Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

KELOMPOK 3
“Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung”

Disusun Oleh :
Ketua : Lucky Pesta Uli Damanik (14000046)
Sekretaris : Nicholas Hutabarat (14000029)
Anggota :

- Eninta Sri Ukur (14000001)


- Novi .O. Napitupulu (14000032)
- Ester Monika Hutapea (14000042)
- Lamria Maloni Siahaan (14000045)
- Dion Saputra Hia (14000028)
- Berlian Silalahi (14000043)
- Ernest C.W Gulo (14000031)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
laporan tutorial III dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu tentang
“Bisul-bisul pada Wajah dan Punggung”. Dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing selama tutorial ini berlangsung dan
teman-teman kelompok III yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa apa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna .
Untuk itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam
penyempurnaan laporan ini.Kami berharap semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita
semua yang membacanya.

Medan, 27 Januari 2016

Kelompok Tutorial 3

PEMICU

2
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Seorang siswi pelajar, K, 19 tahun, datang dengan keluhan adanya bisul bisul kecil
bernanah pada wajah, dada bagian atas, punggung dengan lengan atas yang telah dialami
sejak 3 bulan. Awalnya berupa bintil bintil merah kecil namun lama kelamaan menjadi
bisul bernanah. Kaang disertai adanya rasa gatal. Apa yang tejadi pada K?

MORE INFO 1

Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai:

Ruam : komedo, papul, pustul, nodul, krusta. Lokasi : regio frontalis, maksilaris,
mandibularis, nasalis, mentalis, infraclavicularis, deltoideus dan suprakapularis dextra et
sinistra.

Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan : Hb 12.1 mg/dl, leukosit 6300/mm3, erotrosit
4,6 juta /mm3, trombosit 274.000/mm3. LED 8mm/jam, hitung jenis leukosit
:0/2/4/60/28/6.

Bagaimana kesimpulan suadara mengenai keadaan K?

MASALAH :

 Gatal.
 Bisul bernanah pada daerah wajah,dada bagian atas, punggung, dan
lengan atas.
 Awalnya bintil-bintil merah.

ANALISA MASALAH :

Zat Iritan Parasit Mikroorganis Zat Penyebab


me Alergi(makan
an,dll)
3
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Menginvasi kulit

Alergen ditangkap
dan diproses sel
Langerhans sebagai
APC

Dipresentasikan
ke sel T

Peransangan
keluarnya
Histamin

Muncul Muncul Ruam di


Respon Gatal kulit

Papul
multiple
eritematosa

Pustul

Manipulasi

Erosi

4
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Ekskoriasi

Krusta

HIPOTESA :

 Acne Vulgaris

 Acne Rosasea

 Folikulitis

LEARNING ISSUE :

1. Fisiologi dan Histologi Kelenjar Sebasea


2. Diagnosa Banding sesuai Pemicu
3. Definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi, factor resiko , manifestasi klinis dari
Acne Vulgaris
4. Pathogenesis dan Patofisiologi Acne Vulgaris
5. Penegakan diagnose Acne Vulgaris
6. Penatalaksanaan dan Pencegahan Acne Vulgaris
7. Komplikasi dan Prognosis Acne Vulgaris

PEMBAHASAN LEARNING ISSUE :

5
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

1. Fisiologi dan Histologi Kelenjar Sebasea

FISIOLOGI KELENJAR SEBASEA

Kelenjar sebasea adalah sebuah kesatuan unilobular atau multibular yang


biasanya berhubungan dengan folikel rambut, bersama dengan folikel rambut membentuk
sebuah struktur yang di kenal dengan unit pilosebasea. Jumlah kelenjar sebasea
cenderung tetap sepanjang hidup, sementara ukurannya cenderung untuk bertambah
seiring pertambahan usia. Kelenjar sebasea bervariasi dalam ukuran dan terletak di
seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Konsentrasi kelenjar sebasea
tertinggi ditemukan pada wajah dan kulit kepala, namun ditemukan dalam jumlah sedikit
pada bibir (hal ini penting karena bibir memiliki kadar vitamin E yang lebih rendah
dibandingkan sekuruh area wajah lainnya karenanya kurang memiliki sebum). Meski
seringkali dikaitkan dengan folikel rambut, kelenjar sebasea ditemukan pada area tidak
berambut seperti kelopak mata, yang dikenal dengan sebutan kelenjar meibom.

 Fungsi Sebum
Fungsi pasti dari sebum belum sepenuhnya dimengerti. Pengetahuan saat ini
mengindikasikan bahwa fungsi dari kelenjar sebasea lebih kompleks dari yang
sebelumnya diketahui. Sebum saat ini diketahui memegang peranan penting dalam
organisasi tiga dimensi dari lipid permukaan kulit. (Skin Surface Lipids-SSL), produksi
gliserol yang penting untuk hidrasi kulit, dan sebagai agen pelembab oklusif. Sebum
melindungi kulit dari stress oksidatif karena mengandung vitamin E, sebuah antioksidan
kuat. Terlebih lag, sbum juga menunjukkan aktivitas antimikrobial karena mengandung
lgG, yang dianggap dapat membantu mencegah infrksi. Serupa hal tersebut, sel-sel aktif
dari kelenjar sebasea, sebosit, menunjukkan sifat pro - dan anti - inflamasi, mampu
menggunakan kolesterol sebagai subtrat untuk steroidogenesis komplit, menunjukkan
program pengaturan untuk neuropeptida, dan secara selektif mengontrol aksi hormon dan
senobiotik kulit. Kepentingan dari kelenjar sebasea dan produksi sebum dalam
homeostatis kulit lebih lanjut lagi terbukti melalui berbagai kelainan kulit yang
berhubungan dengan aktivitasnya yang terganggu. Tentu saja, kelainan yang paling

6
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

umum adalah acne. Jumlah kelenjar sebasea dapat mencapai 400-900 kelenjar per cm2 di
mana saja pada tubuh. Beberapa studi telah menggunakan berbagai teknik untuk
mengevaluasi jumlah kelenjar sebasea. Studi-studi awal yang mendokumentasikan
jumlah kelenjar sebasea menggunakan salah satu dari dua teknik ini ,yaitu cara langsung
atau tidak langsung.

Faktor perangsang produksi Sebum:


1. Androgen :
Telah diketahui bahwa untuk produksi sebum, kelenjar sebaseamemerlukan hormon
Androgen. Pasien yang memiliki keadaan genetik pada androgen reseptor, tidak
mempunyai sebum dan akne.
2. Retinoid :
Isotretinoin adalah zat kimia yang paling ampuh dalam menginhibisiproduksi dari sebum.
Hal ini dapat terlihat hasilnya dalam 2 minggusetelah pemakaian. Kelenjar sebasea
menjadi kecil, dan lemak yangdihasilkan dari kelenjar sebasea pun berkurang.
3. Melanokortin :
Pada binatang mencit melanokort meningkatkan produksi sebum.Rekayasa genetik yang
dilakukan pada tikus dengan kekuranganreseptor melanokortin-5 mengalami hipoplasia
dari kelenjar sebaseasehingga produksi sebum berkurang. Reseptor melanokortin-5
padamanusia telah teridentifikasi pada kelenjar sebasea, dimana produksisebum dapat
dimodulasi.
4. Peroxisom Proliferator-Activated Receptors (PPRAs)
PPRAs mirip dengan reseptor retinoid. Setiap resepetor membentuk heterodimer dengan
reseptor retinoid X untuk mentranskiripsikan gen-gen yang bersangkutan metabolisme
lemak dan proliferasi dandiferensiasi seluler.

5. Fibroblast Growth Factor Receptors


FGFR 1 dan FGFR 2 terdapat di epidermis kulit dan jaringanpenyangga kulit. FGFR 2
memiliki peran penting dalam embriogenesispada formasi kulit. Mutasi pada FGFR 2

7
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

menyebabkan Apert syndromyang biasanya disertai akne, tetapi prosesnya sendiri masih
tidak diketahui.
6. Estrogen
Estrogen dapat mengurangi proses lipogenesis. Estrogen sendiribekerja sebagai inhibitor
Androgen dan gonad via hipofisis. PadaTerapi Pengganti Hormon (TPH) dapat
meningkatkan produksi lemak pada kulit, dimana tergantung Hormon dominan mana
yang diberikan.TPH ini dapat merefleksikan efek dari Progesteron, dimana Esterogenitu
sendiri menekan produksi sebum.
7. Progesteron
Efek progesteron terhadap produksi sebum masih kontradiksi. Padawanita menstruasi,
peningkatan sekresi sebum dianggap sebagai efek dari progesteron.

HISTOLOGI KELENJAR SEBASEA


Kelenjar sebasea terbenam dalam dermis pada sebagian besar permukaan
tubuh.Terdapatsekitar 100 kelenjar per sentimeter persegi pada sebagian besar tubuh,
namun jumlah ini bertambah mencapai 400-900/cm2 dibagian muka, dahi dan kulit
kepala. Kelenjar sebasea, yang tidak ditemukan pada kulit telapak kaki dan telapak
tangan, merupakan kelenjara sinar yang biasanya memiliki beberapaa sini yang bermuara
kedalam saluran pendek.Saluran ini biasanya berakhir di bagian atas folikel rambut di
daerah tertentu, seperti glands penis, glands klitoris, dan bibir, kelenjar ini bermuara
langsung kepermukaan epidermis. Asini terdiri atas lapisan basal sel-sel epitel gepeng tak
berdiferensiasi yang terletak diatas lamina basal. Sel-sel ini berproliferasi dan
berdiferensiasi, yang mengisi asini dengan sel-sel bulat dengan banyak tetes lemak di
dalam sitoplasmanya. Intinya berangsur mengkerut, dansel-sel secara serentak terisi
dengan tetes lemak dan pecah.Hasil proses tersebut adalah sebum, yaitu secret kelenjar
sebasea, yang secara berangsur pindah kepermukaan kulit.

8
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Kelenjarsebasea.Kelenjarinimerupakankelenjarholokrinkarenaproduknyadisekre
sibersamasisasel-selmati.Selinduk (panah)
padadasarkelenjarberproliferasiuntukmenggantikansel-sel yang hilang.

Kelenjar sebasea merupakan contoh suatu kelenjar karena produk sekresinya merupakan
contoh suatu kelenjar holokrin kaerena produk sekresinya dilepaskan bersama sisa sell
mati. Produk ini terdiri atas campuran lipid yang mencakup trigliserida, lilin, squalene,
dan kolesterol beserta esternya.Kelenjar sebasea mulai berfungsi pada pubertas.Faktor
pengatur utama dari sekresi kelenjar sebasea pria adalah testosteron; pada wanita, faktor
pengatur utamanya adalah kombinasi androgen ovarium dengan androgen adrenal.
Fungsi sebum pada manusia sebagian besar masih belum jelas.Sebum mungkin memiliki
sifat antibakteri dan antijamur yang lemah.Sebum tidak memiliki andil dalammencegah
kehilangan air.

9
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

2. Diagnosa Banding sesuai Pemicu

Nama Defenisi Etiologi Tanda dan Tempat Pemeriksaan


Penyak Gejala Predileksi penunjang
it
Acne vulgaris Peradanga  Bangsa/ras Efloresensi Wajah, a. Analisis
n kronik  Makanaan mula-mula dada, komposisi
dari folikel  Musim/ikli berupa punggung, asam lemak di
pilosebase m komedo dan dan kulit.
a yang  Kebersihan selanjutnya lengan b.Pemeriksaan
disebabkan /hygiene menjadi atas . terhadap
oleh  Faktor pustula atau mikroorganisr
beberapa keturunaan nodus dan ne ,seperti
faktor  Infeksi kista Propionibacter
 Hormonal ium acnes,
Staphylococcu
 Kosmetik
s epidermidis
 Kejiwaan/k
dan
elelahan
Pityrosporum
ovale.
Acne Rosasea peradanga Belum diketahui Mula-mula Wajah, Pada
n kulit timbul terutama gambaran
yang bercak- hidung histopatologi
bersifat bercak dan pipi. tampak
kronik, merah di gambaran
terutama di wajah, yang granuloma-
wajah. makin granuloma
meluas dan yang
menetap. mencolok
Tampak
pelebaran
pembuluh
darah
(teleangiekt
asis),papula
dan pustula,

10
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Miliaria(kerin Adalah udara panas atau Vesikel,pap Dapat Pada


gat buntet) suatu lembap, a- terjadi gambaran
dermatitis tersumbatnya papul,makul pada histopatologi
yang pori-pori kelenjar a anggota akan tampak:
timbul keringat oleh eritematosa badan dan infiltrat
akibat bakteri yang bagian limfosit
tersumbatn menimbulkan tubuh lain perivaskular
ya saluran- peradangan dan seperti dan
saluran edema akibat wajah, vasodilatasi
kelenjar keringat yang tidak leher,dan pembuluh
keringat keluar dan kulit darah di
diabsorpsi oleh kepala, permukaan
stratum komeum. dermis.

Folikulitis peradanga Stafilokok Rasa gatal Daerah a.Gambaran


n folikel (koagulase positif). dan rasa berambut, histopatologi
rambut terbakar, paling tampak:
makula sering Folikel rambut
eritematosa pada kulit yang
disertai kepala dan edematosa
papula atau ekstremita dengan
pustula yang s. sebukan sel-
ditembus sel radang
oleh rambut, akut.
krusta b.Pemeriksaan
miliar bakteriologis
sampai dari sekret lesi
lentikular (dengan
pewarnaan
Gram).
Perioral Dermatitis Belum diketahui Eritema,Pap Wajah, Belum ada
Dermatitis kronik ul,pustul sekitar pemeriksaan
berupa mulut penunjangnya,
papulopust namun
ular pada hamper mirip
wajah dengan
rosacea

3. Definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi, factor resiko , manifestasi


klinis dari Acne Vulgaris

11
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

12
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

4. Pathogenesis dan Patofisiologi Acne Vulgaris

↑ konversi hormon
androgen

DHEA-S → DHT
Oleh 17 β hydroxysteroid
dehidrogenase & 5α reduktase

DHT ↑

DHT mengikat reseptor


androgen

Proliferasi sel penghasil Mengeluarkan sebum


sebum lebih banyak

Sebum bersifat komedogenik Perubahan komposisi


(skualen, lilin(wax), ester, sterol, lemak
kolesterol, lipid, trigliserida)

Trigliserida ↑ lipoperoxide ↓ Asam linoleik Sterol bebas ↓

Oleh P.acne Produksi Induksi Ketidak


Mengaktifkan mediator seimbangan
dipecah hiperprolifer
reseptor proinfla antara
menjadi asi di
peroxisom masi kolesterol
Asam lemak folikuler
13 proliferasi sitokin keratinosit bebas &
bebas
kolesterol
sulfat
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

Kolonisasi ↑ sebum Hiperkeratosis Adhesi


P.Acne folikuler korneosit
akroinfundi
bulum ↑

Mikrokomedo Mengakibatkan
berkembang distensi dinding
folikuler

Mudah ruptur

Proses inflamasi

Ada empat hal penting yang berubungan dengan terjadinya akne :

1. Kenaikan ekskresi sebum


Akne biasanya timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar
dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Pertumbuhan kelenjar minyak dan produksi
sebum ada dibawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terjadi peningkatan
konversi hormon androgen yang normal beredar dalam darah (testoteron) ke bentuk
metabolit yang lebi aktif (5 alfa dihidrotestoteron). Hormon ini mengikat reseptor
androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Perubahan komposisi lemak yaitu kadar skualen dan ester lilin(wax) yang tinggi,
sedangkan kadar asam lemak, terutama asam linoleik rendah.

2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan
korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini disebabkan oleh :

 Bertambahnya produksi korneosit pada saluran pilosebasea.


 Pelepasan korneosit yang tidak adekuat

Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi
penurunan asam linoleik. Hal ini dapat menyebabkan asam linoleik setempat pada epitel
folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari

14
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang dapat menimbulkan
peradangan.

3. Bakteri
Empat macam mikroba yang terlibat patogenesis akne adalah Corynebacterium
acnes , Proprionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, Pityrosporum
ovale.

4. Peradangan
Pencetus kemotaksis adalah dinding sel, dan produk yang dihasilkan oleh bakteri
, seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan neuramidase.

Patofisiologi

5. Penegakan diagnose Acne Vulgaris

15
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

6. Penatalaksanaan dan Pencegahan Acne Vulgaris

 Pengobatan akne vulgaris1

Pengobatan topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri atas:
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya
sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida
benzoil (2,5-10%), dan asam azeleat (15-20%), Retinoid memiliki
tiga sediaan yaitu krim 0.025%, solusio 0.05%, dan gel 0.1%. efek
samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara pemakain berhati-
hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah.
2. Antibiotika topical yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris,
misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin
fosfat (1%).
3. Antiperadangan topikal yaitu berupa salap atau krim kortikosteroid
kekuatan ringan atau sedang misalnya hidrokortison (1-2,5%), atau
suntikan intralesi kortikosteroid kuat seperti (triamnisolon
asetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulo-kistik
4. Lainnya, misalnya etil laktat 10%, untuk menghambat
pertumbuhan jasad renik.

Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas
jasad renik, mengurangi reaksi radang, dan menekan produksi sebum dan
mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri
atas:
1. Antibakteri sistemik, seperti Tetrasiklin (250 mg-1.0 g/hari),
Eritromisin (4x250 mg/hari). Doksisiklin(50 mg/hari), azitromisin
250-500 mg seminggu 3x, dan ttrimetroprim-sulfanetoksazol
untuk akne yang parah dan tidak responsive dengan obat lain,
karena efek sampingnya. Obat lain ialah klindamicin dan dapson
(50-100mg sehari)

16
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen seperti estrogen


(50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan), atau antiandrogen
siproteron asetat (2 mg/hari). Pengobatan ini ditujukan untuk
penderita wanita dewasa akne vulgaris beradang yang gagal
dengan terapi yang lain. Kortikosteroid sistemik diberikan untuk
menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal
misalnya prednisone (7,5 mg/hari) atau deksametason (0.25-0.5
mg/hari)

3. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai


antikeratinisasi (50.000 ui- 150.000 ui/hari) sudah jarang
digunakan sebagai obatb akne karena efek sampingnya.
Isotretinoin (0,5-1 mg/kgBB/hari) merupakan derivate retinoid
yang menghambat produksi sebum sebagai pilihan pada akne
nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan
pengobatan lain. Pasca pemberian retinoid oral pada wanita usia
produktif hanya dapat dilakukan setelah melalui prosedur ketat
preterapi, dalam masa terapi dan pasca terapi untuk menjaga
terjadinya efek samping terutama terotegenik. Prosedur tersebut
sangat diperlukan untuk menghindari dilakukannya aborsi prenatal
pada pasien.

4. Obat lainnya, misalnya antiinflamasi nonsteroid ibuprofen (600


mg/hari), dapson (2x100mg/hari), seng sulfat (2x200mg/hari)
Kongres European Academy of Dermatology and Venerology ke-9 di Jenewa tahun 2002
mengeluarkan konsensus tentang pengobatan acne seperti tercantum pada tabel di bawah
ini.
Algoritme internasional untuk pengobatan akne2

Efek terapeutik obat topikal3

17
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

 Pencegahan Akne Vulgaris


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah
sebagaiberikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara dietrendah
lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat,cukup
berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika
secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman
keras,pedas, rokok, dan sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya.
Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang
membuatnya putus asa atau kecewa.

18
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

7. Komplikasi dan Prognosis Acne Vulgaris

1. Komplikasi
Semua jenis lesi acne mempunyai potensial untuk sembuh sendiri. Pad tipe kulit
hitam setelah inflamasi menimbulkan hiperpigmentasi pada kulit. Pada beberapa
individu setelah penyembuhan lesi acne menjadi pemanen.acne vulgaris juga
mengganggu psikologi pada beberapa pasien.

2. Prognosis
Umumnya prognosis penyakit baik. Acne vulgaris umumnya sembuh sendiri
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi acne vulgaris yang menetap
sampai tua atau mencapaigradasi sangat berat sehingga perlu dirawat inap di
rumah sakit.

19
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

KESIMPULAN

Seorang anak laki-laki, umur 10 tahun dating dengan ibunya ke RS dengan


keluhan seperti yang tertera pada pemicu menderita penyakit Skabies,dengan
penatalaksanaan sesuai SKDI 4,dimana sebagai dokter umum mampu mendiagnosis dan
member tatalaksana sampai tuntas.

20
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Bratawidjaja, K.G. 2007. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 260-262.
2. Djaenudin Natadisastra, Ridad Agoes Parasitologi kedokteran : ditinjau dari organ
tubuh yang diserang . Jakarta : EGC, 2009
3. Djuanda,adhi. ILMU PENYAKIT KULIT danKELAMIN.Jakarta.Balai penerbit FK
UI: 2010

4. Fitzpatrick’s.DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE,ed


8.USA.McGrawHill

5. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 1997.

6. Johnston G,Sladden M.Scabies:Diagnosis and Treatment.British Medical J.2005

7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia, Ed. 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran: EGC;


2011

8. Siregar.R.S.Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed2 .Jakarta.EGC.2004

9. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An
Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 105-11

21
Bisul-bisul kecil pada Wajah dan Punggung Kelompok 3

22

Anda mungkin juga menyukai