Disusun oleh:
dr. Shindy Octavia Wulandari
Pendamping:
dr. Toha / dr. Handoko
IDENTITAS PASIEN
– Nama : Ny. E
– Usia : 59 tahun
– Pekerjaan : IRT
– Masuk RS : 13/3/2018
– No. RM : 553406
ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri ulu hati dan mual muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai dengan mual dan muntah
sebanyak lebih dari 5 kali sehari. Muntah berisi makanan dan air. Keluhan disertai dengan lemas badan.
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Keluhan nyeri ulu hati tidak membaik atau
memburuk dengan asupan makanan. Keluhan tidak disertai dengan BAB hitam dan muntah darah.
Riwayat minum pil stelan disangkal.
Pasien mengeluhkan sering merasa haus, lapar, dan sering BAK. BAB tidak ada keluhan. Pasien gemar
makan makanan asin, manis, dan goreng-gorengan. Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi dan lauk
pauk. Pasien jarang melakukan aktivitas fisik berolahraga atau berjalan kaki. Pasien tidak merokok.
Keluhan baal, kesemutan, gatal kulit, dan pandangan kabur tidak ada. Pasien tidak memiliki luka yang
dirasa tidak kering.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi (TD paling tinggi 160/100 mmHg), kencing manis, dan
kolesterol. Pasien berobat tidak teratur dan berobat bila mengalami keluhan saja.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis di keluarga ada (orang tua pasien).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Tanda-tanda Vital :
– Tekanan Darah : 160/90 mmHg
– Respirasi : 20x/menit
– Suhu : 36,7 C
Status Generalis:
Kepala: Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba
Thorax Paru : VBS kanan=kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung : S1 S2 regular, murmur (-)
Abdomen : datar lembut, NTE (+), BU (+) normal
Hepar dan Lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-, ulcus pedis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium – Darah Lengkap
– Hb : 12.7 gr/dL
– Ht : 37%
– Leukosit : 12.100/mm3
– Trombosit : 360.000/mm3
– Natrium : 121
– Kalium : 3,8
– GDS : 238
DIAGNOSIS KERJA
– Gastropati DM + Diabetes Mellitus tipe 2 + Hipertensi stage 2
TATALAKSANA AWAL
1. IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
2. Ranitidin 2x50 mg iv
3. Ondasentron 3x4 mg iv
4. Amlodipin 0-0-10 mg po
EKG : dalam batas normal
Konsul dr. Herawati SpPD :
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Ranitidine 2x50 mg iv
3. Ondansentron 3x4 mg iv
4. Candesartan 1x8 mg po
5. Amlodipin 0-0-10 mg po
6. Lantus 1x10 unit sc (malam)
7. Cek ureum, creatinine
8. Cek GDS pagi
FOLLOW UP
14 Maret 2018
S : Nyeri ulu hati, Mual (+) muntah (-)
O
15 Maret 2018
S : Nyeri ulu hati, mual (+) muntah (-)
O
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6 C
• Kepala : CA -/-, SI -/-
• Thorax: Paru : vbs kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung: S1 S2 murni reguler, S3 (-), murmur (-)
• Abdomen : datar, lembut, NTE (+), BU (+) Normal
• Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-, ulcus pedis -/-
• GDS pagi : 157 mg/dL
• Ureum / creatinine : 29 / 0,5
P
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Omeprazole 2x40 mg iv
3. Ondansentrone 3x8 mg iv
4. Candesartan 16 mg-0-0 po
5. Amlodipin 0-0-10 mg po
6. Lantus 1x14 unit sc (malam)
7. Alprazolam 0-0-0,5 mg po
8. Sucralfate syr 3xII C
9. Monitor GDS pagi
18 Maret 2018
S : Nyeri ulu hati berkurang, mual (-) muntah (-)
O
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda vital:
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
• Kepala : CA -/-, SI -/-
• Thorax Paru : vbs kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung: S1 S2 murni reguler, S3 (-), murmur (-)
• Abdomen : datar, lembut, NTE (+), BU (+) Normal
• Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-, ulcus pedis -/-
• GDS pagi : 140
1 Diagnosis/Gambaran klinis
Gastropati DM + DM tipe 2 + Hipertensi stage 2
2 Riwayat pengobatan
Pasien berobat tidak teratur
3 Riwayat kesehatan/penyakit
Pasien tidak memiliki riwayat keluhan yang sama. Pasien gemar mengonsumsi makanan manis dan asin.
4 Riwayat keluarga
Ada (orang tua pasien)
5 Aktivitas fisik
Pasien jarang berolahraga
6 Edukasi
Pola makan dan penggunaan insulin suntik
RANGKUMAN PORTOFOLIO
Subjektif
– Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, dan muntah sejak 1 hari SMRS.
Objektif
– Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, mendukung ke arah Gastropati
DM + DM tipe 2 + Hipertensi stage 2
Anamnesis
– Pada anamnesis didapatkan pasien nyeri ulu hati, mual dan muntah. Pasien memiliki riwayat
kencing manis dan darah tinggi namun tidak berobat rutin.
Pemeriksaan Fisik
– TD: 160/90 mmHg, Nyeri tekan epigastrium (+)
Pemeriksaan Penunjang
– GDS: 238
Assessment
– Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
- Hipertensi
Planning
Diagnosis
Pengobatan
Pendidikan
Konsultasi
DIABETES MELLITUS
DEFINISI
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan
bahwa diabetes melitus sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin
KLASIFIKASI
yaitu:
DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat kerusakan dari
sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah sering kencing (terutama malam hari),
sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal
atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa
tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM type II ini dengan obesitas atau kegemukan dan
d. Endokrinopati
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional
PREVALENSI
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2
akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan
Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada
tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari
penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari
penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.
PATOGENESIS
1. Diabetes mellitus tipe 1
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian besar sel pankreas sudah
rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun, meskipun rinciannya masih
samar. Ikhtisar sementara urutan patogenetiknya adalah: pertama, harus ada kerentanan
genetik terhadap penyakit ini. Kedua, keadaan lingkungan seperti infeksi virus diyakini
merupakan satu mekanisme pemicu, tetapi agen noninfeksius juga dapat terlibat. Tahap
ketiga adalah insulitis, sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monosit/makrofag dan
limfosit T teraktivasi. Tahap keempat adalah perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel
asing. Tahap kelima adalah perkembangan respon imun. Karena sel pulau sekarang dianggap
sebagai sel asing, terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja sama dengan mekanisme imun
seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta dan penampakan diabetes
MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan mengeluhkan apa
yang disebut 4P : polifagi dengan penurunan berat badan, Polidipsi dengan poliuri, juga keluhan
tambahan lain seperti sering kesemutan, rasa baal dan gatal di kulit.
Kriteria diagnostik :
Gejala klasik DM ditambah Gula Darah Sewaktu ≥200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir, atau
Kadar Gula Darah Puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.
Gejala tidak klasik ditambah hasil pemeriksaan gula darah abnormal minimal 2x.
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
Berpuasa paling sedikIt 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
Diberikan glukosa 75 gram (dewasa) atau 1,75 g/kg BB (anak-anak) , dilarutkan dalam 250
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
ke dalamkelompok TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembenanan antara 140-199 mg/dl
KOMPLIKASI
Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
penggunaan glukosa oleh sel tubuh menurun dengan hasil akhir hiperglikemia.
Berkurangnya insulin mengakibatkan aktivitas kreb cycle menurun, asetil Ko-A dan Ko-
A bebas akan meningkat dan asetoasetil asid yang tidak dapat diteruskan dalam kreb
cycle tersebut juga meningkat. Bahan-bahan energi dari lemak yang kemudian di oksidasi
untuk menjadi sumber energi akibat sinyaling sel yang kekurangan glukosa akan
mengakibatkan end produk berupa benda keton yang bersifat asam. Disamping itu
glukoneogenesis dari protein dengan asam amino yang mempunyai ketogenic effect
menambah beratnya KAD. Kriteria diagnosis KAD adalah GDS > 250 mg/dl, pH <7,35,
HCO3 rendah, anion gap tinggi dan keton serum (+). Biasanya didahului gejala berupa
anorexia, nausea, muntah, sakit perut, sakit dada dan menjadi tanda khas adalah
Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari 600 mg% tanpa
ketosis yang berartidan osmolaritas plasma melebihi 350 mosm. Keadaan ini jarang
mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen karena pada
keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2 dimana
kadar insulin darahnya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi tidak dapat
3. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg% tanpa gejala klinis atau
GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari stadium parasimpatik: lapar, mual,
tekanan darah turun. Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu, sulit bicara gangguan
kognitif sementara. Stadium simpatik, gejala adrenergik yaitu keringat dingin pada muka,
bibir dan gemetar dada berdebar-debar. Stadium gangguan otak berat, gejala
Penyulit menahun
1. Mikroangiopati
• Retinopati Diabetik
dan vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok. Bahayanya dapat terjadi
perdarahan disetiap lapisan retina. Rusaknya sawar retina darah bagian dalam pada
endotel retina menyebabkan kebocoran cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan
besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini berproliferasi ke bagian dalam korpus vitreum
yang bila tekanan meninggi saat berkontraksi maka bisa terjadi perdarahan masif yang
memeriksakan matanya 3 tahun sekali sebelum timbulnya gejala dan setiap tahun bila
sudah mulai ada kerusakan mikro untuk mencegah kebutaan. Faktor utama adalah gula
• Nefropati Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit pada minimal
2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi
patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat glikasi nonenzimatik dan
AGE, advanced glication product yang ireversible dan menyebabkan hipertrofi sel dan
kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi
peningkatan tekanan intraglomerulus dan bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik,
nefritis yang reversible akan berubah menjadi nefropati dimana terjadi keruakan menetap
Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi
distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering
dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diangnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
Makroangiopati
Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan stroke harus ditingkatkan terutama untuk
mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti riwayata keluarga PJK atau DM
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes, biasanya terjadi dengan
gejala tipikal intermiten atau klaudikasio, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobaan mencegah komplikasi akut dan kronik, meningkatkan kualitas hidup dengan
menormalkan KGD, dan dikatakan penderita DM terkontrol sehingga sama dengan orang
masyarakat.
Terapi gizi medik merupakan ssalah satu dari terapi non farmakologik yang sangat
pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan
3. Profil lipid :
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makan
diabetes antara lain, tinggi badan, berat badan, status gizi,, status kesehatan, aktivitas fisik
dan faktor usia. Selain itu ada beberapa faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa
pertumbuhan, gangguan pencernaan pada usia tua, dan lainnya. Pada keadaan infeksi
berat dimana terjadi proses katabolisme yang tinggi perlu dipertimbangkan pemberian
nutrisi khusus. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah status ekonomi,
lingkungan kebiasaan dan tradisi dalam lingkungan yang bersangkutan serta kemampuan
Komposisi nutrien berdasarkan konsensus nasional adalah Karbohidrat 60-70%, Lemak 20-25%
Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung karbohidrat lebih ditentukan oleh
Total kebutuhan kalori perhari, 60-70 % diantaranya berasal dari sumber karbohidrat
Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi maka jumlah karbohidrat maksimal 70% dari
Pemanis yang tidak meningkatkan jumlah kalori sebagai penggantinya adalah pemanis buatan
seperti sakarin, aspartam, acesulfam dan sukralosa. Penggunaannya pun dibatasi karena dapat
PROTEIN
Pada keadaan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-1,0
mg/kg BB/hari .
Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampa 0,85 gr/kg BB/hari dan
Jika terdapat komplikasi kardiovaskular maka sumber protein nabati lebih dianjurkan
LEMAK
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari total
Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh diturunkan sampai
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL ≥100 mg/dl, maka
Kebutuhan Kalori
Menetukan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan dan
lain-lain.
PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI
Kebutuhan basal :
Koreksi :
umur
• 40-59 th : -5%
• 60-69 : -10%
• >70% : -20
aktivitas
• Istirahat : +10%
berat badan
• Kegemukan : - 20-30%
• Kurus : +20-30%
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20%, makan siang 30% dan
makan malam 25%, serta 2-3 porsi ringan 10-15% diantara porsi besar.
Berdasarkan IMT dihitung berdasarkan berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat
(m2).
BB lebih : 23 – 24,9
3. Latihan Jasmani
Kegiatan fisik bagi penderita diabetes sangat dianjurkan karena mengurangi resiko
peningkatan lipid darah akibat pemecahan berlebihan yang membuat vaskular menjadi
lebih rentan akan penimbunan LDL teroksidasi subendotel yang memperburuk kualitas
hidup penderita. Dengan latihan jasmani kebutuhan otot akan glukosa meningkat dan ini
Aktivitas latihan :
10-40 menit berikutnya : kebutuhan otot akan glukosa akan meningkat 7-20x.
Lemak
Dengan makin banyaknya lemak dipecah, makin banyakk pula benda keton yang
terkumpul dan ini menjadi perhatian karena dapat mengarah ke keadaan asidosis. Latihan
berat hanya ditujukan pada penderita DM ringan atau terkontrol saja, sedangkan DM
yang agak berat, GDS mencapai > 350 mg/dl sebaiknya olahraga yang ringan dahulu.
menerus tanpa berhenti. Rhytmical artinya latihan yang berirama, yaitu otot berkontraksi
dan relaksi secara teratur. Interval, dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.
Progresive dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringa sampai
sedang hingga 30-60 menit. Endurance, latihan daya tahan untuk meningkatkan
4. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai degan
a. insulin secretagogue :
sulfonilurea : meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan obat pilihan
utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurangm namun masih boleh diberikan
Glinid : bekerja cepat, merupakan prandial glucose regulator. Penekanan pada peningkatan
sekresi insulin fase pertama.obat ini berisiko terjadinya hipoglikemia. Contohnya : repaglinid,
nateglinid.
b. insulin sensitizers
Thiazolindindion. Mensensitisasi insulin dengan jalan meningkatkan efek insulin endogen pada
target organ (otot skelet dan hepar). Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan glukosa di perifer meningkat. Agonis PPARγ
c. glukoneogenesis inhibitor
Metformin. Bekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan juga memperbaiki uptake
glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Kontraindikasi pada pasien
dengan gangguan ginjal dan hepar dan pasien dengan kecendrungan hipoksemia.
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini tidak
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan decara bertahap sesuai respon kadar glukosa
darah, dapat diberikan sampai dosis maksimal.sulfonilurea generasi I dan II 15-30 menit sebelum
2. Insulin
Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan sekresi insulin prandial. Terapi
Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basa, insulin prandial atau
puasa, sedangkan defisiensi nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan.
Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang
terjadi.
Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja
pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting) atau insuli campuran tetap
(premixed insulin)
Insulin diperlukan dalam keadaan : penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia
yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang hampir
maksimal, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/DM
Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi hepar atau ginjal
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah untuk kemudian
diinaikan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Untuk kombinasi OHO
dengan insulin, yang banyak dipakai adalah kombinasi OHO dan insulin basal (kerja menengah
atau kerja lama) yang divberikan pada malam hari atau menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa yag baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam
22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar gula darah puasa
keesokan harinya. Bila dengan cara seperti ini kadar gula darah sepanjang hari masih tidak
• Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor
resiko, yakni mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan
badan, diet sehat, latihan jasmani dan menghentikan kebiasaan merokok. Perencanaan
ini, pentingnya menyediakan fasilitas yang memadai dalam upaya pencegahan primer.
• Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah menderita DM. Program ini dapat dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Penyulihan ditujukan terutama bagi pasien baru, yang dilakukan sejak
pertemuan pertama dan selalu diulang pada setiap pertemuan berikutnya. Pemberian
penyandang Diabetes.
• Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami
penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Pada pencegahan
tersier tetap dilakukan penyuluhan kepada pasien dan juga kelurganya dengan materi
upaya rehabilitasi yang dapat dilakakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum kecacatan menetap,
misalnya pemberian aspirin dosis rendah 80-325 mg/hari untuk mengurangi dampak
mikroangiopati. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin, jantung, ginjal,
mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medik, gizi, pediatrist dll
HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal yaitu
lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Ilmu Penyakit Dalam II, 2011).
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg (Kaplan N.M , 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi hipertensi yang
tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan darah sistole 127,33
mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia. Tekanan diastole 78,10
mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit
hipertensi terus mengalami kenaikan insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan
pola makan, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.
KLASIFIKASI
- Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. Paling sedikit 90% dari
semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primer.
Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni mereka
memiliki resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas)
pada arteri-arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau
arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas,
kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll. Secara umum
faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga.
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya
normal (Kumar dan Clark, 2004).
2) Ras
Orang-orang afro yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi daripada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda
3) Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat
yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita premenopause cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun
perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun.
Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit jantung
oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita
mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung.
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada
wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang
stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem
sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg
setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot
total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan
7) Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok
penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak
hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam
8) Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai
ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer
adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini
menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih
keras dibawah tekanan yang lebih tinggi
9) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada
orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih
tinggi daripada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang spesifik. Hipertensi sekunder dapat
terjadi pada individu dengan usia sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi dalam
keluarga. Individu dengan hipertensi pertama kali pada usia di atas 50 tahun atau yang
sebelumnya diterapi tapi mengalami refrakter terhadap terapi yang diberikan mungkin
mengalami hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler ginjal, hiperaldosteronisme primer dan
sindroma chusing feokromsitoma, koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obat-
obatan. (Ilmu Penyakit Dalam II, 2011).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari
kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
PATOMEKANISME
Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah
tersebut adalah :
1. Faktor resiko, seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis.
http://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-
Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpg
2. Sistem saraf simpatis
- Tonus simpatis
- Variasi durnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh
darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium
juga memberikan konstribusi akhir
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berpengaruh pada system rennin,
angiotensin, dan aldosteron. (Sudoyo, 2009)
PENATALAKSANAAN
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah gaya hidup penderita:
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah
tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan
kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
e. Pemberian obat-obatan:
1. Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurutnkan tekanan
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus diberikan tambahan
kalium atau obat penahan kalium.
2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek
system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan
tekanan darah.
3. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4. Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti
hipertensi lainnya.
PENCEGAHAN
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress sering
terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya
seperti yang menetap (Amir,2002).
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,
berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu
menurunkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan
darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan
darah ( Mayer,1999).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,istirahat
dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih
banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu
perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga
bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat
adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon
dan dalam tubuh ( Amir,2002).
KOMPLIKASI
1. Stroke
Dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehinggA meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(Corwin, 2000). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
2. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal Ginjal
Dapat terjadi kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,
glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini
berarti meduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian atau peringkat terringgi ke-17 angka
kecacatan. (Global Burden of Disease dan WHO, 2002)
4. Gagal Jantung
Atau bisa disebut kegagalan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh, sehingga
mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan
didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
5. Ensefalopati
Dapat terjadi terutama pada Hipertensi Maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolaps dan terjadi
koma serta kematian (Corwin, 2000).
TINJAUAN PUSTAKA
1. Indonesia PE. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB.
PERKENI. 2015.
2. Britov AN, Bystrova MM. New guidelines of the Joint National Committee (USA) on prevention,
diagnosis and management of hypertension. From JNC VI to JNC VII. Kardiologiia.
2003;43(11):93-7.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf