Anda di halaman 1dari 40

SKENARIO

SUARA GAIB

Seorang laki-laki, Sarjana Ekonomi, 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena memukul
ibunya dan memecahkan kaca jendela. Alasannya ada suara gaib yang menyuruhnya
melakukan tindakan tersebut. Sejak 2 pekan ini pasien mengalami insomnia dan iritabel.
Sudah 6 bulan ia dikeluarkan dari tempat kerjanya karena kepribadiannya dinilai maladaptif.
Pada pemeriksaan psikiatrik: Afek tumpul, tidak ditemukan gangguan kognitif, ada
halusinasi auditorik, pada isi fikir terdapat waham bizzare. Pada pemeriksaan penunjang
seperti CT Scan tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan jaringan otak, tapi pada pemeriksaan
PED Scan, ditemukan peningkatan aktifitas Dopamin dan sitem limbik dan sistem kortikal.
Di IGD dokter mendiagnosis Skizofrenia yang merupakan salah satu gangguan psikotik.
Kemudian dokter memberikan Neuroleptika injeksi sebagai terapi awal, yang akan
dialanjutkan dengan program terapi secara holistik, meliputi psikoterapi dan sosioterapi,
serta rehabilitasi. Orangtua pasien mempertanyakan kepada dokter apakah anaknya masih
diwajibkan melaksanakan ibadah mahdhoh.

1
SASARAN BELAJAR

1. Memahami Paham Dasar Psikiatri


2. Memahami Psikopatologi/Simptomatologi
3. Memahami dan Menjelaskan Struktur Neuroanatomi Sistem Limbik dan Sistem
Kortikal
4. Memahami dan Menjelaskan Peran Dopamin dan Perilaku
5. Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
6. Mengetahui Klasifikasi dan Gambaran Klinik Gangguan Psikotik
7. Mengetahui Kriteria Diagnosis Gangguan Skizofrenia
8. Mengetahui Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia
9. Mengetahui Aspek Kesehatan Jiwa Masyarakat Skizofrenia
10. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh

2
1. Memahami Paham Dasar Psikiatri

I. Kesadaran
Gangguan kesadaran paling sering berhubungan dengan adanya kelainan pada otak.
1. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat, orang.
2. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan yang tidak lengkap.
3. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidak sadaran lingkungan sekeliling.
4. Delirium : bingung, gelisah, disorientasi, takut dan halusinasi.
5. Somnolen : mengantuk yang abnormal.
6. Drowsiness : cenderung selalu tidur
II. Emosi
Emosi adalah keadaan perasaan yang komplek berhubungan dengan afek dan mood.
A. Afek : ekspresi emosi yang terlihat
1. Afek serasi : irama emosional sesuai gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang
menyertai.
2. Afek tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan
pikiran atau pembicaraan yang menyertai.
3. Afek tumpul : penurunan berat intensitas irama perasaan yang di ungkapkan keluar.
4. Afek sempit : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dibawah afek
tumpul.
5. Afek datar : tidak ada atau hampir tidak ada ekspresi afek, suara monoton dan
wajah tidak bergerak.
6. Afek labil : perubahan irama perasaan cepat dan tiba-tiba tidak berhubungan
stimuli eksternal.

B. Mood
Mood adalah emosi meresap dan dipertahankan, subjektif dan dilaporkan pasien pada
orang lain.
1. Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.
2. Depresi : kesedihan yang psiko patologis.
3. Anhedonia : hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang
menyenangkan.
4. Elasi : perasaan menyenangkan dan gembira yang berlebihan, puas diri sendiri atau
optimis.

3
C. Emosi lain
1. Kecemasan : ketakutan disebabkan dugaan bahaya dari dalam atau luar.
2. Agitasi : kecemasan berat diserati kegelisahan motorik.
3. Ketegangan : peningkatan aktifitas motorik dengan psikologis yang tidak
menyenangkan.
4. Panik :cemas akut episodik dan kuat.
5. Ambivalensi :teradap sama-sama dua impuls yang berlawanan.

D. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood : tanda disfungsi


somatik pada seseorang paling sering berhubungan dengan depresi.
1. Anoreksia : menurunnya nafsu makan.
2. Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan.
3. Insomnia : menurunnya kemampuan untuk tidur.
4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan.
5. Bulimia : perasaan lapar yang tidak habis-habisnya dan makan yang berlebih.

III. Perilaku motorik : aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan,
instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh prilaku.
1. Ekoprasia : peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang lain.
2. Katatonia : terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit pada
otak.
3. Negativisme : tahanan tanpa motifasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan
terhadap semua instruksi.
4. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh
berbagai keadaan emosional.
5. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural.
6. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
7. Hiperaktivitas : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktiv, seringkali disertai
dengan patologik otak dasar.
8. Ataksia : kegagalan koordinasi otot.
9. Tremor : gangguan pergerakan ritmik, berkurang saat istirahat dan tidur, dan
meningkat pada waktu marah dan ketegangan.

4
10. Konvulsi : kontraksi ototatau spasme yang involunter.
11. Kejang klonik : kejang dimana otot secara bergantian kontaksi dan relaksasi.
12. Kejang tonik : kejang dimana terjadi kontraksi otot yang terus menerus.
13. Distonia : Perlambatan kontraksi terus menerus dari tubuh.

IV. Berpikir
Berpikir adalah aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang di arahkan oleh tujuan
dimulai oleh suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi
kenyataan.
A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir
1. Gangguan mental : sindrom prilaku yang bermakna secara klinis, disertai dengan
penderitaan atau ketidakmampuan.
2. Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi.
3. Berpikir autistik : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi.

B. Gangguan spesifik pada bentuk pikir


1. Sirkumstansialitas : berbicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai
tujuan tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Tangensialitas : ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang
diarahkan oleh tujuan.
3. Inkoherensi : pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti.
4. Ekolalia : pengulangan kata-kata atau frase-frase seseorang oleh seseorang lain
secara psikopatologis.
5. Asosiasi longgar : penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa
penghambatan.
6. Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus
yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain.
7. Blocking : terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan
diselesaikan.

C. Gangguan spesifik pada isi pikir


1. Waham : keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pada pasien dan latar belakang
kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

5
2. Waham bizar : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan samasekali tidak
masuk akal.
3. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa diringa, orang lain, dan dunia adalah
tidak ada atau berakhir.
4. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seorang yang
berlebihan.
5. Sisi pikir : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang
lain atau tenaga lian.
6. Siar pikir : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain seperti
pikeran mereka sedang disiarkan ke udara.
7. Obsesi : ketakutan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
di tentang yang tidak dapat di hilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan.
8. Kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika
ditahan, menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau
dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain dari
pada untuk mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan.
9. Fobia : rasa takut patologis yang resisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindaristimulus yang ditakuti.
10. Fobia sederhana : rasa takut dengan obyek yang jelas.
11. Fobia sosial : rasa takut akan keramain masyarakat.
12. Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbuka.
13. Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi.
14. Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri.
15. Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing.
16. Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu.
17. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup.
18. Zoofobia : rasa takut terhadap binatang.

V. Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang di ekspresikan melalui bahasa,
komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.

6
Gangguan bicara
1. Logorrhea : bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis.
2. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal.
3. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang menyebabkan
gangguan kefasihan bicara yang jelas.
4. Kekacauan : bicara yang aneh dan distrimik, yang mengandung semburan yang
cepat dan menyentak.

VI. Presepsi
Presepsi adalah proses stimulasi fisik nenjadi informasi psikologis.
A. Gangguan presepsi
1. Halusinasi : presepsi sensori yang palsu tidak disertai dengan stimuli eksternal
yang nyata, mungkin tredapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi.
2. Halusinasi auditoris : presepsi bunyi yang palsu.
3. Halusinasi visual : presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk dan citra yang tidak berbentuk.
4. Ilusi : mispresepsi terhadap stimuli eksternal yang nyata.

B. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif


1. Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kepentingan
kesan sensoris.
2. Anosognosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologi yang
terjadi pada dirinya.
3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda atau orang.
4. Somatopagnosia : ketidak mampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai
milik tubuhnya sendiri.
5. Aura : sensasi perasaan akan adanya bahaya seperti rasa penuh pada lambung,
wajah memerah, dan perubahan respirasi, perubahan kognisi dan keadaan mood
biasanya terjadi sebelum serangan.

C. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif :


somatisasi material direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang
melibatkan otot volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik.

7
1. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua
atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda.
2. Dissosiasi : mekanisme pertahanan yang tidak disadari meliputi pemisahan dari
kelompok proses mental atau proses prilaku dari sisa aktivitas psikis seseorang.

VII. Daya ingat : fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya di ingat
kembali ke kesadaran.
A. Gangguan daya ingat
1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu
2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan.
3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan.
4. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang di tandai oleh pelupaan secara tidak
disadari terhadap gagasan yang tidak diterima.
5. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau kata
benda yang tepat.
6. Blackout : amnesia yang di alami oleh alkoholik berkaitan dengan perilaku selama
minum.

B. Tingkat daya ingat


1. Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam
beberapa detik sampai menit.
2. Baru saja (recent) : peringatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari.
3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa
bulan.
4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi.

VIII. Inteligensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakan dan
menyatukansecara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
A. Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terdapatgangguan
pada kinerja sosial dan kejuruan : ringan (IQ 50 atau 55 – 70), sedang (IQ 35 atau 40
–50 atau 55), berat (IQ 20 atau 25 – 35 atau 40), sangat berat (IQ dibawah 20 atau

8
25).
B. Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan
kesadaran.
C. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak
disebabkan oleh suatu kondisi organik.

IX. Insight
Insight adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi.
A. Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi.
B. Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai
dengan daya pendorong,motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.
C. Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan
obyektif dari suatu situasi.

2. Memahami Psikopatologi/Simptomatologi

Simptomatologi Gangguan Jiwa

Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah
akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala – gejala
klinis yang ditampilkan.
Gejala – gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang
ditampilkan pada orang – orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk
melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala –
gejala yang ditampilkannya.

 Definisi
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala.
Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala – gejala gangguan
jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari
gejala – gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau

9
mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah
untuk mengidentifikasi sebab – sebab dari gangguan tersebut (etiologi).
Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk
menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala
hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk menemukan
sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari
gejala – gejalanya.
Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya dibalik atau
di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui gejala-
gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab – sebabnya harus dilakukan melalui studi
yang mendalam tentang gejala – gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern,
dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti yang dapat menjelaskan perkembangan
psikodinamik dari penyakit si penderita.
Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara
keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang
terganggu hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya
gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian. Hanya yang lebih
dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek pikirannya. Disamping itu,
gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal takut yang irrasional) atau dapat
dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita katatonik).
Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil
interaksi antar unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala selalu
menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses
penyembuhan yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau
dokter tersebut memberikan treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan
adalah melakukan pemeriksaan.
Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan
jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal – hal berikut ini :
1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai dasar
pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya (indikasi
pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya (ramalan hasil
atau akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).

10
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwwayat
dan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam
pengobatan yang cocok baginya.

Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam
bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti luas.
Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu sendiri,
seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi, dan jalan
pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya persepsi,
dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan kejiwaan juga mencakup tentang
gangguan – gangguan dalam aspek tersebut.
Untuk memperoleh data tentang gejala – gejala dalam banyak hal tersebut, caranya
dapat dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes – tes
psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui
wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi umum
dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan diperbuat,
reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud tulisan, dan sebagainya).
Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau
tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab tidak kooperatif atau
tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.
Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa adalah
untuk menemukan gejala – gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan
diagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan dan
sebagainya.

 Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,
yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan
makna dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang – ulang atau pada saat-
saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan
sebagainya.

11
 Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting
sebagai berikut :
a. Sindrom
Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita
atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c).
Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya
khas dan menunjukkan suatu penyakit tertentu.
b. Sign
Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada
umumnya bersifat objektif (mengenai fisik).
c. Simptom
Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh
orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi
sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.

d. Gejala primer primer & sekunder


Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala
primer adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala
sekunder gejala yang muncul kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia (sulit
tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini berarti insomnia adalah gejala
primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.
e. Gejala dasar dan gejala tambahan
Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu,
terutama setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama
dari suatu gangguan tertentu. Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis.
Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada pada setiap
gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala dasarnya adalah
kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi, dan
sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya.
f. Gejala organogenik dan gejala psikogenik
Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik
adalah gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi
organik. Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal
dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis, yang terutama berakar
pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang yang pusing karena banyak pikiran,
merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing karena keracunan
makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan bersifat
kejiwaan.

12
g. Gejala prodomal dan residual
Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada
awal sakit, atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala
yang ditunjukkan sesudah fase sakit.
h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and
patient role)
Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya
sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya
bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala).
Perilaku sakit ini misalnya ; meraung-raung, teriak-teriak, dan sebagainya.
Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran
penderita yang diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran sekeliling.
Seperti dilayani, disuruh tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan perilaku mencari
kesehatan (heakth seeking behavior). Bagamana peran seseorang yang sakit sangat
ditentukan oleh masyarakatnya.
Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit,
karena merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada penderita
yang sudah berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada otoritas dokter,
minum obat teratur, dan banyak istirahat. Peran pasien sangat ditentukan oleh pihak
medis.

3. Memahami dan Menjelaskan Struktur Neuroanatomi Sistem Limbik dan Sistem


Kortikal

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu sendiri

13
diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan
dorongan motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan
struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
kortes limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai
Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik
seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem
limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
respek dan kejujuran.
Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini
berperanan sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun
bagian otak penting lainnya. Karena hubungan langsung sistem Limbik dengan sistem
otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima
oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung
, hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah , maka
jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi .
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu
melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa
seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional.
Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas
dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari
saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.

Hipothalamus
Di sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem limbik
yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epithalamus, nukleianteriorthalamus,
gangglia basalis hipocampus dan amigdala. Di sekeliling area subkortika limbik
terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada setiap

14
belahan otak yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus
frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus sub kalosal, kemudian melewati ujung atas
korpus kalosum ke bagian hemisferium serebri dalam girus singulata dan akhirnya
berjalan ke belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventro medial
lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan
ventral dari setiap hemisferium serebri ada sebuah cincin terutama merupakan
paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang menagtur perilaku dan
emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua
arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik lain yang
lebih rendah.
Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah
berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang menyebar ke regio
septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah hipotalamus ke
formasio retikularis batang otak. Berkas ini membuat serabut-serabut dalam dua arah,
membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah
melalui jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak, thalamus,
hipothalamus, dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan area basal
otak.
Hipotalamus meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik
mempunyai jaras komunika dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem
limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan
sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:
1) ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular
mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem saraf
otonom.
2) ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan
serebrum khususnya bagia anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri.
3) infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain
dari fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.

Pengaturan fungsi vegetatif dan fungsi endokrin Hipotalamus


Pada setiap hipotalamus tampak adanya suatu area hipotalamik lateral yang
besar. Area ini berguna untuk pengaturan rasa haus, rasa lapar, dan sebagian besar
hasrat emosional.

15
1. Pengaturan kardiovaskular menimbulkan efek neurogenik pada sistem
kardiovaskular yang telah dikenal meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan
arteri, peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Pengaturan suhu tubuh. Bagian anterior hipotalamus khususnya area preoptik
berhubungan dengan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati
area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron suhu. sebaliknya penurunan suhu
darah akan menurunkan aktivitasnya.
3. Pengaturan cairan. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara. 1) dengan
mencetuskan sensasi haus yang menyebabkan seseorang atau hewan minum air. 2)
mengatur ekskresi air ke dalam urine. Di hipotalamus bagian lateral terdapat area
pusat rasa haus.
4. Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara.
Perangsangan nuklei paraventrikular menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi
hormon oksitosin yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli payudara yang selanjutnya
alveoli mengosongkan air susu melalui puting susu.
5. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan. Yang berhubungan dengan rasa lapar
terdapat di area hipotalamus lateral. Sedangkan pusat rasa kenyang terletak di nuklei
ventromedial.
6. Pengaturan hipotalamik sekresi hormon endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior.

Fungsi perilaku dari hipotalamus dan fungsi limbik yang berkaitan


1. Perangsangan hipotalamus lateral pada hewan, tidak hanya merangsang timbulnya
rasa haus dan nafsu makan, tetapi juga kadangkala menyebabkan timbu rasa marah
yang sangat hebat dan keinginan untuk berkelahi.
2. Perangsangan nukleus ventromedial menimbulkan rasa kenyang, menurunkan nafsu
makan, dan hewan juga tenang.
3. Perangsangan zone tipis dari nuklei paraventrikular, yang terletak sangat berdekatan
dengan ventrikel ke tiga biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual terjadi bila ada rangsangan pada hipotalamus khususnya sebagian
besar bagian anterior dan posterior.
Beberapa prinsip sebagai bentuk kecerdasan emosi yang diperankan sistem
limbik antara lain:

16
Mempengaruhi sistem belajar manusia. Sistem limbik ini mengontrol kemampuan
daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang diterima pancaindera.
Mengontrol setiap informasi yang masuk. Sistem limbik ini mengontrol setiap
informasi yang masuk dan memilih informasi yang berharga untuk disimpan dan yang
tidak berharga akan dilupakan. Oleh karena itu sistem limbik menentukan
terbentuknya daya ingat jangka panjang yang berguna dalam pelayanan pendidikan
anak.
Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk
mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat sistem
limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu suasana belajar yang
menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada kerja sistem limbik.

Fungsi spesifik bagian bagian lain sistem limbik


1. Fungsi hipokampus
Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke
dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel lateralis. Hipokampus
merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang
dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda.
Seperti halnya halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada
berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari
berbagai pola perilaku, misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks
yang berlebihan.
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan
menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus (terletak diantara
lobus temporal otak) dan bagian media lobus temporal (bagian yang terletak paling
dekat dengan garis tengah badan) juga berperan dalam proses penggabungan ingatan
(memory consolidation).
Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal, yaitu
mendapatkan informasi, menahan/meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila kita lupa
akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke 3 proses
tersebut. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu
diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.
Ingatan mempunyai beberapa fase yaitu :

17
1) Waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate
memory): Item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik
2) Ingatan jangka pendek (short term): Item dapat ditahan dalam beberapa menit
3) Ingatan jangka panjang (long term): Penyimpanan berlangsung beberapa jam
sampai seumur hidup.
Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system
saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of
neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus,
kembali lagi ke korteks.
Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan
menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali
terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel,
yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan
sel tersebut.
Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi,
pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel
tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps.
Peran Hipokampus dalam pembelajaran
Fungsi teoritis hipokampus pada pembelajanèdapat menyebabkan timbulnya
dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang.
Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang tampaknya membuat pikiran
berulang-ulang melatih informasi baru sampai menjadi ingatan yang disimpan
permanaen.

2. Fungsi Amigdala
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di
bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.
Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti
juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari
semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis,
dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh
karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh

18
sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia. Sebaliknya, amigdala
menjalarkan sinyal- sinyal :
1) kembali ke area kortikal yang sama ini,
2) ke hipokampus,
3) ke septum,
4) ke thalamus, dan
5) khususnya ke hipothalamus.
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan langsung
pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali dari amigdala
kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : 1) peningkatan dan penurunan
tekanan arteri, 2) meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung 3,)
meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal, 4) defekasi atau
mikturisi 5), dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi, 6) piloereksi, 7) sekresi berbagai
hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan adrenokortikortopik.
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan
amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni: 1)
pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan, 2)
pergerakan melingkar melingkar, 3) kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan
berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti
menjilat, mengunyah, dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala
tertentu dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang
sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.
Fungsi keseluruhan amigdala
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik
seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap
membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.

3. korteks limbik
Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks
limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai
zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks
otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Bagian dari sistem
limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi

19
struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang
dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem
limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Oleh karena itu. Korteks limbik berfungsi
sebagai area asosiasi serebral untuk mengatur perilaku.
Korteks limbik ini dimulai dari :
Otak area orbito frontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar
ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kolosum ke
bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata, dan akhirnya berjalan di
belakang korpus kolosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus
temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan
ventral dari setiap hemisferum serebri ada sebuah cincin, terutama merupakan
paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan
dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks ini juga berfungsi sebagai alat
komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur
limbik yang lebih rendah.
Perangsangan pada berbagai regio korteks limbik akan meinggagalkan fungsi
korteks limbik ini. Namun, seperi halnya regio-regio lain dari sitem limbik, pola
perilaku tersebut dapat juga dicetuskan dengan merangasang daerah spesifik dalam
korteks limbik. Demikian juga ablasi beberapa area korteks limbik dapat
menimbulkan perubahan yang persisten pada perilaku hewan,misalnya hewan menjadi
liar, mau menyelidiki segala objek, mempunyai dorongan seksual yang besar tehadap
hewan yang tidak sesuai atau terhadap benda- benda mati.

4. Memahami dan Menjelaskan Peran Dopamin dan Perilaku

Dopamin memiliki rumus kimia C 6 H 3 (OH) 2-CH 2-CH 2-NH 2. Nama kimianya
adalah "4 - (2-aminoethyl) benzen-1 ,2-diol" dan singkatan adalah "DA." Sebagai
anggota keluarga katekolamin, dopamin adalah prekursor norepinefrin (noradrenalin)
dan kemudian epinefrin (adrenalin) dalam jalur biosintesis untuk neurotransmitter ini.
Dopamin terdapat pada striatum, hipothalamus, system limbic, median
eminence, dan interneuron pada retina. Pada beberapa ganglia otonom dan bagian-
bagian tertentu di otak seperti substansia nigra, sintesis katekolamin hanya sampai
pada pembentukan dopamine. Baik di susunan saraf pusat maupun di susunan saraf
perifer, dopamin juga menjadi precursor untuk pembentukan NE dan epinefrin.

20
Sintesis dan Penyimpanan
Sintesis dopamine seperti halnya dengan sintesis NE berasal dari asam amino
tirosin. Dopamin disentesis dalam tubuh (terutama oleh jaringan saraf dan medula
kelenjar adrenal) pertama oleh hidroksilasi asam amino L-tirosin untuk L-dopa
melalui monooxygenase 3 tyrosine enzim-, juga dikenal sebagai hidroksilase tirosin,
dan kemudian oleh dekarboksilasi L-dopa oleh dekarboksilase asam L-amino
aromatik (yang sering disebut sebagai dekarboksilase dopa). Dalam beberapa neuron,
dopamin lebih lanjut diolah menjadi dopamin-norepinefrin oleh hidroksilase beta.
Pengaturan sintesis dopamine tergantung dari aktivitas enzim tirosin
hidroksilase dan dopa dekaroboksilase. L-dopa ditranspor secara aktif ke dalam
neuron pada susunan saraf pusat dimana ia akan dikonversi menjadi dopamine oleh
enzim dopa dekarboksilase. Dopamin akan tersimpan di dalam vesikel dan sebagian
lagi diambil oleh sel glia. Sel glia tidak dapat menyimpan dopamine secara efisien
sehingga dopamine akan berdifusi ke luar untuk merangsang reseptor dopamine atau
dire-uptake oleh neuron dopaminergik. Bila terjadi degenerasi neuron dopamine
(seperti pada penyakit Parkinson), maka peranan dopamine yang berasal dari sel-sel
glia menjadi sangat penting.

Sekresi
Seperti halnya NE, dopamin disekresi ke celah sinaptik melalui proses
eksositosis dimana proses ini membutuhkan ion Ca. Sekresi dopamine ditingkatkan
oleh tiramin, amfetamin, methilamfetamin, dan juga nomifensin.
Mekanisme Kerja
Transmisi dopaminergik nampaknya hanya terdapat pada susunan saraf
pusat. Dopamin bekerja melalui reseptor dopamine yang terdapat pada neuron
postsinaptik. Beberapa jaringan perifer dapat memberi respon terhadap pemberian
dopamine tetapi tidak ditemukan persarafan dopaminergik pada jaringan-jaringan
tersebut (misalnya, jantung, pembuluh darah dan usus). Hal ini menunjukkan bahwa
pada jaringan perifer juga terdapat reseptor dopamine. Reseptor dopamine yang telah
diisolasi strukturnya adalah reseptor dopamine 1 (D1) dan reseptor dopamine 2 (D2).
Akhir-akhir ini ada bukti yang menunjukkan bahwa reseptor dopamine yang terdapat
dalam jaringan lebih dari dua. Reseptor D1 bekerja dengan jalan mengaktifkan enzim

21
adenilat siklase melalui Gs dan reseptor D2 bekerja dengan jalan menghambat enzim
adenilat siklase dengan mengaktifkan Gi.
Pada susunan saraf perifer, reseptor dopamine ditemukan pada beberapa
ganglia sinaptik, kelenjar eksokrin, saluran cerna dan otot polos pembuluh darah.
Pada susunan saraf pusat terdapat pada daerah nigrostriatal, daerah limbic seperti
amigdala dan hippocampus serta daerah tubero-infundibular seperti nucleus arkuatus
dan hypothalamus.

Inaktivasi
Seperti halnya dengan NE, inaktifasi dopamine terjadi dengan proses re-
uptake neuronal dan proses enzimatik. Enzim MAO dan COMT akan memetabolisasi
dopamine menjadi bentuk yang tidak aktif seperti 3,4-dihidroksi-phenulacetic acid
(DOPAC) dan homovanilic acid (HVA).

Aspek Farmakologis
Dopamin terlibat di dalam proses terjadinya penyakit Parkinson, dimana pada
penyakit ini terjadi kekurangan dopamine akabat degenerasi neuron dopaminergik
pada substansia nigra dan striatum.

Kelebihan dan kekurangan dopamin


Dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia dan bila kekurangan dapat
menyebabkan penyakit parkinson.
Pada penelitian menunjukkan penderita parkinson kehilangan 80% lebih sel-
sel saraf penghasil dopamine pada substansia nigra. Kekurangan dopamine akan
mengganggu keseimbangan antara dopamin dengan neurotransmitter lainnya, seperti
asetilkolin. Kekurangan dopamin menyebabkan sel-sel saraf pada striatum kehilangan
fungsi kontrol, sehingga penderita tidak dapat mengatur atau mengontrol gerakan-
gerakan normal.
Abnormal transmisi dopaminergik tinggi telah dikaitkan dengan psikosis
dan skizofrenia. Peningkatan aktivitas fungsional dopaminergik, khususnya di jalur
mesolimbic, ditemukan pada individu skizofrenia.

5. Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

22
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
 Neroanatomi
 Nerofisiologi
 Nerokimia
 Tingkat kematangan dan perkembangan organik
 Faktor-faktor pre dan peri - natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
 Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
berdasarkan
kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan)
 Peranan ayah
 Persaingan antara saudara kandung
 Inteligensi
 Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
 Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
 Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
 Keterampilan, bakat dan kreativitas
 Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
 Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
 Kestabilan keluarga
 Pola mengasuh anak
 Tingkat ekonomi
 Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
 Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
 Pengaruh rasial dan keagamaan
 Nilai-nilai

23
6. Mengetahui Klasifikasi dan Gambaran Klinik Gangguan Psikotik
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari
abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa
juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan
hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi
menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat
mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau
pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan
sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian
dalam kehidupan

1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori
ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis
merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati.
Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak
dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.
2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan
untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa
kelainan patologi yang dapat dibuktikan

Macam-Macam Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang


psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi
Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,
gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset
masa kanak dan remaja.

1). Skizofrenia.

Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan


menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga
merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu

24
kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan
patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas,
tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna
dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang
rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).

2). Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan


dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus
asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang
ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu
perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam
(Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai
karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa
seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri
rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang.
Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul
sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak
kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al.,
1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya
akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi
dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia
tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik
dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).

3). Kecemasan

25
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang
merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang,
berat dan kecemasan panik.

4). Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian


(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang
dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung
pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian
histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequat, Maslim (1998).

5). Gangguan Mental Organik

Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan


oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak
atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka
gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada
penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma,
bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak
psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit
tertentu daripada pembagian akut dan menahun.

6). Gangguan Psikosomatik

26
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

7). Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau


tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
(Maslim,1998).

8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.

Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai


dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi.
Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang
umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak
seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan
kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan
sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan
demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

7. Mengetahui Kriteria Diagnosis Gangguan Skizofrenia

Definisi

27
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi,
biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran,
persepsi serta emosi.

Etiologi

Organobiologik

Ada banyak faktor yang berperan-serta bagi munculnya gejala-gejala


skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori yang dikembangkan untuk mengetahui
penyebab skizofrenia, antara lain :

1. Faktor genetik (turunan/pembawa sifat)


2. Virus
3. Auto-antibody
4. Malnutrisi (kekurangan gizi)

Meskipun diakui bahwa ada peran gen pada transmisi (pemindahan)


skizofrenia namun ternyata tidak sepenuhnya memenuhi hukum mendel. Sebagai
contoh misalnya kalau benar bahwa skizofrenia itu diturunkan sepenuhnya melalui
dominan gen maka 50% anak-anaknya akan mendapatkan skizofrenia. Namun pada
kenyataannya angka ini jauh lebih rendah. Sebaliknya bila skizofrenia diturunkan
sepenuhnya melalui resesif gen, maka diharapkan 100% anak-anaknya akan menderita
skizofrenia manakala kedua orangtuanya penderita skizofrenia. Namun pada
kenyataannya angka ini hanya 36,6%. Dengan demikian jelaslah bahwa transmisi gen
pada skizofrenia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.
Skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yaang
disebut faktor epigenetik. Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia baru muncul
bila terjadi interaksi antara gen yang abnormal dengan:

1. Virus atau infeksi lain kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.
2. Menurunnya auto-imun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3. Berbagai macam komplikasi kandungan.

28
4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama trimester pertama kehamilan.

Bila ada gangguan pada perkembangan otak janin selama kehamilan


(epigenetik faktor), maka interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada
sebelumnya dengan faktor epigenetik tersebut dapat memunculkan gejala skizofrenia.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik
tersebut, bila menghadapi stresor psikososial dalam kehidupannya, maka resikonya
lebih besar untuk menderita skizofrenia daripada orang yang tidak ada faktor epigenetik
sebelumnya.

Faktor biokimiawi

Dopamin hipotesis

Suatu hipotesis menyatakan bahwa skizofrenia adalah hasil dari terlalu


banyaknya aktivitas dopamin. Teori tersebut merupakan hasil dari 2 observasi. Pertama,
efek dan potensi dari banyak obat anti-psikotikberhubungan dengan kemampuan
mereka untuk bertindak sebagai antagonis dari reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua,
obat-obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, terutama kokain dan amfetamin
adalah psikotomimetik. Teori dasar tersebut tidak menyebutkan apakah hipersktivitas
dopaminergik tersebut adalah hasil dari terlalu banyak dilepaskannya dopamin, atau
terlalu banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi tersebut. Serabut saraf mana yang
terlibat juga tidak diketahui secara spesifik pada teori tersebut, walaupun tarktus
mesokortikal dan mesolimbik sering terlibat.
Kelebihan dopamin dilepas pada pasien skizofrenia telah dihubungkan
dengan beratnya gejala positif skizofrenia. PET (position emission tomography)
memperlihatkan peningkatan reseptor D2 di nukleus kaudatus pada pasien skizofrenia
yang tidak menggunakan obat. Terdapat pula laporan dari peningkatan konsentrasi
dopamin di amigdala, penurunan densitas transporter dopamin, dan peningkatan jumlah
dari reseptor dopamin tipe 4 pada entorinal korteks.

Psikodinamik

Mekanisme terjadinya skozofrenia pada diri seseorang dari sudut


psikodinamik dapat diterangkan dengan 2 buah teori, yaitu teori homeostatik-deskriptif
dan fasilitatif-etiologik.
Dalam teori homeostatik-deskriptif, diuraikan gambaran-gambaran
(deskripsi) dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan

29
keseimbangan pada diri seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa
tersebut.
Dalam teori fasilitatif-etiologik, diuraikan faktor-faktor yang memudahkan
(fasilitasi) penyebab (etiologi) suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan
penyakitnya dll.
Selanjutnya menurut teorti freud suatu gangguan jiwa muncul akibat
terjadinya konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan
dunia luar.

Psikoreligius

Pentingnya riwayat kehidupan beragama bagi penderita gangguan jiwa


dikemukakan kaplan & sadock yang menyatakan bahwa dalam wawancara psikiatrik
perlu ditelusuri latar belakang keagamaannya antara lain, kehidupan beragama kedua
orangtuanya penderita sejauh mana hal ini pengaruhnya bagi penderita, apakh
pengamalam agamanya itu fanatik, moderat, atau permisif dan adakah konflik yang
timbul antara orangtua dan anak di dalam pendidikan agama di rumah. Selain itu juga
perlu diketahui sejauh mana pengaruh agama dalam kehidupan penderita sebelum sakit.

Psikososial

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan


perubahan dalam kehidupan sesorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan
penyesuaian diri untuk menaggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua orang
mampu menggulanginya sehingga timbulla keluhan-keluhan kejiwaan.
Pada umunya stresor psikososial yang dimaksud dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Perkawinan
2. Problem orangtua
3. Hubungan interpersonal
4. Pekerjaan
5. Lingkungan hidup
6. Keuangan
7. Hukum
8. Perkembangan
9. Penyakit fisik atau cidera
10. Faktor keluarga
11. Lain-lain

Klasifikasi

1. Skizofrenia paranoid
Seseorang yang menderita tipe ini harus menunjukkan gejala :

30
 Waham kejar atau kebeesaran
 Halusinasi yang mengandung isi kejaran
 Gangguan alam pikiran dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak
menentu, kemarahan dll.
2. Skizofrenia hebefrenik
 Inkoherensi atau jalan pikiran yang kacau
 Alam perasaan yang datar
 Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa tidak
puas diri dll.
 Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik
 Halusinasi yang pecah yang tidak terorganisisr sebagai satu kesatuan
 Perilaku aneh dan menarik diri dari lingkungan sosial
3. Skizofrenia katatonik
 Stupor katatonik
 Negativisme katatonik
 Kekakuan katatonik
 Kegaduhan katatonik
 Sikap tubuh katatonik
4. Skizofrenia residual
Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol.
5. Skizofrenia tak tergolongkan
6. Golongan lainnya

Diagnosis: Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;

31
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;

c. Halusinasi auditorik:

 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap


perilaku pasien, atau

 mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara), atau

 jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)

 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;

32
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

8. Mengetahui Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia


I. Psikofarmaka

 Pemilihan obat

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek
samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis
mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian
disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan
respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat
diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan
dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya
sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali
untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih
menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-
pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat

33
antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I
bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian
lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive
dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual /
peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu
APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur
gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi
bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah
trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif,
waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin
dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin
dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek
samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia
untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

 Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak
mengganggu kualitas hidup penderita.

o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau


haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien
yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

34
 Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran
dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda),
dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian
dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis
maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-
2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan
paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali).
Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet
trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

II. Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

 Psikoterapi individual
o Terapi suportif

o Sosial skill training

o Terapi okupasi

o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

 Psikoterapi kelompok

 Psikoterapi keluarga

 Manajemen kasus

 Assertive Community Treatment (ACT)

9. Mengetahui Aspek Kesehatan Jiwa Masyarakat Skizofrenia


Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan
orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25%

35
individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami
perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang
akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial /
pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood,
sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik
sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial
buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem
pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun,
sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

10. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh


Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. ‘Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung


an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4
prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan
oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi
bersabda:
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku
tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur”
perkara meng-ada-ada, yang populer disebut salah satu penyebab hancurnya

36
agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw adalah karena
kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut
hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak.
Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.

Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah:


1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

3. Ibadah Ghairu Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah)


Ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga
merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-

37
prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama


Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam


ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang
menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka
bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah
disebut bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,


manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka
tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh


dilakukan.

Shalat diwajibkan kepada tiap muslim yg mukallaf yakni yg telah baligh


dan berakal. Adapun orang yg belum baligh dan tdk berakal gugurlah dari kewajiban
tersebut. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yg tidur sampai ia bangun orang gila
sampai kembali akal atau sadar dan anak kecil hingga ia besar.”

Dengan demikian orang yg tidur dan pingsan orang gila dan anak kecil tdk
dibebankan kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yg ada. Yakni
orang yg tertidur telah bangun dari tidur orang yg pingsan telah siuman dari pingsan
orang gila telah pulih dari sakit gila atau telah kembali akal sedangkan anak kecil telah
datang masa baligh di antara dgn tanda mimpi basah bagi anak laki2 dan haid bagi anak
perempuan

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta,


2005:1.
2. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan
and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott
Williams and wilkins :2000: 1096-1109.
3. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III,
1993
4. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1,
1997 : 685-729.
5. Maramis, WF: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,Cetakan I, Airlangga University Press,
Surabaya,1995
6. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III,
Jakarta, 1998 :46-57.
7. Uddin, Jurnalis: Anatomi Susunan Saraf Manusia, Cetakan 2, Universitas Yarsi,
Jakarta, 2006.
8. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/psikotik-psychotic.html
9. www.akademik.unsri.ac.id

10. www.idijakbar.com

11. www.medicafarma.com
12. www.medicastore.com

13. www.news-medical.net

14. www.nimh.nih.gov, what is schizophrenia

15. www.nurulyaqin.org

39
40

Anda mungkin juga menyukai