Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Setelah seseorang menemukan hak yang hendak diteliti,


merumuskan masalah dan menyusun pernyataan dugaan, asumsi perkiraan
yang merupakan jawaban sementara, hal yang selanjutnya dilakukan oleh
peneliti tersebut adalah menentukan desain penelitiannya.

Desain penelitian erat hubungannya dengan proses penelitian karena


merupakan tuntunan bagi seorang peneliti agar bisa mendapatkan jawaban-
jawaban yang telah dimunculkan. Pada bagian desain penelitian terdapat
tuntunan bagi peneliti mengenai apa yang harus dicari untuk menyempurnakan
komponen penelitian, maupun apa yang seharusnya dikerjakan dan apa pula
yang seharusnya tidak dikerjakan.

Tidak hanya menjadi tuntunan bagi para peneliti, desain penelitian


juga mempermudah peneliti untuk menggunakan suatu metode dalam mencari
jawaban. Engan adanya desain penelitian, peneliti bisa memilah mana data yang
memang sesuai dengan topik penelitian dan mana data yang tidak sesuai.

Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai desain


penelitian. Seperti apa definisi dari desain penelitian, manfaat serta tujuan dari
desain penelitian, macam-macam desain penelitian yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, serta bagaimana membuat desain penelitian yang baik.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,


maka bisa diambil beberapa poin sebagai rumusan masalah, antara lain :

1. Apakah pengertian atau definisi dari desain penelitian ?


2. Apa manfaat, tujuan serta ciri dari dibuatnya desain penelitian ?
3. Apa saja jenis-jenis desain penelitian yang disampaikan oleh
beberapa ahli ?
TUJUAN PEMBAHASAN

Setelah mengetahui pokok-pokok bahasan yang akan dibahas dalam


makalah ini, hal yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami mengenai pengertian atau definisi


dari desain penelitian.
2. Mengetahui dan memahami mengenai manfaat, tujuan serta ciri
dibuatnya desain penelitian.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis desain penelitian yang
disampaikan oleh beberapa ahli.
BAB 2
ISI

1. DEFINISI DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai


rencana, struktur, dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna
mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian. Rencana
tersebut merupakan skema atau program lengkap dari sebuah penelitian, mulai
dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur penelitian dan
pengumpulan data sampai dengan analisis data (Keringler, 1986).

Desain penelitian sebagai sebuah cetak-biru (blueprint) atau rencana


lengkap tentang bagaimana sebuah penelitian akan dijalankan secara lengkap.
Rencana tersebut meliputi variabel-variabel kerja dan bagaimana variabel
tersebut dapat diukur, memilih sampel, mengumpulkan data yang digunakan
untuk uji hipotesis, dan analisis data atau hasilnya (Thyer, 1993)

Jadi, pada dasarnya desain penelitian merupakan sebuah rencana


prosedural yang menjadi panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti secara valid, obyektif, akurat dan ekonomis. Dengan kata lain
desain penelitian sanagat diperlukan oleh peneliti untuk mengarahkan kerja
penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.

2. MANFAAT, TUJUAN dan CIRI DESAIN PENELITIAN


Manfaat Desain Penelitian

Kumar (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua manfaat utama dari


desain penelitian. Yang pertama terkait dengan identifikasi dan/atau
pengembangan prosedur dan pengaturan logistik yang diperlukan dalam kerja
penelitian, dan yang kedua menekankan pada pentingnya kualitas prosedur-
prosedur tersebut dalam kaitannya dengan validitas, obyektivitas dan keakuratan
kerja penelitian. Oleh karena itu, melalui sebuah desain penelitian seseorang
dapat :
1. Mengkonsepkan rencana oprasional untuk menjalankan berbagai
prosedur dan tugas yang diperlukan untuk menyempurnakan
studi.

2. Memastikan bahwa prosedur-prosedur tersebut sesuai dan layak


untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan atau permasalahan
penelitian secara valid, obyektif dan akurat.

Desain penelitian menjabarkan secara lengkap tentang bagaimana


seorang peneliti hendak melakukan penyelidikan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Selain itu adanya desain penelitian juga memungkinkan
orang lain memahami dan mengikuti langkah-langkah yang hendak dijalankan
oleh peneliti dalam menemukan jawaban.

Tujuan Desain Penelitian

Penelitian ilmiah dimulai dengan kesadaran terhadap masalah,


betapapun kecil dan remeh-temehnya, suatu kesadaran ketika sesuatu tidak
memuaskan, ketika fakta diperlukan untuk menjelaskan dan memecahkan
masalah yang tidak diketahui, ketika keyakinan tradisional tidak memadai untuk
menjelaskan masalah.

Kata Young and Schmid, penyelesaian desain penelitian dalam


kenyataannya merupakan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan hal-hal
berikut :

1. Kajian dan jenis-jenis data apakah yang anda butuhkan


2. Apakah sebabnya anda melakukan kajian ini
3. Dimanakah data dapat anda temukan
4. Dimanakah atau diwilayah apakah kajian itu akan dilakukan
5. Berapa lama atau pada periode waktu apakah kajian itu akan dilakukan
6. Berapa banyaknya bahan atau berapa kasuskah yang dibutuhkan
7. Dasar pemilihan apakah yang anda gunakan
8. Teknik penghimpunan data apakah yang digunakan

Oleh sebab itu, pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan


rancangan kajian yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan akan
berkaitan dengan apa, dimana, kapan, berapa dan dengan alat apa. Jika kita
pertimbangkan lebih jauh, rancangan penelitian itu setidaknya akan mencakup
hal hal berikut ini :

1. Sumber informasi yang harus dijaring


2. Sifat atau hakekat kajian
3. Tujuan kajian
4. Konteks kajian dengan masalah-masalah lain
5. Wilayah geografis yang akan diliput oleh kajian
6. Periode waktu sebagai pedoman
7. Dimensi dimensi kajian
8. Dasar pemilihan data
9. Teknik yang digunakan dalam penghimpunan data.

Telah dikemukakan bahwa desain penelitian adalah istilah yang


mengacu pada suatu rencana untuk memeilih subyek, situs penelitian, dan
prosedur penghimpunan data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Desain
menunjukan individu-individu mana yang akan dikaji, kapan, dimana dan dalam
lingkungan apa mereka akan dikaji.

Tujuan desain penelitian yang baik adalah memberikan hasil yang


dinilai dapat dipercaya. Kredibilitas mengacu pada seberapa luas hasilnya
mendekati realitas dan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya
dan masuk akal. Kredibilitas menjadi lebih kuat jika desain penelitian
mempertimbangkan sumber-sumber bias yang dapat mengubah temuan. Bias
yang dimaksud disini adalah suatu bentuk salah sistematik, suatu faktor yang
mempengaruhi hasil dan merusak mutu penelitian.

Tujuan desain penelitian yang baik karenanya adalah memberikan


suatu jawaban yang dipercaya terhadap suatu pertanyaan, dan bisa menurunkan
kredibilitas hasilnya. Dengan mendesain kajian yang berhati hati, peneliti dapat
melenyapkan atau sedikitnya mengurangi sumber kesalahan (error) atau bias.
Sekalipun demikian, tidak semua sumber bias potensial dapat dikontrol dengan
sempurna dalam penelitian, tetapi kita memiliki prinsip-prinsip rancangan
penelitian untuk menekan sejauh jauhnya pengaruh-pengaruh seperti itu.

Ciri Desain Penelitian

Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah,
tetapi dilihat dari segi baik atau tidaknya saja. Karena desain juga mencakup
rencana studi, maka didalamnya selalu ada trade off antara kontrol ataupun
tanpa kontrol, antara subyektivitas atau obyektivitas. Desain tergantung dari
derajat akurasi yang diinginkan, level pembuktian dari tingkat perkembangan dari
bidang ilmu yang bersangkutan

Desain yang tepat sekali tidak pernah ada. Hipotesis dirumuskan bisa
dalam bentuk alternatif, karena itu desain juga, dapat berbentuk alternatif-
alternatif. Desain yang dipilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak
ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktis.

3. JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ilmu sosial terdapat banyak jenis desain penelitian.


Sedangkan dalam ilmu eksakta terutama yang menggunakan metode ekperimen,
lazimnya suatu desain penelitian bersifat sangat spesifik bergantung pada bidang
dan konsentrasi peneliti. Seringkali desain penelitian yang digunakan oleh
peneliti bidang eksakta merupakan suatu langkah atau tahapan eksperimental
yang sekali lagi sangat spesifik bagi tiap-tiap bidang keahlian, sehingga jarang
atau mungkin tidak pernah ditemui ada jenis atau sebutan khusus desain
penelitian pada penelitian bidang eksakta, meskipun sebenarnya ketika seorang
peneliti bidang eksakta melakukan pekerjaan dilaboraturium, peneliti tersebut
juga sedang mengaplikasikan suatu jenis desain penelitian.

Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan penelitian


terhadap populasi atau masyarakat, Kumar (2005) menyebutkan terdapat
berbagai desain penelitian yang digolongkan berdasar tiga macam perspektif,
yaitu berdasarkan :

1. Jumlah kontak dengan populasi studi

2. Periode waktu rujukan studi

3. Cara penyelidikan

Tiga macam perspektif diatas merupakan dasar penggolongan


sebuah desain penelitian, sehingga terminotologi yang digunakan bukanlah
bersifat universal. Namun demikian, nama-nama pada jenis penelitian yang
tergambar pada gambar 1.1 dalam tiap-tiap dasar penggolongan tersebut
berlaku secara universal. Dan juga, setiap jenis desain yang berbeda pada
golongan yang sama bersifat ekskusif atau terpisah satu dengan lainnya. Artinya,
bila suatu desain penelitian digolongkan dalam jenis cross-sectional , maka pada
saat yang sama desain tersebut tidak bisa digolongkan pada jenis longitudinal,
tetapi dapat digolongkan pada jenis non-eksperimental atau eksperimental, atau
juga pada retrospektif atau prospektif.
Jenis Desain Penelitian

Jumlah Kontak Satu Cross-sectional

Dua Sebelum dan sesudah

Tiga atau lebih Longitudinal

Periode Waktu Restropektif


Rujukan
Prospektif
Gambar 1.1 menunjukan jenis-jenis desain penelitian yang sering digunakan
Restropektif
dalam penelitian bidang sosial dan kemasyarakatan.

1. Berdasarkan Jumlah Kontak


Karakteristik Eksperimental
Penyelidikan
Desain penelitian cross-sectional
Non-Eksperimental
Studi cross-sectional yang juga dikenal sebagai studi one-shot atau
studi kasus, adalah desain yang paling banyak dimanfaatkan dalam penelitian
Semi-eksperimental
sosial. Desain ini sangat sesuai dengan studi atau penelitian yang bertujuan
untuk menemukan suatu kejadian pada suatu fenomena, situasi, masalah,
prilaku, atau isu melalui pengambilan cross-section (contoh yang representatif
mewakili keseluruhan) dari suatu populasi. Desain ini sangat berguna dalam
memperoleh gambaran menyeluruh pada waktu saat melakukan studi atau
penelitian.

Desain cross-sectional sangat sederhana. Seseorang cukup


menetapkan apa yang hedak ditemukan jawabannya, identifikasi populasi,
memilih sample dan memulai kontak dengan para responden untuk memperoleh
informasi yang diperlukan. Semua tahapan itu dilakukan hanya pada saat titik
waktu tertentu saja.

Kelemahan desain cross-sectional adalah tidak mempunyai


kemampuan dalam menjelaskan kemungkinan adanya perubahan kondisi atau
hubungan dari populasi yang diselidiki dalam periode waktu yang berbeda.
Kelemahan yang lainnya adalah desain ini tidak mampu untuk menjelaskan
proses yang terjadi dalam obyek/variable yang diselidiki serta hubungan
korelasinya. Desain cross-sectional mampu menjelaskan hubungan antara dua
variabel, namun tidak mampu menunjukan arah hubungan kausal diantara kedua
variabel tersebut (Shklovski, et al, 2004). Selain itu desain ini juga tidak bisa
mengukur atau menjelaskan adanya perubahan. Untuk mengukur dan
menjelaskannya, diperlukan paling tidak dua titk waktu, terhadap populasi yang
sama.

Desain penelitian sebelum dan sesudah

Desain sebelum dan sesudah atau juga dikenal sebagai pre-


test/post-test design dapat digambarkan sebagai pengumpulan data dari dua set
penelitian cross sectional terhadap populasi yang sama untuk menemukan
jawaban atau suatu perubahan dalam fenomena atau variabel diantara dua titik
waktu tersebut. Perubahan ditentukan atau diukur dengan membandingkan
perbedaan pada fenomena atau variabel sebelum dan sesudah perlakuan
intervensi.

Kelebihan dari desain ini dapat mengukur perubahan situasi,


fenomena, isu, prilaku dan permasalahan yang terjadi di suatu kelompok
masyarakat pada dua titik waktu yang berbeda, lazimnya pada sebelum dan
sesudah diberlakukannya suatu perlakuan. Desain ini seringkali digunakan dalam
penelitian terkait dengan pengaruh atau efektifitas suatu program di masyarakat.
Kelemahan desain ini dapat terjadi bergantung pada kondisi
pengamatan atau penyelidikan, populasi, dan metode pengumpulan data. Kumar
(2005) menyebutkan beberapa kelemahan metode ini antara lain :

 Karena ada dua set data yang harus dikumpulkan, maka ada dua kontak
dengan populasi. Hal ini menyebabkan dana penelitian membengkak dan
membutuhkan waktu yang lebih lama.

 Dalam beberapa kasus dapat terjadi kemungkinan adanya perubahan


populasi sebelum dan sesudah perlakuan. Misalnya dengan alasan tertentu
ada anggota populasi yang telah mengikuti pre-test terpaksa harus emnarik
diri dari eksperimen

 Dalam beberapa kasus dijumpai suatu keadan bahwa populasi yang


mengikuti pre-test berusia muda. Jika penelitian memerlukan waktu yang
lama, maka populasi bisa menjadi lebih matang atau dewasa. Hal ini dikenal
sebagai efek kedewasaan atau kematangan (mature effect)

 Kadang-kadang instrumen yang digunakan peneliti juga mengedukasi


responden, sehingga responden akan memberikan perhatian lebih saat post-
test. Hal ini disebut efek reactif (reactive effect)

 Kadang responden yang pada saat pre-test memberikan respon yang sangat
negatif terhadap pertanyaan kuisoner, karena beberapa alasan merubah
menjadi cenderung positif ketika post-test. Bila ini terjadi akan memberikan
pengaruh terhadap hasil penelitian dan hal ini disebut sebagai efek regresi
(regression effect).

Desain penelitian longitudinal

Desain sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan untuk


menentukan tingkat perubahan dalam fenomena, situasi, masalah, perilaku dan
sebagainya, namun tidak mampu menjelaskan pola perubahan yang terjadi.
Untuk menentukan pola perubahan terkait dengan waktu, dapat digunakan
desain longitudinal.

Dalam studi longitudinal, studi populasi dilakukan secara berulang


atau berkala dalam interval waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu yang
diaplikasikan bervariasi bergantung pada informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian itu sendiri.

Desain longitudinal juga memiliki kelemahan, bahkan dalam


beberapa kasus derajatnya bisa lebih tinggi. Selain itu juga ada kelemahan
tambahan yaitu adanya kemungkinan terjadi efek pengkondisian. Efek tersebut
menggambarkan situasi ketika responden yang sama dikontak atau disurvei
berulang kali, sehingga responden mulai mengetahui apa yang diharapkan dari
jawaban mereka, dan pada akhirnya responden merespon pertanyaan tanpa
berpikir dan berpotensi memberikan jawaban yang selalu sama.

Kelebihan dari desain longitudinal adalah memungkinkan peneliti


menentukan pola perubahan dan memperoleh informasi faktual secara
berkesinambungan sehingga lebih aktual. Metode longitudinal juga lebih andal
dalam mencari jawaban tentang dinamika perubahan dan berpotensi
menyediakan informasi yang lebih lengkap, bergantung pada oprasional teori
dan metodologi penelitiannya.

2. Berdasarkan Periode Waktu Rujukan

Desain penelitian retrospektif

Studi retrospektif mengamati atau menyelidiki suatu fenomena,


situasi masalah atau isu yang telah terjadi pada masa lamapu. Lazimnya jenis
studi ini mengamati data yang tersedia pada masa lamapu atau didasarkan pada
responden yang diminta untuk merespon terhadap pertanyaan yang dirancang
untuk menggali kejadian, fenomena, situasi pada masa lampau. Penelitian yang
banyak menggunakan desain ini lazimnya adalah penelitian yang terkait dengan
sejarah atau yang terkait dengan sosiologi.

Desain penelitian prospektif

Studi prospektif merujuk pada kejadian suatu fenomena, situasi,


masalah, prilaku atau dampak pada masa akan datang. Penelitian eksperimen
biasanya digolongkan kedalam studi prospektif karena peneliti harus menunggu
suatu intervensi atau perlakuan memberi dampak atau oengaruh terhadap suatu
populasi.
Desain penelitian retrospektif-prospektif

Studi retrospektif-prospektif fokus pada kajian pola yang terjadi pada


suatu fenomena pada masa lampau dan mengamati atau mempelajarinya untuk
masa depan. Suatu penelitian dikatagorikan sebagai desain ini ketika seseorang
menentukan dampak suatu intervensi atau perlakuan tanpa adanya sebuah grup
kontrol. Dengan pengertian ini, hampir semua studi sebelum-dan-sesudah, jika
dijalankan tanpa adanya kontrol, yaitu ketika baselinenya dibangun dari populasi
yang sama dengan sebelum ada perlakuan atau intervensi, dapat dikategorikan
sebagai studi retrospektif-prospektif.

3. Berdasarkan Cara Penyelidikan

Berdasarkan kategori ini, desain penelitian dapat digolongkan


menjadi tiga jenis, yaitu : (1) penelitian ekperimental, (2) penelitian non-
ekperimental, (3) penelitian quasi atau semi-ekperimental.

Jika suatu hubungan dipelajari dengan cara mencari sebab untuk


mengetahui atau menemukan efek, akibat dan dampaknya, penelitian tersebut
dikenal sebagai penelitian eksperimen. Sedangkan jika studi menggunakan cara
memulai dari efek, pengaruh atau dampak untuk menelusuri penyebabnya, maka
studi tersebut dikenal sebagai penelitian non-eksperimental.

Pada studi ekperimental, variabel bebas dapat diobservasi, dikontrol


atau bahkan dimanipulasi oleh peneliti untuk mengetahui dampaknya.
Sedangkan pada kategori non-eksperimental, hal pada studi ekperimental tidak
dapat dilakukan mengingat bahwa dampaknya telah terjadi. Sebagai gantinya,
peneliti dapat menghubungkan dampak pada penyebab secara retrospektif.
Penelitian semi-ekperimental memiliki karakteristik baikeksperimental maupun
non-eksperimental, sebagian studi dapat dilakukan secara non-eksperimental
dan sebagian lain dapat dilakukan secara eksperimental.

Penelitian eksperimental masih terbagi lagi menjadi banyak jenis


desain studi, antara lain :

1. Desain penelitian sesudah-saja


Dalam jenis studi ini, peneliti mengetahui bahwa populasi sedang dan
telah mendapatkan intervensi dan peneliti hanya melakukan studi
terhadap dampaknya pada populasi. Kelemahan utama dari desain ini
adalah bahwa dua set data yang diperoleh sebenarnya sangat tidak dapat
diperbandingkan, mengingat data awal bukanlah data yang tepat untuk
diperbandingkan.

2. Desain penelitian sebelum dan sesudah

3. Desain penelitian grup-kontrol

Peneliti memilih dua grup populasi, yaitu grup eksperimen dan grup
kontrol. Kedua grup dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kondisi
yang semirip mungkin dan sebanding. Satu hal yang berbeda adalah
adanya intervensi disalah satu grup, yaitu grup eksperimen. Setelah
beberapa waktu dilakukan observasi “sesudah” terhadap kedua grup.
Setiap hasil yang menunjukan adanya perbedaan dari kedua grup
dianggap sebagai akibat dari adanya intervensi pada grup eksperimen.

4. Desain penelitian kontrol-ganda

Meskipun pada desain grup kontrol dapat membantu peneliti menentukan


secara kuantitas dampak yang dihasilkan oleh variabel tambahan, tetapi
hal tersebut tidak dapat menentukan secara terpisah apakah dampak
tersebut disebabkan oleh instrumen penelitian ataukah oleh responden.
Untuk dapat mengetahui dampak secara terpisah, diperlukan desain
kontrol ganda. Dalam desain ini peneliti membuat dua grup kontrol
sehingga total grup yang diobservasi sebaanyak tiga grup.

5. Desain penelitian komparatif

Pada beberapa kasus, peneliti ingin membandingkan efektifitas dari


metode perlakuan yang berbeda. Untuk mengetahui hal ini lazimnya
digunakan desain penelitian komparatif. Dalam desain ini, peneliti
membagi populasi menjadi beberapa grup sebanyak metode perlakuan
yang hendak diperbandingkan. Selanjutnya dilakukan observasi ‘sesudah’
untuk mengetahui tingkat perbedaan tersebut.
6. Desain penelitian matched-control

Dalam studi matched, perbandingan ditentukan pada tiap individu


(individual by individual). Dua individual yang hampir mirip terhadap suatu
kharakteristik, misalnya usia, gender, jenis penyakit, dalam suatu populasi
dibagi dalam grup yang berbeda. Dalam kasus ini, begitu dua grup
dibentuk, maka peneliti harus menentukan secara acak grup mana yang
merupakan grup eksperimental dan mana yang merupakan grup kontrol.
Studi matched sering digunakan pada uji aktifitas obat baru.

7. Desain penelitian placebo

Lazimnya digunakan di bidang kesehatan dan pengobatan. Seorang


pasien biasanya mempunyai keyakinan bahwa ketika mendapatkan
perawatan maka si pasien tersebut merasa pulih dan lebih baik dari
sebelumnya, meskipun kenyataanya perawatan tersebut tidak efektif.
Secara psikologis efek tersebut disebut efek placibo. Desain placibo
melibatkan dua atau tiga grup, bergantung apakah mengikutkan grup
kontrol atau tidak untuk mengetahui tingkat efek placibo tersebut. Jika
peneliti menghendaki kontrol, maka ketiga grup tersebut adalah grup
TUJUAN JENIS INVESTIGASI
eksperimental yang TINGKAT perlakuan. KONTEKS
INTERVENSI
mendapatkan Grup 1 STUDI PENGUKURAN
diberi perlakuan
STUDI
mendapatkan
Membuktikan : perawatan
Minimaldan obat yang menyembuhkan,
: Mempelajari -Direncanakangrup 2 diberi-Definisi
-Eksplorasi
Hubungan kausal peristiwa sebagaimana oprasional
-Deskripsi obat kosong untuk mengetahui
Korelasional adanya
efek placibo dan grup kontrol yang tidak -Item
-Pengujian
Perbedaan kel. perlakuan. Setelah itu dalam jangka waktu tertentu dilakukan-Skala
mendapat
Hipotesis
PERNYATAAN

peringkat Manipulasi dan/atau -Tidak direncanakan -Kategori


MASALAH

observasi ‘sesudah’. kontrol dan/atau


simulasi

Gambar 1.2 Rincian studi dari desain penelitian

UNIT DESAIN HORIZON WAKTU METODE


ANALISIS SAMPLE PENGUMPULAN DATA
-Individu Probabilitas/ non -Satu Kali (one shoot) -Pengamatan
-Pasangan propabilitas -Lintas bagian (cross -Wawancara
-Kelompok sectional) -Kuesioner
-Organisasi Ukuran sample -Longitudinal -Pengukuran Fisik
-Mesin -Unobtrusive
-dsb.
-Pengujian Hipotesis
-Goodness of Data

ANALISIS DATA
-Feel for data
Tujuan Studi

Studi eksploratif

Dilakukan jika tidak banyak diketahui mengenai situasi yang dihadapi,


atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu
penelitian yang mirip diselesaikan dimasa lalu. Intinya studi ekspolratif dilakukan
untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin baru sedikit
studi yang telah dilakukan dalam bidang tersebut. Wawancara ekstensif dengan
banyak orang mungkin harus dilakukan untuk menangani situasi dan memahami
fenomena. Penelitian yang lebih ketat pun kemudian dapat dilaksanakan.

Studi Deskriptif

Dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan


karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Misalnya, studi mengenai
sebuah kelas dalamm hal presentase komposisi gender, kelompok usia, jumlah
mata kuliah yang diambil dianggap bersikap deskriptif. Tujuan studi deskriptif
karena itu adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk
menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari
perspektif seseorang, organisasi, atau lainnya. Studi deskriptif yang
menampilkan data dalam bentuk yang bermakna, dengan demikian membantu
untuk (1) memahami kharakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu, (2)
memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu,
(3) memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut (4)
membuat keputusan tertentu yang sederhana.

Pengujian Hipotesis
Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya
menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan
antarkelompok atau kebebasan (indepedensi) dua atau lebih faktor dalam suatu
situasi. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menelaah varians dalam variabel
terikat atau untuk memperkirakan keluaran organisasi.

Jenis Investigasi : Kausal Versus Korelasional

Peneliti harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi


kasual atau studi korelasional untuk menemukan jawaban atas persoalan
persoalan yang dihadapi. Studi Kasual dilakukan untuk menentukan hubungan
sebab-akibat yang definitif. Tetapi, jika yang diinginkan peneliti adalah sekedar
identifikasi faktor-faktor penting yang “berkaitan dengan” masalah, maka studi
korelasional dipilih. Studi di mana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu
atau lebih masalah disebut studi kausal. Jika peneliti berminat untuk menemukan
variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi
korelasional.

Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi

Intervensi Minimal : hanya menyebarkan kuisoner, peneliti tidak mengintervensi


aktivitas normal dalam sebuah fenomena.

Intervensi Sedang : Peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari perawat


mengenai steress yang mereka alami pada dua selang waktu berbeda, tetapi
juga “bermain bersama” atau memanipulasi peristiwa normal dengan secara
sengaja mengubah tingkat dukungan emosi yang diterima oleh perawat di dua
bangsal, sementara membiarkan bangsal ketiga apa adanya.

Intervensi Berlebih : Tidak hanya dukungan dimanipulasi, tapi bahkan situasi


dimana eksperimen diadakan adalah artifisial karena peneliti menarik subyek
keluar dari lingkungan normalnya dan menempatkannya dalam keadaan yang
benar-benar berbeda.

Horizon Waktu
Studi Cross-Sectional

Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali


dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam
rangka menjawab pertanyaan penelitian.

Studi Longitudinal

Dalam sebuah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau


fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian. Misalanya : peneliti ingin mempelajari perilaku karyawan sebelum dan
sesudah pergantian manajet puncak.

Desain Penelitian menurut Nasution

Kemudian Nasution (2007) menyebutkan bahwa desain penelitian


yang biasanya didapati adalah desain survey, case study, eksperimen. Hal itu
dijelskan lebih lanjut :

Desain Survey

Suatu penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi


tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil
dari populasi itu. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat
eksploratif, deskriptif maupun ekperimental. Mutu survey antara lain bergantung
pada :

(a) Jumlah orang yang dijadikan sample,

(b) Tarah hingga mana sample itu representatif, artinya mewakili kelompok
yang dipelajari

(c) Tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sample itu.

Semua jenis metode memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri.


Kebaikan dari desain survey sendiri adalah antara lain :
1. Dalam survey biasanya dilibatkannya sejumlah besar orang untuk
mencapai generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

2. Dalam survey dapat digunakan berbagai teknik pengumpuan data seperti


angket, wawancara dan observasi menurut pilihan si peneliti.

3. Dalam survey sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak


diketahui atau diduga, sehingga sekaligus bersifat eksploratoris.

4. Dengan survey, peneliti bisa membenarkan atau menolak teori tertentu.

5. Biaya survey lebih murah ditinjau dari besarnya jumlah orang yang
memberikan informasi. Khususnya bila digunakan angket yang dapat
dikirimkan melalui pos, dengan biaya rendah. Bila menggunakan
wawancara dengan kontak langsung dengan sample, tentu biaya akan
lebih tinggi.

Kelemahan desain survey antara lain :

1. Survey biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak


mendalam, apalagi bila digunakan angket.

2. Pendapat populasi yang disurvey rentan untuk berubah-ubah dalam


jangka waktu singkat karena pengaruh lingkungan.

3. Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sample dengan
serius.

Desain Case Study

Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu


aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat
dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia,
lingkingan hidup manusia atau lembaga sosial. Case study dapat mengenai
perkembangan sesuatu, dapat pula memberikan gambaran tentang keadaan
yang ada.

Bahan dari case study bisa diperoleh dari sumber-sumber seperti


laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, kitab harian, atau biografi seseorang
yang sedang diselidiki, laporan atau keterangan dari orang-orang yang banyak
tau tentang hal itu.

Keuntungan dari case study antara lain :

1. Bisa digunakan untuk setiap aspek kehidupan sosial, kecuali bila ada
rintangan yang tidak dapat diatasi seperti tidak mungkinnya diperoleh
keterangan, atau karena alasan keuangan, waktu dan tenaga.

2. Dapat digunakan untuk meneliti setiap aspek spesifik dari suatu topik atau
keadaan sosial secara mendalam.

3. Dalam case study dapat digunakan berbagai cara pengumpulan data


seperti observasi, wawancara, angket, studi dokumenter, dan alat
pengumpul data lainnya untuk memperoleh informasi.

4. Case study dapat menguji kebenaran teori. Jika case study tersebut
didasarkan atas teori-teori tertentu, maka case study yang mendalam
tentang aspek-aspek yang spesifik membuka kesempatan untuk menguji
kebenaran teori itu. Dari hasil case study itu ada kemungkinan untuk
merumuskan generalisasi-generalisasi tertentu.

5. Case study bisa dilakukan dengan biaya yang rendah. Ini antara lain
bergantung pada metode pengumpulan data yang digunakan.

Selain memiliki kelebihan, case study juga memiliki kekurangan, antara lain :

1. Oleh sebab case study mempelajari aspek aspek yang spesifik,


kemungkinan untuk mencapai generalisasi sangat terbatas. Generalisasi
berdasarkan case study disangsikan kebenarannya bagi populasi yang
lebih luas. Disini dihadapi kesulitan hingga manakah case study yang
dipelajari itu benar-benar mewakili atau representatif bagi populasi dan
inilah yang menentukan mutu case study itu dan generalisasi yang
dihasilkan. Jadi kalaupun diambil sebuah generalisasi, maka itu harus
dianggap sebagai tentatif yang perlu diuji kebenaranyya dikemudian hari.

2. Case study memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan
survey. Antara lain hal ini disebabkan oleh metode pengumpulan data.
Dalam survey sering dapat digunakan angket, sedangkan dalam case
study mengharuskan peneliti langsung terlibat dalam pengumpulan data
dengan melakukan wawancara secara pribadi serta menggunakan
metode-metode lain.

Desain Eksperimen

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai desain


eksperimen serta macam-macamnya.
BAB 3

PENUTUP

RANGKUMAN

Desain penelitian merupakan sebuah rencana prosedural yang


menjadi panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara
valid, obyektif, akurat dan ekonomis. Dengan kata lain desain penelitian sanagat
diperlukan oleh peneliti untuk mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif,
efisien dan tepat sasaran. Adanya desain penelitian juga memungkinkan orang
lain memahami dan mengikuti langkah-langkah yang hendak dijalankan oleh
peneliti dalam menemukan jawaban. Dengan mendesain kajian yang berhati hati,
peneliti dapat melenyapkan atau sedikitnya mengurangi sumber kesalahan
(error) atau bias. Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan
penelitian terhadap populasi atau masyarakat, Kumar (2005) menyebutkan
terdapat berbagai desain penelitian yang digolongkan berdasar tiga macam
perspektif, yaitu berdasarkan : Jumlah kontak dengan populasi studi, Periode
waktu rujukan studi, Cara penyelidikan. Jumlah kontak masih dibagi lagi menjadi
cross-sectional, sebelum-dan-sesudah, desain penelitian longitudinal. Periode
waktu juga masih dibagi lagi menjadi beberapa sub-bab yaitu retrospektif,
prospektif dan retro-prospektif. Begitu pula dengan cara penyelidikan, dibagi lagi
menjadi eksperimental, non-ekspermental, semi-eksperimental. Sebenarnya
masih banyak lagi desain-desain penelitian. Tidak ada yang menyalahkan
sebuah desain penelitian karena desain penelitian bergantung pada keperluan
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian : Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta : Graha
Ilmu

M.A, S. Nasution. 2007. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Perkasa

Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sastradipoera, Komaruddin. 2005. Mencari makna di balik penulisan skripsi,


tesis, dan disertasi. Bandung : Kappa-Sigma

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai