SUARA GAIB
Seorang laki-laki, Sarjana Ekonomi, 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena memukul
ibunya dan memecahkan kaca jendela. Alasannya ada suara gaib yang menyuruhnya
melakukan tindakan tersebut. Sejak 2 pekan ini pasien mengalami insomnia dan iritabel.
Sudah 6 bulan ia dikeluarkan dari tempat kerjanya karena kepribadiannya dinilai maladaptif.
Pada pemeriksaan psikiatrik: Afek tumpul, tidak ditemukan gangguan kognitif, ada
halusinasi auditorik, pada isi fikir terdapat waham bizzare. Pada pemeriksaan penunjang
seperti CT Scan tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan jaringan otak, tapi pada pemeriksaan
PED Scan, ditemukan peningkatan aktifitas Dopamin dan sitem limbik dan sistem kortikal.
Di IGD dokter mendiagnosis Skizofrenia yang merupakan salah satu gangguan psikotik.
Kemudian dokter memberikan Neuroleptika injeksi sebagai terapi awal, yang akan
dialanjutkan dengan program terapi secara holistik, meliputi psikoterapi dan sosioterapi,
serta rehabilitasi. Orangtua pasien mempertanyakan kepada dokter apakah anaknya masih
diwajibkan melaksanakan ibadah mahdhoh.
1
SASARAN BELAJAR
2
1. Memahami Paham Dasar Psikiatri
I. Kesadaran
Gangguan kesadaran paling sering berhubungan dengan adanya kelainan pada otak.
1. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat, orang.
2. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan yang tidak lengkap.
3. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidak sadaran lingkungan sekeliling.
4. Delirium : bingung, gelisah, disorientasi, takut dan halusinasi.
5. Somnolen : mengantuk yang abnormal.
6. Drowsiness : cenderung selalu tidur
II. Emosi
Emosi adalah keadaan perasaan yang komplek berhubungan dengan afek dan mood.
A. Afek : ekspresi emosi yang terlihat
1. Afek serasi : irama emosional sesuai gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang
menyertai.
2. Afek tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan
pikiran atau pembicaraan yang menyertai.
3. Afek tumpul : penurunan berat intensitas irama perasaan yang di ungkapkan keluar.
4. Afek sempit : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dibawah afek
tumpul.
5. Afek datar : tidak ada atau hampir tidak ada ekspresi afek, suara monoton dan
wajah tidak bergerak.
6. Afek labil : perubahan irama perasaan cepat dan tiba-tiba tidak berhubungan
stimuli eksternal.
B. Mood
Mood adalah emosi meresap dan dipertahankan, subjektif dan dilaporkan pasien pada
orang lain.
1. Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.
2. Depresi : kesedihan yang psiko patologis.
3. Anhedonia : hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang
menyenangkan.
4. Elasi : perasaan menyenangkan dan gembira yang berlebihan, puas diri sendiri atau
optimis.
3
C. Emosi lain
1. Kecemasan : ketakutan disebabkan dugaan bahaya dari dalam atau luar.
2. Agitasi : kecemasan berat diserati kegelisahan motorik.
3. Ketegangan : peningkatan aktifitas motorik dengan psikologis yang tidak
menyenangkan.
4. Panik :cemas akut episodik dan kuat.
5. Ambivalensi :teradap sama-sama dua impuls yang berlawanan.
III. Perilaku motorik : aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan,
instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh prilaku.
1. Ekoprasia : peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang lain.
2. Katatonia : terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit pada
otak.
3. Negativisme : tahanan tanpa motifasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan
terhadap semua instruksi.
4. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh
berbagai keadaan emosional.
5. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural.
6. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
7. Hiperaktivitas : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktiv, seringkali disertai
dengan patologik otak dasar.
8. Ataksia : kegagalan koordinasi otot.
9. Tremor : gangguan pergerakan ritmik, berkurang saat istirahat dan tidur, dan
meningkat pada waktu marah dan ketegangan.
4
10. Konvulsi : kontraksi ototatau spasme yang involunter.
11. Kejang klonik : kejang dimana otot secara bergantian kontaksi dan relaksasi.
12. Kejang tonik : kejang dimana terjadi kontraksi otot yang terus menerus.
13. Distonia : Perlambatan kontraksi terus menerus dari tubuh.
IV. Berpikir
Berpikir adalah aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang di arahkan oleh tujuan
dimulai oleh suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi
kenyataan.
A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir
1. Gangguan mental : sindrom prilaku yang bermakna secara klinis, disertai dengan
penderitaan atau ketidakmampuan.
2. Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi.
3. Berpikir autistik : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi.
5
2. Waham bizar : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan samasekali tidak
masuk akal.
3. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa diringa, orang lain, dan dunia adalah
tidak ada atau berakhir.
4. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seorang yang
berlebihan.
5. Sisi pikir : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang
lain atau tenaga lian.
6. Siar pikir : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain seperti
pikeran mereka sedang disiarkan ke udara.
7. Obsesi : ketakutan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
di tentang yang tidak dapat di hilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan.
8. Kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika
ditahan, menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau
dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain dari
pada untuk mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan.
9. Fobia : rasa takut patologis yang resisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindaristimulus yang ditakuti.
10. Fobia sederhana : rasa takut dengan obyek yang jelas.
11. Fobia sosial : rasa takut akan keramain masyarakat.
12. Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbuka.
13. Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi.
14. Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri.
15. Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing.
16. Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu.
17. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup.
18. Zoofobia : rasa takut terhadap binatang.
V. Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang di ekspresikan melalui bahasa,
komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.
6
Gangguan bicara
1. Logorrhea : bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis.
2. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal.
3. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang menyebabkan
gangguan kefasihan bicara yang jelas.
4. Kekacauan : bicara yang aneh dan distrimik, yang mengandung semburan yang
cepat dan menyentak.
VI. Presepsi
Presepsi adalah proses stimulasi fisik nenjadi informasi psikologis.
A. Gangguan presepsi
1. Halusinasi : presepsi sensori yang palsu tidak disertai dengan stimuli eksternal
yang nyata, mungkin tredapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi.
2. Halusinasi auditoris : presepsi bunyi yang palsu.
3. Halusinasi visual : presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk dan citra yang tidak berbentuk.
4. Ilusi : mispresepsi terhadap stimuli eksternal yang nyata.
7
1. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua
atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda.
2. Dissosiasi : mekanisme pertahanan yang tidak disadari meliputi pemisahan dari
kelompok proses mental atau proses prilaku dari sisa aktivitas psikis seseorang.
VII. Daya ingat : fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya di ingat
kembali ke kesadaran.
A. Gangguan daya ingat
1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu
2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan.
3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan.
4. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang di tandai oleh pelupaan secara tidak
disadari terhadap gagasan yang tidak diterima.
5. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau kata
benda yang tepat.
6. Blackout : amnesia yang di alami oleh alkoholik berkaitan dengan perilaku selama
minum.
VIII. Inteligensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakan dan
menyatukansecara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
A. Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terdapatgangguan
pada kinerja sosial dan kejuruan : ringan (IQ 50 atau 55 – 70), sedang (IQ 35 atau 40
–50 atau 55), berat (IQ 20 atau 25 – 35 atau 40), sangat berat (IQ dibawah 20 atau
8
25).
B. Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan
kesadaran.
C. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak
disebabkan oleh suatu kondisi organik.
IX. Insight
Insight adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi.
A. Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi.
B. Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai
dengan daya pendorong,motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.
C. Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan
obyektif dari suatu situasi.
2. Memahami Psikopatologi/Simptomatologi
Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah
akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala – gejala
klinis yang ditampilkan.
Gejala – gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang
ditampilkan pada orang – orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk
melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala –
gejala yang ditampilkannya.
Definisi
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala.
Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala – gejala gangguan
jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari
gejala – gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau
9
mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah
untuk mengidentifikasi sebab – sebab dari gangguan tersebut (etiologi).
Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk
menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala
hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk menemukan
sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari
gejala – gejalanya.
Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya dibalik atau
di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui gejala-
gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab – sebabnya harus dilakukan melalui studi
yang mendalam tentang gejala – gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern,
dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti yang dapat menjelaskan perkembangan
psikodinamik dari penyakit si penderita.
Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara
keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang
terganggu hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya
gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian. Hanya yang lebih
dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek pikirannya. Disamping itu,
gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal takut yang irrasional) atau dapat
dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita katatonik).
Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil
interaksi antar unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala selalu
menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses
penyembuhan yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau
dokter tersebut memberikan treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan
adalah melakukan pemeriksaan.
Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan
jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal – hal berikut ini :
1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai dasar
pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya (indikasi
pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya (ramalan hasil
atau akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).
10
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwwayat
dan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam
pengobatan yang cocok baginya.
Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam
bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti luas.
Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu sendiri,
seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi, dan jalan
pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya persepsi,
dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan kejiwaan juga mencakup tentang
gangguan – gangguan dalam aspek tersebut.
Untuk memperoleh data tentang gejala – gejala dalam banyak hal tersebut, caranya
dapat dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes – tes
psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui
wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi umum
dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan diperbuat,
reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud tulisan, dan sebagainya).
Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau
tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab tidak kooperatif atau
tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.
Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa adalah
untuk menemukan gejala – gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan
diagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan dan
sebagainya.
Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,
yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan
makna dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang – ulang atau pada saat-
saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan
sebagainya.
11
Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting
sebagai berikut :
a. Sindrom
Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita
atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c).
Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya
khas dan menunjukkan suatu penyakit tertentu.
b. Sign
Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada
umumnya bersifat objektif (mengenai fisik).
c. Simptom
Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh
orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi
sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.
12
g. Gejala prodomal dan residual
Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada
awal sakit, atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala
yang ditunjukkan sesudah fase sakit.
h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and
patient role)
Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya
sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya
bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala).
Perilaku sakit ini misalnya ; meraung-raung, teriak-teriak, dan sebagainya.
Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran
penderita yang diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran sekeliling.
Seperti dilayani, disuruh tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan perilaku mencari
kesehatan (heakth seeking behavior). Bagamana peran seseorang yang sakit sangat
ditentukan oleh masyarakatnya.
Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit,
karena merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada penderita
yang sudah berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada otoritas dokter,
minum obat teratur, dan banyak istirahat. Peran pasien sangat ditentukan oleh pihak
medis.
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu sendiri
13
diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan
dorongan motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan
struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
kortes limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai
Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik
seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem
limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
respek dan kejujuran.
Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini
berperanan sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun
bagian otak penting lainnya. Karena hubungan langsung sistem Limbik dengan sistem
otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima
oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung
, hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah , maka
jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi .
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu
melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa
seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional.
Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas
dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari
saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.
Hipothalamus
Di sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem limbik
yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epithalamus, nukleianteriorthalamus,
gangglia basalis hipocampus dan amigdala. Di sekeliling area subkortika limbik
terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada setiap
14
belahan otak yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus
frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus sub kalosal, kemudian melewati ujung atas
korpus kalosum ke bagian hemisferium serebri dalam girus singulata dan akhirnya
berjalan ke belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventro medial
lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan
ventral dari setiap hemisferium serebri ada sebuah cincin terutama merupakan
paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang menagtur perilaku dan
emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua
arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik lain yang
lebih rendah.
Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah
berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang menyebar ke regio
septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah hipotalamus ke
formasio retikularis batang otak. Berkas ini membuat serabut-serabut dalam dua arah,
membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah
melalui jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak, thalamus,
hipothalamus, dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan area basal
otak.
Hipotalamus meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik
mempunyai jaras komunika dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem
limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan
sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:
1) ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular
mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem saraf
otonom.
2) ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan
serebrum khususnya bagia anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri.
3) infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain
dari fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.
15
1. Pengaturan kardiovaskular menimbulkan efek neurogenik pada sistem
kardiovaskular yang telah dikenal meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan
arteri, peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Pengaturan suhu tubuh. Bagian anterior hipotalamus khususnya area preoptik
berhubungan dengan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati
area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron suhu. sebaliknya penurunan suhu
darah akan menurunkan aktivitasnya.
3. Pengaturan cairan. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara. 1) dengan
mencetuskan sensasi haus yang menyebabkan seseorang atau hewan minum air. 2)
mengatur ekskresi air ke dalam urine. Di hipotalamus bagian lateral terdapat area
pusat rasa haus.
4. Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara.
Perangsangan nuklei paraventrikular menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi
hormon oksitosin yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli payudara yang selanjutnya
alveoli mengosongkan air susu melalui puting susu.
5. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan. Yang berhubungan dengan rasa lapar
terdapat di area hipotalamus lateral. Sedangkan pusat rasa kenyang terletak di nuklei
ventromedial.
6. Pengaturan hipotalamik sekresi hormon endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior.
16
Mempengaruhi sistem belajar manusia. Sistem limbik ini mengontrol kemampuan
daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang diterima pancaindera.
Mengontrol setiap informasi yang masuk. Sistem limbik ini mengontrol setiap
informasi yang masuk dan memilih informasi yang berharga untuk disimpan dan yang
tidak berharga akan dilupakan. Oleh karena itu sistem limbik menentukan
terbentuknya daya ingat jangka panjang yang berguna dalam pelayanan pendidikan
anak.
Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk
mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat sistem
limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu suasana belajar yang
menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada kerja sistem limbik.
17
1) Waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate
memory): Item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik
2) Ingatan jangka pendek (short term): Item dapat ditahan dalam beberapa menit
3) Ingatan jangka panjang (long term): Penyimpanan berlangsung beberapa jam
sampai seumur hidup.
Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system
saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of
neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus,
kembali lagi ke korteks.
Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan
menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali
terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel,
yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan
sel tersebut.
Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi,
pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel
tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps.
Peran Hipokampus dalam pembelajaran
Fungsi teoritis hipokampus pada pembelajanèdapat menyebabkan timbulnya
dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang.
Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang tampaknya membuat pikiran
berulang-ulang melatih informasi baru sampai menjadi ingatan yang disimpan
permanaen.
2. Fungsi Amigdala
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di
bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.
Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti
juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari
semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis,
dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh
karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh
18
sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia. Sebaliknya, amigdala
menjalarkan sinyal- sinyal :
1) kembali ke area kortikal yang sama ini,
2) ke hipokampus,
3) ke septum,
4) ke thalamus, dan
5) khususnya ke hipothalamus.
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan langsung
pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali dari amigdala
kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : 1) peningkatan dan penurunan
tekanan arteri, 2) meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung 3,)
meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal, 4) defekasi atau
mikturisi 5), dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi, 6) piloereksi, 7) sekresi berbagai
hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan adrenokortikortopik.
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan
amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni: 1)
pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan, 2)
pergerakan melingkar melingkar, 3) kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan
berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti
menjilat, mengunyah, dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala
tertentu dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang
sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.
Fungsi keseluruhan amigdala
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik
seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap
membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.
3. korteks limbik
Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks
limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai
zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks
otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Bagian dari sistem
limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi
19
struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang
dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem
limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Oleh karena itu. Korteks limbik berfungsi
sebagai area asosiasi serebral untuk mengatur perilaku.
Korteks limbik ini dimulai dari :
Otak area orbito frontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar
ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kolosum ke
bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata, dan akhirnya berjalan di
belakang korpus kolosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus
temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan
ventral dari setiap hemisferum serebri ada sebuah cincin, terutama merupakan
paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan
dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks ini juga berfungsi sebagai alat
komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur
limbik yang lebih rendah.
Perangsangan pada berbagai regio korteks limbik akan meinggagalkan fungsi
korteks limbik ini. Namun, seperi halnya regio-regio lain dari sitem limbik, pola
perilaku tersebut dapat juga dicetuskan dengan merangasang daerah spesifik dalam
korteks limbik. Demikian juga ablasi beberapa area korteks limbik dapat
menimbulkan perubahan yang persisten pada perilaku hewan,misalnya hewan menjadi
liar, mau menyelidiki segala objek, mempunyai dorongan seksual yang besar tehadap
hewan yang tidak sesuai atau terhadap benda- benda mati.
Dopamin memiliki rumus kimia C 6 H 3 (OH) 2-CH 2-CH 2-NH 2. Nama kimianya
adalah "4 - (2-aminoethyl) benzen-1 ,2-diol" dan singkatan adalah "DA." Sebagai
anggota keluarga katekolamin, dopamin adalah prekursor norepinefrin (noradrenalin)
dan kemudian epinefrin (adrenalin) dalam jalur biosintesis untuk neurotransmitter ini.
Dopamin terdapat pada striatum, hipothalamus, system limbic, median
eminence, dan interneuron pada retina. Pada beberapa ganglia otonom dan bagian-
bagian tertentu di otak seperti substansia nigra, sintesis katekolamin hanya sampai
pada pembentukan dopamine. Baik di susunan saraf pusat maupun di susunan saraf
perifer, dopamin juga menjadi precursor untuk pembentukan NE dan epinefrin.
20
Sintesis dan Penyimpanan
Sintesis dopamine seperti halnya dengan sintesis NE berasal dari asam amino
tirosin. Dopamin disentesis dalam tubuh (terutama oleh jaringan saraf dan medula
kelenjar adrenal) pertama oleh hidroksilasi asam amino L-tirosin untuk L-dopa
melalui monooxygenase 3 tyrosine enzim-, juga dikenal sebagai hidroksilase tirosin,
dan kemudian oleh dekarboksilasi L-dopa oleh dekarboksilase asam L-amino
aromatik (yang sering disebut sebagai dekarboksilase dopa). Dalam beberapa neuron,
dopamin lebih lanjut diolah menjadi dopamin-norepinefrin oleh hidroksilase beta.
Pengaturan sintesis dopamine tergantung dari aktivitas enzim tirosin
hidroksilase dan dopa dekaroboksilase. L-dopa ditranspor secara aktif ke dalam
neuron pada susunan saraf pusat dimana ia akan dikonversi menjadi dopamine oleh
enzim dopa dekarboksilase. Dopamin akan tersimpan di dalam vesikel dan sebagian
lagi diambil oleh sel glia. Sel glia tidak dapat menyimpan dopamine secara efisien
sehingga dopamine akan berdifusi ke luar untuk merangsang reseptor dopamine atau
dire-uptake oleh neuron dopaminergik. Bila terjadi degenerasi neuron dopamine
(seperti pada penyakit Parkinson), maka peranan dopamine yang berasal dari sel-sel
glia menjadi sangat penting.
Sekresi
Seperti halnya NE, dopamin disekresi ke celah sinaptik melalui proses
eksositosis dimana proses ini membutuhkan ion Ca. Sekresi dopamine ditingkatkan
oleh tiramin, amfetamin, methilamfetamin, dan juga nomifensin.
Mekanisme Kerja
Transmisi dopaminergik nampaknya hanya terdapat pada susunan saraf
pusat. Dopamin bekerja melalui reseptor dopamine yang terdapat pada neuron
postsinaptik. Beberapa jaringan perifer dapat memberi respon terhadap pemberian
dopamine tetapi tidak ditemukan persarafan dopaminergik pada jaringan-jaringan
tersebut (misalnya, jantung, pembuluh darah dan usus). Hal ini menunjukkan bahwa
pada jaringan perifer juga terdapat reseptor dopamine. Reseptor dopamine yang telah
diisolasi strukturnya adalah reseptor dopamine 1 (D1) dan reseptor dopamine 2 (D2).
Akhir-akhir ini ada bukti yang menunjukkan bahwa reseptor dopamine yang terdapat
dalam jaringan lebih dari dua. Reseptor D1 bekerja dengan jalan mengaktifkan enzim
21
adenilat siklase melalui Gs dan reseptor D2 bekerja dengan jalan menghambat enzim
adenilat siklase dengan mengaktifkan Gi.
Pada susunan saraf perifer, reseptor dopamine ditemukan pada beberapa
ganglia sinaptik, kelenjar eksokrin, saluran cerna dan otot polos pembuluh darah.
Pada susunan saraf pusat terdapat pada daerah nigrostriatal, daerah limbic seperti
amigdala dan hippocampus serta daerah tubero-infundibular seperti nucleus arkuatus
dan hypothalamus.
Inaktivasi
Seperti halnya dengan NE, inaktifasi dopamine terjadi dengan proses re-
uptake neuronal dan proses enzimatik. Enzim MAO dan COMT akan memetabolisasi
dopamine menjadi bentuk yang tidak aktif seperti 3,4-dihidroksi-phenulacetic acid
(DOPAC) dan homovanilic acid (HVA).
Aspek Farmakologis
Dopamin terlibat di dalam proses terjadinya penyakit Parkinson, dimana pada
penyakit ini terjadi kekurangan dopamine akabat degenerasi neuron dopaminergik
pada substansia nigra dan striatum.
22
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Neroanatomi
Nerofisiologi
Nerokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organik
Faktor-faktor pre dan peri - natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
berdasarkan
kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan)
Peranan ayah
Persaingan antara saudara kandung
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
Keterampilan, bakat dan kreativitas
Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
Kestabilan keluarga
Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
Pengaruh rasial dan keagamaan
Nilai-nilai
23
6. Mengetahui Klasifikasi dan Gambaran Klinik Gangguan Psikotik
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari
abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa
juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan
hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi
menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat
mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau
pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan
sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian
dalam kehidupan
1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori
ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis
merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati.
Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak
dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.
2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan
untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa
kelainan patologi yang dapat dibuktikan
1). Skizofrenia.
24
kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan
patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas,
tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna
dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang
rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
3). Kecemasan
25
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang
merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang,
berat dan kecemasan panik.
26
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
Definisi
27
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi,
biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran,
persepsi serta emosi.
Etiologi
Organobiologik
1. Virus atau infeksi lain kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.
2. Menurunnya auto-imun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3. Berbagai macam komplikasi kandungan.
28
4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama trimester pertama kehamilan.
Faktor biokimiawi
Dopamin hipotesis
Psikodinamik
29
keseimbangan pada diri seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa
tersebut.
Dalam teori fasilitatif-etiologik, diuraikan faktor-faktor yang memudahkan
(fasilitasi) penyebab (etiologi) suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan
penyakitnya dll.
Selanjutnya menurut teorti freud suatu gangguan jiwa muncul akibat
terjadinya konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan
dunia luar.
Psikoreligius
Psikososial
1. Perkawinan
2. Problem orangtua
3. Hubungan interpersonal
4. Pekerjaan
5. Lingkungan hidup
6. Keuangan
7. Hukum
8. Perkembangan
9. Penyakit fisik atau cidera
10. Faktor keluarga
11. Lain-lain
Klasifikasi
1. Skizofrenia paranoid
Seseorang yang menderita tipe ini harus menunjukkan gejala :
30
Waham kejar atau kebeesaran
Halusinasi yang mengandung isi kejaran
Gangguan alam pikiran dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak
menentu, kemarahan dll.
2. Skizofrenia hebefrenik
Inkoherensi atau jalan pikiran yang kacau
Alam perasaan yang datar
Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa tidak
puas diri dll.
Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik
Halusinasi yang pecah yang tidak terorganisisr sebagai satu kesatuan
Perilaku aneh dan menarik diri dari lingkungan sosial
3. Skizofrenia katatonik
Stupor katatonik
Negativisme katatonik
Kekakuan katatonik
Kegaduhan katatonik
Sikap tubuh katatonik
4. Skizofrenia residual
Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol.
5. Skizofrenia tak tergolongkan
6. Golongan lainnya
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
31
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
32
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek
samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis
mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian
disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan
respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat
diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan
dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya
sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali
untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih
menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-
pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat
33
antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I
bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian
lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive
dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual /
peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu
APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur
gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi
bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah
trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif,
waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin
dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin
dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek
samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia
untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak
mengganggu kualitas hidup penderita.
34
Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran
dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda),
dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian
dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis
maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-
2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan
paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali).
Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet
trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.
II. Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Terapi okupasi
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
35
individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami
perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang
akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial /
pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood,
sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik
sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial
buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem
pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun,
sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.
36
agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw adalah karena
kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut
hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak.
Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
37
prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
Dengan demikian orang yg tidur dan pingsan orang gila dan anak kecil tdk
dibebankan kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yg ada. Yakni
orang yg tertidur telah bangun dari tidur orang yg pingsan telah siuman dari pingsan
orang gila telah pulih dari sakit gila atau telah kembali akal sedangkan anak kecil telah
datang masa baligh di antara dgn tanda mimpi basah bagi anak laki2 dan haid bagi anak
perempuan
38
DAFTAR PUSTAKA
10. www.idijakbar.com
11. www.medicafarma.com
12. www.medicastore.com
13. www.news-medical.net
15. www.nurulyaqin.org
39
40