MULIADI
NIM: 0331173041
. Dalam penulisan Proposal Tesis ini disana sini mungkin masih banyak
kekurangan saya selaku penulis mohon kriktik saran dan masukannya demi
perbaikan selanjutnya , kiranya apa yang tertulis disini dapat menjadi bermanfaat
bagi penulis dan bermanfaat kepada kita semua yang membacanya. Akhir kata
semoga Allah swt meridhoi hidup kita semua dan saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Muliadi
i
DAFTAR ISI
PROPOSAL TESIS..................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
A. Landasan Teori................................................................................................5
1. Pengertian Pendekatan Saintifik..................................................................5
2. Pengertian Gaya Belajar............................................................................17
3. Pengertian Hasil Belajar.............................................................................25
4. Pengertian PAI (Pendikan Agama Islam ).................................................28
B. Hasil Penelitian Relevan................................................................................30
C. Kerangka Berpikir.........................................................................................31
1. Gambar 1. Kerangka pikir penelitian...................................................31
D.HIPOTESIS PENELITIAN............................................................................31
BAB III..................................................................................................................32
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................32
A.Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................32
1. Sejarah dan Perkembangan Madrasah Tsanawaiyah MESRA di kota
Pematangsiantar.............................................................................................32
B. Metode Penelitian....................................................................................33
C. Populasi dan Sampel...............................................................................34
1. Populasi................................................................................................34
2. Sampel.................................................................................................34
a. Analisis Data...............................................................................................35
A. Sistematika Pembahasan................................................................................36
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Didalam Alaquran Allah SWT berfirman dalam surah Albaqorah ayat 31.
ٓ
َ ٰ ۡال أَ ۢنٔبُُِٔ\ونِي بِأ َ ۡس َمٓاء ٰهَٓؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُم
َص ِدقِين َ َضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَق
َ ِ َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" (Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" (Alquran MS Word)
Pada surat Al- baqarah ayat 31, proses belajar mengajar berlangsung dari
tuhan ( sebagai maha guru) kepada adam ( sebagai mahasiswa). Adapun materi
2
yang diajarkan pada proses belajar mengajar tersebut berupa nama-nama segala
sesuatu, tersebut nama-nama benda, yakni hukum-hukum alam yang terdapat di
alam jagat raya, yang semuanya itu sebagai bukti adanya nama-nama atau tanda-
tanda kekuasaan tuhan. Adapun metode yang digunakan adalah metode Al-ta’lim,
yakni memberikan pengertian, pemahaman, wawasan, dan pencerahan tentang
segala sesuatu dalam rangka membentuk pola pikir (mindset).
Pada umumnya proses belajar mengajar adalah sebuah proses
memanusiakan manusia, yakni mengaktualisasikan berbagai potensi manusia,
sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan negaranya. Sebuah proses belajar mengajar dapat dikatakan gagal, jika
antara sebelum dan sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar, namun
tidak ada perubahan apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa. (Abuddin Nata,
Ilmu Pendidikan Islam )
Agar dapat menciptakan standar kompetensi lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan, diterapkanlah kurikulum 2013 yang mana
di dalam kurikulum ini menggunakan pendekatan saintifik, yang diharapkankan
dengan penggunaan pendekatan saintifik/ ilmiah ini dapat membantu tercapainya
standar kompetensi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.Pendekatan saintifik ini bertujuan tidak lain adalah untuk
memperbaiki kualitas pendidikan saat ini. Titik tekan pendekatan saintifik adalah
penyempurnaan pola pikir, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Karena itu pendekatan
saintifik merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan
masyarakat.
Dengan adanya pendekatan saintifik ini diharapkan dapat merubah hasil
belajar PAI agar nantinya siswa akan mampu memahami secara penuh apa yang
telah didapat dan mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan bermasyarakat.
khususnya penerapan agama Islam. Dalam penerapan pendekatan saintifik guru
juga mempunyai andil yang besar, karena guru merupakan fasilitator yang harus
memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada peserta didik agar dapat
3
aktif dan mampu menguasai materi yang diajarkan. Selain itu guru juga harus
memiliki pandangan yang sangat luas untuk menjadi guru yang benar-benar
profesional. Selain itu gaya belajar yang benar adalah kunci untuk menghasilkan
hasil belajar dengan gaya belajar yang benar makan akan berpengaruh terhadapa
apa yang akan dihasilkan. Untuk itulah tugas utama guru adalah menciptakan
suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh, akan tetapi hal itu sangat
jauh dari fakta, ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar materi yang
tidak sesuai dengan keahliannya, dikarenakan hal inilah terkadang guru mengajar
hanya sekedar pengetahuannya saja. Mengajar bukan karena dari hati tapi
mengajar hanya sekedar lepas dari tanggung jawab.
Oleh karena adanya fenomena inilah dapat dikatakan apakah ada pengaruh
pendekatan saintifik dan gaya belajar terhadap hasil belajar PAI di MTs MESRA
?. Pendekatan saintifik yang terdapat dalam kurikulum 2013 akan membawa
dampak yang besar dalam proses pembelajaran. Akan tetapi tanpa kesiapan yang
matang sangatlah tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar yang baik karena
dalam pengaplikasiannya belum semua guru bisa menerapkannya, utamanya
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs.MESRA Kota Pematang
siantar.
Berkenaan dengan hal ini penulis menemukan adanya beberapa masalah
yang berkenaan dengan judul tesis ini yang akan diteliti, seperti bagaimanakah
profesionalisme guru ketika menerapkan pendekatan saintifik ini, apakah guru
sudah mampu dan menguasai metode pendekatan saintifik atau tidak, karena
masih ada ditemukan guru yang kurang melakukan variasi-variasi dalam metode
pembelajaran sehingga pembelajaran membuat jenuh terlebih lagi siswa masih
dianggap sebagai objek belajar yang tidak memiliki potensi pengetahuan.
Bagaimanakah gaya belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kemudian adakah pengaruhnya terhadap hasil belajar PAI di MTs MESRA
KotaPematangsiantar. Lalu sudah maksimalkah evaluasi yang dilakukan guru
dalam penerapan pendekatan saintifik ini dan gaya belajar. Dan apakah pada saat
proses belajar siswa merespon dengan memperhatikan ataupun ikut berpartisipasi
4
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
) َوإِلَى2() َوإِلَى ٱل َّس َمٓا ِء َك ۡيفَ ُرفِ َع ۡت1( أَفَاَل يَنظُرُونَ إِلَى ٱإۡل ِ بِ ِل َك ۡيفَ ُخلِقَ ۡت
(رٞ ) فَ َذ ِّك ۡر إِنَّ َمٓا أَنتَ ُم َذ ِّك4(ُط َح ۡت أۡل
ِ ) َوإِلَى ٱ َ ۡر3(صبَ ۡت
ِ ض َك ۡيفَ س ِ َۡٱل ِجب
ِ ُال َك ۡيفَ ن
)5
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-
bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum (Daryanto, 2014: 55).
Dapat diketahui bahwa metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau
ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian
memformulasi, dan menguji hipotesis. Dengan demikian, pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan mengamati, telah disebutkan
di dalam Al-qur’an surah alqoriah ayat 1
)1( ُار َعة ۡ
ِ َٱلق
Artinya: Hari Kiamat.
Allah mengajak kita secara tidak langsung untuk memperhatikan
pernyataan ini. Ayat ini mengindikasi bahwa proses mengamati itu sangatlah
penting agar kita lebih teliti dalam kejadian apapun. Maka belajar harus diawali
dengan mengamati seperti halnya kisah Nabi Ibrahim As yang ketika itu sedang
mencari Tuhan. Ia pun belajar dengan proses mengamati dengan melihat Bulan
Matahari dan ciptaan Allah yang lainnya sehingga menimbulkan rasa penasarann
yang medalam dan terus menerus mencari kebenaran. Orang yang berakal (ulul
al-bab) adalah orang yang melakukan dua hal yakni tazakkur mengingat Allah
dan tafakkur memikirkan ciptaan Allah. (Nata, 2000: 131).
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah – langkah seperti berikut ini :
1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi.
3) Menentukan secara jelas data – data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
4) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.
5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam,
dan alat – alat tulis lainnya.
b. Menanya.
Berkenaan dengan menanya Allah melanjutkan firmannya dalam surah
Alqoriah dengan bertanya yaitu pada ayat kedua yang berbunyi:
)2( ُار َعة ۡ
ِ ََما ٱلق
Artinya: apakah hari Kiamat itu?
14
indera sebagai saluran utama dalam memahami alam semesta. Namun ditegaskan
pula bahwa saluran ini belumlah cukup dan dibutuhkan saluran lain, yakni
penalaran atau akal, saluran ini sangat dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan
yang tidak dapat diselesaikan melalui pengamatan. Jadi jelaslah kiranya bahwa
daya nalar sangat dibutuhkan dalam memahami alam semesta disamping
pengamatan indera. Andaikan hanya bersandar pada pengamatan indera semata,
manusia tidak akan mampu menafsirkan proses alamiah dan menemukan
hubungan-hubungan diantara kejadian dijagad raya ini. Karena hanya daya
nalarlah yang mampu menguak tabir, mengungkapkan misteri dan
menghubungkan tanda-tanda atau sinyal-sinyal yang dipancarkan alam yang
teramati lewat pengamatan.( Zar 1994:40-41)
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap
ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan nilai–nilai instrinsik dari
pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan
terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temanya di kelas.
( Abidin 2000: 136).
d. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi
yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. (Abidin 2000: 140)
Mencoba dalam hal ini Allah berfirman dalam surah ar-rahman ayat 33
yang berbunyi:
ٖٱلس َٰم َٰو ِت َوٱ ۡلأَ ۡرض فَٱن ُف ُذو ۚ ْا اَل تَن ُف ُذو َن إِاَّل بِ ُس ۡل ٰطَن
َّ سطَ ۡتُع مۡ أَن تَن ُف ُذواْ ِم ۡنأَ ۡقطَا ِر ِ مَٰي َ ۡع َشَر ٱ ۡل ِج ِّن َوٱ ۡلِإ
َنس إِ ِن ٱ ۡت
16
Artinya: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.
1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar.
Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat,
mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi
sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika
merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Ini benar-benar memberikan indikasi yang sangat penting dan tidak dapat
dihindari untuk orang-orang preferensi gaya belajar, serta perilaku mereka dan
bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka. Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki
seseorang (Gardner menunjukkan sebagian besar dari kita kuat dalam tiga jenis)
tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode di
mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan mereka dan juga
untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka.
direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah
merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat
mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Hasil belajar dikatakan
bermakna apabila hasil belajar tersebut dapat membentuk prilaku siswa,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, ada kemauan dan kemampuan
untuk belajar sendiri dan dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas
siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar menurut Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Gagne
mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal,
kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom
mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang
yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Hamalik (2004:13) menyatakan bahwa perbedaan hasil belajar dikalangan
para siswa disebabkan oleh berbagai alternatif faktor-faktor antara lain faktor
kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-
masing, sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui
proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat
berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa. Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
27
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah
bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang
terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau
motif untuk berprestasi.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat
berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkersyang
diterjemahkan oleh Soenoro (1982 : 30), mengatakan bahwa “Faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari si pelajar, faktor
yang berasal dari si pengajar”. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih didalam
kandungan. keberadaan pendidikan melekat erat dalam diri manusia sepanjang
zaman. (Suhartono, 2007:77). Namun jika kita beralih kepengertian Pendidikan
Agama Islam , menurut (Aat Syafaat; Sohari dkk , 2008: 11-16) Pendidikan
Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,
baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Ahmad Tafsir mendefenisikan pendidikan islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam. (Tafsir, 2010 :45 )
Konteks pendidikan Agama Islam disini dalam sekolah Madrasah
Tsanawiyah dibagi dalam beberapa muatan pelajaran yaitu: Aqidah Akhlak,
Quran Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam, Dan Fiqih.
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, dapat diambil suatu pengertian,
bahwa pendidikan agama Islam merupakan sarana untuk membentuk kepribadian
yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan norma dan ukuran Islam.
dalam firman Allah surat al- baqarah ayat 30 yaitu: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di bumi" (QS. al- Baqarah: 30).
Tujuan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi. Dilihat dari segi gradisnya, ada
tujuan akhir dan tujuan sementara. Dilihat dari sifatnya ada tujuan umum dan
khusus, dilihat dari segi penyelenggaraannya terbagi atas formal dan non formal,
ada tujuan nasional dan institusional.
1. Menjadi hamba Allah yang bertakwa. Tujuan ini sejalan dengan tujuan
hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada
Allah. Dengan pengertian ibadah yang demikian itu maka implikasinya
dalam pendidikan terbagi atas dua macam yaitu: a). Pendidikan
memungkinkan manusia mengerti tuhannya secara benar, sehingga semua
perbuatan terbingkai ibadah yang penuh dengan penghayatan kepada ke
Esaan-Nya. b). Pendidikan harus menggerakkan seluruh potensi manusia
(sumber daya manusia), untuk memahami sunnah Allah diatas bumi.
C. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal),
tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya
penelitian ini adalah kurang nya penerapan pendekatan saintifik dan gaya belajar
siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan
pendekatan scientific dan gaya belajar untuk meningkatkan hasil belajar pada Mata
32
Pelajaran Pendidikan Agama Islam seperti Akidah Akhlak, Fiqih, Quran hadist, dan
sejarah Kebudayaan Islam.
Secara sederhana kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut.
Pengaruh
Pendekatan saintifik dan gaya belajar
D.HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
N= Jumlah Populasi
B. Metode Penelitian
34
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis data dengan analisis
varian (ANAVA) dua jalur ( desain faktorial 2 x 3 ) dengan taraf signifikan
α=0,05 atau 5%. Untuk menggunakan ANAVA dua jalur perlu dipenuhi beberapa
35
1. Populasi.
Sugiyono (2012:117)menyatakan populasi adalah “wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.Menurut Setyosari (2015:221) menyatakan populasi merupakan
“keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian
dan kajian dalam penelitian”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang ada pada suatu wilayah yang
memiliki ciri-ciri yang sama atau sejenis dan berkaitan dengan masalah
penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Madrasah
Tsanawiyah MESRA Pematangsiantar yang terdiri dari 4 robel yaitu VIIa , VIIb ,
VIIc ,dan VIId..
2. Sampel
Setelah populasi ditentukan dilanjutkan dengan menentukan sampel
penelitian. Sampel merupakan sebagian kecil yang mewakili secara representatif.
Menurut Agung (2012:47) menyatakan sampel ialah “sebagian dari populasi yang
diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi, yang dianggap mewakili
seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Sedangkan
menurut Darmadi (2011:14) sampel adalah “sebagian dari populasi yang dijadikan
objek penelitian”. Namun menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah “bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jadi sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian yang mewakili dari populasi untuk dijadikan
36
sebagai harapan representatif terhadap populasi yang diteliti. Dari populasi 304
siswa kelas VII MTs MESRA Pematangsiantar , langkah selanjutnya yaitu
menentukan sampel penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling . Cara
yang digunakan untuk merandom adalah masing-masing kelas dari Sembilan
sekolah diberi nomor urut. Dari ke empat kelas yang ada di MTs MESRA diundi
sehingga muncul dua kelas yang dijadikan sampel.Dari hasil random, dua kelas
yang muncul yaitu KLS VIIa dan Kls VIIc .
1. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang penguasaan
kompetensi pengetahuan IPS kelas V ditinjau dari kemampuan penalaran
siswa SD gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes.
Menurut Arikunto (2013:33) tes merupakan “suatu alat pengumpul
informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain, tes ini bersifat
lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan”. Sudjana (2011:35)
mendefenisiskan tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan , atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran tetapi tes dapat juga digunakan
untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotor.
Bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui kompetensi pengetahuan
IPS dan kemampuan penalaran menggunakan tes uraian.
a. Analisis Data.
Dalam analisis data dilakukan dengan dua system yaitu dengan
menggunakan perhitungan statistic dan non statistik. Data statistic adalah yang
menunjukkan angka-angka atau perhitungan -perhitungan dalam penelitian,
sedangkan data non statistic adalah yang berbentuk paparan atau uraian tanpa
menggunakan perhitungan statistic. Untuk menguji data yang menggunakan
statistic digunakan rumus Chi Kwadrat ( X2 ) yaitu:
X2 = (fo-fh)
fh
37
fo = frekuwensi observasi
fh = Frekuwensi Harapan.
Total Baris
f h= ×Toatal kolom
N
A. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan terhadap tesis ini agar setiap masalah
dapat berurutan secara baik, maka penulis menyusun sistematika pembahasannya
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Alquran digital
Ahmad D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Al-ma’arif
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma
HumanismeTeosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelaja..
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Chabib Thoha M.A. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, cet. I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
H. Akhmad Zulfaidin Akaha, ed. 2001. Psikologi Anak dan Remaja
Muslim. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar.
Omar Muhammad al-Taumy, al-syaibany. Filsafat Tarbiyah al-
Islamiyah, terjemahan Hasan Langgulung. Falsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Zakiah daradjat. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhairini, Dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo:
Ramadhani.