Anda di halaman 1dari 15

PENGORGANISASIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Masalah Kondisi Hygiene Yang Kurang Baik Terkait Dengan


Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil

OLEH:
KELOMPOK II (DUA)

ANITA MARIANI
MEGAWATI SUTRANG
WAHYUNI
FAUZIAH
ALVIN ALWI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah
memberikan kepada kita semua nikmat iman dan nikmat Islam, sehingga pada
saat kali ini kita masih dapat menjalankan aktivitas untuk mengharapkan ridho
Allah dan juga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah
Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat yang berjudul “Kondisi
Hygiene terhadap Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil” dengan tepat
waktu. Dalam menyusun tugas ini kami mendapatkan sumber data dari dosen
Mata Kuliah.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kehancuran dan dari jalan yang
gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yakni Agama Islam.
Semoga atas tersusunnya tugas ini menjadi pembelajaran bagi kita semua
dari segala hal yang terjadi di sekeliling kita. Mudah-mudahan tugas ini bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, dapat mengambil
pembelajaran bagi kita semua. Di samping itu penulis juga menyadari tugas ini
tidak terlepas dari segala kekurangan, oleh karenanya segala bentuk kritikan dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Samata, 4 Januari 2019

Penulis
PENGORGANISASIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TERKAIT PENGARUH KONDISI HYGIENE TERHADAP
KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL

A. Latar Belakang Masalah


Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian mendadak
pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini juga mempunyai
kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang mencapai 10,2%
(Kemenkes RI, 2016). Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak
sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang
hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan
menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan
zat gizi lainnya meningkat selama hamil.
Penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi dan infeksi. Penyebab tidak langsung terdiri dari hambatan utilitas zat-
zat gizi, Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi
yang kurang, Pengetahuan, Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang,
Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan, Kondisi hygiene yang
kurang baik bagi ibu hamil, Jumlah anak yang terlalu banyak, Usia ibu yang
tua, Penghasilan rendah, Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak
merata bahan makanan bergizi. Penyebab tidak langsung dari KEK disebut juga
penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan menggambarkan
interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan energi kronis
(Sediaoetama, 2014). Tetapi masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi status
gizi ibu hamil KEK seperti pola makan, konsumsi makanan, status ekonomi,
status kesehatan dan faktor internal seperti beban kerja berlebihan dan
pengetahuan gizi kurang baik (Nugraini dkk, 2013).
B. Analisis Masalah
Menurut Depkes RI (2002), Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan
keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil) Pada ibu hamil
lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang
dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah.
Ibu hamil menderita KEK dapat diketahui dari pengukuran LILA, adapun
ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita
LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan
melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Dari hasil studi awal di Puskesmas Samata Kabupaten Gowa bahwa
jumlah ibu hamil tahun 2016 sebanyak 1242 orang dan yang mengalami KEK
sebanyak 191 0rang, pada tahun 2017 sebanyak 1225 dan orang yang mengalami
KEK sebanyak 220 orang.
Ibu hamil yang menderita KEK di Kelurahan Samata terdapat 28 orang
pada tahun 2016 dan terdapat 60 orang pada tahun 2017. Dilihat dari studi awal di
Puskesmas, Ibu hamil yang mengalami KEK di Kelurahan Samata mengalami
peningkatan . oleh karena itu, kami dari Kelompok 2 mengupayakan membuat
program yang diharapkan nantinya dapat mengurangi penderita KEK di
Kelurahan Samata.
RINCIAN TAHAP PPM TERKAIT KONDISI HYGIENE TERHADAP
KEK PADA IBU HAMIL
1. Persiapan Petugas
a. Dinamisasi Kelompok
Kami Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar angkatan 2017 dari Kesmas B
Kelompok 2 akan melakukan pengorganisasian dan pemberdayaan
masyarakat terkait dengan KEK pada ibu hamil. Dengan tujuan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat mengenai masalah KEK pada ibu hamil terkait
kondisi hygiene yang kurang baik. Dalam melakukan upaya persiapan
petugas dalam penanganan kasus KEK pada ibu hamil, maka perlu
mempersiapkan pola interaksi yang efektif untuk diterapkan dalam
membangun komunikasi yang baik antara petugas dan kelompok penderita
KEK. Adapun teknik mendinamisasikan kelompok ada 5 aspek yaitu :
perasaan, interaksi, kepemimpinan, aturan, dan tujuan. Kelompok atau suatu
organisasi dapat solid dan produktif apabila kelima aspek tersebut dapat
diterapkan dengan baik. Kekurangan pada satu aspek saja sudah dapat
mempengaruhi dinamisasi kelompok.

b. Pendekatan pada pejabat/ sektoral


Pada tahap ini, dilakukan identifikasi keberadaan petugas kesehatan
yang dapat membantu dalam memberikan informasi dan juga membantu
dalam penanganan masalah kesehatan. Kita bisa turut melibatkan Dinas
Kesehatan Kabupaten Gowa, petugas puskesmas Samata seperti dokter
puskesmas, dan juga petugas Posyandu di Kelurahan Samata seperti bidan
agar masalah KEK dapat segera ditangani.
Selain melakukan pendekatan pada petugas / pelayanan kesehatan
setempat, kita juga perlu melakukan pendekatan dengan pemerintah / pejabat
setempat. Setelah berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan pejabat
setempat dapat diketahui bahwa kasus KEK pada ibu hamil di Kelurahan
Samata diakibatkan oleh kondisi hygiene yang kurang baik. Dengan
dilakukannya pendekatan ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Penyiapan Lapangan
Setelah melakukan survei lokasi dan saran dari pejabat setempat,
maka tindakan selanjutnya adalah penyiapan material dan waktu
berlangsungnya kegiatan.
Lokasi : Kantor Kelurahan, Posyandu, dan Masjid di Kelurahan Samata.
Waktu : 10 Januari 2019 – 17 Januari 2019
Material : Alat berupa meja dan kursi dan peralatan masak, media
penyuluhan seperti sound system, laptop, LCD, proyektor, film
dokumenter dan video tentang Kesehatan ibu dan pentingnya
hygiene, snack dan minuman.

2. Persiapan Sosial
Tujuan Persiapan sosial adalah mengajak partisipasi atau peran serta
masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program,
pelaksanaan hingga pengembangan program kesehatan masyarakat. Kegiatan-
kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan pada persiapan-persiapan
yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-program
kesehatan yang akan dilakukan.
a. Pengenalan Masyarakat
Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan kasus yang
meningkat dari tahun ke tahun di Kelurahan Samata Kabupaten Gowa, untuk
itu diperlukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat sadar dan mampu
mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatannya sendiri sesuai dengan tujuan
dari strategi pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
harus diarahkan pada diperolehnya pengalaman belajar dari kelompok sasaran
yaitu ibu-ibu yang sedang dalam masa subur di Kelurahan Samata Kabupaten
Gowa. Adapun tahap awal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan
Community Based Research (CBR) yaitu dengan melakukan pengenalan di
masyarakat sekitar tentang maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu :
1) Melakukan pendekatan melalui jalur formal (pemerintah setempat)
Pendekatan dimulai dengan meminta izin serta kerja sama dari
pemerintah setempat di Kabupaten Gowa tepatnya di Kelurahan Samata
2) Melakukan pendekatan melalui jalur informal (wawancara dengan tokoh
masyarakat setempat)
Pendekatan juga perlu dilakukan kepada tokoh-tokoh masyarakat di
Kelurahan Samata seperti ketua RT / RW setempat. Agar kita mudah
mengidentifikasi kondisi sosial masyarakat setempat seperti apa.
3) Melakukan pendekatan dengan turun langsung di masyarakat
Petugas PPM datang ke tengah-tengah masyarakat dengan hati yang
terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat bagaimana adanya, serta
menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada
tahap ini pula petugas melakukan interaksi langsung dengan masyarakat
untuk mengetahui kultur budaya masyarakat setempat, faktor risiko terjadinya
KEK serta menganalisis perilaku kesehatan masyarakat di Kelurahan Samata.
Dari ketiga langkah di atas, maka kami menemukan bahwa faktor
risiko tertinggi terjadinya KEK di Kelurahan Samata adalah kondisi hygiene
yang kurang baik bagi ibu hamil.

b. Pengenalan Masalah
1) Identifikasi Masalah
Apa : Kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil
Siapa : Ibu hamil di Kelurahan Samata
Dimana : Kelurahan Samata Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa.
Kapan : Tahun 2016 dan 2017
Berapa besar masalah : 2016 (28 orang) dan 2017 (60 orang)
2) Pertimbangan masalah :
Masalah Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di
kelurahan Samata semakin meningkat. Kekurangan energi kronis ini akan
meinumbulkan dampak yang sangat buruk baik bagi ibu hamil maupun
janin yang di kandungnya. Risiko yang akan terjadi antara lain : bayi lahir
dengan berat rendah (BBLR), bayi lahir prematur (kurang dari usia
kehamilan 37 minggu), keguguran janin, proses persalinan yang sulit,
pendarahan post partum pada ibu hamil, operasi caesar, bayi lahir mati,
bayi lahir dengan cacat bawaan, dan masih banyak risiko-risiko berbahaya
lainnya bagi ibu dan calon bayi. Untuk itu masalah ini sangat urgent serta
dapat menimbulkan gangguan dan permasalahan jangka panjang di
masyarakat. Salah satu penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil adalah
Kondisi Hygiene yang kurang baik.
Kondisi hygiene yang kurang baik membuat ibu-ibu hamil di
Kelurahan Samata mengalami KEK dan setiap tahunnya semakin
bertambah. Hal ini juga didorong dengan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri khususnya pada ibu hamil dan
masyarakat Kelurahan Samata pada umumnya, seperti kurangnya
penerapan PHBS Rumah Tangga, cara pengolahan makanan yang tidak
higienis dan juga latar belakang pendidikan ibu hamil yang mengalami
KEK rata-rata hanya sampai pada jenjang SMP.
3) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya pengenalan masalah
a) Petugas PPM melakukan pendekatan direktif kepada masyarakat
b) Petugas PPM mengumpulkan masyarakat Samata dan mengadakan
rembuk desa atau diskusi untuk membahas dan mengidentifikasi
masalah KEK di kelurahan tersebut.
c) Petugas PPM mengadakan penyuluhan awal untuk memberikan edukasi
dini mengenai KEK
Langkah ini kami lakukan untuk lebih dekat dengan masyarakat agar
program yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar, mendapat
dukungan penuh dari masyarakat, serta masyarakat dapat berperan aktif
dalam kegiatan ini.
c. Penyadaran
Setelah proses pengenalan masalah telah teridentifikasi, maka
dilakukan proses penyadaran dengan mensosialisasikan terkait akibat kondisi
hygiene yang kurang baik sehingga masyarakat Samata sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene).

3. Penyusunan Rencana
Adapun rencana yang dapat direalisasikan, yaitu :
a. Membentuk kader kesehatan yang di ambil dari ibu-ibu PKK untuk
menjalankan fungsi promotif dan preventif yang peduli dan paham terkait
Upaya pencegahan dan penanganan KEK akibat kondisi hygiene yang kurang
baik yang dibimbing oleh fasilitator bekerja sama dengan petugas kesehatan
setempat.
b. Memberikan penyuluhan terkait upaya pencegahan dan penanganan KEK
akibat kondisi hygiene yang kurang baik.
c. Melakukan pendampingan kepada setiap rumah tangga untuk penerapan
PHBS Rumah Tangga, seperti persalinan nantinya ditolong oleh petugas
kesehatan, memberikan ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur yang bersih, melakukan
aktivitas fisik, dan tidak merokok di rumah dengan harapan setelah
dilakukannya pendampingan, masyarakat khususnya Wanita Usia Subur dan
ibu hamil dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Melakukan program KBS “Kelas Boga Sehat” untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemandirian masyarakat mengenai teknik pengolahan
makanan yang baik dan higienis.
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERBAIKAN HYGIENE DI KELURAHAN SAMATA

Strategi Kegiatan
Rencana
Personil / Institusi Sumber daya Pemantauan dan
Program Tujuan Rincian Kegiatan Tempat Waktu
terkait Sasaran Penelitian
kegiatan Kegiatan (lama)
Langsung Pendukung Jenis Dana

Dapat dilihat dari


Pembentu- Agar program - Mendiskusikan Petugas Pejabat Ibu-ibu Masjid 1 - Alokasi
keaktifan kader
kan Kader yang kepada masyarakat /Fasilitator desa dan PKK kelurahan Minggu dana desa
kesehatan dalam
dilaksanakan dan menyusun Tokoh Samata
menjalankan upaya
dapat struktur organisasi masyarakat
promotif dan preventif
terstruktur dari kader tersebut
berbasis masyarakat
serta - Memberikan
setempat.
berkelanjutan pelatihan kepada
terkait upaya kader sesuai program
pencegahan yang akan
dan dilaksanakan
penanganan
KEK akibat
kondisi
hygiene yang
kurang baik
1.
Pemantauan dan
Memberikan Menambah - Memberikan materi Kader yang Pejabat Wanita Posyandu 2 kali Alat : Alokasi
penilaian dapat pula di
penyuluhan pengetahuan terkait upaya bekerja desa dan Usia Kelurahan sebulan Kursi dan dana desa
identifikasi dari konti-
dan kesadaran pencegahan dan sama Tokoh Subur Samata meja
nuitas penyuluhan dan
masyarakat penanganan KEK dengan masyarakat dan ibu- Laptop bimbingan ke masyaraka
terkait upaya akibat kondisi petugas ibu LCD dan juga memberikan
pencegahan hygiene yang kurang Posyandu hamil Media : kuisioner sebelum dan
dan baik seperti Leaflet sesudah penyuluhan
penanganan pentingnya menjaga Video untuk melihat
KEK akibat kebersihan diri dan peningkatan pengetahuan
kondisi penerapan PHBS Konsumsi masyarakat terkait upaya
hygiene yang Rumah Tangga pencegahan dan
kurang baik. penanganan KEK akibat
kondisi hygiene yang
kurang baik.

Kita dapat memantaunya


Pendampi- Mengingat dan - Melakukan Kader Pejabat Wanita Di setiap Pendam - Alokasi
dengan adanya buku
ngan menerapkan pendampingan kepada desa dan Usia rumah ada pingan Dana
kontrol dan kita juga
penerapan PHBS dalam setiap rumah tangga Tokoh Subur pendam- awal Desa
dapat menilai
PHBS kehidupan untuk penerapan masyarakat dan Ibu pingnya oleh
keberhasilan kegiatan
Rumah sehari-hari PHBS Rumah Hamil kader
pendampingan dari
Tangga Tangga, seperti selama
respon masyarakat
persalinan nantinya sebulan
seberapa meningkat
ditolong oleh petugas
kepedulian mereka untuk
kesehatan,
menerapkan PHBS da-
memberikan ASI
lam kehidupan sehari-
eksklusif,
hari khususnya pada
menggunakan air
wanita usia subur dan ibu
bersih, mencuci
hamil dengan mem-
tangan dengan air
bandingkan penerapan
bersih dan sabun,
menggunakan jamban PHBS sebelum dan
sehat, memberantas sesudah dilakukannya
jentik di rumah, pendampingan.
makan buah dan
sayur, melakukan
aktivitas fisik, dan
tidak merokok di
rumah.

Kita dapat menilai


Program Meningkatkan - Memberikan Kader Pejabat Masyara Kantor Tiap Alat : Alokasi
keberhasilan kegiatan
“KBS” pengetahuan pengetahuan bekerja desa dan kat Lurah pekan Meja dan Dana
dengan adanya keman-
(Kelas Boga masyarakat pengolahan makanan sama Tokoh (Wanita sesuai Kursi Desa
dirian dari ibu-ibu dalam
Sehat) mengenai yang baik dan benar dengan ahli masyarakat Usia dengan Peralatan
mengolah makanan yang
teknik dan juga higienis gizi Subur, jadwal masak
baik dan higienis.
pengolahan dan ibu- yang Bahan :
makanan yang ibu, ibu telah Bahan baku
baik dan hamil) disepaka makanan
higienis. ti seperti
masyara- sayuran,
kat daging,
ikan, telur,
dsb.
4. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan perlu diperhatikan hal-hal seperti melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pilih kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pada tahap pelaksanaan, masyarakat di
Kelurahan Samata ikut serta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang telah difasilitasi oleh petugas dan kader.

5. Pemantauan dan Penelitian


Pada tahap ini, petugas/fasilitator hanya mengarahkan dan memantau
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Samata apakah
intervensi yang telah mereka lakukan berhasil dengan upaya masyarakat
Kelurahan Samata dapat bertambah pengetahuannya dan lebih mandiri terhadap
program-program yang telah direncanakan dengan tetap dipantau oleh
petugas/fasilitator.
Adapun beberapa langkah yang dipilih untuk kegiatan pemantauan dan
penilaian adalah sebagai berikut :
a. Pemantauan dan penilaian dapat dilakukan dengan aktif melakukan observasi
lapangan ke wilayah yang terdampak kasus KEK
b. Pemantauan dan penilaian dapat dilihat pula dari keaktifan kader kesehatan
yang dibuat dalam menjalankan upaya promosi dan preventif berbasis
masyarakat setempat.
c. Pemantauan dan penilaian dapat pula di identifikasi dari kontinuitas
penyuluhan dan bimbingan ke masyarakat terkait upaya pencegahan KEK.
d. Kita juga dapat menilai keberhasilan kegiatan pendampingan dari respon
masyarakat seberapa meningkat kepedulian mereka untuk menerapkan PHBS
dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada ibu hamil.
e. Kita juga dapat menilai keberhasilan kegiatan dengan adanya kemandirian dari
ibu-ibu dalam mengolah makanan yang baik dan higienis.
f. Kita juga dapat menilai dari jumlah kejadian KEK sebelum dan sesudah kita
melakukan intervensi kegiatan di wilayah tersebut.
6. Perluasan
Untuk mendukung upaya perluasan dari kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan, maka dibutuhkan dukungan penuh dari
pemerintah setempat, tokoh masyarakat, dan semua aspek daerah untuk bersama
menjaga kesinambungan dari program yang dilakukan. Dibutuhkan pula upaya
advokasi untuk semakin menguatkan aspek Man, Management, and Money agar
program kegiatan terus berkembang dan berkelanjutan.
Dalam melakukan perluasan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Perluasan kuantitatif, dilakukan dengan menambah jumlah kegiatan yang
dilakukan baik pada wilayah setempat maupun wilayah lainnya sesuai dengan
kebutuhan. Adapun perluasan kuantitatif dari program yang telah dilaksanakan
yaitu :
1) Pembuatan jadwal pemeriksaan rutin atau buku kontrol untuk pemantauan
penerapan PHBS Rumah Tangga pada Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
yang dilakukan oleh anggota keluarganya yang nantinya dilaporkan kepada
kader.
b. Perluasan kualitatif dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang
telah dilakukan sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat yang
dilayani. Adapun perluasan kualitatif dari program yang telah dilaksanakan
yaitu :
1) Program penyuluhan promotif dan preventif mengenai KEK dari kader-
kader kesehatan, peningkatan perluasan kualitatif program ini ditempuh
dengan cara rutin melakukan pertemuan sekali seminggu antara kader
kesehatan dengan petugas PPM, dengan mendiskusikan kendala-kendala
atau pun hal yang menghambat para kader kesehatan dalam melakukan
usaha promotif dan preventif di Kelurahan Samata.
Pada tahap perluasan, petugas/fasilitator berharap agar masyarakat telah
memahami dan menerapkan serta dapat menggalakkan program-program yang
telah diberikan dan juga dapat menambah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
program tersebut. Selain itu, kami berharap masyarakat di Kelurahan Samata
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu penerapan secara
individu maupun dalam keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai