerangkan VHA ditemukan di tinja( Mansjoer
2001).
b) Etiologi hepatitis A
Transmisi secara enterik, terdiri dari Virus hepatitis A ( HAV) dan virus hepatitis
E ( HEV)
– Virus tanpa selubung
– Tahan terhadap cairan empedu
– Ditemukan di tinja
– Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
– Tidak viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal
c) Manifestasi Klinis hepatitis A
Masa inkubasi VHA rata-rata 4 minggu, yang setelah itu infeksi VHA
menimbulkan gejala yang tidak khas seperti : demam, lemas, mual dan anoreksia.
Kerusakan hati ditandai dengan meningkatnya aktivitas aaminotransferase serum.
Pada 5-10 hari kemudian saat aktivitas aminotraansferase menurun, ikterus dapat
timbul untuk selama 10 hari bahkan dapat bertahan sampai 1 bulan, meskipun
sebagian besar infeksi VHA tidak menimbulkan ikterus. Infeksi VHA membuat
tubuh berekasi menghasilkan antibodi terhadap virus yang pada fase akut
dihasilkan antibodi jenis IgM anti VHA. Di negara yang sedang berkembang
hepatitis A berada pada keadaan hiperendemik, angka infeksi tanpa gejala pada
anak sangat tinggi. Hal tersebut menerangkan mengapa infeksi pada dewasa
sangat jarang. (Koas Irianto,2014)
Penyebaran
e) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan hati
Palpasi hati dilakukan pada kuadran kanan atas. Hati pasien hepatitis virus
terasa nyeri bila ditekan. Pada pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukkan
gejala nyeri tekan.
2. Tes Fungsi Hati
- Fungsi hati umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim serum
(alkali fosfatase, laktik dehidrogenase, serum aminotranferase
(transaminase), dan konsentrasi serum protein, bilirubin, amonia, faktor
pembekuan serta lipid.
- Serum aminotransferase merupakan indikator yg sensitif untuk
menunjukkan cedera sel hati sangat membantu dalam pendeteksian penyakit
hati akut seperti hepatitis.
- SGOT-SGPT merupakan test paling sering dilakukan utk menunjukkan
kerusakan hati. Kadar SGPT meningkat menunjukkan kerusakan hati.
Kadar SGPT meningkat utk melihat perjalanan penyakit hepatitis
sirosis atau hasil pengobatan yg mungkin toksik bagi hati.
f) Pathway hepatitis A
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian
masuk kealiran darah menuju hati(vena porta),lalu menginvasi ke sel
parenkim hati. Di sel parenkim hativirus mengalami replikasi yang
menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar
dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris
yang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan
merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi
makrofag,pembesaran sel kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehinnga
aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunaneksresi bilirubin
ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake
danekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami
proses konjugasi(direk)akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan
menyebabkan reflux(aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga
akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklerakadang
disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin
direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan
melalui urin. Akibat bilirubindirek yang kurang dalam usus mengakibatkan
gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses
pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu
yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung
sehinggamerangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan
teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang
menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan
2. Hepatitis B
a) Definisi hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan
menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato
Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian. ( Mansjoer 2001).
b) Etiologi hepatitis B
Transmisi melalui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis
D (DHV), dan virus hepatitis C ( HCV).
– Rusak bila terpajan cairan empedu atau detergen
– Tidak terdapat dalam tinja.
Sejumlah 5-10% penderita hepatitis B tidak akan mampu memproduksi
anti-HBs, sehingga tidak dapat menghilangkan HBsAG di dalam darah.
Infeksi bertahan, kesembuhan tidak terjadi dan penyakit berlangsung menjadi
kronik. Secara definisi HBsg antigenemia yang berlangsung lebih dari 6 bulan
dan disertai dengan kelainan fungsi hati merupakan indikadi hepatitis kronik.
Perjalanan hepatitis kronik dapat berlangsung beberapa tahun, yang
kemudian dapat timbul anti-HBs, perjalanan penyakit progresif dan dapat
menuju ke keadaan sirosis hati. Seluruh penderita dengan infeksi menetap
VHB memproduksi anti-HBc dan pada hepatitis B kronik ditandai oleh
keberadaan anti-VHB memproduksi anti-HBc dan pada hepatitis B kronik
ditandai oleh keberadaan ant-HBc dan HBsAg. (4) kronik, pengidap tanpa
gejala.
Pra vaksinasi hepatitis B, apabila hati terkena infeksi oleh virus antara lain
virus hepatitis B yang bersifat sangat menular akan menyebabkan
peradangan, jaringan hati tidak berfungsi, kanker hati sampai kegagalan
fungsi hati yang dapat menyebabkan kematian (setiap tahun di dunia 1 juta
orang meninggal akibat penyakit ini dan komplikasinya). Indonesia
merupakan negara ketiga dunia yang penduduknya banyak menderita
hepatitis B yang mengenai bayi baru lahir sampai usia lanjut
c) Manifestasi Klinis hepatitis B
Sebagian besar penderita masuk kelompok ini, sembuh total diikuti oleh
kekebalan seumur hidup. Gejala khas hepatitis tidak tampak untuk 2-3bulan,
namun penderita perlu pengamatan sampai 6 bulan. Keberadaan HBeAG di
serum berhubungan dengan banyaknya replikasi virus dan mendukung
keadaan pasien berada ditahap sangat infektif. Terbentuknya kompleks imun
HBsAG-antiHBs yang beredar di sirkulasi tubuh dapat menimbulkan
berbagai penyakit di luar hati,seperti : arthritis, poloarteritis,
glomerulonefritis dan krioglobulinemia. Karakteristik hepatitis B menjadi
fulminant berupa nekrosis luas sel hati, gagal hati, dan mortalitas tinggi. (3)
hepatitis kronik. (Koas Irianto,2014)
Penularan
a. Kontak dengan darah penderita : jarum suntik, pisau cukur, sakit
gigi yang digunakan bersama-sama, luka terbuka, transfusi darah
b. Alat yang tercemar virus hepatitis B : tato, tindik, tusuk jarum.
c. Hubungan seksual
d. Pada bayi baru lahir melalui ibu yang terkena infeksi hepatitis B
Gejala
Setelah 2-6 minggu virus masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan :
a. Nafsu makan menurun
b. Lemah, lesu, sakit otot
c. Pusing, sakit kepalaDemam
d. Mual, muntah
e. Sering nyeri perut bagian kanan atas
f. Nyeri pergelangan
g. Kulit dan mata kuning
Gejala lebih sering terjadi pada orang dewasa ketimbang anak-anak. Sekitar
30% penderita tidak menunjukkan gejala apapun. Beberapa hari sampai 1
minggu kemudian akan timbul:
Kecepatan replikasi HCV sangat besar, melebihi HIV maupun HBV. Virus ini
bereplikasi melalui RNA-dependent RNA polimerase yang akan menghasilkan
salinan RNA virus tanpa mekanisme proof-reading (mekanisme yang akan
menghancurkan salinan nukleotida yang tidak persis sama dengan aslinya).
Kondisi ini akan menyebabkan timbulnya banyak salinan-salinan RNA HCV
yang sedikit berbeda namun masih berhubungan satu sama lain pada pasien
yang disebut quasispecies. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe
utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50
subtipenya.Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan
virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan
virus Hepatitis C. Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa
cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu
mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.1 Genotipe 1a dan
1b adalah genotipe yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa
Barat, diikuti oleh genotipe 2 dan 3. Genotipe lain tampaknya tidak pernah
ditemukan di negara-negara pada kedua kawasan tersebut, tapi banyak
ditemukan di negara atau kawasan lain.1 Genotipe 4 banyak ditemukan di
Mesir, genotipe 5 di Afrika Selatan sedangkan genotipe 6 di Asia Tenggara.1
Pengetahuan mengenai genotipe ini sangat penting karena dapat dipakai untuk
memprediksi respon terhadap antivirus (sustained virological response = SVR)
dan menentukan durasi terapi.1 Genotipe 2 dan 3 adalah genotipe yang telah
diketahui memiliki respon lebih baik dibandingkan genotipe 1.
Genotipe tidak akan berubah selama masa infeksi (course of infection)
sehingga tidak perlu pemeriksaan ulangan terhadap genotip. Derajat beratnya
penyakit tidak memiliki kaitan dengan genotipe virus.
c) Manifestasi Klinis hepatitis C
Virus serupa togavirus atau flavivirus mengandung RNA sirigle strain, penyebab
utama hepatitis akut dan kronik. Penyebaran VHC sama seperti VHB walaupun
diperkirakan utamanya melalui transfusi namun hanya 5-10% penderita hepatitis
C memiliki riwayat transfusi dan meskipun test anti HCV pada darah
mengurangi penularan namun tidak menghilangkan resiko tertular. Di amerika
serikat lebih dari 90% hepatitis pasca tranfusi disebabkan oleh VHC dan 40%
penderita ialah pengguna obat secara intravena. Perjalanan penyakit hepatitis C
sama seperti hepatitis B namun persentase menjadi hepatitis kronik lebih tinggi
pada penderita ini. Pada mereka yang terjadi sirosi lebih dari 20% pengidap VHC
akan terbentuk keganasan karsinoma hepatoseluler. (Koas Irianto,2014)
Tanda dan gejala
Hilang nafsu makan
Mual mual
Kulit dan mata kuning
Urine bewarna gelap
Nyeri/tidak nyaman pada perut
Kelelahan
Efek jangka panjang
1. Infeksi kronis : 55-85% penderita
2. Penyakit hati/liver kronis : 70% penderita kronis
3. Kematian akibat penyakit liver kronis : 1-5% penderita berkemungkinan
meninggal
4. Menjadi alasan utama dilakukannya transplatasi hati/liver
Penyebaran
a. Penyebaran terjadi ketika darah atau cairan tubuh penderita masuk ke
tubuh orang yang bukan penderita
b. Virus hepatitis C menyebar lewat penggunaan jarum suntik bersama-
sama, benda beda tajam di pekerjaan yang ada darah penderitanya,
dirumah sakit, misalnya atau dari ibu hamil penderita kepada bayinya.
Mereka yang beresiko terkena
1. Pasien cuci darah
2. Penerimaan organ tubuh (transplatasi)
3. Penggunaan narkoba dengan jarum suntik
4. Mereka yang belum didiagnosis menderita penyakit hati
5. Anak bayi yang lahir dari ibu penderita
6. Pekerja rumah sakit/kesehatan
7. Mereka yang berhubungan seks dengan banyak partner
8. Mereka yang berhubungan seks dengan penderita walau hanya satu
orang
d) Penatalaksanaan Terapi
i. Terapi diit untuk penderita hepatitis
Diet khusus pada penderita hepatitis dalam jumlah optimal
membantu penyembuhan, luka pada sel-sel hati dan memulihkan kekuatan
hati. Selain itu, dapat meningkatkan regenerasi sel-sel hati yang rusak,
memperbaiki penurunan berat badan akibat kurang nafsu makan, mual,
dan muntah, mencegah katabolisme protein, mencegah atau mengurangi
ascites, dan homa hepatik. (Koas Irianto,2014)
Diet hepatitis C
– Penderita juga dianjurkan melakukan diet dengan gizi seimbang.
Makanan berkarbohidrat tinggi, berprotein atau berlemak tinggi
dibatasi.
– Pengurangan konsumsi garam dimaksudkan untuk mencegah
akumulasi cairan dalam rongga peritoneal serta mencegah
pembengkakan pergelangan kaki. Penderita juga tidak dilarang
mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral sepanjang belum
terjadi kerusakan hati.
Mengkonsumsi obat apa pun dan melakukan olahraga, hendaknya
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
ii. Terapi pengobatan untuk penderita hepatitis
Nama penyakit Pengobatan Keterangan
b) Etiologi Hepatitis D
Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen Delta
yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang tidak sempurna.
Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid DNA virus Hepatitis
B. Virus ini juga memerlukan selubung HBSAg. Virus hepatitis D tidak
terdapat dalam serum atau darah tetapi anti HVD Ig M dapat ditemukan dalam
sirkulasi.
Menurut Smeltzer (2001), Penyakit hepatitis D yang menyerang anak- anak
umumnya diperoleh melalui :
1. Menggunakan jarum suntik dan obat-obatan secara bersamaan.
Hepatitis D paling sering terjadi pada penderita hemofilia.
2. Apabila individu mengadakan kontak dengan darah atau cairan tubuh
(seperti : air ludah, air mani, cairan vagina) dari individu yang
terinfeksi
3. Bayi dari wanita penderita hepatitis D ( hepatitis yang didapat atau
congenital)
4. Virus ini dapat menular sendiri secara langsung dari penderita
hepatitis D, bersifat hepatotoksik. Namun bila HVD bersama-sama
dengan HBSAg pada anak yang lebih besar akan menyebabkan
hepatitis fulminan, sedangkan pada bayi lebih banyak kearah penyakit
kronikVirus Hepatitis D juga dapat ditularkan melalui transmisi
vertikal sehingga tidak jarang infeksi HVD pada bayi baru lahir
disertai oleh infeksi VHD, hal ini akan memperbanyak bentuk
hepatitis kronik.
c) Manisfestasi Hepatitis D
Virus RNA, hepatoprik secara khusus dikaitkan dengan infeksi
VHB. Infeksi gabungan VHB dengan VHD, bisa bersamaan (VHB dan
VHD) namun dapat juga kemudian (VHB baru VHD). Bila terjadinya
sebagai superinfeksi maka hepatitis kronik oleh VHB sebelumnya akan
menjadi lebih berat (Koas Irianto,2014).
Tanda dan gejala
Hilang nafsu makan
Mual mual
Kulit dan mata kuning
Urine/seni bewarna gelap
Nyeri/tidak nyaman pada lambung/perut
Kelelahan
Nyeri pergelangan
Gejala lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak dan
sekitar 30% penderita tidak menunjukkan gejala apapun.
Diet hepatitis E sama dengan hepatitis B yaitu Nutrisi yang adekuat harus
dipertahankan yaitu dengan asupan nutrisi dibatasi bila kemampuan hati untuk
memetabolisme protein terganggu.
d) Pemeriksaan Hepatitis E
1. Diagnosis hepatitis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan tes fungsi
hati, khususnya alanin amino transferase (ALT = SGPT), asparat amino
transferase (AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan pemeriksaan
billirubin.
2. Kadar transaminase (SGOT/SGPT) mulai meningkat pd masa prodromal
dan mencapai puncak pada saat timbulnya ikterus. Peninggian kadar
SGOT&SGPT yg menunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50-
2.000 IU/ml.
3. Terjadi peningkatan bilirubin total serum (berkisar antara 5-20 mg/dl).
Tinja alkalis mungkin dijumpai sebelum timbul ikterus.
4. Penurunan aktivitas transaminase diikuti penurunan kadar billirubin.
Billirubinuria dpt negatif sebelum billirubin darah normal kadar alkali
fosfatase mungkin hanya sedikit meningkat.
( Mansjoer, 2001:525 )
E. Komplikasi
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila
terjadkerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi
kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap
buruk. Komplikasi lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma
heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti
oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan
parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
F. Asuhan keperawatan hepatitis
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, usia, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,
konjungtiva anemis, Suhu
b) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2, tidak ada ronchi, wheezing.
c) Sistem kardiovaskuler : TD dibatas normal , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d) Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e) Sistem muskuloskeletal: kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi
(anoreksia).
f) Abdomen
Inspeksi : abdomen ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
3. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan
Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai
di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya,
e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen,
mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
Pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien berdoa sesuai kepercaayan dan agamanya masing-masing.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama
berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat
pada kerusakan sel hati
b. Darah Lengkap (DL)
Gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
f. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
g. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
h. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
i. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
j. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
k. Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
l. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler)
m. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BSP dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
n. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
o. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin, Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air,
disekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan
atau ketahanan nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berawal dari kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare perpindahan area ke tiga (asites), gangguan proses
pembekuan
5. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
6. Kurang pengetahuan tentang perawatan penderita hepatitis berhubungan dengan
kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 diharapkan pasien nyeri
hilang, dengan
Kriteria hasil :
1. TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt,
S : 36,5- 37,50.C ).
2. Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3. Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.\
4. Skala nyeri 0-3.
5. Wajah pasien rileks
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan skala 1) nyeri yang berhubungan dengan hepatitis
nyeri sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih
efektif mengurangi nyeri.
2) Berikan teknik relaksasi dan Meningkatkan relaksasi klien dan membantu
mengalihkan seperti menonton tv untuk pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu
mengurangi rasa nyeri didekat dirinya
3) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan umum klien
4) Tunjukkan pada klien penerimaan 3. klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan
bahwa ia mengalami nyeri.
5) Berikan informasi akurat dan 4. klien yang disiapkan untuk mengalami
a) Jelaskan penyebab nyeri nyeri melalui penjelasan nyeri yang
b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih
berakhir, bila diketahui tenang dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
6) Kolaborasi dengan dokter 5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa
penggunaan analgetik yang tak dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
mengandung efek hepatotoksi nyeri.
DX 2: Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan atau ketahanan
tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3x 24 jam pasien diharapkan
mampu beraktivitas dengan baik.
KH :
Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.Tingkatkan tirah baring / duduk. 1. Meningkatkan istirahat dan
Berikan lingkungan tenang; batasi ketenangan. Menyediakan energi yang
pengunjung sesuai keperluan digunakan untuk penyembuhan.
Aktivitas dan posisi duduk tegak
diyakini menurunkan aliran darah ke
kaki, yang mencegah sirkulasi optimal
ke sel hati
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan 2. Meningkatkan fungsi pernafasan
perawatan kulit yang baik dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan 3. Memungkinkan periode
sesuai toleransi tambahan istirahat tanpa gangguan
4. Tingkatkan aktivitas sesuai 4. Tirah baring lama dapat
toleransi, bantu melakukan latihan menurunkan kemampuan. Ini dapat
rentang gerak sendi pasif / aktif terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik 5. Meningkatkan relaksasi dan
manajemen stres, contoh relaksasi penghematan energi, memusatkan
progresif, visualisasi, bimbingan kembali perhatian, dan dapat
imajinasi, berikan aktivitas hiburan meningkatkan koping
yang tepat, contoh menonton TV,
radio, membaca
6. Awasi terulangnya anoreksia 6. Menunjukkan kurangnya resolusi
dan nyeri tekan pembesaran hati / eksaserbasi penyakit, memerlukan
istirahat lanjut, mengganti program
terapi
Kolaborasi
7. Berikan antidot atau bantu 7. Membuang agen penyebab pada
dalam prosedur sesuai indikasi hepatitis toksik dapat membatasi
(contoh lavase, katarsis, derajat kerusakan jaringan
hiperventilasi) tergantung pada
pemajanan
8. Berikan obat sesuai indikasi : 8. Membantu dalam manajemen
sedatif, agen antiansietas, contoh kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan
berbiturat dan tranquilizer seperti
diazepam (Valium); lorazepam Compazine dan Thorazine,
(Ativan) dikontraindikasikan sehubungan
dengan efek hepatotoksik
9. Awasi kadar enzim hati 9. Membantu menentukan kadar
aktivitas tepat, sebagai peningkatan
prematur pada potensial risiko berulang
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet atau 1. Makan banyak sulit untuk mengatur
jumlah kalori. Berikan makan bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling
sedikit dalam frekuensi sering dan buruk selama siang hari, membuat masukan
tawarkan makan pagi. makanan yang sulit pada sore hari
2. Berikan perawatan mulut 2. Menghilangkan rasa tak enak dapat
sebelum makan meningkatkan nafsu makan
3. Anjurkan makan pada posisi 3. Menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak abdomen dan dapat meningkatkan nafsu
makan
4. Dorong pemasukan sari jeruk, 4. Bahan ini merupakan ekstra kalori dan
minuman karbonat dan permen. dapat lebih mudah dicerna / toleran bila
makanan lain ini
Kolaborasi
5. Konsul pada ahli gizi, dukung 5. Berguna dalam membuat program diet
nutrisi klien untuk memberikan diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
sesuai kebutuhan pasien, dengan Metabolisme lemak bervariasi tergantung
masukan lemak dan protein sesuai pada produksi dan pengeluaran empedu dan
kebutuhan. perlunya masukan normal atau lebih protein
akan membantu regenerasi hati
6. Berikan obat sesuai indikasi : 6. Diberikan ½ jam sebelum makan,
Antiematik, contoh metalopramide dapat menurunkan mual dan meningkatkan
(Reglan) ; trimetobenzamid (Tigan) toleransi pada makanan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi masukan dan haluaran, 1. Memberikan informasi tentang
bandingkan dengan berat badan kebutuhan penggantian / efek terapi.
harian. Catat kehilangan melalui usus,
contoh muntah dan diare
2. Kaji tanda vital, nadi periver, 2. Indikator volume sirkulasi /
pengisian kapiler, turgor kulit, dan perfusi
membran mukosa
3. Periksa asites atau pembentukan 3. Menurunkan kemungkinan
edema. Ukur lingkar abdomen sesuai perdarahan kedalam jaringan
indikasi
4. Biarkan pasien menggunakan 4. Menghindari trauma dan
lap katun / spon dan pembersih mulut perdarahan gusi
untuk sikat gigi
5. Observasi tanda perdarahan, 5. Kadar protombin menurun dan
contoh hematuria / melena, ekimosis, waktu koagulasi memanjang bila
perdarahan terus menerus dari gusi / absorbsi vitamin K terganggu pada
bekas injeksi traktus GI dan sintesis protrombin
menurun karena mempengaruhi hati
Kolaborasi
6. Awasi nilai laboratorium, 6. Menunjukkan hidrasi dan
contoh Hb/Ht, Na+ albumin, dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar
waktu pembekuan protein yang dapat menimbulkan
pembekuan edema. Defisit pada
pembekuan potensial beresiko
perdarahan
7. Berikan cairan IV (biasanya 7. Memberikan cairan dan penggantian
glukosa), elektrolit elektrolit
Dx 5 : Hipertermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal,
dengan
KH:
- Klien tidak mengeluh panas
- Suhu tubuh Normal 36,50 – 37,50C
- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya keluahan tanda – 1. Sebagai indikator untuk mengetahui
tanda peningkatan suhu tubuh status hypertermi
2. Berikan kompres hangat pada 2. Menghambat pusat simpatis di
lipatan ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
3. Berikan penjelasan kepada kelenjar keringat untuk mengurangi
keluarga pasien tentang pemberian panas tubuh melalui penguapan
kompres yang benar 3. Keluarga mampu melakukan
4. Anjurkan klien untuk memakai kompres kepada pasien secara mandiri
pakaian yang menyerap keringat 4. Kondisi kulit yang mengalami
lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. berikan informasi khusus tentang kebutuhan atau rekomendasi akan
pencegahan/ penularan penyakit bervariasi karena hepatitis ( agen
hepatitis penyebab ) dan situasi individu.
2. Mencuci tangan yang benar 2. Mengurangi risiko infeksi
sebelum makan dan melakukan
kegiatan
3. Menjaga lingkungan yang bersih 3. Agar udara yang dihirup tidak terdapat
kuman
4. Menggunakan jarum suntik satu 4. Agar tidak tertular infeksi
kali pakai
5. Berhubungan seksual 5. Agar mengurangi tertularnya infeksi
menggunakan alat kontrasepsi
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Koas. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta: FKUI.
Nurarif, Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Price, Syilvia Anderson,dkk. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 6,
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Sulaiman, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi I. Jakarta: FKUI.
Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press.