Anda di halaman 1dari 6

Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)

Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

Aplikasi Teknologi Pakan Dan Pengolahan Limbah Ternak


Pada Kelompok Peternak Sapi Pedaging
Di Kabupaten Bantaeng
(Application of Feed Technology and Animal Waste Processing to Beef Farmers
Group In Bantaeng Regency)

Muhammad Irfan Said, Farida Nur Yuliati, Muhammad Hatta

Departemen Produksi Ternak, Program Studi Peternakan


Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245
Korespondensi: irfanunhas@gmail.com

Abstrak. Aspek pakan dan limbah ternak merupakan komponen penting dan menjadi permasalahan utama para
peternak sapi pedaging di Kabupaten Bantaeng. Potensi limbah pertanian maupun peternakan sangat besar, namun,
sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas para
anggota kelompok peternak sapi pedaging untuk memanfaatkan potensi limbah pertanian dan peternakan menjadi
produk pakan dan pupuk organik. Selain itu, merupakan tugas tri dharma perguruan tinggi. Program Ipteks bagi
Masyarakat (IbM) menjadi salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Program IbM bagi para
peternak sapi pedaging telah dilaksanakan di Desa Ulugalung, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng, Provinsi
Sulawesi Selatan. Mitra kelompok tani yang terlibat adalah Kelompok Tani Ternak (KTT) “Samaturu” dan “Cappa
Buri”. Metode pelaksanaan program aplikasi teknologi dilaksanakan dalam bentuk program pelatihan dan
pendampingan teknologi. Beberapa paket teknologi yang telah diterapkan adalah: 1) teknologi amoniasi jerami, 2)
teknologi pakan silase komplit fermentasi, 3) teknologi pembuatan pupuk organik cair biourin dan teknologi pembuatan
mikroorganisme lokal (MOL) serta 4) teknologi pembuatan pakan suplemen Urea Molasses Block (UMB). Hasil
kegiatan dapat meningkatkan kapasistas para anggota mitra dalam mengolah limbah pertanian dan peternakan menjadi
pakan ternak dan pupuk organik.

Kata Kunci: teknologi, pakan, limbah ternak, peternak, sapi pedaging

Abstract. Feed and animal waste aspects are an important component and become the main problem of beef farmers in
Bantaeng District. The potential of agricultural and livestock waste is very large, however, until now has not been fully
utilized. The objective of this activity is to increase the capacity of beef farmers to utilize the potential of agricultural and
livestock waste into feed and organic fertilizer products. In addition, it is “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. The “Ipteks
bagi Masyarakat (IbM)” programs become one of the solution to the problem. IbM programs for beef farmers has been
implemented in Ulugalung village, Eremerasa Sub-district, Bantaeng District, South Sulawesi province. Partners of beef
farmer group involved are Livestock Farmer Group (LFG) "Samaturu" and "Cappa Buri". The method of application of
technology program was implemented in the form of training program and technology assistance. Some of the technology
packages that have been implemented are: 1) straw ammoniac technology processing, 2) complete silage fermentation
technology, 3) liquid organic fertilizer manufacturing technology (biourin) and local microorganism manufacturing
technology (MOL) and 4) Urea Molasses Block (UMB) supplement feeding technology. The results of the activities can
increase the capacity of partner members in processing agricultural and livestock waste as animal feed and organic
fertilizer.

Keywords: technology, feed, animal waste, farmer, beef cattle

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 59


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

I. PENDAHULUAN ternak khususnya ternak sapi pedaging yang


Salah satu permasalahan mendasar dalam kebanyakan diperdagangkan lewat jalur laut.
pengembangan usaha peternakan rakyat adalah Salah satu kelompok tani binaan dari
tingkat produktivitas ternak yang belum optimal. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Optimalisasi proses produksi usaha peternakan Bantaeng yang aktif dan konsen dalam
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya pakan pengembangan usaha penggemukan sapi pedaging
(feeding), perbibitan (breeding) serta aspek adalah Kelompok Tani/Ternak (KTT) “Samaturu”
tatakelola (management). Aspek tersebut yang lebih dan “Cappa Buri” di Desa Ulugalung, Kecamatan
dikenal dengan istilah “segitiga peternakan”. Eremerasa, Kabupaten Bantaeng. Aspek
Konsep ini kemudian didukung oleh beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi oleh
faktor penting lainnya diantaranya : pengolahan kelompok peternak sapi pedaging adalah faktor
hasil ternak, kesehatan serta pengolahan dan produksi dan manajemen usaha. Faktor produksi
pemanfaatan limbah ternak. Inovasi-inovasi dipengaruhi oleh masih rendahnya kualitas,
teknologi yang terkait dengan hal tersebut perlu kuantitas serta kontinuitas pakan ternak yang
disosialisasikan dan diterapkembangkan khususnya diberikan selama proses budidaya. Dalam upaya
bagi usaha peternakan rakyat. Terkait dengan hal mencapai efisiensi dan efektivitas produksi ternak,
tersebut, tim dosen peternakan Unhas yang maka diperlukan sebuah strategi yang tepat
bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan khususnya untuk mengatasi tingginya harga bahan
Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unhas baku pakan ternak [2].
mengadakan kegiatan sosialisasi dan penerapan Belum termanfaatkannya limbah
inovasi teknologi peternakan kepada para peternak peternakan serta minimnya ketersediaan pakan
khususnya sapi pedaging dan kambing di ternak berkualitas cukup beralasan, karena hampir
Kabupaten Bantaeng. Kegiatan ini merupakan 70-80% dari kebutuhan biaya produksi dari usaha
Kabupaten Bantaeng dikenal sebagai peternakan bersumber dari pakan [3]. Masih
kawasan sentra pengembangan ternak sapi kurangnya pengetahuan peternak terkait dengan
pedaging dari jenis Sapi Bali di Sulawesi Selatan aspek manejemen usaha menyebabkan usaha
yang merupakan salah satu daerah pemasok daging budidaya yang mereka geluti juga belum mampu
di Sulawesi Selatan bahkan bisa dikatakan di berkembang secara maksimal. Akibatnya, apabila
Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dengan potensi hal ini terjadi dan dibiarkan secara terus menerus
daerah yang dimiliki tersebut, kabupaten Bantaeng maka dikhawatirkan keberlanjutan usaha budidaya
akhirnya memiliki brand tersendiri sebagai daerah ternak sapi pedaging akan terancam dan target
“pabrik daging” di Kawasan Timur Indonesia. pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk
Sejalan dengan Rencana Pembangunan pencapaian populasi dua juta ekor sapi dari
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten pemerintah pusat tampaknya sangat sulit untuk
Bantaeng, maka sektor peternakan ditempatkan tercapai.
sebagai salah satu sektor andalan Kabupaten Program ini merupakan program tahunan
Bantaeng [1]. Hal inilah yang menyebabkan pihak dari LP2M Unhas dengan skim Ipteks bagi
pemeritah daerah memberikan perhatian Masyarakat (IbM) melalui pendanaan Bantuan
sepenuhnya pada sektor peternakan. Hal tersebut Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)
tentunya sangat beralasan pula karena ditunjuknya Unhas. Kegiatan ini mengangkat judul “IbM
Kabupaten Bantaeng sebagai daerah “penyangga‟‟ Peternak Sapi Pedaging di Kecamatan Eremerasa,
kebutuhan daging di Sulawesi Selatan maupun Kab.Bantaeng”. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini
nasional dalam rangka menyukseskan program adalah: 1) untuk meningkatkan kapasitas mitra
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan yakni dalam mengolah limbah pertanian dan peternakan
„‟gerakan peningkatan populasi sapi dua juta menjadi produk pakan dan pupuk organik, 2) sarana
ekor‟‟. Posisi Kabupaten Bantaeng secara untuk memenuhi Tri Dharma di Perguruan Tinggi
geografis terbilang sangat strategis, karena berada (PT) yakni Pengabdian Kepada Masyarakat. Selain
pada jalur arteri menuju kota-kota lain pada bagian itu juga, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian
selatan di wilayah provinsi Sulawesi Selatan. para dosen di PT untuk mengaplikasikan inovasi-
Selain itu daerah ini juga tepat berada di kawasan inovasi teknologi hasil temuan di PT kepada
pesisir yang memungkinkan proses transportasi masyarakat.
ternak antar pulau lewat jalur laut dapat dilakukan
dengan mudah dan lancar. Kawasan Timur
Indonesia (KTI) yang sebagian besar terdiri atas
pulau-pulau sangat menguntungkan kabupaten
Bantaeng dari sisi pengembangan perdagangan

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 60


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

II. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode pendekatan sederhana yang Kegiatan Sosialisasi
rencananya akan ditawarkan kepada mitra untuk Untuk memudahkan dalam proses alih
selanjutnya diterapkan oleh pihak pengusul dalam teknologi, maka dalam rangkaian kegiatan
memecahkan permasalahan mitra adalah metode pengabdian masyarakat ini terlebih dahulu
pelatihan yang dibarengi dengan pembuatan dilakukan identifikasi permasalahan lapangan.
demplot. Dengan metode ini diharapkan bahwa Berdasarkan hasil identifikasi lapangan diperoleh
alih informasi dan alih teknologi yang didifusikan beberapa hal mendasar yang menjadi permasalahan
oleh pengusul dapat berjalan secara optimal dan dari para anggota kelompok tani/ternak. Salah satu
komprehensif. Dampak yang kemungkinannya akan yang menjadi permasalahan mereka selama ini
terjadi yang sifatnya komprehensif dan positif dari adalah ketersediaan pakan ternak yang belum
penerapan metode ini, adalah proses introduksi berkelanjutan dan produksi limbah ternak yang
teknologi yang mampu berkembang secara kontinu. belum termanfaatkan secara maksimal. Sebagai
Sebagai upaya memaksimalkan proses tindak lanjutnya selanjutnya dilakukan sosialisasi
pemecahan masalah melalui transformasi paket/alih rencana kegiatan pada ketua Kelompok Tani
teknologi pada kegiatan ”Ipteks bagi Masyarakat Ternak (KTT) “Sama Turu”, yakni bapak Abd.Azis
(IbM)” ini, tentunya dibutuhkan sejumlah langkah- Dg. Sibali disajikan pada Gambar 1.
langkah strategis untuk mendukung realisasi
metode yang telah ditawarkan. Harapannya bahwa,
invensi dan inovasi teknologi ini benar-benar dapat
diadopsi dan dimanfaatkan oleh mitra semaksimal
mungkin baik saat program kegiatan ini dijalankan
nantinya maupun pada saat kegiatan berakhir (pasca
kegiatan).
Metode ini dirancang sedemikian rupa
dalam bentuk kegiatan yang bertahap. Secara
keseluruhan kegiatan ini akan diimplementasikan
dalam 3 tahap, yakni : 1) sosialisasi dan identifikasi Gambar 1. Kegiatan sosialisasi kegiatan IbM pada ketua
permasalahan di lapangan. Tahapan ini bertujuan kelompok tani “Sama Turu” Desa Ulugalung, Kec.
Eremerasa, Kabupaten Bantaeng
untuk mensosialisasikan kegiatan yang rencananya
akan kita terapkan nantinya kepada mitra pengguna
Salah satu tujuan dari sosialisasi ini adalah
sebagai calon mitra pengguna yang akan menjadi
memberikan penjelasan dan pemahaman kepada
sasaran invensi. Kegiatan sosialisasi dan
mitra terkait rencana kegiatan nantinya yang akan
identifikasi permasalahan lapangan dilakukan
kami lakukan. Kesulitan pasokan pakan ternak
melalui model pendekatan dan sistem penjaringan
menjadi sulit pada musim-musim tertentu, namun
masalah. 2) introduksi teknologi. Tujuan tahap ini
dilain pihak bahwa potensi limbah pertanian di
adalah meningkatkan pemahaman secara mendalam
daerah ini cukup besar. Permasalahan kedua adalah
serta memperdalam tingkat pengetahuan mitra
belum adanya upaya untuk memanfaatkan kotoran
tentang perkembangan invensi dan inovasi
(feses) maupun urin sapi untuk menjadi produk
teknologi yang berkembang saat ini. Kegiatan ini
pupuk organik. Selanjutnya permasalahan ketiga
nantinya akan dikemas khusus dalam bentuk
adalah kualitas pakan hijauan semakin rendah
kegiatan pelatihan secara terpadu dan terintegrasi.
sehingga produktifitas ternak menjadi sangat
3) pembuatan demplot teknologi. Tahap ini
rendah. Beberapa permasalahan inilah yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman secara
selanjutnya menjadi bahan masukan bagi pihak
nyata dan lebih mendalam kepada calon mitra
pelaksana untuk dicarikan solusinya.
pengguna, dengan harapan bahwa teknologi ini
akan lebih mudah diadopsi bila mereka dapat
Kegiatan Pelatihan
mengikuti dan menyaksikan secara langsung
Sebagai upaya dalam meningkatkan
aplikasi dari teori yang telah didifusikan
pemahaman mitra kelompok tani maupun aparat
sebelumnya. Kegiatan ini dirancang dalam bentuk
pemerintah daerah tentang aplikasi teknologi, maka
demonstrasi langsung dalam mengolah suatu
sebelumnya dilakukan peningkatan kapasitas yang
produk yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
diimplementasikan dalam bentuk pelatihan. Dalam
pembuatan demplot.
pelatihan tersebut diikuti oleh sejumlah mitra
kelompok tani, kepala desa, dinas peternakan
maupun aparat keamanan setempat. Dokumentasi
kegiatan pelatihan secara lengkap disajikan pada
Gambar 2.

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 60


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

Salah satu permasalahan mendasar dalam


pengembangan usaha peternakan rakyat adalah
tingkat produktivitas ternak yang belum optimal.
Optimalisasi proses produksi usaha peternakan
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya pakan
(feeding), perbibitan (breeding) serta aspek
tatakelola (management). Aspek tersebut yang
lebih dikenal dengan istilah “segitiga peternakan”.
Konsep ini kemudian didukung oleh beberapa
faktor penting lainnya diantaranya : pengolahan
hasil ternak, kesehatan serta pengolahan dan
pemanfaatan limbah ternak. Inovasi-inovasi
teknologi yang terkait dengan hal tersebut perlu
disosialisasikan dan diterapkembangkan khususnya
bagi usaha peternakan rakyat. Nilai nutrisi yang
terkandung dalam hijauan pada daerah tropis sangat
rendah, sehingga diperlukan adanya suplai pakan
Gambar 2. Kegiatan peningkatan kapasitas dalam penguat untuk mencukupi kebutuhan ternak.
bentuk pelatihan dalam kegiatan IbM pada anggota Jumlah pakan pada ternak tentunya harus
kelompok tani ternak “Sama Turu” dan “Cappa Buri” di memenuhi kebutuhan ternak tersebut untuk hidup
Desa Ulugalung, Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng pokok maupun untuk berproduksi [5]. Hijauan dan
konsentrat merupakan komponen ransum pada sapi
Kegiatan pelatihan dibagi menjadi 2 sesi, yang merupakan sumber zat-zat makanan yang
yakni pemaparan materi dan praktek langsung dibutuhkan. Oleh karena itu hijauan dan konsentrat
membuat produk. Beberapa inovasi-inovasi perlu diformulasikan menjadi suatu pakan [6].
teknologi yang didiseminasikan dalam kegiatan
tersebut diantaranya teknologi pengolahan pakan Kegiatan Praktek Lapangan
fermentasi dan pakan penguat, pengolahan limbah Kegiatan pelatihan kemudian dilanjutkan
ternak, kesehatan ternak serta teknologi pembuatan dengan praktek lapangan. Dokumentasi kegiatan
Mikroorganisme lokal (MOL) sebagai dekomposer tersebut secara lengkap disajikan pada Gambar 3.
fermentasi alami. Penggunaan MOL akhir-akhir ini Kegiatan praktek yang dilakukan salah
banyak dipertimbangkan oleh para peneliti satunya adalah membuat pakan suplemen yang
mengingat MOL merupakan sumber lebih dikenal dengan istilah Urea Molases Blok
mikroorganisme yang murah, mudah diperoleh dan (UMB). UMB merupakan pakan tambahan atau
dikembangkan serta ramah lingkungan. Mol dapat suplemen yang sangat berfmanfaat untuk ternak
diperoleh dari hewani maupun dari nabati [4]. sapi, kambing, domba (ternak ruminansia). Bentuk
Pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh fisik UMB ini adalah padat yang terbuat dari
sekitar 30 orang petani/peternak yang tergabung berbagai macam sumber pakan seperti,
dalam 2 kelompok tani/ternak sasaran, yakni molasses(tetes tebu) sebagai kandungan energi,
Kelompok Tani/Ternak (KTT) “Samaturu” dengan pupuk urea sebagai kandungan protein, garam
ketua kelompok Abdul Aziz Bakri Sibali dan KTT dapur, ultra mineral. UMB merupakan pakan
“Cappa Buri” yang diketuai oleh Syamsuddin. suplemen berbentuk padatan/blok berisi komposisi
Kegiatan pelatihan ini diisi oleh 3 orang pemateri, 2 yang lengkap. Bentuk blok dapat dibuat sesuai
orang pemateri dari anggota tim. Pemateri 1 adalah selera dengan harapan bahwa blok tersebut dapat
Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, MP dengan judul dikonsumsi dengan cara dijilat. Sumber pakan
materi “Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin yang mengandung protein dan mempunyai nilai
Sapi dan Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) energi tinggi harus senantiasa tersedia pada pakan
sebagai Dekomposer Pakan Dan Pupuk Organik”. ternak. Hal ini untuk membantu proses pencernaan
Pemateri 2 adalah Muhammad Hatta, S.Pt, M.Si agar berjalan secara efektif dan efisien. Pupuk urea
dengan judul materi “Pembuatan Urea Molases dimanfaatkan sebagai sumber Nitrogen Non-
Block (UMB)”. Pemateri 3 sebagai nara sumber Protein (NPN) yang digunakan dalam proses
adalah Muh. Irwan, S.Pt, M.P (Politeknik Pertanian fermentasi oleh mikroba dalam rumen. Pakan
Pangkep) dengan judul “Pakan Ternak Lokal”. suplemen dapat digunakan pada ternak yang
Turut hadir Danramil Kec.Bantaeng dan Eremerasa gembalakan ataupun yang dikandangkan [7].
Mayor TNI Samsul dan Babinsa Desa Ulugalung
Serma TNI Safaruddin dan Kepala Desa Ulugalung
Haleko Hb.

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 61


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

difermentasi sebelum digunakan. Biourin diperoleh


dari fermentasi anaerobik urine dengan nutrisi
tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen
dan dekomposer lainnya. Dengan demikian
kandungan unsur nitrogen dalam biourin akan lebih
tinggi dibandingkan dengan pada urin [8].

Gambar 3. Kegiatan praktek lapangan pembuatan pakan


jerami fermentasi dan pakan suplemen UMB pada
kelompok tani ternak “Sama Turu” dan
“Cappa Buri” di Desa Ulugalung,
Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng

Kegiatan Pendampingan Teknologi


Untuk lebih meningkatkan keterampilan
mitra dalam menerapkan inovasi teknologi,
tentunya dibutuhkan upaya pendampingan
teknologi. Dokumentasi kegiatan pendampingan
teknologi dan luaran produk serta merek produk
yang diproduksi oleh mitra selengkapnya disajikan
pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 5. Produk Pupuk Organik Cair (POC) dan


merek POC yang sudah diproduksi oleh anggota
Kelompok Tani Ternak mitra “Sama Turu”, Desa
Ulugalung, Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng
Gambar 4. Kegiatan pendampingan dalam proses
produksi Pupuk Organik Cair (POC) dari urin sapi pada
kelompok tani ternak “Sama Turu” dan “Cappa Buri” IV. KESIMPULAN
di Desa Ulugalung, Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng 1. Kegiatan diseminasi dan pendampingan
teknologi mendapat sambutan baik dari pihak
Pupuk organik merupakan pupuk dengan pemerintah daerah maupun masyarakat
bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah kelompok tani ternak di Kecamatan Eremerasa,
dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Kab.Bantaeng
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan 2. Kegiatan diseminasi dan pendampingan
salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya teknologi telah memberikan inovasi baru bagi
memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam para anggota kelompok tani di Kecamatan
arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari Eremerasa dalam pengembangan ternak sapi
bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan pengolahan limbah ternak
manusia sehingga aman dikonsumsi. 3. Kegiatan ini diarahkan sebagai inkubator
Biourin merupakan istilah yang populer kerjasama ABG, yaitu Academy (Perguruan
dikalangan para pengembang pertanian organik. Tinggi), Bussiness (Industri Kecil/UKM) dan
Biourin merupakan urin yang diambil dari ternak, Government (Pemerintah Daerah)
terutama rumansia yang terlebih dahulu

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 62


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 1 Maret 2018 – e. ISSN: 2550-0821

UCAPAN TERIMA KASIH unggas di indonesia. Jurnal Wartazoa. Vol.


Tim penulis mengucapkan terima kasih 17 (3) : 109-116.
kepada Kementerian Riset, Teknologi dan [4] Said, M.I. 2014. By Product Ternak.
Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Teknologi dan Aplikasinya. IPB Press,
Hasanuddin, Ketua Lembaga Penelitian dan Bogor.
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) [5] Soeradji. 1978. Peternakan Umum.
Universitas Hasanuddin atas dukungan pendanaan Yasaguna. Jakarta.
kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) [6] Siregar, S. 1995. Sapi Perah. Penebar
pada skim IbM serta Pemerintah Kabupaten Swadaya. Jakarta.
Bantaeng dan mitra kelompok tani/ternak atas [7] Prasetyono, R.C. 2014. Teknik Pengolahan
kerjasamanya dalam pelaksanaan pendampingan UMB (Urea Molases Blok) Untuk Ternak
teknologi ini. Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kepulauan Riau. Badan
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
[1] Pemda Bantaeng. 2015. Kabupaten Kementerian Pertanian, Jakarta.
Bantaeng dalam Angka 2013. [8] Olla, J.B. 2012. Pemanfaatan Limbah
http://www.Bantaengkab.go.id Ternak (Bio Urin). Jurusan Peternakan.
[2] Andang, S dan Indartono. 2014. Teknologi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Pakan untuk Sapi Perah, Jakarta Malang. Badan Pengembangan SDM
[3] Pasaribu, T. 2007. Produk fermentasi Pertanian, Kementerian Pertanian, Malang.
limbah pertanian sebagai bahan pakan

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 63

Anda mungkin juga menyukai