Skrining Nilai Risiko Kesehatan Pada Klien Hipertensi
Skrining Nilai Risiko Kesehatan Pada Klien Hipertensi
HIPERTENSI
MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga
dengan Dosen Pengampu Latifa Aini S.,M.Kep., Sp.Kom
oleh
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
mengenai “Skrining Nilai Risiko Kesehatan Pada Klien Hipertensi” dengan tepat
waktu.
dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari teknik
penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga menerima
kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar meminimalisir
kesalahan dalam tugas berikutnya. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
2.1 Konsep Hipertensi........................................................................
2.1.1 Definisi...............................................................................
2.1.2 Etiologi...............................................................................
2.1.3 Klasifikasi...........................................................................
2.1.4 Patofisiologi........................................................................
2.1.5 Gejala Klinis.......................................................................
2.1.6 Penatalaksanaan..................................................................
2.1.6.1 Penatalaksanaan Farmakologi..................................
2.1.6.2 Penatalaksanaan Nonfarmakologi............................
2.2 Skrining Hipertensi.......................................................................
2.2.1 Definisi Skrining.................................................................
2.2.2 Tujuan Skrining..................................................................
2.2.3 Kriteria dalam Menyusun Program Skrining......................
2.2.4 Kriteria Skrining.................................................................
2.2.5 Macam-Macam Skrining....................................................
2.2.6 Validitas..............................................................................
2.2.7 Reliabilitas..........................................................................
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
maju dan negara sedang mengalami transisi epidemiologi. Menurut The Joint
pada tahun 2002 dikalangan usia dewasa laki-laki dan perempuan masing-masing
sebesar 27 persen dan 29 persen (Badan Litbang Kesehatan, 2002). Hasil Riset
Kesehatan Dasar
pada tahun 2007 menunjukkan hasil prevalensi hipertensi di Indonesia yaitu 31,3
dan lain-lain (Tara & Sutriesno, 1998). Berbagai hasil penelitian menunjukkan
(Taylor & Ward, 2003). Penelitian di Sudan menunjukkan dua pertiga dari subjek
mempunyai skor pengetahuan yang tinggi tentang etiologi dan komplikasi dari
subjek mempunyai skor pengetahuan yang rendah tentang gejala hipertensi (Osman
darah tinggi terutama tidak berasal dari fasilitas kesehatan, namun dari mass media
(Popkin et al., 2001). Dalam kaitannya dengan upaya preventif hipertensi, faktor
risiko yang dapat diubah tersebut perlu dikelola dengan baik, salah satunya melalui
perubahan gaya hidup, aktivitas fisik, konsumsi dan aktivitas sehat lainnya. Upaya
preventif dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan suatu alat untuk
skrining hipertensi untuk mendeteksi ada atau tidaknya hipertensi pada seseorang
tanpa mengukur tekanan darah, selain itu alat skrining ini dapat memberikan
1.3 Tujuan
Untuk mendeteksi dini penyakit hipertensi tanpa gejala atau dengan gejala
khas terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit
hipertensi, yaitu pada orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit
(Population at risk).
Peningkatan sistole yang tingginya tergantung usia sesorang. Tekanan darah dapat
meningkat tergantung posisi tubuh, umur, tingkat stress yang dialami (Tambayong,
2000). Menurut aspiani (2014), tekanan darah persisten yang mengalami peningkatan
Keadaan normal tekanan darah pada manusia disebut normotensi saat tekanan
darah kurang dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah menurut Joint National
Committe VIII (JNC VIII) tahun 2014, Pengukuran dilakukan pada usia ≥60 tahun
dengan batasan tekanan darah sistolik ˂150/90 mmHg (James PA, Ortiz E, et al.
Pada lansia >80 tahun dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg menyatakan
penurunanan tekanan darah menjadi <150 mmHg (Strodter dan Santosa, 2013).
2.1.2 Etiologi
Hipertensi pada dasarnya tidak ada penyebab pasti penyakit itu muncul.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tahanan
tua.
dinding aorta menurun, penebalan dan kaku katup jantung, kemampuan jantung
berkurang 1% tiap tahunnya sehingga kontraktilitas jantung dan volume darah yang
sedang dan berat berdasarkan tekanan diastole (Tambayong, 2000). Tekanan pada
peninggian sistolik tanpa diikuti tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik atau
hipertensi sistolik terisolasi. Ciri ciri hipertensi sistolik terjadi peningkatan tekanan
sistolik > dari tekanan diastolik dikurang 15 mmHg, tidak diikuti peningkatan
tekanan diastolik atau tekanan diastolik tidak lebih 90 mmHg tekanan ini seringkali di
jumpai pada lansia sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastol tanpa diikuti
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil.
Setelah berumur 20 tahun kekuatanm otot jantung akan berkurang sesuai dengan
bertambahnya usia. Tekanan darah lansia akan naik secara bertahap. Elastisitas
jantung pada orang usia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20
tahun (Nugroho W, 2000). The Joint Treatment of High Blood Pressure, 1984 dalam
a. Hipertensi Primer/Esensial
Hipertensi yang tidak diketahui penyebab yang pasti. Hipertensi ini bisa juga
keluarga, merokok dan jarang berolahraga. Hipertensi primer ditemukan pada 90%
b. Hipertensi sekunder
disebabkan oleh gangguan gunjal dan endokrin. Hipertensi ini di temukan pada 10%
dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi sekunder dapat terjadi dengan beberapa
keadaan seperti penyakit ginjal primer, kontrasepsi oral, obat-obatan (non steroid
inflamatory drugs).
2.1.4 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan perifer. Cardiac output diperoleh dari perkalian antara stroke
volume dengan heart rate. Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.
kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
(Udjianti, 2011).
Volume cairan yang berubah ubah mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat dengan cara mekanisme
fisiologis kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan
peningkatan curah jantung. Peningkatan volume cairan dapat terjadi akibat gangguan
oleh ginjal. Renin adalah suatu enzim pada substrat protein plasma untuk
converting enzim yang terjadi di paru-paru lalu berubah menjadi angiotensin III.
dalam tubuh realtif tetap. Autoregulasi vaskular menjadi mekanisme penting dalam
penyebab hipertensi yang berkaitan dengan overload garam dan air (Udjianti, 2011).
Faktor kecemasan atau stress merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada respon
kortex adrenal lalu meretensi natrium (Na) dan air dan menyebabkan peningkatan
peredaran darah pada pasien usiar lanjut mengalami perubahan seperti berkurangnya
direduksi dan renin baik pada plasma maupun ginjal yang berfungsi untuk membuang
(Wardani, 2015).
hipertensi atau disebut “silent killer” (Udjianti, 2011). Menurut Corwin (2000) dalam
Aspiani (2016) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala yang muncul pada
a. Nyeri kepala saat terjaga, dapat disertai mual dan muntah akibat peningkatan
c. Sering kencing pada malam hari (Nocturia) karena peningkatan aliran darah
mempertahankan tekanan sistolik dengan rentang di bawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik di bawah 90 mmHg dengan pemberian obat dan pengaturan gaya hidup
angiotensin II (ARB), penyekat saluran kalsium dan penyekat alfa dan beta
dan air. Diuretik (tiazid) ini juga dapat menurunkan TPR (Aspiani, 2016). Pada
lansia, terapi diuretik adalah terapi pilihan untuk hipertensi sistolik (Le Mone
et.al, 2016 ).
b. Simpatolitik kerja pusat menstimulasi reseptor α2 pada SSP untuk menekan aliran
menjadi angiotensin II. Mencegah vasokonstriksi dan retensi natrium dan air.
f. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot jantung atau arteri dengan
g. Penyekat Alfa dan Beta adregenik pada penyekat vaskular menghambat reseptor
vasokonstriksi. Namun pada medikasi jenis ini memiliki efek samping seperti
frekuensi jantung dan curah jantung. Efek samping pada medikasi jenis ini antara
trigliserida.
mewaspadai efek interaksi di antara obat-obatan yang digunakan. Maka dari itu
Penatalaksanaan non farmakologi perlu bagi penderita hipertensi guna mengontrol
tekanan darah pada penderita hipertensi. Dalam JNC 8 modifikasi gaya hidup dapat
mengontrol tekanan darah (Muhadi, 2016). Menurut Retnasari (2009) dalam Fuad
(2012), terapi non farmakologis dapat di berikan pada penderita hipertensi berupa
spritualitas termasuk berdo’a atau dzikir (Rice, 1999 dalam Anggraieni dan Subandi,
2014).
kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or
pemeriksaan sitologi, dan pemeriksaan tekanan darah. Uji skrining tidaklah bersifat
dokter untuk diagnosis dan pengobatannya (Harlan, 2006). Secara garis besar,
skrining adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui
suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan
antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak
tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum
Dalam hal mendeteksi tanda dan gejala dini diperlukan pengetahuan tentang tanda
dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan
cara demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan
menimbulkan gejala dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah
berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan
penderita.
Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan skrining terhadap orang-
orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan
pengobatan setelah timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita
tanpa gejala.
mungkin.
penyakit dan untuk selalu waspada atau melakukan pengamatan terhadap setiap
gejala dini.
a. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-
orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit yaitu orang yang
dihindari.
atau akibat penyakit dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam
riwayat alamiah ketika proses penyakit dapat diubah melalui intervensi. Terdapat tiga
skrining:
a. Pencegahan primer, ditujukan kepada orang-orang yang tidak memiliki gejala
pengidap diabetes yang tidak terdeteksi atau tidak teramati untuk meningkatkan
tes penyaringan.
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyedia obat
dan keterjangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan
c. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas
f. Semua bentuk/teknik dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik
akhir pemeriksaan harus seimbang dengan risiko biaya bila tanpa melakukan tes
tersebut.
(Noor, 2008).
1) Merupakan penyakit yang serius, misalnya penyakit kanker payudara ini sangat
2) Pencegahan sebelum terjadi gejala muncul itu lebih baik daripada setelah gejala
3) Prevalensi penyakit pre-klinik harus lebih tinggi pada populasi yang diskrining.
a. Harus ada cara pengobatan untuk penderita yang ditemukan dengan skrining,
misalnya pada kasus kanker payudara penderita yang diketahui terpapar penyakit
harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan tipe dan stadium yang dialami
dan pengobatan herceptin.
b. Terseda fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan, misalnya pada kasus kanker
e. Harus ada cara pemeriksaan yang cocok, misalnya pada kasus kanker payudara
prakanker sampai terjadinya kanker memerlukan waktu yang lama yaitu lebih dari
satu tahun.
biaya medis keseluruhan.
pada kasus kanker payudara ini didapatkan data selama satu tahun tiap bulannya.
7) Individu yang berisiko harus memiliki kecenderungan yang kuat agar ikut
a. Mass scrining
b. Selectif scrining
d. Multiphase scrining
bekerja.
yang spesifik.
2.2.6 Validitas
mereka yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat atau
dengan kata lain besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada
keadaan yang sebenarnya. Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan di
luar tes penyaringan untuk diagnosis pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu
yang digunakan pada setiap pemeriksaan diagnostik lebih besar daripada yang
dibutuhkan pada penyaringan. Ada dua komponen yang menentukan tingkat validitas,
yakni:
a.nilai sensivitas yaitu kemampuan dari suatu tes penyaringan yang secara benar
b. nilai spesifitas yaitu kemampuan daripada tes tersebut yang secara benar
(Noor, 2008).
informasi yang diperoleh dari subjek penelitian. Validitas dalam pengertian itu
sejumlah dimensi:
a. Validitas Muka
dalam suatu instrumen untuk merefleksikan variabel yang hendak diukur, dan
b. Validitas Isi
d. Validitas Konstruk
a. Positif sebenarnya, yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita
b. Positif palsu yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita, tetapi
c. Negatif sebenarnya yaitu mereka yang pada penyaringan dinyatakan sehat dan
d. Negatif palsu yaitu mereka yang pada tes penyaringan dinyatakan sehat, tetapi
Konsep validitas dapat juga dipandang dari sudut kebenaran hasil akhir
kegiatan penting dalam proses riset), validitas dalam riset epidemiologi menekankan
Tergantung tujuan penelitian, parameter yang dimaksud bisa berwujud: (1) Ukuran
frekuensi pada populasi sasaran; atau (2) Pengaruh paparan faktor penelitian terhadap
2.2.7 Reliabilitas
karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Sudjana (2004) menyatakan bahwa
reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai
lainnya oleh seorang pengamat, terhadap subyek penelitian yang sama dan dengan
instrumen yang sama. Stabilitas dalam jargon yang lebih populer disebut sebagai
konsistensi intra-pengamat.
yang sama dan dengan instrumen yang sama. Kesamaan dalam jargon yang lebih
Dalam hal tingkat reliabilitas maka ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan,
antara lain:
a. Variasi dari cara penyaringan yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas alat tes atau
regensia yang digunakan, serta fluktuasi keadaan dari nilai yang akan diukur
(contohnya: tekanan darah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan alat
yang digunakan).
b. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi adanya nilai yang
berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang berbeda, atau adanya kesalahan
3.1 Kesimpulan
yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining memilah atau memisahkan orang-
orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang
mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Tes skrining
ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif
menurut hasil skrining atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke layanan kesehatan
3.2 Saran
Saran dari kami yaitu bagi yang mempunyai masalah pada tekanan darah,
segera melakukan pemeriksaan dan dilakukan pengobatan secara teratur, agar tidak
membahayakan diri sendiri dan tetap menjaga pola hidup sehat. Bagi seseorang yang
mempunyai tekanan darah normal, diharapkan untuk terus menjaga agar tidak
Fuad,Nuril. 2012. Pengaruh Meditasi Garuda Terhadap Tekanan Darah Dan Gejala
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Usia Pertengahan Di Desa Balung Lor
Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu
Keperawatan
James PA, Ortiz E, et al. 2014. Evidence-Based Guideline For The Management
Of High Blood Pressure In Adults: (Jnc8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5):507-20
Putri, Nurlaili HK dan Muhammad Atoillah Isfandiari. 2013. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian dalam DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah. Journal
Berkala Epidemiologi. Vol 1. Nomor 2: 234-243.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC
Saquib, Nazmus., Juliann Saquib, dan John PA Loannidis. 2015. Does Screening for
Disease Save Live in Asymptomatic Adults? Systematic Review of Meta
analyses and Randomized Trials. Internasional Journal of Epidemiology. Vol
0. Nomor 0.