Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh
darah dan luka pada organ tubuh yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer,
2014).
Fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price
and Wilson, 2006).
2. Klasifikasi
a. Fraktur terbuka (simple fraktur): bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, biasanya disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.
b. Fraktur tertutup (compoun fraktur): bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
c. Fraktur dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed, union, nonunion, infeksi
tulang (Nurarif, 2016).
3. Etiologi
a. Faktor traumatik dapat disebabkan oleh:
- Cedera langsung (direct trauma) yaitu apabila fraktur terjadi ditempat dimana
bagian tersebut mendapat rudapaksa, misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang
- Cedera tidak langsung (indirect trauma) yaitu suatu trauma yang menyebabkan
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian kekerasan, misalnya
penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pergelangan tangan
b. Faktor patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
c. Faktor stres terjadi karena adanya stes yang kecil dan berulang-ulang pada daerah
tulang yang menopang berat badan. Faktor stres jarang sekali ditemukan pada anggota
gerak atas
4. Manifestasi Klinis
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapat trama (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar
mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma
olahraga)
d. Gangguan fungsi anggota gerak
e. Deformitas (perubahan bentuk atau kelainan bawaan)
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala lain
5. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh yaitu stres, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemamuan otot mendukung tulang turun baik yang terbuka maupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan maka volume darah menurun, COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma
dan poliferasi edema lokal maka terjadi penumpukan dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganguan rasa nyaman
(nyeri).
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi refral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu, fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit dan
kemungkinan dapat terjadi infeksi karena terkontaminasi dengan udara luar. Pada
umumnya pasien fraktur terbuka atau tertutup akan dilakukan imobilitas untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada empatnya sampai sembuh.
Pathway
Fraktur
Gangguan fungsi
Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak
ekstremitas
Edema Emboli
Laserasi kulit
7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi:
a. Reduksi fraktur : berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi eratomis, mengembalikan fragmen tulang pada posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan
biasanya traksi, bidai, dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pen, kawat, sekrup, plat, paku.
b. Imobilisasi : dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna. Mempertahankan
dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran
darah, nyeri, perabaab, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi untuk penyatuan tulang
yang mengalami fraktur adalah selama 3 bulan.
8. Komplikasi
a. Komplikasi awal
- Kerusakan arteri: ditandai dengan tidak adaya nadi, CRT menurun, sianosis bagian
distal, hematom yang lebar, dingin pada ekstremitas disebabkan karena tindakan
emergensi dan pembedahan
- Kompartement syndrom: terjebaknya otot, tulang, saraf, pembuluh darah dalam
jaringan parut disebabkan perdarahan dan edem
- Fat Embolism Syndrom (FES): sel lemak yang dihasilkan bone morrow kurang
masuk kealiran darah yang menyebabkan tingkatan oksigen dalam darah rendah
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipneu, demam
- Infeksi
- Avaskuler (AVN): aliran darah ke tulang terganggu menyebabkan nekrosis tulang
- Shock: kehilangan banyak darah, meningkatkan permeabilitas kapiler,
menyebabkan menurunnya oksigen
b. Komplikasi dalam waktu lama
- Delayed union: kegagalan fraktur berkonselidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung karena penurunan suplai darah ke tulang
- Nonunion: kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap , kuat, stabil dalam 6-9 bulan
- Malunion: tulang yang patah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya,
membentuk sudut atau kiring
Daftar Pustaka
Nurarif, amin huda dan hardhi kusuma.2016. asuhan keperawatan praktis berdasarkan
penerapan diagnosa Nanda NIC,NOC dalam berbagai kasus edisi revisi jilid 1. Yogyakarta,
Mediaction.
Smelter ,S.C 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
Price dan Wilson.2006. Potofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
1 dan 2. Jakarta . EGC