Anda di halaman 1dari 20

Nama Dosen : Yunda Indrawati Tasik, SKM.,M.Kes.

Matakuliah : Pengendalian Vektor

“Laporan Survei Kepadatan Lalat”

OLEH :

Nama : Priska Handayani

Nim : M.15.02.022

Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


MEGA BUANA PALOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat serta KaruniaNya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan laporan ini yang ALHAMDULLILAH tepat pada waktunya yang
berjudul “Survei Kepadatan Lalat “
Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang segala sesuatu mengenai kepadatan lalat. Jika dilihat dari berbagai aspek,
penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusun laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita. Amin

Palopo, 01 Januari 2018

Penuli

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum lalat............................................................................... 4


B. Tinjauan Umum Fly Grill ..................................................................... 11

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Jenis Praktikum ..................................................................................... 13


B. Waktu dan Lokasi ................................................................................. 13
C. Alat ........................................................................................................ 13
D. Prosedur Kerja ....................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan .................................................................................. 14


B. Pembahasan ........................................................................................... 15

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 16
B. Saran ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi
syarat sanitasi dapat mengundang berbagai macam penyakit menular. Upaya
untuk mencegah dan memberantas penyakit menular dengan cara
meningkatkan atau memperbaiki sanitasi lingkungan dan telah
diketahui bahwa salah satu sebab penyebaran penyakit
menular adalah melalui serangga (Arthropoda) dari semua jenis ini yang
paling besar adalah jenis insektisida yaitu lalat .
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk
ordo Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk
membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat
dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh
dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat
di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis
lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru
(Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga
merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu
sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor
adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agent
infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan (Kusnoputranto, 2000).
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu–bulu
badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat
menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah,
kotoran manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke makanan

1
manusia, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan oleh
manusia sehingga akhirnya akan timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit
pada bagian perut serta lemas. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat
antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare dan lainnya yang berkaitan
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes, 2001).
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting,
mengingat dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara
penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan
lalatnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang teresebut, terdapat beberapa rumusan
maslah yang di temukan yaitu, seberapa besar pengaruh lalat sebgai vector
penyebab penyakit dan bagaimana populasi kepadatan lalat di suatu daerah
tertentu.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penyususan laporan ini mahasiswa mampu
melakukan identifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada merumuskan
beberapa masalah kesehatan terutama yang disebebkan oleh lalat sebagai
vector pembawa penyakit bagi manusia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari studi lapangan ini mahasiswa mampu:
a. Memahami cara pengukuran tingkat kepadatan lalat.
b. Mengetahui Berapa jumlah rata – rata tingkat kepadatan lalat
dititik yang berbeda.
c. Mengetahui cara pengendalian lalat dan penyusun laporan terkait
masalah lingkungan.

2
D. Manfaat
Adapun manfaat dari studi lapangan ini bagi mahasiswa yaitu:
1. Kegiatan survei ini diharapkan dapat melatih mahasiswa dalam memahami
dan menganalisis masalah kesehatan ditingkat masyarakat secara tepat.
2. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dengan melibatkan
berbagai elemen masyarakat.
3. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan masalah kesehatan terkait dengan
masalah kesehatan terutama yang disebebkan oleh lalat sebagai vector
pembawa penyakit bagi manusia.

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum Lalat


1. Pengertian Lalat
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo
Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk
(subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya lalat berantena
pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang. Lalat umumnya
mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang
digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di
antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang
serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap
lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke
tempat tersebut.
Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata
majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan.
Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat.
Beberapa jenis lalat lain, misalnya Ormia ochracea, memiliki
organ pendengaran yang sangat canggih.
Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat
dan membutuhkan waktu permenit atau perdetik.
2. Siklus Hidup Lalat
Siklus hidup lalat yaitu di mulai dari telur, larva, pupa dan lalat
dewasa. Pada umumnya siklus hidup lalat dewasa adalah 21 hari. Dan
untuk membedakan antara lalat betina dan lalat jantan cukup mudah yaitu
di lihat dari ukuran tubuhnya. Untuk lalat jantan memiliki ukuran tubuh
yang lebih kecil dibandingkan dengan lalat betina.

4
Lalat dewasa melakukan perkawinan dan akan menghasilkan telur.
Dalam sekali bertelur induk betina menghasilkan telur sebanyak 75-150
telur. Telur-telur yang dihasilkan di letakkan di tempat-tempat yang
hangat sehingga akan membantu proses penetasan , seperti diatas
timbunan sampah, dan di atas makanan yang terbuka. Dan telur-telur itu
akan menetas dalam waktu 12-24 jam.
Setelah telur-telur itu menetas, maka akan memasuki stadium
selanjutnya, yaitu stadium larva. Pada umumnya tempat-tempat yang di
gunakan larva untuk berkembang adalah kotoran yang basah dan
tumbuhan yang busuk. Selain itu larva akan mencari tempat-tempat yang
lebih dingin dan kering. Dan dalam waktu 4-7 hari akan memasuki
stadium pupa.
Selanjutnya adalah memasuki stadium pupa, pupa memiliki ketahanan
yang tinggi dibandingkan dengan larva, hal ini disebabkan karena pupa
memiliki cangkang yang berfungsi sebagai pelindung. Bentuk pupa
lonjong, berwarna cokelat tua, dan panjang kurang lebih 7 mm. biasanya
pupa berada dalam tanah dalam waktu 4-5 hari dan bertahan lebih lama
pada suhu yang lebih rendah.
3. Pola Hidup Lalat
Lalat memiliki pola hidup yang dapat dipelajari. Mempelajari pola
hidup lalat sangat penting untuk menghindari penyabaran lalat yang tidak
terkendali yang dapat disebabkan oleh lalat. Lalat dapat menyerbarkan
berbagai jenis penyakit yang sangat merugikan bagi manusia.
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992):
a. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda
organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan
busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat disenangi

5
oleh larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai
tempat berkembang biak lalat.
b. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan
yang tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450-900 meter. Lalat
tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat
akan terbang mencapai 1 km.
c. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang
satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan
yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu dan
makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan
dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair
atau makan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi
oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
d. Tempat Istirahat
Pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat
pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-
rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat tepi yang
tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya
terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat
berbiaknya dan biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat
tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan
tanah.
e. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan
temperature. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu,
sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
f. Temperatur

6
Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas
optimumnya pada temperatur 21°C. Pada temperatur dibawah
7,5°C tidak aktif dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat.
g. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat.
Dimana kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur.
Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak daripada musim
panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga
kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu kecepatan
angin yang tinggi.
h. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai
cahaya). Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan
sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada
temperatur dan kelembaban.
4. Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat dapat dilakukan melalui perbaikan hygiene dan
sanitasi lingkungan, Adapun 4 cara Pengendalian Lalat yaitu
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.
a) Kandang ternak, kandang harus dapat dibersihkan Lantai
kandang harus kedap air ,dan dapat disiram setiap hari
b) Peternakan / kandang burung, bila burung/ternak berada dalam
kandang dan kotorannya terkumpul disangkar,kadang perlu
dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap
kering.Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar
dan secara interval dapat dibersihkan.
c) Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan
pada temperaturtertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat.
tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup dengan plastik atau

7
bahan lain lain yang anti lalat. Cara ini dapat mencegah lalat
untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa karena
panas yang keluar dari prases komposting dapat memperpendek
lalat untuk keluar. Pupuk kandang yang dibuang ke tanah
Pemukaan pada alasnya perlu dilengkapi dengan pancuran/pipa
sekelilingnya, untuk mencegah perpindahan larva ke pupa
dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca
panas, pupuk mungkin dapat menyebar ke bawah tanah dan
menjadi kering sebelum lalatmempunyai waktu untuk
berkembang.
d) Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran
(jamban) terbuka dapat dicegah dengan membuat Slab yang dapat
menutup lubang penampungan kotoran.
e) Sampah basah dan sampah Organic
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang
dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan
lalat. Bila sistim pengumpulan dan pengangkutan sampah dari
rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke
lubang sampah, Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah
yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah
sampai tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat.
f) Tanah Yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran
terbuka, tangki septik dan rembesan dari lubang penampungan
harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat
berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup
saluran tetapi perlu dipelihara dengan baik, Air kotor yang
keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan

8
pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan
dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan
mudah digelontor untuk dibersihkan.
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam komdisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari
makanan ikan dan tepung tulang, sirop gula, tempat pembuatan susu
air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga.
c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung bibit
penyakit. Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran
yang mengandung kuman, adalah dengan membuat konstruksi jamban
yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan
kotoran, mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran
bayi, orang sakit danpenderita sakit mata. mencegah agar lalat tidak
masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan danbangkai
binatang.
d. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan
lalat dapatdilakukan dengan makanan dan peralatan makan yang
digunakan harus anti lalat, makanan disimpan di lemari makan,
makanan perlu dibungkus, jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang
kawat kasa., pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri
dll.
5. Penyakit yang di sebabkan oleh lalat
Di bawah ini sebagian jenis penyakit yang dikarenakan oleh lalat,
silakan dikaji sedetailnya di sini :
a. Penyakit Kala- Azar
Penyakit ini memiliki gejala yaitu demam yang tinggi,
mengalami muntah- muntah dan tubuh menggigil, badan akan
semakin kurus dan apabila tidak segera ditangani oleh dokter
makan bisa terjadi kematian.

9
b. Penyakit Tidur
Penyakit ini memiliki gejala gatal pada gigitan dari lalat,
selanjutnya badan mengalami deman, sakit kepala, tubuh
menggigil, kehilangan nafsu makan dan sendi-sendi pada tubuh
akan mengalami sakit yang berlebih. Penyakit ini mesti selekasnya
diobati karna semakin lebih serius bila tidak selekasnya diobati.
Selekasnya periksakan ke dokter atau rumah sakit paling dekat jika
Anda menalami hal semacam ini.
c. Penyakit Mucocutaneus
Penyakit ini dikarenakan oleh lalat penghisap darah
pheblotomus sp. Tanda dari penyakit ini yaitu juga akan terjadinya
papula pada tempat gigitan lalat serta berlangsung perubahan
bentuk dari permukaan kulit.
d. Penyakit Desentri
Penyakit desentri adalah peradangan usus besar yang memiliki
gejala sakit pada perut dan buang air besar secara terus- menerus
yang mengakibatkan si penderita penyakit menjadi lemas karena
kekurangan cairan dalam jumlah yang cukup banyak. Penyakit
seperti ini bisa mengakibatkan kematian apabila terlambat dalam
mengobati.
e. Penyakit Diare
Diare adalah penyakit dimana tubuh akan mengalami
rangsangan untuk buang air besar, diare adalah penyakit ketiga
yang dapat mengakibatkan kematian balita. Diare biasanya
disebabkan oleh oleh virus yang di dalamnya ada racunnya.
Penyakit seperti ini sangat berbahaya bagi anak balita oleh
karenanya jaga kebersihan makanan dari balita dan menjaga
kebersihan lingkungan.
f. Penyakit Thypoid

10
Sakit thypoid adalah penyakit yang menyerang usus dan
mengakibatkan sakit perut yang berlebihan, mengalami sakit
kepala dan mengalami BAB dengan disertai darah. Penyakit ini
apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian pada si penderita.
g. Penyakit Kolera
Penyakit kolera ialah muntah- muntah disertai dengan demam
dan dehidrasi. Penyakit kolera ini bisa disebabkan oleh lalat karena
tidak bisa menjaga kebersihan diri sendiri, kebersihan rumah, dan
kebersihan lingkungan sekitar. Karna penyakit ini umum keluar
ketika lingkungan yang kumuh serta kotor jadi baiknya bersihkan
tempat tinggal serta lingkungan sehari-hari dengan teratur.
h. Penyakit Calabar
Penyakit ini yaitu penyakit yang dikarenakan oleh cacing loa-
loa. Cacing ini yaitu genus dari lalat serta penyakit ini mempunyai
tanda pembengkakan jaringan serta ada tonjolan. Penyakit ini
harus juga selekasnya sembuh karna jika tidak selekasnya diobati
juga akan jadikan cacing itu berkembang biak didalam badan. Oleh
karenanya perlu untuk Anda untuk mengusir lalat, dapat dengan
lampu flycatcher yang memanglah di desain untuk memerangkap
lalat dengan higienis serta tanpa ada mengganggu siapa saja.

B. Tinjauan Umum Fly Grill


Fly grill ini dapat dibuat dari bilahan kayu yang lebarnya 2 cm dan
tebalnya 1 cm, dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 buah.
Bilahan-bilahan kayu tersebut hendaknya di cat berwarna putih. Alasan
menggunakan cat berwarna putih karena lalat lebih menyukai warna putih
dibandingkan dengan warna lain seperti kuning, hijau, dan biru (Sayono 2005)
bilahan-bilahan yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm
pada kerangka kayu yang telah disiapkan dengan sebaiknya pemasangan

11
bilahan pada kerangkanya mempergunakan kayu sekrup sehingga dapat
dibongkar pasang setelah dipakai.
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks)
populasi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil
pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill adalah
sebagai berikut :
a. 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b. 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-
tempat berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran
hewan, dan lain-lain)
c. 6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-
tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan
upaya pengendaliannya.
d. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat–tempat perkembangbiakan lalat dan
tindakan pengendalian lalat.

12
BAB III
METODE PERAKTIKUM
A. Jenis Peraktikum
Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah Pengukuran
Kepadatan Lalat dengan menggunakan Fly Grill.

B. Waktu dan Lokasi


Hari/Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017
Waktu : 16: 45 WIB
Tempat : Jln. Rusa
C. Alat
1. Fly Gill
2. Stopwatch
3. Lembar observasi pengamatn kepadatan lalat
4. ATK
D. Posedur Kerja
1. Siapkan alat yang akan diguanakan
2. Letakkan Fly Grill secara mendatar pada tempat yang suda ditentukan
3. Kemudian hitung berapa juamlah lalat yang hinggap di fly grill tersebut
4. Hitung selama 30 deting menggunakan stopwatch
5. Setelah 30 detik pertama, cacat hasil dan jumlah yang hinggap pada fly
grill tersebut pada lembar observasi yang telah di sediakan dan lakukan
hal tersebut sebanyak 10 kali perhitungan
6. Kemudian ambil ebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat tertinggi,
kemudian di rata-ratakan
7. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari praktikum pengukuran tingkat kepadatan lalat maka hasil yang
kami dapatkan adalah sebagai berikut :
FORM SURVEI KEPADATAN LALAT
Jumlah Lalat di Titik
Priode Total
Waktu 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
detik
25 3 10 28 1 4 25 8 5 7 116

5 Titik Terpadat

Titik 4 1 7 3 10 Total (x)


Jumlah
lalat 28 25 25 10 7 19

Standar Penilaian :
a. 0 – 2 : Rendah (tidak menjadi masalah)
b. 3 – 5 : Sedang ( perlu dilakukan pengamanan)
c. 6 – 20 : Cukup (Lakukan penanganan pada tempat
berkembang biyaknya, jika perlu lakuakan
pengendalian).
d. > 21 : Sangat tinggi/sangat (lakukan pengendalian)
Keterangan :
Jadi, nilai rata-rata tingkat kepadatan lalat yang di ukur dari 10 titik di
jalan Rusa dan diambil 5 pengukuran yang paling tertinggi yaitu:
Disekitar jalan Rusa :( 28 +25+25+10+7)/5= 19 ekor lalat.

14
B. Pembahasan
Berdasarkan pengukuran kepadatan lalat yang telah saya lakukan
dengan menggunakan fly grill dapat di analisis bahwa yang berada di jalan
Rusa mendapatkan nilai rata-rata dari hasil 5 pengukuran yang tinggi yaitu
19 ekor lalat maka, termasuk dalam kategori tidak aman. Dengan demikian,
perlu dilakukan penanganan agar tidak berkembang biyak, jika perlu
dilakuakan pengendalian. Upaya yang dapat di lakuakan yaitu masyarakat
yang tinggal di sekitar jalan Rusa harus selalu menjaga kebersihan
lingkungan agar tidak ada sampah-sampah yang berserakan dan menutup
tempat-tempat pembuangan sampah sehingga tidak mengundang vector lalat
terutama untuk tempat sampah di depan pemakaman umum dan tempat
sampah dipinggir sungai Pareman.
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi
lalat, baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah
dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang
membahayakan lingkungan.
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola
dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat
dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap
minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah.

15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran tingkat kepadatan lalat yang dilakukan di
sekitar jalan Rusa maka dapat disimpulkan bahwa cara pengukuran
kepadatan lalat yaitu letakkan Fly Grill pada tempat yang suda ditentukan
sebagai tempat pengukuran kemudian hitung jumlah lalat yang hinggap pada
block grill dan hitung dalam waktu 30 detik dengan menggunakan
stopwatch, dan lakukan pengukuran selama 10 kali. Dan jumlah rata-rata
tingkat kepadatan lalat yang didapatkan 19 ekor, perlunya dilakukan
penanganan dan pengendalian agar tidak berkembang biyak.
B. Saran
Dari hasil praktikum pengukuran tingkat kepadatan hasil yang di
dapatkan yaitu di kategorikan tidak aman dan sngat berbahaya. kondisi
lingkungan yang tidak bersih sehingga lalat banyak, sebiknya lingkungan
harus bersih terutama tempat sampah harus dalam kondisi tertutup agar lalat
tidak ada.

16
DAFTAR PUSTAKA
Dani Sucipto, Cecep. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Gusyen Publishing: Yogyakarta.
Devi Nuraini Santi.2010. Menajemen Pengendalian lalat. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Putri Dianing Wijayanti 2010. Hubungan Kepadatan Lalat. Fakultas Kesehatn
Masyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/307446491/MAKALAH-KEPADATAN-LALAT
(Diakses tanggal 30 Desember 2017)

17

Anda mungkin juga menyukai