BAB III
3.1.1 Penjabaran GCG dalam Undang – Undang No.19 Tahun 2003 tentang
BUMN
dan poin VI dalam penjelasan atas Undang – Undang tersebut. Kedua poin
sesuai dengan prinsip – prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
dasar atau prinsip – prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
1
Muh.Arief Effendi, Loc.cit h. 62-63
54
prinsip – prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) secara konsisten.
d. Undang – undang ini juga dirancang untuk menata dan mempertegas peran
regulator.
Selain itu dalam UU No.19 tahun 2003 ini dapat dilihat pada pasal 5 ayat 3
Komisaris dan Dewan Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan
kewajaran. Pada penjelasan pasal 5 ayat 3 dan pasal 6 ayat 3 memuat bahwa
Direksi diberikan tugas melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang
berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada penerapan prinsip - prinsip
GCG, yaitu :
yang sehat;
maka Direksi dalam suatu BUMN harus memegang teguh prinsip dari GCG dan
dalam kata lain pengadaanbarang dan jasa BUMN harus dilakukan dengan
dilakukan oleh Direksi BUMN dengan itikad baik dan penuh dengan tanggung
jawab2.
Undang PT sebelumnya yang telah dua belas tahun berlaku. Undang – undang ini
bertujuan mendukung penerapan GCG yang mana prinsip GCG mengacu pada
a. Unsur Transparency
dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
2
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar
Grafika, Jakarta, hal.40
57
5. Pasal 50 ayat 2, 101 ayat 1 dan 116 poin b memberikan pengertian suatu
akurat, tepat waktu dan sasaran terhadap sebanyak mungkin adanya akses
perusahaan tersebut.
c. Unsur Responsibility
1. Pasal 97 ayat 4, Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau
2. Pasal 114 ayat 4, Dalam hal dewan komisaris terdiri dari 2 orang anggota
komisaris
d. Unsur Fairness
3.1.3 Pengaturan GCG dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Terbitnya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) pada
Pedoman ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat melainkan rujukan
bagi dunia usaha untuk dapat menerapkan GCG serta dapat digunakan sebagai
sebuah acuan bagi sebuah perusahaan untuk melaksanakan GCG dalam rangka3:
3
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia, Jakarta, h.2
60
Saham.
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
perusahaan.
berkesinambungan.
Pada bagian ini memaparkan bahwa adanya dukungan dari tiga pilar yang
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
2. Azas GCG
61
memastikan bahwa asas GCG telah diterapkan dalam setiap aspek bisnis dan
pada setiap jajaran perusahaan. Asas – asas GCG yang terdiri dari
(stakeholders)
Dalam bagian ini memaparkan bahwa adanya etika bisnis sebagai acuan
acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-
4. Organ perusahaan
5. Pemegang Saham
Dalam bagian ini menjelaskan adanya prinsip dasar bagi pemegang saham
tentang hak dan kewajiban pemegang saham serta tanggung jawab perusahaan
6. Pemangku kepentingan
strategis dan operasional perusahaan, yang antara lain terdiri dari karyawan,
kerja organ perusahaan serta informasi penting lain yang berkaitan dengan
GCG juga menjadi prinsip dari pelaksanaan pengadaan barang/ jasa pemerintah.
63
Pada pasal 5 Peraturan Presiden Indonesia Nomor 54 Tahun 2010, jo. Perpres No
70 Tahun 2012, jo Perpres No.172 tahun 2014 prinsip pengadaan barang dan jasa
yaitu:
dana dan daya yang minimum untuk mencapai suatu kualitas dan sasaran
maksimum.
besarnya.
Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia
d. Terbuka, berarti pengadaan barang/ jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia
Jasa.
nasional.
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
sehingga dalam aturan dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang sejalan
dengan Pepres Nomor 54 Tahun 2010, jo. Perpres No 70 Tahun 2012, jo Perpres
3.3 Penjabaran GCG dalam Pengadaan Barang dan Jasa pada PT PLN
pada tahun 2013 oleh Direksi sebagai wujud komitmen perusahaan untuk benar –
MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG pada Badan Usaha Milik Negara
Pengaturan GCG dalam pengadaan barang dan jasa pada PT PLN yang
mana pengadaan barang dan jasa pada PT PLN tunduk pada SK Dir 620/2013
penawaran bahwa dalam hal semua penawaran HPS, proses pengadaan barang/
internal yang sehat khususnya pengadaan barang dan jasa guna mewujudkan
GCG.
dari pengadaan barang dan jasa di PLN mengadopsi dari Peraturan Presiden
No.172 tahun 2014. Prinsip – prinsip dasar pengadaan barang dan jasa di PT PLN
ialah4:
4
Petunjuk Teknis Pengadaan Barang / Jasa PT PLN (Persero), 2014, Jakarta, h.6
66
a. Efisien
optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan sumber
daya seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada
harga tersendah.
b. Efektif,
c. Kompetitif
d. Transparan
f. Akuntabel
a. Prinsip Transparency
keputusan dan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Hal ini
ke semua pemasok
b. Prinsip Accountability
c. Prinsip Responsibility
adalah:
d. Prinsip Fairness
adalah:
Selain itu dalam pelaksanaan barang dan jasa, prinsip independency dapat
dilihat pada :
e. Prinsip Independency
Yaitu bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengadaan barang dan
2. Membuka kesempatan yang sama pada semua calon penyedia barang dan
lagi di PT PLN.
antar pelaku usaha ataupun pelaku usaha dengan pengguna barang dan jasa.
Seperti yang diatur dalam Undang – Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam pasal 21, 22 dan
pasal 23 yaitu :
a. Pasal 21
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
70
b. Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
c. Pasal 23
sehat.
Bentuk implementasi prinsip GCG dalam pengadaan barang dan jasa tidak
lepas dari adanya peranan penting dari penyedia barang/jasa sehingga diperlukan
adanya sanksi jika GCG tidak diterapkan oleh suatu perusahaan sehingga GCG
Penerapan GCG
antar unit PT PLN, transparansi, kecepatan proses, efisiensi waktu dan biaya,
pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan dengan beberapa cara namun tidak
ketetapanya diatur oleh Direksi masing – masing BUMN. Jadi kata “dapat
ataupun kewajiban.
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menjadi dasar dari penerapan proses
ialah keamanannya. Ini dikarenakan masih banyaknya kasus cyber crime yang
72
sering terjadi. Menurut Budi Rahardjo aspek keamanan ditinjau dari tiga hal,
yaitu6:
a. Confidentially
b. Integrity
Merupakan aspek yang menjamin bahwa data tidak boleh berubah tanpa
c. Availability
diimplementasikan sesuai dengan standar yang berlaku baik standar yang sifatnya
6
Adrian Sutedi I, Loc cit,h.211
73
formal sampai kepada standar yang sifatnya lebih praktis dan operasional (best
practice).
masih bersifat umum dan tidak mengatur secara rinci tentang transaksi elektronik
pengadaan barang dan jasa. Dalam pasal 15 ayat (1) UU ITE disebutkan;
elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya
sistem tersebut seperti yang diatur oleh UU ITE dalam Pasal 15 di atas.
prinsip yang terkandung dalam GCG ataupun pengadaan barang/jasa itu sendiri.
7
PLN Corporate Academy,2013, Matery E-procurement, Udiklat Pandaan, h.15
74
berbasis internet yang bias dilakuakn di mana saja dan kapan saja;
2. efektif, terwujud dengan adanya fungsi kontrol yang baik dan benar
yang sama;
perlakuan (role dan tanggung jawab ) yang sama dan seluruh external
sama;
6. akuntabel
75
sehat