Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR

BUDADAYA BATAK

DISAMPAIKAN

O
L
E
H

Drs. MANARSAR PANJAITAN, MSi


A. PENGENALAN BUDAYA BATAK
1. Pengertian Budaya
- Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
- Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistim agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
2. Pengertian Kebudayaan Batak.
Batak adalah nama salah satu suku di Indonesia yang kebanyakan bermukim di
Sumatera Utara dan mayaoritas beragama Kristen dan Islam tetapi adapula yang
menganut animisme (aliran kepercayaan) yang disebut Parmalim.

Yang dimaksud kebudayaan batak adalah seluruh nilai-nilai kehidupan suku bangsa
batak diwaktu-waktu mendatang merupakan penerusan dari nilai kehidupan lampau
dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya. Refleksi dari nilai-nilai kehidupan
tersebut menjadi suatu ciri yang khas bagi suku bangsa batak yaitu Keyakinan dan
Kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan yang menciptakan alam
semesta dan segala isinya.

Didalam menjalankan kehidupan suku bangsa batak terutama insteraksi sesama


manusia dibuatlah nilai-nilai antara sesama, etika maupun estetika yang dinamai
Adat. Suku Bangsa Batak mempunyai sistim kekerabatan yang dikenal dan hidup
hingga kini yaitu Partuturon.

3. Makna Kebudayaan Batak


Tata Nilai kehidupan suku Batak di dalam proses pengembangannya merupakan
pengolahan tingkat daya dan perkembangan daya dalam satu sistem komunikasi
meliputi.

a. Sikap Mental (hadirion)


- Sikap mental ini tercermin dari pepatah : babiat di harbangan gompul di alaman
- Anak sipajoloon nara tu jolo
b. Nilai Kehidupan (Ruhut-Ruhut ni Parngoluon)
- Cara berpikir (Paningaon)
Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan (didepan kita sebagai panutan)
Raja ditonga pangahut pangatua, panimpal, panimbola ( ditengah kiya sebagai
pemersatu)
Raja dipudi suapul natangis, sielek na mardandi (dibelakang kita sebagai
penopang orang yang jatuh)
- Cara Bekerja (Parulaan)
Mangula sibahen na mangan (mengerjakan apa yang mau dimakan)
Maragat bahen si inumon (menampung apa yang mau diminum).
- Logika (Ruhut, Raksa, Risa)
Aut so Ugari baru Simanjuntak na tumubuhon au, dang Martulang au tu
Simajuntak (jika satu keturunan/marga, maka kita akan lebih menghormatinya)
- Etika (Paradaton)
Tinintip Sanggar Bahen Huru-Huruan, Nisukkun Marga Asa Binoto Partuturan.
- Estetika (Panimbangion)
Hatian Sora Monggal ninggala sibola tali.
4. Suku suku Batak.
Suku Batak terdiri dari sub suku yang terdiri dari : Suku Batak Karo, Suku Batak Toba,
Suku Batak Pakpak, Suku Batak Dairi, Suku Batak Simalungun, Suku Batak Angkola
dan Suku Batak Mandailing dan ada juga yang menambahkan Suku Alas, Suku Kluet,

5. Falsafah Orang Batak


Secara umum falsafah Suku batak adalah Dalihan Natolu yaitu Somba Marhula-Hula
(Hormat kepada pihak keluarga ibu/isteri), Elek Marboru (Memperlakukan keluarga
saudara perempuan dengan kasih ) Manat Mardongan Tubu (Hati-Hati/saling
menghargai dalam hubungan satu marga)

Falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan
bermasyarakat di lingkungan orang Batak.

B. MENGHARGAI BUDAYA BATAK


Menghargai Budaya batak adalah dengan cara menghormat dan mengakui keberadaan
harkat dan martabat budaya batak itu sendiri.

Sikap menghargai/menghormati budaya dapat dilakukan antara lain dengan :

1. Bangga dengan kebudayaan Batak itu sendiri


2. Mau melesatarikan nilai-nilai Budaya yang telah ada.
3. Menghormati kebudayaan daerah batak dan tidak membanding-bandingkan dengan
budaya lain atau bahkan menjelek-jelekkannya.
4. Lebih senang dengan budaya batak daripada budaya suku lainnya
5. Selalu berupaya menonjolkan budaya Batak
6. Mempelajari dan menikmati Budaya Batak.
7. Selalu berpikir positif tentang keberadaan budaya batak.

C. PARTUTURON
Nama-Nama Partuturan dan Bagaimana Memanggilnya.

a. Dalam Keluarga satu generasi


1. Amang / Among : Kepada Bapak Kandung
2. Amang Tua : Kepada Abang kandung dari Bapak kita, maupun par-abangon bapak
dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil “Amang”
saja.
3. Amang Uda : Kepada adik Kandung dari Bapak kita, maupun par-adekon dari
dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya
dengan sebutan “Amang” atau Uda.
4. Haha/Angkang : Kepada abang kandung kita, maupun seluruh putera dari
amangtua dan semua laki-laki yang marganya lebih tua dari marga kita dalam
tarombo.
5. Anggi : Kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera dari amanguda dan
semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo.
6. Hahadoli atau angkang doli “ ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari
abang ompung kita baik kandung maupun abang ompung kita sesuai tarombo.
7. Anggidoli : ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari adik ompung kita baik
kandung maupun adik ompung kita sesuai tarombo.
8. Ompung Doli : ditujukan kepada Kakek kita (sederhananya semua yang kita
panggil dengan sebutan Amang, maka bapak mereka adalah ompung kita.
9. Ompung mangulahi : ditujukan kepada ompung dari Bapak kita.
10. Ompung Mangulahi : Ompung dari Ompung kita.
11. Inong/Inang : Kepada Ibu Kandung
12. Inang Tua : Kepada isteri dari Bapa Tua/Amang Tua
13. Inang Uda : Kepada Isteri dari Bapa Uda /Amang Uda.
14. Angkang Boru : Kepada isteri dari abang kita .
15. Ompung Boru : Kepada Nenek Kita dari Bapak Kita dan Ibu Kita atau yang
sederajat.

b. Dalam hubungan Parhula-Hulaon.

1. Simatua Doli : Kepada Bapak, Bapatua, Bapauda dari Isteri kita. Kita memanggilnya
dengan sebutan “Amang)
2. Simatua Boru : Kepada Ibu, Inang Tua dan Inang Uda dari Isteri Kita. Kita
memanggilnya dengan sebutan “Inang”
3. Tunggane : disebut juga Lae yakni kepada semua ito dari isteri kita.
4. Tulang Naposo : Kepada Putera Tunggane Kita dan Cukup dipanggil “Tulang”
5. Nantulang Naposo : Kepada Puteri Tunggane Kita cukup dipanggil “Nantulang”
6. Tulang : kepada Ito dari Ibu Kita.
7. Nantulang : Kepada Isteri Tulang Kita.
8. Ompung Bao : Kepada Tulang dari Ibu Kita
9. Bona Tulang : Kepada Semua Hula-Hula dari orang yang kita Panggil Ompung

c. Dalam Hubungan Parboruon.


1. Hela : Kepada Laki-laki yang menikahi puteri kita. Juga kepada semua laki-laki
yang menikahi puteri abang kita/ adik kita ‘Kita memanggilnya “Amang Hela”.
2. Lae : Kepada Amang, amang tua dan amng uda dari hela kita. Juga kepada laki-
laki yang menikahi ito kandung kita.
3. Ito : Kepada inang, inang tua dan inang uda dari hela kita.
4. Amang Boru : Kepada Laki-laki (juga abang/adiknya) yang menikahi to bapak kita.
5. Namboru : Kepada Ito Bapak Kita
6. Lae : Kepada Putera Amang Boru Kita.
7. Ito : Kepada Boru Amang Boru Kita.
8. Lae : Kepada Bapak dari Amang Boru Kita.
9. Ito : Kepada Ibu/Inang dari Amang Boru Kita.
10. Bere : Kepada putera dan puteri dari ito kita.

Beberapa hal yang perlu di ingat :

1. Hanya Laki-laki yang mar-Lae, Mar-Tunggane, Mar-Tulang Naposo dan


Nantulang Naposo.
2. Hanya Perempuan yang mar-Eda, Mar-Amang Naposo dan Mar Inang Naposo.
3. Di daerah silindung dan sekitarnya dalam marpariban selalu umur yang
menentukan mana si hahaan (yang lebih tua) dan yang lebih muda SIanggian
(atau adek). Tapi kalau di Toba aturan sihahaan dan sianggian dalam
parparibanon sama dengan dongan sabutuhan (berdasarkan urutan marganya).
D. BELAJAR MENJADI GENERASI MUDA BATAK YANG BANGGA
AKAN KE ANEKARAGAMAN BUDAYA BATAK.

Krakter suatu suku / orang dibentuk dari budayanya, ada 5 (lima) sikap yang dimiliki orang
batak yang boleh digambarkan sebagai berikut :

1. Konsisten Dalam Ucapannya (hata).


Konsisten dalam ucapannya (Hata) dapat kita lihat dari hal yang sederhana dan
selalu ada dilingkungan kita contohnya hampir tidak ada orang batak yang kawin
dalam satu marga atau marga yang marpadan. Hal tersebut merupakan janji
leluhur kita yang konsisten di ikuti oleh marga turunannya.
2. Kekerabatan yang Erat.
Kekerabatan yang sangat erat dapat kita jumpai dalam hal satu marga, kadang
kita membeli suatu barang yang lebih murah dari orang lain karena kita satu marga
dengan penjualnya
3. Bicara Apa Adanya.
Orang batak dikenal senang bicara blak-blakan, tidak bertele-tele dan apa adanya
Jika A ya A jika Z ya Z. tidak peduli betapapun menyakitkan asal fakta itu benar ya
harus di katakan apa adanya. Dengan ciri seperti itu banyak orang batak yang jadi
Hakim, Jaksa dan pengacara. Dunia Hukum adalah dunia Hitam Putih, Klau hitam
ya Hitam, klau putih ya putih tidak ada wilayah abu-abu.
4. Pekerja Keras.
Dalam cerita rakyat Batak Toba hampir selalu ditemukan tokoh yang mempunyai
krakter pekerja keras dan tidak cepat puas.
Dalam cerita si Sanggaranian misalnya dikisahkan Parboniaga tarpunjung harus
melewati hutan belantara untuk pergi berjualan dari Parsoburan ke Pematang
Siantar.
Kekerasan hati dan tekad yang kuat memunculkan keberanian pada kebanyakan
orang batak untuk merantau meninggalkan kampung halamannya.
5. Orang Batak Itu Setia.
Memang sulit untuk mengukur kadar kesetiaan setiap orang. Tetapi jika “tidak
bercerai” bisa dijadikan ukuran kesetiaan pasangan (suami-Isteri) maka orang
batak boleh dikategorikan setia, sebab perceraian dalam suku batak jarang terjadi
dibandingkan dengan suku lain. Karena pernikahan merupakan urusan keluarga
besar maka perceraian sebagai pemutusan hubungan pernikahan melibatkan
keluarga besar.Karena proses perkawinan begitu rumit, pasangan suami isteri
orang batak yang ingin bercerai berpikir seribu kali.

E. NHKBP MAMPU MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI


KEBUDAYAAN BATAK.

Naposobulung Huria Kristen Batak Protestan (NHKBP) adalah merupakan sebuah


organisasi pemuda-pemudi yang wilayah kerjanya ada di gereja.
Naposobulung dalam pelayanannya sangat dinamis dan memiliki semangat yang luar
biasa dan tangguh dalam dirinya untuk maju dan berjuang. Naposobulung di masa depan
menjadi harapan bagi keluarganya, bangsanya dan gerejanya terutama dalam pelayanan
di gereja HKBP sangat starategis dalam memajukan HKBP dimasa yang akan datang,
dimana Naposobulung selalu dengan Moto 3 M yaitu Masitangiangan, Masihaposan dan
Masiurupan.

Klau kita baca Psalmen 150 ayat 3 s/d 5 sebagai berikut :

Ayat 3 : Puji Hamu ma Ibana mardongan soara ni sarune, puji hamu ma Ibana mardongan
arbab dohot sordam.

Ayat 4 : Puji hamu ma Ibana mardongan tali syak dohot panortoron na marliat, puji hamu
ma Ibana mardongan hasapi dohot tulila.

Ayat 5 : Puji hamu ma Ibana mardongan ogung panggora, puji hamu ma Ibana
mardongan ogung panonggahi.

Musik tradisional masyarakat Batak Toba disebut dengan Gondang yang merupakan
gabungan dari beberapa alat music antara lain Ogung, Taganing, Sarune, Hasapi, dan
lainnya.

Tarian Tradisional batak kita kenal dengan Tortor dimana para panortor selalu
menggunakan kain khas batak yang kita kenal dengan ulos. Tortor selalu
ditampilkan pada upacara perkawinan, mendiiirikan rumah sopo, upacara kematian
saur matua,menyambut tamu yang di hormati dan upacara besar lainnya.

Musik dan Tarian tradisional batak merupakan budaya batak jika kita hubungkan dengan
Psalmen 150 ayat 3 s/d 5 NHKBP dalam melestarikan Budaya Batak adalah hal yang
berkesesuaian dengan Firman Tuhan.

Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan batak NHKBP dapat melakukannya


dengan melestarikan budaya batak dimanapun anda berada dan berkarya.

SEKIAN & TRIMAKASIH

H O R A S

Anda mungkin juga menyukai