Anda di halaman 1dari 24

A.

Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi

dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social dari individu –

individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan

untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998 dalam Komang, 2012).

2. Tipe

Menurut Allender & Spradley (2001, dalam Komang 2012, p.4), membagi tipe

keluarga berdasarkan :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri suami, istri dan

anak kandung atau anak angkat.

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,

paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

4) Single Parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan

anak kandung atau anak angkat, yan disebabkan karena perceraian atau

kematian.

5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa

saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang

berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah.

2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

3. Struktur

Menurut Padila (2015, p.24) struktur keluarga terdiri dari macam – macam,

diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga Kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak

saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri.

4. Ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

b. Ada keterbatasan: setia anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing –

masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan

fungsinya masing – masing.

5. Fungsi

Berkaitan dengan fungsi keluarga Friedman (1998, dalam Padila, 2015, p.34-35)

mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.

Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan

memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan

support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Fungsi

afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Sering


bercerai, kenakalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi

afektif keluarga yang tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal.

Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap

perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau

hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,

memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga

sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi

ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyaknya kelahiran yang tidak

diharapkan atau diluar ikatan pernikahan sehingga lahirnya keluarga baru dengan

satu orang tua (single parent).

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluaga seperti makanan, pakaian dan

rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi

keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga

sejahtera). Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat

yang dapat digunakan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan mereka.

e. Fungsi perawatan kesehatan


Selain fungsi menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi

melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan maupun merawat anggota sakit. Keluarga juga menentukan

kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan

bantuan atau pertolongan tenaga kesehatan. Kemampuan ini sangat memengaruhi

status kesehatan individu dan keluarga.

6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall & Miller (1986, dalam Muhlisin,

2012) antara lain :

a. Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing – masing individu laki – laki (suami) dan

perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing – masing.

Tugas Perkembangan Keluarga Baru

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Tahap II. Keluarga “child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran

anak pertama dan berkelanjutan sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Tugas Perkembangan Keluarga Anak Pertama

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi, hubungan

seksual dan kegiatan

3) Mempertahankan hubunan yang memuaskan dengan pasangan

c. Tahap III. Keluarga Dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat

anak berusia 5 tahun.

Tugas Keluarga Anak Pra Sekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat, privasi, dan

rasa aman.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain

juga harus terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun luar keluarga

(keluarga lain maupun lingkungan sekitar).

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, (tahap paling repot).

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Tahap IV. Keluarga Dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia (6) enam tahun dan berakhir

pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.

Tugas Perkembangan Anak Sekolah

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan


2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

e. Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-

7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuan keluarga ini adalah melepaskan anak remaja dan member tanggung jawab

serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih

dewasa.

Tugas Perkembangan Keluarga Anak Remaja

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat

remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4) Perubahan sistem eran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang

belum berkeluarga dan tetap berperan dalam melepaskan anak untuk hidup

sendiri.

Tugas Perkembangan Keluarga Anak Dewasa

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan di fase

ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan

perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas Keluarga Usia Pertengahan

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memisahkan dengan teman sebaya dan anak

– anak.

3) Meningkatkan kekuatan pasangan

h. Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan

pensiun, berlanjut saat dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari

karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor

tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,

kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi

kesehatan.

Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.


2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan

pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5) Melakukan life review

7. Tugas Keluarga

Menurut Padila (2015), pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok

sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

B. Konsep Asuahan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan

individu-individu sebagai anggota keluarga (Padila, 2012, p.91).

Suprajitno (2014, p.27) mendefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.


Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan keluarga

merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis

melalui praktik keperawatan yang sasaran adalah keluarga dengan tujuan

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

2. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2014, p.29) adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

menyimpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.

Perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan setiap hari), lugas,

dan sederhana agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan

keadaan keluarga.

Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :

1) Data Umum

a) Mencakup kepala keluarga (KK), alamat, dan telepon, pekerjaan KK,

pendidikan KK, dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi

keluarga dibuat genogramnya.

b) Menurut Padila (2012, p.92-93) adalah sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga), digunakan untuk

mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram

menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal

(dalam generasi yang sama) untuk memahami kehidupan keluarga

dihubungkan dengan pola penyakit. Genogram harus memuat informasi

3 generasi.
Gambar. 1.1 Genogram Padila (2014, p.94)

Laki-laki Perempuan
Klien yang
diidentifikasi

Meninggal Menikah Pisah

Cerai Tidak menikah

Anak
angkat/adopsi

Dengan Aborsi Tinggal dalam


satu rumah
Kembar
c) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi.

d) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut terkait kesehatan.

e) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat memengaruhi kesehatan.

f) Status sosial ekonomi keluarga


Status ini ditentukan oleh pendapatan baik dari seluruh anggota,

kebutuhan yang dikeluarkan serta barang yang dimiliki.

g) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun

dengan menonton televisi dan mendengarka radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti.

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi,

penyebabnya, kendala serta upaya yang telah dilakukannya.

c) Riwayat kesehatan keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti dan anggota, perhatian

terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi diatasnya)

Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atasnya tentang riwayat

penyakit keturunan, upaya penanggulangan penyakit, serta upaya

kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah
Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang ditempati meliputi

luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,

peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan

kebutuhan mck (mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan minum

yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila

digambar sebagai denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan karakteristik tetangga dan komunitas setempat meliputi

kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma, dan budaya

penduduk daerah sekitar yang memengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota. Mungkin sering

berpindah tempat atau ada anggota yang tinggal jauh.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan untuk berkumpul dan

interaksi dengan masyarakat sekitar.

e) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota yang sehat dan fasilitas yang menunjang kesehatan,

misal fasillitas fisik, sosial, dan dukungan psikologis.

4) Struktur keluarga

a) Struktur peran

Menjelaskan peran masing-masing anggota secara formal maupun

informal.
b) Nilai atau norma

Menjelaskan nilai atau norma yang dianut yang berhubungan dengan

kesehatan.

c) Pola komunikasi

Menjelaskan bagaimana cara komunikasi anggota.

d) Struktur kekuatan

Menjelaskan kemampuan anggota mengubah perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga (Padila, 2012, p.99)

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota, perasaan memiliki

dan dimiliki, dukungan terhadap yang lain dan bagaimana

mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Hal yang perlu dikaji antara lain :

1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui fakta dari masalah

kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab

serta persepsi terhadap masalah.


2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat

Hal yang dikaji sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya

masalah yang dirasakan, sikap dalam menghadapinya merasa

menyerah atau takut, rasa kurang percaya pada petugas serta

pernah mendapat informasi kurang tepat terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.

3) Kemampuan merawat anggota yang sakit termasuk dalam

memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas

kesehatan di masyarakat.

Perlu dikaji pengetahuan keluarga mengenai sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, ketrampilan

perawatan, pandangan negative atau kurang dapat melihat

keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang,

upaya pencegahan penyakit, perasaan takut akibat tindakan

(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).

4) Kemampuan memelihara lingkungan rumah yang sehat

Dikaji sejauh mana keluarga mengetahui sumber yang dimiliki,

keuntungan pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene dan

sanitasi, upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau

pandangan terhadap hygiene dan sanitasi serta kekompakan antar

anggota.
5) Kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat

Dikaji sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, keuntungan yang diperoleh, tingkat kepercayaan

terhadap petugas, pengalaman kurang baik terhadap petugas.

d) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, rencana terkait

dengan jumlah anggota, metode yang digunakan dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota.

e) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji yaitu sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan, memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan.

6) Stres dan koping

a) Stresor jangka pendek dan panjang

1) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian

dalam waktu kurang dari 6 bulan.

2) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan berespons terhadap stresor

Dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stresor.

c) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan bila menghadapi suatu masalah.


d) Disfungsi strategi adaptasi

Menjelaskan tentang perilaku anggota yang maladaptif ketika

mempunyai masalah.

7) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota. Metode yang digunakan

sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

8) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

b. Analisa Data dan Diagnosa

1) Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat

dilakukan perumusan diagnosis keperawatan (Achjar, 2012, p.19).

2) Diagnosa

Menurut Suprajitno (2014, p.42) ada beberapa kegiatan yang dilakukan

perawat pada tahap ini :

a) Pengelompokan data

Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan

objektif setiap kelompok diagnosis.

b) Perumusan diagnosis

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang

telah disepakati, terdiri dari :


1) Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia oleh anggota.

2) Penyebab (etiology, E) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga,

yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat

anggota yang sakit, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami

dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

2) Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah aktual dapat terjadi jika

tidak segera mendapat bantuan.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera ketika keluarga

mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang yang dapat ditingkatkan.


Perumusan problem (P) respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan

dasar. Sedangkan etiologi (E) menurut Achjar (2012, p.20-21) mengacu

pada 5 tugas keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, meliputi :

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi :

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

meliputi :

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi :

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas lingkungan, meputi :

Diagnosa Keperawatan dengan Pasien Arthritis Rheumatoid

c. Proses skoring prioritas masalah

1) Rumus skoring

Jika dalam sebuah keluarga terdapat lebih dari satu masalah kesehatan, maka

diperlukan sebuah rumus skoring untuk menentukan prioritas masalah.

Tabel 2.1 Skoring diagnosis keperawatan menurut Ballon dan Maglaya, 1978

(dalam Suprajitno, 2014, p. 46) :

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala : 2
Mudah 1 2
Sebagian 0
Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
2) Cara skoring :

a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh


X bobot
Angka tertinggi

c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan

jumlah bobot, yaitu 5).

3) Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria adalah (dalam Riasmini, 2017,

p.79):

a) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat

diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan

segera dan biasanya disadari serta dirasakan oleh keluarga.

b) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat

perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

(1) Pengetahuan yang ada, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah.

(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu.
(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dan

sokongan masyarakat.

c) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang

perlu diperhatikan adalah :

(1) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.

(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam

memperbaiki masalah.

(4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

d) Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

d. Perencanaan

Menurut Padila (2012, p.11) merupakan proses yang terdiri dari penetapan

tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi dilengkapi dengan

rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara

spesifik (S), dapat diukur (measurable/M), dapat dicapai (achivable/A), rasional

(R)dan menunjukkan waktu (T).

Menurut Suprajitno (2014, p.50) hal penting dalam penyusunan rencana

asuhan keperawatan :

1) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang

sesuai dengan kondisi klien.


2) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi

dengan pancaindra perawat yang objektif.

3) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki

oleh keluarga dan mengarah kemandirian klien sehingga tingkat

ketergantungan dapat diminimalisasi.

Intervensi Keperawatan dengan Pasien Arthritis Rheumatoid

e. Implementasi

Menurut Padila (2012, p.113) tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga

meliputi :

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara :

a) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling.

b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2) Menstimulasi keluarga memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki.

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

3) Memberikan keperacayaan diri dalam merawat anggota yang sakit :

a) Mendemonstrasikan cara perawatan.

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

c) Mengawasi dalam melakukan tindakan/perawatan.


4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi :

a) Menemukan sumber yang dapat digunakan.

b) Melakukan perubahan lingkungan bersama seoptimal mungkin.

5) Memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitarnya, dengan

cara :

a) Memperkenalkan fasilitas dalam lingkungan internal.

b) Membantu anggota menggunakan fasilitas yang ada.

f. Evaluasi

Menurut Suprajitno (2014, p.57), evaluasi merupakan kegiatan yang

membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluai tidak atau berhasil

sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga

bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga

sehingga perlu pula direnacanakan waktu yang sesuai dengan kesedian keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan

pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara

subjrktif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O adalah

keadaan objektif yang dapat didefinisikan oleh perawat menggunakan

pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A

merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif dan objektif

keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan pada renacana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan

selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Anda mungkin juga menyukai