Anda di halaman 1dari 10

1.

Definisi Kanker Servik


Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 2011).
Kanker serviks adalah suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.(Prawiroharjo, 2008).

2. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun)
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan
kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma

g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)


1
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
h. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex)
i. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan
bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita
infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin
meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian
besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua
faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin dbanyak berganti-
ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.Begitu pula
dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan
sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat
merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

3. Klasifikasi
a. Mikroskopis
(1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu
(2) Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks
(3) Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker
(4) Stadium karsinoma invasif

2
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi.Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri

b. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:


1) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan
2) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium
3) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.

4. Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat
seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah
krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan
setelah pengobatan ini.Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi
epithelium masuk dalam stroma serviks.Kanker servikal menyebar luas secara langsung
ke dalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi
yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal
invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan
rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk
kanker servik.Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma
invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat
awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri
punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf

3
lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria,atau
perdarahan rektum.

4
5. Phatways

5
6. Gejala Klinis
Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker
serviks ini
a. Perdarahan vagina abnormal
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak
selalu ada
b. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat
c. Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
d. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat,
mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
Gejala kanker serviks stadium lanjut
a. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau feses

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.Didapatkan hasil negatif
palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat.Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
b. Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan
menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga
tahun sekali sampai umur 65 tahun
c. Kolposkopi(pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.Alat ini
memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang
mungkin dapat dibiopsi

6
d. Servikografi
e. Pemeriksaan visual langsung
f. Gineskopi
g. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
h. Kuretase endoserviks
i. Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat
j. Biopsy kerucut
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive
k. MRI/CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional
l. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal
warnanya menjadi putih atau kuning
m. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya.Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

8. Komplikasi
- Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
- Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi Enteritis
b. Supresi sumsum tulang
c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin

7
9. Rencana Asuhana Keperawatan
A. Pengkajian
- Keluhan utama : perdarahan dan keputihan
- Riwayat penyakit sekarang : klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan
terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau
keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan
atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga
- Riwayat penyakit terdahulu : perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah
pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit infeksi
- Riwayat penyakit keluarga : perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain
- Riwayat psikososial : dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan
gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen
b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
c. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi
(Hardy, 2012).

C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen
NOC: Kalikan pengkajian nyeri secara konferhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi. Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri. Evaluasi pengalaman nyeri pada masa lampau. Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektipan cobtrol nyeri masa
lampau. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.

8
b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Kontrol Infeksi: Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti
kemerahan,panas,nyeri,tumor,dan adanya fungsiolesa, kaji temperatur klien tiap
4 jam, catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit,protein serum,albumin),
kaji warna kulit,kelembaban,tektur,dan turgor,cucui kulit dengan hati-hati,
gunakan hidrasi dan pelembab seluruh tubuh. Gunakan strategi untuk mencegah
infeksi nasokomial, tingkatkan intake cairan, cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan guna sarung tangan selama kontak dengan
darah,membran mukosa yang tidak utuh, ikuti transmisi pencegahan dasar untuk
udara droplet dan contact transmitted microorganisme, udara: isolasi klien di
dalam ruangan dengan dimonitor tekanan udaran negative,dengan pintu ruangan
ditutup,gunakan masker, ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda gejala
infeksi dan kalau terjadi untuk melaporkan pada perawat, ajarkan pasien dan
anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi.

c. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan


pemberian kemoterapi
NIC: Activity Theraphy
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program
terapi yang tepat, bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan, bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social, bantu untuk mengidentofikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, bantu
untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas sepeerti kursi roda, krek, bantu untuk
megidentifikasi aktivitas yang disukai, bantu klien untuk membuat jadwal
latihan di waktu luang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hardy, K. (2012). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:


Media Hadry.
Prawirohardjo. 2008. Ilmu kebidanan, edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai