Anda di halaman 1dari 54

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)


DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI,
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

PUTRA MINANSYAH

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pembibitan Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa
Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, 10 Februari 2015

Putra Minansyah
NIM A24100044
ABSTRAK

PUTRA MINANSYAH. Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.

Magang ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih


kemampuan teknis dan manajerial mahasiswa untuk bekerja secara profesional,
meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja, khususnya pada pengelolaan pembibitan kelapa sawit.
Magang berlokasi di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, yang
dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Aspek teknis yang dilakukan
selama kegiatan magang adalah mengikuti seluruh kegiatan yang ada di
pembibitan tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau, pengendalian gulma
pada tanaman belum menghasilkan, dan panen pada tanaman menghasilkan.
Aspek mananejerial yang dilakukan yaitu dengan menjadi pendamping mandor
dan pendamping asisten. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman bibit
kelapa sawit, daya tumbuh kecambah kelapa sawit, persentase bibit abnormal
pada pembibitan awal (pre-nursery). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tinggi tanaman bibit kelapa sawit rata-rata bertambah 2 cm/minggu, daya tumbuh
kecambah kelapa sawit varietas SM-B mencapai 95.9 persen, dan persentase bibit
abnormal sebesar 5.9 persen.
Kata Kunci : bibit abnormal, daya tumbuh kecambah, pre-nursery

ABSTRACT

PUTRA MINANSYAH. Nursery Management of Oil Palm (Elaeis guineensis


Jacq.) in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Plantation, Indragiri
Hilir District, Riau Province

This internship was aimed to acquire the knowledge, technical skills and
management of trainer students to work professionally, increase the soft skill of
students to prepare themselves to be professional worker, especially in
management aspects of oil palm nursery. This internship has been done in Teluk
Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, since February to June 2014. The
technical aspects that were carried out during the internship consist of following
the existing activities in the oil palm nursery in Teluk Bakau Estate, fertilizing the
immature plants, weed control on immature plants, and harvesting. Mananejerial
aspects were performed as a companion foreman and division assistant.
Observation were carried out on germination growing percentage, seedling plant
height, and of abnormal seedlings percentage in the pre-nursery. From
observation, we found that seedling plan height increase about 2 cm/week,
germination growing was 95.9 percent, and abnormal seedlings was 5.9 percents.
Key words : abnormal seedling, germination growing, pre-nursery
PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN TELUK BAKAU, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI,
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

PUTRA MINANSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kesehatan, hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan
baik kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati,
Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Kegiatan magang merupakan kegiatan
untuk memenuhi tugas akhir dan kegiatan ini dituangkan dalam bentuk tulisan
karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada ayah dan ibu serta saudara
kandung penulis yang telah memberikan kasih sayangnya, doa, semangat dan
dukungan serta seluruh perhatiannya. Penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku pembimbing skripsi. Bapak Dr Ir
Supijatno, MSi selaku dosen penguji. Ibu Dr Ir Eny Widajati, Msi selaku dosen
penguji komdik. Ibu Prof Dr Ir Sandra A. Aziz MSi selaku pembimbing
akademik. Penghargaan juga disampaikan kepada PT Bhumireksa Nusa Sejati
Minamas Plantation Teluk Bakau Estate (TBE), kepada Bapak Moh. Faozi Toan
selaku Manajer Teluk Bakau Estate, Bapak Bistha selaku asisten kepala TBE,
Bapak Suryadi selaku Asisten Divisi II, kepada seluruh Staf TBE, kepada seluruh
supervisor TBE dan seluruh karyawan TBE. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman sekontrakan yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada teman seperjuangan magang
Chairul Zanuar Rasyid dan Zulfikar atas kebersamaannya selama kegiatan
magang. Ungkapan rasa bangga dan cinta kepada Edellweis AGH 47 atas
kebersamaannya dan kekeluargaannya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan
dan semoga Allah SWT terus memberikan rasa kasih sayang, bimbingan dan
hidayah-Nya dalam menambah dunia ilmu pengetahuan.

Bogor, 10 Februari 2015

Putra Minansyah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Kelapa Sawit 2
Pembibitan 2
METODE MAGANG 5
Tempat dan Waktu 5
Metode Pelaksanaan 5
Pengumpulan Data 5
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM 6
Letak Geografis 6
Keadaan Iklim dan Tanah 6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7
Keadaan Tanaman dan Produksi 7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8
Aspek Teknis 8
Aspek Manajerial 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Kondisi Umum Pembibitan 22
Persiapan Pembibitan 22
Pembibitan Awal (Pre-Nursery) 24
Pembibitan Utama (Main-Nursery) 26
Daya Tumbuh Kecambah Marihat SM-B 28
Persentase Bibit Abnormal di Pembibitan Awal 29
Pertumbuhan Tinggi Bibit Marihat SM-B di Pembibitan Awal 30
Aspek Manajerial di Pembibitan Teluk Bakau Estate 30
KESIMPULAN DAN SARAN 31
Kesimpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL

1 Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal 4


2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau 8
3 Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan
yang Lepas dari Tandan 19
4 Kebutuhan bibit 23
5 Jumlah kecambah mati asal Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 29
6 Persentase Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 30
7 Pertumbuhan tinggi Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 30

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan sensus pokok 9


2 Penjelasan Asisten Divisi tentang Raja lining 9
3 Pancang mata tiga untuk pancang penunjuk arah bagi operator alat berat 10
4 Pancang CECT dan pancang field drain 10
5 Pembongkaran pokok 10
6 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 12
7 Compacting dan Cambering 13
8 Pemancangan pancang tanam 14
9 Alat berat pelubang tanam 14
10 Pemupukan lubang tanam 15
11 Penanaman pokok dan kendala 15
12 Penyemprotan insektisida awal setelah tanam 16
13 Penanaman tanaman penutup tanah 17
14 Pengendalian gulma 17
15 Pengendalian hama 18
16 Pemanenan dan angkut buah 19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau 34
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
di Kebun Teluk Bakau 35
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten
di Kebun Teluk Bakau 37
4 Peta Kebun Teluk Bakau 41
5 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau 42
6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau 43
7 Strutktur organisasi Kebun Teluk Bakau 44
8 Tabulasi seleksi kecambah dan bibit di pembibitan Kebun Teluk Bakau 45
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman


penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan dan salah satu komditi
perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama
dalam penghasil devisa bagi negara. Hal ini karena minyak yang dihasilkan
memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Salah satu
keunggulan minyak nabati kelapa sawit yaitu tahan lebih lama, tahan terhadap
tekanan, dan suhu yang relatif tinggi. Luas areal perkebunan kelapa sawit
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 8 385 394 ha dengan produksi 21 958 120
ton (Ditjenbun 2010).
Pada saat ini kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat
sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik.
Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau
50% dari penduduk dunia. Selain itu konsumsi minyak per kapita penduduk
di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh dibawah rata-rata
penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia
(Pahan 2010). Produktivitas rata-rata TBS Indonesia pada tahun 2013 adalah
16 ton/ha/tahun, dengan rendemen minyak 24–25%, dan produktivitas CPO yang
mampu dihasilkan sebesar 3.7 ton/ha/tahun (Andika dan Widoro 2013).
Upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit terus diusahakan
sebaik mungkin untuk memenuhi tuntutan pasar. Salah satu alternatif yang
dilakukan pemerintah adalah dengan perluasan areal, penggunaan bibit unggul,
perbaikan teknik budidaya, penanganan pasca panen yang baik dan pemupukan
yang tepat sasaran. Tingginya peranan kelapa sawit dalam perekonomian
Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta berlomba-lomba untuk
berperan dalam pengembangan kelapa sawit.
Menurut Mangoensoekarjo (2007) pengelolaan pembibitan merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kebun.
Pengelolaan pembibitan perlu dipelajari mengingat potensi genetik yang baik
tidak terekspresi optimal jika persyaratan tumbuh tidak terpenuhi.
Menurut Fauzi et al. (2006) pembibitan merupakan kegiatan satu tahun
sebelum pertanaman kelapa sawit ke lapangan yang ditujukan untuk
mempersiapkan bibit yang siap tanam. Oleh karena itu, penentu keberhasilan
pertanaman kelapa sawit ditentukan dalam waktu satu tahun. Bibit yang baik akan
dihasilkan dengan pengelolaan yang baik dan terencana, karena produksi 25 tahun
mendatang ditentukan oleh kualitas bibit yang baik. Dengan demikian,
pengelolaan pembibitan sangat penting untuk dipelajari dengan melihat hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam kerja aktualnya di lapangan.
Menurut PPKS (2000) salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian
secara khusus dalam menunjang program pengembangan areal tanaman kelapa
sawit adalah penyediaan bibit yang sehat, potensinya yang unggul dan tepat
waktu. Faktor bibit memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman semasa pembibitan mempengaruhi
pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah ditanam di lapangan,
sehingga teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar dan
khusus.
Tujuan

Tujuan dilakukannya magang ini secara umum adalah meningkatkan


wawasan, kemampuan profesional, dan keterampilan mahasiswa dalam
memahami aspek budidaya kelapa sawit, proses kerja secara nyata, dan manajerial
perkebunan bibit kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah
mengetahui dan menganalisis pengelolaan pembibitan kelapa sawit di Kebun
Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Provinsi Riau.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk divisi Embryophyta siphonagama, kelas


Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, subfamili Cocoideae,
dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies Elaeis guineensis Jacq, Elaeis
oleifera (H. B. K.) Cortes, dan Elaeis odora (Pahan 2010). Kelapa sawit yang
termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan
seperti spesies Elaeis oleifera dan Elaeis odora.
Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa
sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat
dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan
diameter 6-10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau
horizontal dengan diameter 2-4 mm (Sastrosayono 2006).
Kelapa sawit memiliki umur produktif rata-rata adalah 20-25 tahun. Pada
3 tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4-6
tahun. Pada usia 7-10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode)
dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang
optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai mengalami
penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25-30 tahun
(Pahan 2010).

Pembibitan

Tujuan Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut
memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya (Setyamidjaja 2006). Bibit
yang baik dan berkualitas memerlukan pengelolaan yang intensif selama tahap
pembibitan.

Persiapan Pembibitan
Menurut ARM (2004) kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan
atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pelaksanaan pembibitan seperti:
1. Pemilihan lokasi
2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan
3. Penyediaan bahan tanaman
4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre-nursery dan main-nursery)
5. Penyediaan media dan wadah tanam (babybag dan largebag)
6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan.
Pemilihan lokasi kebun pembibitan perlu memperhatikan beberapa
persyaratan berikut:
1. Areal memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun
2. Dekat dengan sumber air
3. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan
4. Terhindar dari gangguan hama dan penyakit.

Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan harus berasal dari pusat sumber benih yang
telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang
dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera
(D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang
ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin
(PPKS 2003).
Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk
kecambah (germinated seed). Kerapatan bibit kelapa sawit di pembibitan Kebun
Teluk Bakau adalah 12 500 bibit /ha dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm.
Kerapatan tanam 180 pohon/ha di lapangan diperlukan 243 kecambah/ha dengan
jarak tanam 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m (ARM 2004).

Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau
dua tahapan pekerjaan. Hal ini tergantung kepada persiapan yang dimiliki
sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Pembibitan yang menggunakan
satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung
dilakukan ke pembibitan utama (main-nursery).
Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini
adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap
terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) selama ±3 bulan pada polybag
berukuran kecil (babybag) dan pembibitan utama (main-nursery) dengan polybag
berukuran lebih besar (largebag).
Sistem pembibitan dua tahap banyak dilakukan perusahaan perkebunan
karena memiliki beberapa keuntungan antara lain:
1. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan, serta tersedianya waktu
dalam persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
2. Bibit yang akan ditanam ke lapangan lebih terjamin karena telah melalui
beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan
utama
3. Seleksi yang ketat (5-10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan
tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan agar bibit
mendapatkan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal dan terkendali. Beberapa
kegiatan yang dilakukan pada pembibitan awal seperti:
1. Persiapan dan pengolahan tanah
2. Penanaman kecambah
3. Pemeliharaan pembibitan awal meliputi: penyiraman, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit
4. Pemindahan dan pengangkutan bibit.
Pada pembibitan awal diperlukan naungan yang diharapkan dapat
mengurangi penerimaan intensitas cahaya matahari. Pengaturan naungan
di pembibitan awal disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal
Umur (Bulan) Naungan (%)
0 – 2.0 100
>2.1 – 3.0 Naungan hilang seluruhnya
Pembibitan utama (main-nursery) merupakan tahap kedua dari sistem
pembibitan dua tahap. Pada pembibitan utama bibit dipelihara dari umur 3 bulan
hingga 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi
dikemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit
yang dihasilkannya.
Beberapa kegiatan di pembibitan utama seperti:
1. Persiapan dan pengolahan tanah
2. Penyediaan kebutuhan air dan instalasi penyiraman
3. Pemancangan atau pengajiran
4. Persiapan media tanam
5. Penanaman bibit
6. Pemeliharaan pembibitan utama (penyiraman, penyiangan gulma,
pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi
bibit)
7. Persiapan bibit untuk penanaman (pemutusan akar dan transportasi).
METODE MAGANG

Tempat dan Waktu


Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 10 Februari hingga 10 Juni
2014. Magang berlokasi di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati,
Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan teknis dan


kegiatan manajerial. Kegiatan teknis meliputi meliputi kegiatan budidaya tanaman
kelapa sawit yang berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu
bulan. Kegiatan manajerial dilakukan dengan menjadi pendamping mandor
selama satu bulan, serta pendamping asisten divisi selama dua bulan. Seluruh
kegiatan yang dilakukan mengikuti jadwal yang telah disiapkan oleh pihak Kebun
Teluk Bakau (Lampiran 1, 2, 3).
Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini terdiri dari
pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diamati langsung melalui pengamatan dan wawancara langsung di lapangan yang
meliputi:
1. Tinggi tanaman di pre-nursery
Data tersebut digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit
kelapa sawit pada umur bibit tanaman 2-11 MST. Tinggi tanaman diukur dengan
meteran dari pangkal bawah tanah hingga ujung daun yang tertinggi yang telah
diluruskan. Data diambil dari 95 tanaman contoh dari masing-masing blok
sebanyak 10 blok (Blok A1-A10) dan tiap blok dibagi menjadi 10 sub blok yang
dijadikan sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan dalam rentang waktu seminggu
sekali selama 3 bulan dan diharapkan akan diperoleh data pertumbuhan vegetatif
bibit pada umur 2-11 MST yang kemudian dibandingkan dengan pustaka.
2. Pengamatan terhadap jumlah kecambah yang mati
Data ini digunakan untuk mengetahui daya tumbuh kecambah yang
didatangkan dari PPKS dengan jenis Marihat SM-B, sehingga dapat diketahui
kualitas dari kecambah itu sendiri serta upaya-upaya perbaikan dalam menekan
angka kematian kecambah tersebut. Pengamatan dilakukan pada umur 2 MST
pada seluruh bibit dalam bedengan (sebanyak 10 bedeng).
3. Bibit abnormal/afkir
Pengamatan ini dilakukan ketika berlangsungnya kegiatan seleksi (culling).
Bibit yang telah berumur 11 MST akan diseleksi untuk dipindah tanamkan ke
pembibitan utama yang bertujuan untuk mempermudah pertumbuhan vegetatif
bibit kelapa sawit dan mempermudah pelaksanaan perawatan. Dari pengamatan
ini maka akan diketahui berapa persen bibit abnormal di pre-nursery.
4. Aspek manajerial di pembibitan
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah manajerial di
pembibitan Kebun Teluk Bakau sudah sesuai dengan standar perusahaan.
Beberapa pengamatan yang penulis lakukan adalah struktur organisasi, dan
kinerja mandor pembibitan.
Data lain yang diambil adalah kegiatan teknis pada pembibitan berupa
kondisi umum pembibitan, persiapan pembibitan, pembibitan awal (pre-nursery),
pemeliharaan pembibitan awal, pembibitan utama, dan pemeliharaan pembibitan
utama. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis beberapa kegiatan di
pembibitan dan dibandingkan dengan sumber pustaka. Selain mengumpulkan data
primer, penulis juga mengumpulkan data sekunder. Data sekunder merupakan
data dan infornasi yang dikumpulkan dari arsip perusahaan. Data sekunder ini
diantaranya mengenai kondisi umum kebun seperti letak administratif, keadaan
tanaman, organisasi dan ketenagakerjaan, peta kebun, data kelas tanah, topografi,
peta pembibitan, dan data iklim (curah hujan) dalam 10 tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan


perhitungan matematika sederhana yang meliputi nilai rata-rata dan persentase.
Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan SOP
yang dimiliki perusahaan.

KEADAAN UMUM

Letak Geografi

Kebun Teluk Bakau berlokasi di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten


Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Secara geografis PT Bhumireksa Nusa Sejati,
Minamas Plantation terletak di pesisir Pantai Timur Sumatera pada kordinat
000015”–000000” Lintang Utara dan 130020”–103040” Bujur Timur. Secara
administratif berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kateman, Kecamatan
Pelangiran, dan Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Peta Kebun
Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima
tahun terakhir menurut Schmidt Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah
sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 001 mm tahun-1. Data curah
hujan disajikan pada Lampiran 5.
Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati
tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah
ultisol 0%, insepsol 0%, dan histosol 100%. Jenis tanah gambut memiliki struktur
fisik yang remah dan mudah terjadi erosi atau abrasi pada tepi kanal di jalur
transportasi yang terkena ombak. Derajat kemasaman (pH) tanah di Kebun Teluk
Bakau <4 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di Kebun Teluk Bakau
merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas
S3. Topografi di Kebun Teluk Bakau memiliki areal yang datar dengan
kemiringan (0–8%).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas Hak Guna Usaha (HGU) PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas


Plantation adalah 25 731 ha. PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri dari 5 Kebun dan
dua factory yang diantaranya adalah Kebun Teluk Bakau, Kebun Nusa Lestari,
Kebun Nusa Perkasa, Kebun Mandah, Kebun Rotan Semelur, Teluk Bakau
Factory dan Mandah Factory.
Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2014 adalah 4 085 ha
yang terdiri dari areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal
pembibitan (nursery) seluas 40 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang
sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas
394.81 ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi
4 divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II
(1 032.92 ha) terbagi atas 8 blok, Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan
Divisi IV (908.02 ha) terdiri atas 6 blok.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman
menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993–1996 dan tanaman belum
menghasilkan (TBM) dengan tahun tanam 2013 dan 2014 (peremajaan). Bibit
kelapa sawit yang ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Medan dengan jenis Socfindo dan Marihat. Pola tanam
kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga samasisi dengan
jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha) untuk TM dan jarak
tanam 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m (populasi efektif 180 pokok/ha) untuk TBM.
Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 6.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang Manager kebun
yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun.
Manager kebun membawahi seorang Senior Asisten, 3 Asisten Divisi, seorang
Asisten Traksi, satu Asisten Quality Asurance (QA), dan seorang Kepala Seksi
(Kasie). Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja
seluruh Divisi. Asisten Divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi.
Kepala Seksi bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur
organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 7.
Ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri
atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari Manager kebun,
Asisten Kepala, Asisten Divisi, dan KTU. Karyawan non staf terdiri atas syarat
kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian. Jumlah
karyawan di Kebun Teluk Bakau sampai dengan bulan Mei 2014 sebanyak 591
orang yang terdiri dari karyawan staf sebanyak 11 orang dan karyawan non staf
sebanyak 580 orang (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, indeks tenaga kerja
(ITK) di Kebun Teluk Bakau sebesar 0.14.
Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS
Jenis tenaga kerja Jabatan karyawan Jumlah (orang)
Karyawan Staf Manager 1
Asisten Kepala 1
KTU 1
Asisten Divisi 3
Dokter 1
EMS dan IT 2
GM 1
PSD 1
Karyawan Non Staf SKU Bulanan 125
SKU Harian 455
Jumlah 591
ITK 0.14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)


Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk
Bakau:
1. Sensus pokok yang akan ditumbang dan dibongkar bonggolnya
2. Penetapan raja lining
3. Pre lining
4. Pembongkaran pokok
5. Pembuatan parit
6. Compacting dan cambering, dan
7. Penataan areal konservasi.
8. Penanaman

1. Sensus pokok
Sensus pokok dilakukan beberapa bulan sebelum penumbangan dan
pembongkaran dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghitung jumlah pokok
hidup (H) dan jumlah pokok mati (M) sehingga perusahaan dapat mengetahui
total biaya yang akan dikeluarkan. Alat-alat yang digunakan oleh karyawan
penyensus pokok adalah buku, alat tulis, kuas dan cat berwarna merah.
Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris dan pada setiap pokok pertama dan
terakhir ditulis hasil sensus dengan menggunakan cat berwarna merah (H dan M).
Penulisan dilakukan pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan
menghadap ke arah Kanal Cabang Baru (Gambar 1). Pokok normal pada blok
E002 berjumlah 594 pokok, pokok mati berjumlah 52, dan pokok tumbang
berjumlah 119 pokok.

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok

2. Penetapan Raja lining


Penetapan Raja lining yaitu batas-batas daerah/blok yang akan dipancang
ditentukan dan ditetapkan dengan membuat sebuah titik sebagai patokan untuk
memancang. Titik ikatan tersebut (T0) adalah salah satu titik pertemuan collection
road dengan main road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima
(Pahan 2010). T0 pada PT Bhumireksa Nusa Ssejati disebut raja lining (Gambar
2). Pembuatan T0 sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang
sehingga penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya. Raja lining
juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan jalan yang sudah ada
agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan jalan yang ditata
kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda motor, dan jalan
utama sepeda motor.

Gambar 2 Penjelasan Asisten Divisi tentang Raja lining

Pre lining
Pre lining yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman
ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman
tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan
menjadi patokan pembuatan parit CECT (Close Ended Conservation Trenches)
dan parit field drain. Ujung pancang CECT diberi warna merah sedangkan ujung
pancang field drain diberi warna biru. Pancang mata tiga adalah pancang
penunjuk arah bagi operator alat berat dalam pembuatan parit sehingga jalur yang
tercipta menjadi lurus (Gambar 3 dan Gambar 4).
Gambar 3. pancang mata tiga untuk pancang
penunjuk arah bagi operator alat berat

a b

Gambar 4. Ujung pancang CECT diberi warna merah (a)


ujung pancang field drain diberi warna biru (b)

Pembongkaran Pokok
Pembongkaran Pokok terdiri dari penumbangan, chiping, pembongkaran
akar dan pencacahan bongol perakaran (Gambar 5). Tanaman ditumbang terlebih
dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian dilakukan chiping atau
pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok sawit ke bentuk irisan-
irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat oleh mikroorganisme,
kemudian dilakukan pembongkaran akar dan dilakukan pencincangan. Sisa pokok
yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan barisan berdasarkan
pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator lainnya dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Menurut Pahan (2010)
akar harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang
menyebabkan busuk pangkal batang.

a b

c d

Gambar 5 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),


Chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)
Penataan Kembali Blok untuk Kegiatan Peremajaan
Blok-blok lama harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan
peremajaan. Penataan kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih
baik. Kegiatan-kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal
cabang baru, parit tengah, CECT, dan field drain.
Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang
membagi blok menjadi dua bagian yang sama, kemudian diubah menjadi KCB
baru untuk akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok.
Parit KCB baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 4 m, dan
lebar permukaan bawah 3 m (4 m x 4 m x 3 m).
Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok
yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru.
Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian yang
dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit tengah. Hal ini dilakukan
agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke TPH lebih efisien, juga
untuk mempermudah karyawan dalam pelaksanaan perawatan. Water flow dibuat
di setiap pertemuan antara parit tengah dengan kanal kolektor untuk
mempertahankan ketinggian muka air tanah.
Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat
dirumpukkannya sisa-sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering
(Gambar 6) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman
diupayakan agar tergenang air dan tanah tidak terbawa ke dalam parit CECT,
sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada sisa-sisa tanaman tersebut.
Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman menjadi sumber makanan bagi
rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x 1.8 m. Parit CECT dibendung
pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal.
Field drain adalah parit untuk drainase lahan. Ukuran field drain adalah 1 m
x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT dan field drain masing-masing terhadap baris
tanaman adalah 1:4 dan dibuat selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman
terdapat 1 parit CECT dan 1 parit field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14
m sehingga jarak parit CECT ke parit CECT berikutnya 28 m demikian juga
dengan jarak field drain ke field drain berikutnya juga 28 m. Perbedaan blok
sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)

Compacting dan Cambering


Compacting adalah proses pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin
padat. Pemadatan tanah membuat tanah menjadi turun lebih kurang 30 cm dari
keadaan tanah sebelum Compacting (Gambar 7a). Daya sanggah tanah yang
rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan
menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat
kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan
akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat
pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut
meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman
dapat dikurangi.
Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah tergenangnya air di
gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan hidup atau pasar
rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan mengalir dari
gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang pada path,
cembungan tersebut memiliki kemiringan kurang lebih 45 derajat, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi intensitas tergenangnya air di pasar rintis (path)
(Gambar 7b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan pembersihan
gawangan dari sisa chipingan yang masih tertinggal. Compacting dan cambering
dilakukan bersamaan oleh satu alat berat.
a b

c d

Gambar 7 Compacting (a), cambering (b),


gawangan sebelum cambering (c) dan sesudah cambering (d)

Penanaman
Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan
pemancangan pancang tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan lubang
tanam, penanaman pokok, dan penyemprotan pestisida awal setelah tanam.

Pemancangan pancang tanam. Pemancangan dilakukan dengan


menggunakan tali yang diberi tanda simpul merah dan biru (Gambar 8). Tali
direntangkan dari pancang kepala utara ke pancang kepala selatan. Jarak antar
simpul merah dengan biru adalah 7 m, sehingga jarak antar simpul merah ke
merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama anak pancang akan dipancang pada
simpul warna merah kemudian pada baris kedua dipancang pada simpul warna
biru kemudian pada baris ketiga kembali dipancang pada simpul warna merah dan
demikian seterusnya secara bergantian sehingga pola tanam akan membentuk pola
tanam segitiga sama kaki (mata lima) 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Pemancangan
dilakukan oleh buruh kontraktor dengan Prestasi Kerja (PK) 1.7 ha/HK.
Gambar 8 Pancang tanam
Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau
Keterangan : x x x Tali dengan simpul merah dan kuning
Pancang kepala
Anak pancang

Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut


mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman
menghasilkan (TM) di kebun TBE sebagian besar doyong. Pokok doyong
mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga
berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS
menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole. Hole in hole
merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri dari lubang atas dan lubang
bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan lubang bawah lebih
sempit berbentuk lingkaran. Sistem hole in hole dapat dilihat pada Gambar 9.

a b

Gambar 9 Alat berat pelubang tanam (a), sketsa alat pembuat lubang (b)

Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock


Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan
dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan
takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP
(Triple Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca)
yang dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP
lebih tepat. Kendala yang dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat
tingginya level air.
a b

Gambar 10 Aplikasi RP (a) dan lubang tanam yang tergenang air (b)

Penanaman pokok. Bibit ditanam pada bagian lubang bawah, kemudian


polybag dikoyak dengan pisau dan bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam
lubang. Setelah itu lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis
sejajar dengan permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk
cekung ke dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan
cekung (tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik,
(4) timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman
adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Menurut Pahan (2012)
kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit antara
lain adalah bibit ditanam miring (Gambar 11b), bibit ditanam terlalu dalam
sehingga tanaman tercekik (Gambar 11c), bibit ditanam terlalu tinggi sehingga
akar timbul, dan tanah pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang
(Gambar 11d).

a b

c d

Gambar 11 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c), dan
tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam (d)

Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam


segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi
daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida
yang digunakan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l yang merupakan insektisida
racun kontak berbentuk pekatan, berwarna kuning pekat. Selain fungsi diatas,
insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan
kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6% dengan
volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer
kapasitas 15 liter. Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal
batang dan pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang
tanduk kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi
tanaman dari hama pemakan daun (Gambar 12). Kegiatan ini dilakukan setelah
jam kerja yakni dari jam 14.00 – 15.30 dengan premi Rp 20000/orang.

a b

Gambar 12 Penyemprotan hama (a) dan takaran knapsack sprayer (b)

Pemeliharaan
Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri dari penanaman tanaman
penutup tanah, pemupukan, dan pengendalian gulma.
Penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah yang
digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna bracteata (MB), dan campuran
Pueraria javanica (PJ) dengan Calopogonium mucunoides (CM). Pakis selain
tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat
api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan manfaat lain kacang-kacangan (MB,
PJ, dan CM) adalah menghasilkan bahan organik dan dapat mengikat unsur
nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa sawit.
Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam
Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis
adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 13a).
Setiap ditengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit MB. Jarak
tanam MB dari parit 60 cm (Gambar 13b). Sebelum ditanam lubang tanam
diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan MB
tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan.
Prestasi kerja karyawan.
Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran PJ dan CM
memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih
kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg PJ/ha dan 3 kg CM/ha dicampur dengan
pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga
perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1:1:2.
Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya
fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih PJ dan CM
dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di
sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 13c). Alur tanam
benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan
jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm.

a b c

Gambar 13 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b), campuran
kacangan PJ dan MC umur 2 minggu (c)

Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual. Pengendalian gulma


bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan
populasi hama, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di
lahan peremajaan dilakukan secara kimia dan manual.
Pengendalian gulma secara kimia (Gambar 14a) yang diikuti oleh penulis
adalah penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan merupakan
herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif, berbentuk pekatan, berwarna
coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir metil heptil ester 295 g/l dengan
konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang digunakan berkapasitas 15 liter dan
nodzel diberi sarung plastik yang terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola
semprotan nozelnya merata dan tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan
2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan gulma.
Pengendalian gulma secara manual (Gambar 14b) yang diikuti oleh penulis
adalah dongkel anak kayu dan kentosan. Kedua kegiatan ini dilakukan jika
kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi kerja
dongkel anak kayu dan mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis
gulma yang dominan di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus
iria (rumput matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha
(rumput saudagar), Melastoma malabatrichum (senggani), Borreria latifolia
(rumput staren), dan kentosan.

a b
a
Gambar 14 Pengendalian secara kimia (a) dan secara manual (b)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan
dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia
menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan
penyemprotan awal setelah tanam. Jika serangan meningkat maka konsentrasi
ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Hama-hama yang menyerang tanaman di
areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang.
Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang
karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia
sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini
beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di
antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang
telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia
sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah
sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.
Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan hama utama di areal
peremajaan. Kumbang tanduk menyerang pangkal pucuk sawit. Gejala serangan
kumbang tanduk ialah menguning dan mengeringnya pucuk sawit (Gambar 15a)
kemudian terdapat lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada pangkal batang
sawit. Serangan kumbang tanduk sangat merugikan karena memperalambat
pertumbuhan vegetatif tanaman dan bisa mematikan tanaman. Pucuk sawit yang
telah terserang segera dicabut agar pucuk penggantingya tetap tumbuh normal
(Gambar 15b).
Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang
terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan
oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara
jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 15c)
dengan rasio terhadap luas lahan 1:4 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan
diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.

a b c

Gambar 15 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca
penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c)

Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian
produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak
panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai
standar, mengutip seluruh brondolan yang terjatuh, serta mengirimkan seluruh
TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24
jam.
Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah sistem
Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program implementasi
pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus
diselesaikan dalam satu hari.
Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang
panen di Kebun Teluk Bakau.
Tabel 3 Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan
yang Lepas dari Tandan
Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan
0–5 Buah Mentah ( Un Ripe )
6–9 Buah Mengkal (Under Ripe )
> 10 Buah Masak ( Ripe )
> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch )
Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau
Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke
seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6
seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam
hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian
dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.
Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB
oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan
memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari
itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya.
Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin
Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah
mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan
dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di
TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi
dikerjakan secara benar dan segera.
Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses
pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH
ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 16b) berkapasitas
±6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton
(sejenis kapal) berkapasitas ±15 ton.

a b

Gambar 16 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b)

Angkut Tandan Buah Segar


Pengangkutan tandan buah segar merupakan salah satu proses penting
dalam kegiatan panen. Oleh karena itu, sarana dan prasarana harus mendukung
untuk melancarkan proses pengangkutan tandan buah segar. Pengangkutan TBS di
PT BNS khususnya Kebun Teluk Bakau melalui jalur air. Tandan buah segar yang
sudah di TPH (krani buah sudah menghitung) diangkut menggunakan bargas
(dilakukan di KCB) dan dibawa ke KUT divisi untuk proses over skip (bongkar
muat) ke PC. Proses over skip dilakukan di collection point (CP). Setelah selesai
over skip ke PC maka selanjutnya membawa hasil TBS yang dipanen setiap
harinya ke Pabrik Kelapa Sawit dengan menggunakan tugboat.
Kelemahan umum proses pengangkutan di PT BNS melalui jalur air adalah
apabila terjadi musim kemarau panjang maka akan memperlambat sampainya
TBS ke PKS karena baik KUT, KCB dan collector mengalami pendangkalan.
Selain itu, proses pengangkutan melalui jalur air akan menambah losses karena
pengangkutan mengalami bongkar muat. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan
yang intensif dari asisten divisi dan supervisor agar losses dapat berkurang.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting) memimpin lingkaran pagi


dengan karyawan penanam pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi
pengarahan serta mengabsensi, mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan
mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan penanam. Mandor
peremajaan bertugas mengawasi tim penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan
yang mutu tanamnya buruk akan ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor
dan diperintahkan untuk segera memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan
juga bertanggung jawab terhadap kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal
pembibitan ke areal peremajaan. Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja
dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku
monitoring jumlah bibit yang telah ditanam dan disisip.

Pendamping Mandor Semprot (Chemist) memimpin lingkaran pagi


dengan karyawan semprot pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta
mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-
masing penyemprot, mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan
semprot. Pada saat di lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan
memastikan racun sesuai dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi
penuh pekerjaan semprot di lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan..
Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan
disimpan di gudang divisi. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol,
galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan
dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku
monitoring pemakaian bahan dan peta ealisasi kerja.

Pendamping Mandor Pupuk membuat lingkaran pagi dengan karyawan


pupuk pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga
pemupukan kemudian melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung
jawab dalam mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai
dosis pupuk yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang
dilakukan di kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor
wajib mengecek Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan
topi pada setiap karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor
melakukan pengawasan penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan
penaburan pupuk dilakukan secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci
tangan tim pupuk. Selesai pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran )
dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung
kemasan pupuk serta plastik dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan
pada kerani gudang untuk dicatat.
Pendamping Mandor Panen bertugas untuk menngontrol atau mengawasi
jalannya kegiatan pemanenan. Selama mendampingi mandor panen (Divisi II
Teluk Bakau Estate) penulis membantu langsung tugas seorang mandor. Proses
kegiatan mandor panen dimulai dengan mengikuti apel pagi (05.30 – 06.15) setiap
harinya. Apel pagi dipimpin langsung oleh mandor besar dan asisten. Selanjutnya,
mandor panen melakukan breafing bersama anggota mandor panen. Pengarahan
yang dilkukan mandor panen ke tenaga kerja panen adalah intruksi dari mandor
besar atau asisten pada saat apel pagi. Sebelum berangkat ke lahan masing–
masing sesuai hancanya mandor panen mengabsen seluruh anggotanya yang hadir
(setiap kali akan memanen). Mandor panen juga menetapkan hanca masing–
masing pemanen. Pengecekan pengawasan hanca pada saat kegiatan panen
dilakukan selama menjabat sebagai pendamping mandor panen. Pengecekan
hanca berfungsi untuk mengecek hasil kerjaan tenaga kerja panen selama kegiatan
panen berlangsung per HK nya. Pengecekan meliputi pengecekan TBS yang
belum terpanen dan berondolan (Losses Fruit) yang tidak terkutip. Apabila
kedapatan tenaga panen meninggalkan buah (tidak terangkut), brondolan masih
banyak yang belum terangkut maka tenaga pemanen dikenakan sanksi sesuai
ketentuan perusahaan. Seluruh kegiatan mandor panen setiap harinya dilaporkan
ke Buku Kegiatan Mandor (BKM).

Pendamping Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan


hasil seluruh kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi
mandor I mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten
tidak dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu,
membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari
pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan
kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah
ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor
I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang
tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan
pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat
menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk
membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan
masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang
dilakukan di lapangan untuk sharing pendapat dan menyelesaikan permasalahan.

Pendamping Kerani Buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah


TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong
buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection
point (CP). Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah
yang telah diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa
mutu buah. Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke
CP/PKS dan mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya.
Melaporkan hasil kerja dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong
buah secara rutin. Merekap produksi per blok dan membuat laporan premi harian
panen ke kantor divisi. Kerani buah merangkap menjadi mandor transportasi.
Mandor transportasi bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk
bargas lumut dalam melaksanakan pencucian kanal.
Pendamping Asisten. Kegiatan penulis saat menjadi PJS Asisiten Divisi
bersifat teknis di lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan
sebagai pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta
mengawasi kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu
membuat RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan
pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator),
pemupukan sesuai dengan pedoman BMS, penanaman beneficial plant,
pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan kegiatan
pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Pembibitan


Pembibitan kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau terletak di Divisi II,
tepatnya berada pada Blok E006 dengan titik kordinat Latittude 00011’24” N,
Longittude 103035’29” E, dan Altittude 28 meter. Pada saat dilaksanakannya
magang penulis melakukan kegiatan pengamatan di Divisi II, sedangkan pada
kegiatan lain penulis ditempatkan pada Divisi I di Kebun Teluk Bakau yang 80%
arealnya sudah dilakukan peremajaan. Sistem pembibitan yang digunakan oleh
Kebun Teluk Bakau adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada
pembibitan dua tahap yang dilakukan, kecambah ditanam pada plastik babybag
yang mempunyai ukuran 15 cm x 22 cm, tebal 0.10 mm dengan lubang perforasi
sebanyak 24 buah untuk mengatur drainase pada pembibitan awal. Babybag yang
diisi menggunakan media tanah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur, bersih
dari potongan kayu serta banyak mengandung bahan organik dan diambil dari
lahan yang bebas serangan penyakit terutama penyakit ganoderma. Media tanah
yang berada di Kebun Teluk Bakau adalah tanah gambut saprik yang diambil dari
lapisan top soil sedalam 20-30 cm dari permukaan tanah.

Persiapan Pembibitan
Persiapan areal tanam dilakukan 1 tahun sebelum kedatangan kecambah.
Sedangkan persiapan media tanam dilakukan 3 bulan sebelum kedatangan
kecambah. Lokasi Pembibitan di Teluk Bakau Estate mempunyai topografi yang
datar, dekat dengan sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses
jalan baik, dan aman dari gangguan ternak dan binatang liar. Hal ini dikarenakan
lahan yang ada di Perkebunan Teluk Bakau Estate adalah gambut.
Menurut ARM (2004) lokasi yang baik adalah topografi relatif datar, dekat
sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses jalan baik, dan aman
dari gangguan ternak dan binatang liar. Dengan demikian, untuk lokasi Teluk
bakau Estate sudah sesuai untuk pembibitan.
Persiapan pembibitan meliputi perhitungan jumlah kebutuhan bibit, lokasi
pembibitan, tahapan pembibitan, dan media tanam. Perhitungan kebutuhan
kecambah untuk luas 467 ha disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kebutuhan kecambah.
Luas areal : 467 ha
Pokok/ha : 180 pokok Seleksi (Afkir)
Jumlah Pokok : 72 000 pokok
a. Sisipan (penyulaman) 4 203 bibit 5%
b. Penanaman di PN 8 406 bibit 10%
c. Penanaman di MN 16 612 bibit 20%
Sub total afkir 29 421 bibit 35%
Jumlah Pokok 84 060 pokok
Total Kebutuhan 113 481 kecambah
Kecambah
Kebutuhan bibit dihitung berdasarkan jumlah pokok/ha yang diterapkan
oleh Kebun Teluk Bakau, yaitu 180 pokok/ha. Sehingga total kebutuhan
kecambah yang akan ditanam untuk kebutuhan luas areal 467 ha adalah 113 481
kecambah (setelah penambahan 35% dari seleksi).
Pemilihan lokasi pembibitan di Kebun Teluk Bakau berada diatas tanah
gambut yang berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya yang ada di tanah
mineral. Hal ini menyebabkan beberapa perbedaan dan permasalahan baru
terhadap kegiatan teknis budidaya dan manajemen tenaga kerja yang telah penulis
temukan seperti air yang digunakan adalah air gambut yang terdapat pada kanal,
potensi pH air yang berada di kanal berkisar 3-4, dan perlu kegiatan langsir
polybag untuk menempatkan polybag yang telah diisi tanah yang berada di jalan
utama ke titik-titik areal di pembibitan utama. Menurut Pahan (2006) di lahan
tanah mineral, kegiatan pengisian dan penyusunan polybag langsung dilakukan di
lapangan atau areal pembibitan dengan mencampur pasir ke dalam media. Namun
di lahan gambut, pengisian media tidak menggunakan campuran pasir seperti
halnya tanah mineral, hal ini karena tanah gambut memiliki porositas yang tinggi
sehingga media ketika disiram tidak tergenang.
Beberapa hal yang menjadi penentuan lokasi pembibitan di Kebun Teluk
Bakau pada Divisi II adalah sebagai berikut :
a. Dekat dengan sumber air dan drainase baik
b. Areal memiliki topografi datar dan terletak di tengah kebun
c. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau
d. Areal jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik dan
terbuka, tidak terhalangi pohon besar atau bangunan
e. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman
Tahapan pembibitan di Kebun Teluk Bakau menggunakan sistem dua tahap
(double stage), yang terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) selama kurang
lebih 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan kemudian dipindahkan ke
pembibitan utama (main-nursery) dengan polybag berukuran lebih besar.
Keuntungan menggunakan sistem dua tahap adalah sebagai berikut:
a. Mudah dalam pengawasan dan pemeliharaan
b. Tersedianya waktu untuk mempersiapkan pembibitan utama
c. Kualitas bibit lebih terjamin, karena proses seleksi lebih mudah dan teliti di
setiap tahapnya
d. Seleksi yang ketat dapat mengurangi pemakaian tanah dan polybag
berukuran besar.
Media tanam yang digunakan di Kebun Teluk Bakau adalah tanah yang
berkualitas baik, yaitu tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 20-30 cm.
Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas
dari kontaminan (hama, penyakit, dan bahan kimia). Pengisian tanah ke babybag
dilakukan setengah babybag terlebih dahulu dan kemudian dipadatkan, kemudian
kembali diisi hingga penuh. Hal ini dilakukan karena gambut mempunyai sifat
kering tidak berbalik (irreversible drying). Setiap polybag diberi pupuk RP
(Rock Phospat) sebanyak 5 gram per babybag.

Pembibitan Awal (Pre-Nursery)


Persiapan dan Penanaman Kecambah
Bedengan. Bedengan dibuat pada areal yang telah diratakan dengan ukuran
lebar 1.2 m dan panjang 33 m untuk setiap bedengan. Tepi bedengan dilengkapi
dengan papan atau kayu setinggi kurang lebih 10 cm agar babybag dapat disusun
dengan tegak. Jarak antara bedengan adalah 80 cm berfungsi sebagai jalan
pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman
atau waktu hujan. Bedengan ukuran 1.2 m x 33 m dapat memuat 5 376-5 418
bibit. Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah untuk
memperlancar drainase.
Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah sinar
matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga berfungsi untuk menghindari
terbongkarnya tanah di babybag akibat terpaan air hujan. Pengaturan naungan di
pembibitan awal disajikan pada (Tabel 1). Naungan dibuat dengan ukuran lebar
2 m dan panjang 35 m. Kontruksi naungan dibuat dari kayu bulat sebagai tiang
dan atap. Paranet yang digunakan adalah paranet 70% (intensitas cahaya yang
masuk 30% dan yang keluar 70%).
Penanaman Kecambah. Kecambah kelapa sawit yang telah diterima
diusahakan segera ditanam pada polibeg yang telah disediakan. Keterlambatan
penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah tersebut,
antara lain :
a. Bakal akar dan daun akan menjadi panjang sehingga mempersulit
penanaman
b. Bakal akar dan daun akan mudah patah
c. Kecambah akan mengalami kerusakan karena terserang jamur
d. Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekerungan air
Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat dibedakan
antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula). Plumula ditandai dengan
bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan radikula
berbentuk agak tumpul dan berwarna kecoklatan. Pada waktu penanaman harus
diperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula manghadap ke atas dan radikula
menghadap ke bawah. Kecambah yang belum jelas bakal akar dan daunnya
dikembalikan kedalam kantong plastik dan disimpan dalam kondisi lembab
selama beberapa hari untuk bisa ditanam.

Pemeliharaan Pembibitan Awal

Penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan
sore hari. Penyiraman dilakukan secara hati-hati agar kecambah tidak terbongkar
atau akar-akar bibit muda muncul ke permukaan. Setiap bibit memerlukan
0.1–0.2 liter air pada setiap kali penyiraman. Apabila curah hujan >8 mm per hari
maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan mesin
pompa air yang kemudian dialirkan ke selang sumisansui 1 inchi. Tenaga kerja
yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 1 ha/HK selama 7 jam.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang tumbuh di kantong
babybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 1 minggu sekali. Pelaksanaan
penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada babybag.
Penyiangan juga ditunjukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah.
Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang dengan prestasi kerja 10 000
babybag/HK.
Pemupukan. Pemupukan menggunakan urea dengan konsentrasi 0.2%
atau 2 gram/liter air. Pemupukan dilakukan secara folair application (melalui
daun) menggunakan sprayer. Setiap liter larutan cukup untuk 1000 bibit.
Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali. Tenaga kerja yang dibutuhkan
sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.
Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang umum menggangu bibit
pre-nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, dan Apogonia sp. Sedangkan
penyakit yang umum adalah Helminthosphorium sp, Antrchnosa, dan Blast.
Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian harus ekstra hati-hati karena bibit
muda masih sangat peka. Cara pengaplikasian untuk hama menggunakan
chypermethrin dengan konsentrasi 0.2% atau 2 cc/liter air yang kemudian
disemprot ke atas babybag. Rotasi penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali
ketika serangan hama sudah terlihat. Untuk penyakit, biasanya diberikan metil
tiofanat dengan rotasi penyemprotan seminggu sekali ketika serangan penyakit
sudah terlihat. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi
kerja 10 000 babybag/HK.
Seleksi bibit. Seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit
abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh
faktor genetis, kesalahan kultur teknis atau serangan hama dan penyakit. Seleksi
dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 2.5 bulan, biasanya
telah memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya. Beberapa bentuk
bibit abnormal yang harus dibuang/disingkirkan pada saat pelaksanaan seleksi,
yaitu :
a. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow-leaves)
b. Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted)
c. Bibit yang tumbuh kerdil (dwarfish)
d. Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled leaves)
e. Bibit yang anak daunnya kusut (crinkled)
f. Bibit yang ujung daunnya membulat seperti mangkuk (collante)
g. Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown disesase)
Bibit abnormal yang telah terseleksi kemudian dimusnahkan dengan cara
dicincang dan kemudian ditimbun kedalam tanah. Tenaga kerja yang dibutuhkan
sebanyak 2 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK selama 7 jam.

Transportasi bibit. Pemindahan dan pengangkutan bibit dari pembibitan


awal dilakukan pada saat bibit berumur 2.5-3 bulan dengan jumlah daun 3-4 daun.
Bila areal pembibitan awal berdekatan dengan pembibitan utama maka bibit yang
akan ditanam dapat diangkut menggunakan kotak kayu dengan ukuran
70 cm x 50 cm x 20 cm yang diangkut dengan angkong, sedangkan pembibitan
awal yang berjauhan dengan pembibitan utama maka bibit yang akan ditanam
dapat diangkut menggunakan bargas.

Pembibitan Utama (Main-Nursery)


Persiapan dan Penanaman Bibit

Persiapan dan pengolahan tanah. Persiapan dan pengolahan tanah


dilakukan dengan meratakan areal menggunakan alat berat berupa excavator.
Tanah dikikis setebal kurang lebih 10 cm dari permukaan tanah. Tanah hasil
kikisan dapat digunakan sebagai media tanam. Prosedur pembukaan areal
pembibitan sama seperti prosedur pembukaan areal untuk pertanaman kelapa
sawit.
Kebutuhan air. Faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan
pembibitan adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang
cukup dengan jaringan irigasi yang baik. Kebutuhan air di pembibitan bertambah
sejalan dengan pertambahan umur bibit. Pada pembibitan utama, bibit akan
tumbuh secara normal bila kebutuhan airnya terpenuhi, yaitu sebesar 2
liter/polybag. Volume air yang diberikan dengan sistem sprinkler di pembibitan
utama harus memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem penyiraman dengan sprinkler
dianjurkan pada areal dengan ketersediaan sumber air yang cukup.
Pemasangan pipa untuk penyiraman sistem sprinkler. Penyiraman
dengan sprinkler memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari
sistem sprinkler adalah distribusi air yang lebih merata pada setiap bibit dan biaya
operasional penyiraman lebih murah. Sedangkan kekurangannya dilihat dari
mahalnya biaya investasi, kebutuhan air yang lebih banyak dan memungkinkan
terjadinya penggenangan di areal pembibitan bila sistem drainasenya kurang
berfungsi. Sistem penyiraman sprinkler terdiri dari beberapa komponen utama,
meliputi jaringan pipa (pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi), nodzle
sprinkler dan pompa air. Pada setiap pipa distribusi berisi 9 sprinkler. Jarak antara
sprinkler satu dengan yang lainnya adalah 9 m. Areal pembibitan dibagi menurut
pipa utama. Setiap pipa utama mencakup luasan 10 ha pembibitan. Setiap areal
pipa utama dibagi dua, kiri dan kanan (A dan B). pembagian areal ditujukan untuk
mengatur jadwal penyiraman.
Pemancangan. Pemancangan dilaksanakan bila pembuatan jaringan pipa
penyiraman telah selesai. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segi tiga
sama sisi dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm dengan jarak antar barisan
di pembibitan adalah 80 cm. Jumlah bibit dalam 1 blok (1 ha) dapat mencakup
12 500 bibit.
Pengisian tanah ke polybag. Tanah yang digunakan untuk pengisian
polybag adalah tanah yang berada di permukaan tanah (top soil). Pengisian tanah
dilakukan sampai 3 cm dari permukaan polybag. Rata-rata bobot tanah untuk
setiap polybag 20 kg. Setelah pengisian, media perlu disiram setiap hari selama 7-
10 hari sebelum penanaman. Tanah yang berasal dari lokasi dengan tingkat
kesuburan yang baik akan sangat membantu pertumbuhan vegetatif bibit.
Pembuatan lubang pada polybag. Untuk mempercepat dan mempermudah
pembuatan lubang pada media tanam di polybag perlu dibantu dengan alat khusus
seperti bor tanah yang terbuat dari pipa paralon ¾ inchi. Kedalaman lubang
disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada saat persiapan transplanting adalah media tanam pada polybag perlu disiram
air sampai jenuh sehari sebelumnya untuk mempermudah pembuatan lubang.
Pembuatan lubang dengan alat tanam diusahakan pada bagian tengah permukaan
tanah polybag agar petumbuhan akar tanaman merata, pada setiap lubang diberi
pupuk NPKMg 15-15-6-4 sebanyak 50 gram.
Penanaman bibit (transplanting). Pengaturan tata letak bibit di pembibitan
utama disesuaikan dengan tata letak di pembibitan awal yaitu dengan
memperhatikan kode benih, asal, dan grub pertumbuhan. Kelancaran penanaman
bibit ke main-nursery bergantung pada kecepatan membuat lubang tanaman di
pembibitan utama, kecepatan mengangkut bibit dari pembibitan awal ke
pembibitan utama dan kecepatan serta keterampilan menanam bibit tersebut. Bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah kantong polybag kecil dibuang. Tanah
disekeliling lubang ditekan padat merata, selanjutnya dilakukan penambahan
tanah hingga sebatas leher akar. Bagian atas dari polybag setinggi 2-3 cm
dibiarkan kosong sebagai tempat meletakkan pupuk, air ataupun mulsa pada saat
diperlukan.

Pemeliharaan Pembibitan Utama


Penyiraman. Kebutuhan air di pembibitan utama adalah 2 liter per polybag.
Volume air tersebut dihitung dengan dasar curah hujan 12.5 mm per hari
equivalaen 125 m3 air/ha areal. Bibit disiram dua kali sehari, pada pagi hari dan
sore hari. Penyiraman tidak dilakukan bila curah hujan > 8 mm.
Pemberian mulsa. Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi
penguapan air maupun pupuk. Mulsa diberikan dalam bentuk sisa tandan tanaman
sawit. Mulsa diletakkan disekeliling bibit dalam kantong setelah bibit berumur
2 bulan dengan ketebalan 1-2 cm.

Pemupukan. Pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk


majemuk NPKMg. Penambahan unsur lain dilakukan jika terdapat gejala
defisiensi. Jenis pupuk yang dipakai adalah jenis pupuk majemuk NPKMg 15-15-
6-4 sampai umur lebih kurang 5 bulan dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk
NPKMg 12-12-17-2.
Hama dan penyakit. Beberapa hama yang umum dijumpai di pembibitan
utama adalah kumbang tanduk, kumbang malam (Apogonia sp), belalang, ulat api,
dan tikus. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan Cypermetrin 1%
(150 g bahan aktif/liter) ke tanaman dengan interval 2 minggu sekali hingga
hamanya menghilang. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan menggunakan
racun tikus. Penyakit yang umum dijumpai di pembibitan utama adalah penyakit
daun Antracnose dan Culvularia. Bibit yang terserang Anthracnose memiliki
gejala daun yang mongering mulai dari ujung hingga tepi-tepinya. Pengendalian
Anthracnose dilakukan dengan fungisida. Rotasi penyemprotan 2 minggu sekali.
Gejala penyakit Culvularia ialah bintik-bintik kuning di tengah daun. Bintik-
bintik ini kemudian meluas dan warnaya berubah menjadi coklat. Bila dijumpai
bibit dengan gejala tersebut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan
memotong daun yang terserang dan membakarnya. Bila ditemukan gejala
serangan yang lebih parah maka bibit tersebut harus disingkirkan dari pembibitan
utama secepatnya dan kemudian dibakar.
Seleksi bibit. Perbedaan pertumbuhan bibit di pembibitan utama dapat
disebabkan oleh faktor genetis dan perbedaan kultur teknis yang diterima
masing-masing bibit. Kegiatan seleksi diharapkan hanya pada tanaman abnormal
yang disebabkan oleh pengaruh faktor genetis, sehingga diusahakan tidak terdapat
kesalahan kultur teknis yang dapat menyebabkan timbulnya tanaman abnormal.
Seleksi di pembibitan utama dilaksanakan secara bertahap karena munculnya
gejala sejalan dengan bertambahnya umur bibit. Seleksi dilaksanakan pada saat
bibit berumur 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk dilakukan seleksi saat ditemui bibit abnormal di luar waktu yang telah
ditetapkan.
Beberapa faktor yang dapat memperbesar persentase bibit abnormal adalah:
a. Kesalahan menanam pada saat pindah tanam dari pembibitan awal ke
pembibitan utama. Bila bibit ditanam terlalu dangkal maka pertumbuhan
tanaman akan menggantung dan mudah rebah
b. Penyiraman kurang merata, terlalu deras atau tidak cukup penyiraman pada
masing-masing tanaman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan yang
heterogen pada hamparan pembibitan yang sama.
c. Kesalahan dalam pemberian pupuk, herbisida, atau pemakaian obat-obatan.
Tindakan ini dapat mengakibatkan daun terbakar
d. Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat sehingga terjadi persaingan
dalam memperoleh sinar matahari. Jarak tanam yang dianjurkan adalah
segitiga sama sisi 90 x 90 x 90 cm.
e. Pemindahan bibit dari pembibitan awal terlalu cepat akan menimbulkan
“scorching” sedangkan pemindahan bibit yang terlambat akan menimbulkan
pertumbuhan yang meninggi (etiolasi).
Persiapan bibit untuk penanaman di replanting. Bibit yang berumur
10-12 bulan telah siap untuk dipindahkan ke lapangan. Lebih kurang 15-20 hari
sebelum diangkut dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang telah menembus
polybag. Untuk menjaga kondisi bibit agar tetap baik perlu dilakukan penyiraman
yang intensif setelah proses pemutusan akar. Sebelum bibit diangkut ke bargas
sebaiknya disiram dengan air untuk menghindari kekeringan jika beberapa hari
setelah tanam tidak turun hujan. Dalam persiapan ini harus diperhatikan teknik
pengangkutan bibit. Bibit diangkut tegak lurus dengan memegang bagian bawah
polybag, bukan bagian daun ataupun batang.
Daya Tumbuh Kecambah Marihat S-MB
Faktor utama dalam penentuan produksi/ha adalah jenis tanah dan bibit
yang berkualitas. Sehingga benih kecambah harus diperoleh dari produsen yang
telah mendapat sertifikasi. Kecambah yang ditanam oleh Kebun Teluk Bakau
adalah kecambah kelapa sawit unggul yang di rekomendasikan oleh Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) varietas D x P jenis Marihat SM-B. Menurut
Pahan (2006) pertumbuhan dan vigor bibit sangat ditentukan oleh kecambah yang
ditanam, morfologi kecambah, dan cara penanamannya. Daya tumbuh kecambah
jenis Marihat SM-B pada pengamatan 3 MST disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Daya tumbuh kecambah jenis Marihat SM-B di pre-nursery


Blok Total kecambah Kecambah Mati Kecambah Hidup Daya Tumbuh
(butir) (butir) (butir) (%)
1A 5 516 236 5 280 95.7
2A 5 390 201 5 189 96.2
3A 5 418 189 5 229 96.5
4A 5 418 176 5 242 96.7
5A 5 418 105 5 313 98.1
6A 5 376 261 5 115 95.1
7A 5 390 305 5 085 94.3
8A 5 376 214 5 162 96.1
9A 7 518 439 7 079 94.1
Rata-rata 95.9
Sumber: Pengamatan di lapangan. 2014
Dari data Tabel 5, diketahui bahwa daya tumbuh kecambah Marihat SM-B
pada pengamatan 3 MST sangat tinggi yaitu sekitar 95.9%. Hal ini membuktikan
bahwa kecambah jenis Marihat SM-B merupakan kecambah yang memiliki daya
tumbuh yang sangat baik dan cocok sebagai bahan tanam. Jika dibandingkan
dengan asumsi kebutuhan bibit saat kehilangan yang berjumlah 10%, maka jenis
Marihat SM-B termaksud kedalam rekomendasi untuk bibit di pembibitan Kebun
Teluk Bakau.

Persentase Bibit Abnormal di Pre Nursery


Faktor penyebab bibit kelapa sawit menjadi abnormal adalah karena adanya
sifat genetis dari induknya (keturunan), perlakuan atau lingkungan (accidental)
seperti salah tanam/terbalik, penananam terlalu dalam/dangkal, tanah terlalu
padat, kurang pupuk, dan salah perawatan (Risza 2010). Pada saat proses seleksi
di Kebun Teluk Bakau, penulis menemukan persentase bibit abnormal di
pembibitan Kebun Teluk Bakau sebesar 5.9% (3 022 bibit) dari 50 820 bibit yang
ditanam. Bibit abnormal yang ditemukan penulis saat proses seleksi adalah Greas
leaf, Twister, Drawfish, Rolled leaf, Crinkled leaf, Collante leaf, dan Chimera. Di
Kebun Teluk Bakau, persentase bibit abnormal selama 11 MST disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6 Persentase Bibit Abnormal Marihat SM-B Kelapa Sawit di pre-nursery.
No Bedeng Jumlah bibit Jumlah bibit abnormal (batang) Persentase (%)
(batang)
1 1A 5 516 324 5.87
2 2A 5 390 449 8.33
3 3A 5 418 275 5.07
4 4A 5 418 315 5.81
5 5A 5 418 381 7.03
6 6A 5 376 322 5.98
7 7A 5 390 328 6.08
8 8A 5 376 310 5.76
9 9A 7 518 318 4.22
Rata-rata 335.7 5.9
Sumber: Pengamatan di lapangan.2014

Pertumbuhan Tinggi Bibit Marihat SM-B di Pembibitan Awal


Di Kebun Teluk Bakau kegiatan penanaman kecambah kelapa sawit
dilakukan sehari setelah bibit sampai di kebun. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada kecambah seperti patahnya radikula dan plumula
dikarenakan human eror. Pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit Marihat SM-B
di pembibitan awal disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Pertumbuhan tinggi Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di pre-nursery.
Umur (MST) Tinggi (cm) Tinggi (cm)
Rata-rata Stdev Pembanding*
1 - - -
2 1.5 0.4 1.9
3 3.7 0.7 4.1
4 5.8 1.1 5.9
5 8.6 1.2 8.2
6 10.9 1.5 9.6
7 13.4 1.9 11.4
8 16.2 2.6 13.1
9 18.9 2.7 14.0
10 20.9 2.5 16.2
Sumber: Pengamatan di lapangan. 2014 * Rosa. 2012
Menurut pengamatan Rosa (2012) untuk varietas Socfindo, terdapat
perbedaan tinggi tanaman pada umur 6 MST hingga 10 MST untuk varietas SM-B
di Kebun Teluk Bakau. PPKS (2000) menyatakan bahwa variasi pertumbuhan
bibit dalam kelompok dapat terjadi karena variabilitas genetik, aplikasi pupuk
yang tidak merata, penyiraman yang buruk serta variabilitas tanah.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) jaringan penyimpan
makanan pada tanaman kelapa sawit disebut dengan endosperm. Endosperm pada
kelapa sawit tidak pernah keluar dari cangkang, melainkan diserap oleh
haustorium sebagai sumber energi untuk pertumbuhan perkecambahan. Pada saat
1 MST telah muncul akar, namun sumber makanan yang digunakan hanya berasal
dari cadangan makanan sehingga pasokan energi benar-benar tercukupi hingga
minggu ke-4 untuk pemanjangan plumula dan radikula. Setelah minggu ke-5 bibit
kelapa sawit mulai mengambil unsur hara dan mineral dari tanah sehingga
pertumbuhan menjadi stabil. Terlihat bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit
mengalami kenaikan tertinggi pada minggu ke-4 menuju ke-5 yaitu 5.8 cm
menjadi 8.6 cm kemudian mengalami kenaikan yang stabil pada minggu ke-6 dan
seterusnya.

Aspek Manajerial di Pembibitan Teluk Bakau Estate


Peranan seorang asisten yang berada langsung di bawah manager kebun
sangatlah dibutuhkan untuk membantu proses pengawasan suatu pekerjaan. Selain
harus disiplin seorang asisten juga dituntut untuk bisa menganalisis
masalah-masalah yang terjadi di lapangan serta diharapkan dapat menemukan
solusi untuk pemecahan masalahnya.
Asisten pembibitan dibantu oleh seorang krani pembibitan dan seorang
mandor pembibitan. Krani pembibitan bertugas untuk mencatat segala kegiatan
dan administrasi yang ada di pembibitan Kebun Teluk Bakau, sedangkan untuk
mandor pembibitan bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh karyawan pembibitan (4 laki-laki dan 20 perempuan).
Secara umum, pengelolaan pembibitan di Kebun Teluk Bakau sudah
berjalan dengan baik. Seluruh kegiatan mulai dari persiapan pembibitan awal
hingga pembibitan utama sudah berjalan sesuai dengan standar perusahaan. Hal
ini dibuktikan dengan terselesaikannya seluruh kegitan yang telah direncanakan
oleh asisten kebun dan kebutuhan bibit yang tercukupi. Stok bibit di pembibitan
Kebun Teluk Bakau hingga Mei 2014 mencapai 296 809 dan jumlah persentase
bibit afkir adalah 20.1. Dari data tersebut membuktikan bahwa stock bibit untuk
peremajaan 467 ha tercukupi dan memiliki persentase bibit afkir yang sedikit jika
dibandingkan dengan budget yang telah ditentukan perusahaan 35%. Data tabulasi
seleksi kecambah dan bibit di pembibitan Kebun Teluk Bakau terdapat pada
lampiran 8.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pengelolaan pembibitan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan standar
perusahaan. Stok bibit di pembibitan Kebun Teluk Bakau hingga Mei 2014
mencapai 296 809 dan jumlah persentase bibit afkir adalah 20.1. Dari hasil
pengamatan untuk jenis Marihat SM-B, diperoleh persentase daya tumbuh pada
minggu ke-3 mencapai 95.9%, sehingga kecambah yang ditanam sangat bagus
digunakan sebagai bahan tanam karena memiliki daya tumbuuh kecambah yang
tinggi. Persentase bibit abnormal sebanyak 5.9% merupakan persentase yang
sedikit jika dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan bibit 10%. Pertumbuhan
tinggi bibit mencapai rata-rata 2 cm/hari dan memiliki pertumbuhan tinggi yang
lebih baik dari varietas socfindo.
Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan seperti pengawasan, dan
inisiatif seorang mandor sebaiknya lebih ditingkatkan agar pekerjaan di lapangan
berjalan dengan baik. Mandor sebaiknya melakukan briefing sebelum
melaksanakan suatu pekerjaan di pembibitan awal maupun pembibitan utama.

DAFTAR PUSTAKA

[ARM] Manual Referensi Agronomi. 2004. Buku Agricultural Reference


Manual(ARM) Minamas Plantation. Indonesia: Minamas Agricultural
Reference Manual.

Andika dan Widoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit “Si Emas Cair”. Jakarta (ID):
Agro Media Pustaka.

[DITJENBUN] Direktorat Jendral Perkebunan (ID). 2010. UpayaMemperoleh


Data Komoditas Perkebunan yang Berkualitas [Internet]. Jakarta (ID) :
[diunduh 2013 Mar 27]. Tersedia pada :
http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-
news/258-upaya-memperoleh-data-komoditas-perkebunan-yang-
berkualitas.html

Fauzi Y, Widyastuti YE, Setyawijaya B. 2006. Seri Agribisnis Budi Daya,


Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa
Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Mangoensoekarjo S. 2007. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta


(ID): Gadjah Madah University press.. 650 hal

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta (ID) : Penebar swadaya.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2000. Pembibitan pada Tanaman Kelapa
Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Risza, S. 2010. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta.

Rosa RN. 2012. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan, Sumatera
Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.


Yogyakarta (ID): Kanisius (Anggota IKAPI).
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau
Uraian Prestasi Kerja HK-1
Tanggal Lokasi Keterangan
kegiatan Penulis Karyawan Standar

Tiba di lokasi
07/02/2014 - - -
Kebun

orientasi
08/02/2014 - - -
Kebun
09/02/2014 Libur Mess TBE
Dongkel anak Blok
10/02/2014 0.08 ha 0.16 ha Selesai HK Div. I TBE
kayu D003
Dongkel anak Blok
11/02/2014 0.08 ha 0.16 ha Selesai HK Div. I TBE
kayu D003
Dongkel anak Blok
12/02/2014 0.08 ha 0.16 ha Selesai HK Div. I TBE
kayu D003
Blok
13/02/2014 Replanting - - - Kontraktor
D004
Blok
14/02/2014 Replanting - - - Kontraktor
D004
Blok
15/02/2014 Replanting - - - Kontraktor
D004
16/02/2014 Libur Mess TBE

Pengendalian Blok
17/02/2014 1 ha 5 ha Selesai HK Div. I TBE
hama oryctes E001

Pengendalian Blok
18/02/2014 1 ha 5 ha Selesai HK Div. I TBE
hama oryctes E001

Pengendalian Blok
19/02/2014 1 ha 5 ha Selesai HK Div. I TBE
hama oryctes E001

Pengendalian Blok
20/02/2014 0.16 ha 2.16 ha Selesai HK Div. I TBE
gulma D003

Pengendalian Blok
21/02/2014 0.16 ha 0.7 ha Selesai HK Div. I TBE
gulma D003

Pengendalian Blok
22/02/2014 0.16 ha 2.16 ha Selesai HK Div. I TBE
gulma D003

23/02/2014 Libur Mess TBE Div. I TBE

Sensus larva Blok


24/02/2014 0.16 2 ha 2 ha Div. I TBE
oryctes D002

TPH ke
Sensus larva Blok
25/02/2014 0.16 2 ha 2 ha Collection
oryctes D002
point
Lampiran 1 (lanjutan)
TPH ke
Sensus larva Blok
26/02/2014 0.16 2 ha 2 ha Collection
oryctes D002
point
TPH ke
Pengangkutan Pengangkutan Blok
27/02/2014 7 jam 7 jam Collection
buah selesai E004
point
Div
1000 3000 3000
28/02/2014 Pembibitan II Pre Nursary
kecambah kecambah kecambah
TBE
Div
Pengisian 100 600
01/03/2014 600 babybag II Pre-Nursary
tanah babybag babybag babybag
TBE
02/03/2014 Libur
Pemupukan Blok
03/03/2014 0.5 ha 4 ha 4 ha Div. II TBE
Cu D005
Pemupukan Blok
04/03/2014 0.5 ha 4 ha 4 ha Div. II TBE
Cu D005
Pemupukan Blok
05/03/2014 0.5 ha 4 ha 4 ha Div. II TBE
Cu D005
Pengamatan Div
06/03/2014 Tinggi - - - II Pre-Nursery
Tanaman TBE
Div
07/03/2014 Pengangkutan 7 jam 7 jam 7 jam II -
TBE
Div
08/03/2014 pengangkutan 7 jam 7 jam 7 jam II -
TBE
Mess
09/03/2014 Libur - - - Div. I TBE
TBE

Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun


Teluk Bakau
Prestasi Kerja HK-1
Jumlah Luas
Uraian karyawan areal Lama
Tanggal Lokasi Keterangan
kegiatan yang yang di kegiatan
diawasi awasi (jam)
(orang) (ha)
10/03/2014 Replanting - - 7 Blok D004 Divisi I TBE
11/03/2014 Replanting - - 7 Blok D004 Divisi II TBE
12/03/2014 Replanting - - 7 Blok D004 Divisi II TBE

13/03/2014 Replanting - - 7 Blok D004 Divisi II TBE


Pengamatan
14/03/2014 Tinggi - - - Div II Pre-Nursery
Tanaman
Pancang
15/03/2014 3 1 ha 7 Div II Main-Nursey
Tanam MN
Lampiran 2 (lanjutan)
16/03/2014 Libur
Blok Divisi II TBE
17/03/2014 Krani Panen 11 2.75 7
D007

Pengecekan Blok
18/03/2014 16 4 7 Divisi II TBE
Hanca D007

Blok
19/03/2014 Mandor Pupuk 6 80 7 Divisi I TBE
D007

Blok
20/03/2014 Mandor pupuk 6 80 7 Divisi II TBE
D008
Pengamatan
21/03/2014 Tinggi - - - Div II Pre-Nursery
Tanaman
Blok
22/03/2014 Mandor Pupuk 6 80 7 Divisi II TBE
D009
23/03/2014 Libur - - - Mess TBE Divisi I TBE

Pengisian
24/03/2014 5 - 7 Div II Main-Nursery
Tanah MN

Pengisian
25/03/2014 5 - 7 Divi II Main-Nursery
Tanah MN

Kerani
26/03/2014 - - 7 Kantor Divisi II TBE
pembibitan

Kerani
27/03/2014 - - 7 Kantor Divisi II TBE
pembibitan

Pengamatan
28/03/2014 Tinggi - - - Div II Pre-Nursery
Tanaman

Kerani
29/03/2014 - - 7 Kantor Divisi II TBE
pembibitan

30/03/2014 Libur - - - Mess TBE Divisi I TBE

31/03/2014 Libur - - - Mess TBE Divisi I TBE


Pengawasan Blok
01/04/2014 2 1.16 7 Divisi I TBE
kastrasi D003
Pengawasan Blok
02/04/2014 2 0.6 7 Divisi I TBE
kastrasi D003
Pengawasan Blok
03/04/2014 6 1.6 7 Divisi I TBE
kastrasi D003
Pengawasan Blok
04/04/2014 6 2 7 Divisi I TBE
kastrasi D003
Lampiran 2 (lanjutan)
Pengawasan Divisi I
05/04/2014 4 1.6 7 Blok D003
kastrasi TBE
Divisi I
06/04/2014 Libur - - - Mess TBE
TBE
Pengawasan Divisi I
07/04/2014 5 2 7 Blok D003
kastrasi TBE

Penanaman Divisi I
08/04/2014 3 - 7 Blok D001
beneficial plant TBE

Divisi I
09/04/2014 Libur - - - Mess TBE
TBE

Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun


Teluk Bakau
Prestasi Kerja HK-1
Jumlah Luas
Tanggal Uraian kegiatan karyawan areal Lama Lokasi Keterangan
yang yang di kegiatan
diawasi awasi (jam)
(orang) (ha)
Pengawasan
10/04/2014 2 141.42 7 Blok E005
panen Divisi II TBE
Pengawasan
11/04/2014 9 901.92 7 Divisi II
kerja divisi monitoring
Pengawasan Areal
12/04/2014 1 40 7 Divisi II
pengiriman bibit pembibitan
13/04/2014 Libur
Pengawasan
Blok
panen dan
14/04/2014 4 198.06 7 D007, Divisi II TBE
pengamatan
D008
mutu hanca
Pengawasan
15/04/2014 4 142.27 7 Blok E008 Divisi II TBE
panen
Pengawasan
16/04/2014 4 143.37 7 Blok E007 Divisi II TBE
panen
Replanting dan
17/04/2014 1 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE
field day
18/04/2014 Replanting 1 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE
19/04/2014 Kastrasi 1 95.80 7 Blok D003 Divisi I TBE
20/04/2014 Libur
21/04/2014 Replanting 1 98.80 7 Blok D004 Divisi I TBE
Penanaman
22/04/2014 1 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE
kacangan
Tanam sawit
23/04/2014 1 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE
perdana
Lampiran 3 (lanjutan)
Penanaman
24/04/2014 - 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE
sawit
Sensus
25/04/2014 - - 4 Blok D003 Divisi I TBE
pokok
Sensus
26/04/2014 - - 4 Blok D003 Divisi I TBE
pokok
27/04/2014 Libur
Sensus
28/04/2014 - - 5 - Divisi I TBE
kumbang

Pengamatan
29/04/2014 - - 7 Blok D004 Divisi I TBE
replanting

Sensus
30/04/2014 - - 4 Blok D003 Divisi I TBE
pokok
01/05/2014 Libur
Sensus
02/05/2014 - - 4 Blok D003 Divisi I TBE
pokok
03/05/2014 Replanting 1 98.52 7 Blok D004 Divisi I TBE

04/05/2014 Libur
Persiapan
05/05/2014 kunjungan - - - Divisi II -
HPO
persiapan
06/05/2014 kunjunganm - - - Divisi II -
HPO
Kunjunganm
07/05/2014 - - - Divisi II Areal pembibitan
HPO
Pengawasan
08/05/2014 karyawan - - - Divisi II Areal pembibitan
pembibitan
Pengawasan
09/05/2014 karyawan - - - Divisi II Areal pembibitan
pembibitan
Pengawasan
10/05/2014 karyawan - - - Divisi II Areal pembibitan
pembibitan
11/05/2014 Libur
Sensus
12/05/2014 - - 4 Blok D002 Divisi I TBE
pokok
Pengawasan
13/05/2014 2 92.76 7 Blok E006 Divisi II TBE
panen
Sensus
14/05/2014 - - 4 Blok D001 Divisi I TBE
pokok
15/05/2014 Libur
Sensus
16/05/2014 - - 4 Blok D001 Divisi I TBE
pokok
Lampiran 3 (lanjutan)

Pengawasan Blok
17/05/2014 2 13 7 Divisi I TBE
pemupukan E001

18/05/2014 Libur

Pengawasan Blok
19/05/2014 2 18 7 Divisi I TBE
pemupukan E001

Pengawasan Blok
20/05/2014 2 18 7 Divisi I TBE
pemupukan E001

Pengawasan Blok
21/05/2014 2 17 7 Divisi I TBE
pemupukan E001

Transplanting Divisi
22/05/2014 - - 7 Pre nersery ke main nersery
pembibitan II

Pengawasan Blok
23/05/2014 2 141.42 7 Divisi II TBE
panen E005
Pengamatan Blok
24/05/2014 - 141.42 7 Divisi II TBE
panen E005
25/05/2014 Libur

Pengamatan Blok
26/05/2014 - - 7 Divisi I TBE
replanting D004

27/05/2014 Libur

Pengawasan
Blok
28/05/2014 pemupukan 1 3 7 Divisi I TBE
D004
LCC

29/05/2014 Libur

Pengumpulan
30/05/2014 - - - Divisi I Kantor besar TBE
data sekunder

Pengumpulan
31/05/2014 - - Divisi I Kantor besar TBE
data sekunder

01/06/2014 Libur

Pengawasan Blok
02/06/2014 1 4 7 Divisi I TBE
pemupukan D003

Pengamatan Divisi
03/06/2014 - - - Collection point
panen II
Blok
04/06/2014 Sensus pokok - - 4 Divisi I TBE
E001
Lampiran 3 (lanjutan)
Blok
05/06/2014 Pengamatan replanting - - 7 Divisi I TBE
D004

Mess
06/06/2014 Persiapan presentasi - - - Divisi I TBE
TBE
Mess
07/06/2014 Persiapan presentasi - - - Divisi I TBE
TBE
08/06/2014 Libur
09/06/2014 Presentasi hasil magang - - - Divisi I Kantor manager

Perpisahan dan pulang


10/06/2014 - - - - -
ke bogor
Lampiran 4 Peta Kebun Teluk Bakau
Lampiran 5 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau
Tahun
Bulan 2009 2010 2011 2012 2013
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 4.00 108.50 12.00 127.00 15.00 398.80 5.00 71.00 7.00 40.90
Februari 7.00 58.00 7.00 149.50 5.00 71.70 10.00 136.00 7.00 159.60
Maret 14.00 310.40 11.00 110.00 19.00 173.00 11.00 125.40 9.00 138.70
April 15.00 153.50 12.00 156.00 18.00 218.20 19.00 168.70 14.00 146.90
Mei 18.00 224.50 14.00 147.50 14.00 133.90 16.00 195.00 16.00 260.40
Juni 11.00 111.00 19.00 167.50 16.00 114.90 11.00 120.90 2.00 69.90
Juli 12.00 107.50 14.00 114.70 9.00 90.10 10.00 186.00 7.00 65.40
Agustus 10.00 139.50 14.00 411.60 10.00 159.00 9.00 99.40 5.00 53.15
September 11.00 114.00 9.00 145.90 11.00 101.80 10.00 135.00 15.00 238.80
Oktober 16.00 233.50 10.00 121.74 14.00 222.90 19.00 227.10 14.00 218.30
November 20.00 175.50 16.00 248.90 19.00 252.90 15.00 275.40 20.00 288.83
Desember 12.00 201.50 15.00 142.80 15.00 316.50 13.00 203.70 10.00 150.83
Total 150.00 1 937. 40 153.00 2 043.14 165.00 2 253.70 148.00 1 943.60 126.00 1 831.71
BB 11 12 10 10 8
BK 1 0 0 0 2
Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau 2014 Klasifikasi tipe iklim Schmidt-Fergusson :
Keterangan :CH = curah hujan, (mm)
HH = Hari Hujan 0< Q< 14.3 = Tipe A (sangat basah), 14.3< Q < 33.3 = Tipe B (basah)
BK : Bulan Kering (<60 mm) BB : Bulan Basah (>100 mm) 33.3 < Q < 60 = Tipe C (agak basah), 60 < Q < 100 = Tipe D (sedang)
Q= x 100% 100 < Q < 167 = Tipe E (agak kering), 167 < Q < 300 = Tipe F (kering)
Q = 0.6/10.2 x 100% = 5.88 (Tipe iklim A : sangat basah) 300 < Q < 700 = Tipe G (sangat kering), Q > 700 = Tipe H (ekstrim)
Lampiran 6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau
Produksi (tahun)
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
TBS (kg) P TBS (kg) P TBS (kg) P TBS (kg) P TBS (kg) P
Januari 4 890 076 1 396 3 824 437 1 092 4 920 169 1 409 5 156 406 1 678 3 974 273 1 537
Februari 4 176 982 1 192 3 384 776 966 4 026 921 1 153 3 976 845 1 294 3 194 565 1 235
Maret 4 739 770 1 353 4 753 441 1 357 4 243 433 1 222 3 387 253 1 102 3 389 448 1 311
April 5 119 795 1 461 4 445 088 1 269 4 454 866 1 283 3 968 958 1 291 3 526 918 1 364
Mei 5 761 118 1 645 5 050 664 1 442 4 743 750 1 366 3 562 339 1 159 3 297 943 1 275
Juni 6 113 203 1 745 4 671 593 1 334 5 163 168 1 487 3 957 168 1 288
Juli 5 475 359 1 563 5 465 368 1 565 5 719 342 1 861 3 853 732 1 490
Agustus 4 268 331 1 218 5 471 163 1 566 4 294 642 1 397 3 204 504 1 239
September 3 845 344 1 098 5 931394 1 698 5 630 433 1 832 3 406 070 1 317
Oktober 4 574 435 1 306 6 263 304 1 793 4 823 032 1 569 3 722 415 1 439
Nopember 4 124 741 1 177 4 756 421 1 362 5 244 316 1 706 3 896 017 1 506
Desember 4 684 015 1 337 3 729 966 1 068 4 693 469 1 527 4 468 783 1 728
Total 57 773 169 16 490 57 747 615 16 512 57 957 541 17 812 46 509 522 16 531 17 383 147 6 722
-1
Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau 2014, P = Produktivitas rata –rata (kg ha )
Lampiran 7 Strutktur organisasi Kebun Teluk Bakau

MANAGER KEBUN

Senior Asisten
K T U -TBE
dan Divisi I

Asisten Divisi Asisten Divisi Asisten Divisi


II III IV
Lampiran 8 Tabulasi seleksi kecambah dan bibit di pembibitan Kebun Teluk Bakau
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Labuhan Batu, Kecamatan Rantauprapat


pada tanggal 17 Oktober 1992 Sumatera Utara dari Bapak Mimin S.Ip dan Ibu
Lesdewana SPd. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2010
penulis lulus dari SMA Negri 1 Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu,
Kecamatan Rantauprapat, Sumatra Utara dan pada tahun yang sama penulis
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa
(USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan
organisasi dan kepanitiaan, antara lain: UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) catur
tingkat TPB IPB, anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi 2011-2014, ketua
divisi logistik dan transportasi (logstran) Agrosportment tahun 2012, anggota
divisi seni budaya kepanitiaan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN)
dalam rangka Dies Natalis IPB ke-50 tahun 2013. Prestasi penulis selama
menjalani perkuliahan antara lain: juara I catur tingkat departemen, dan juara I
bola voli tingkat departemen.

Anda mungkin juga menyukai