Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri dari bahan organik
maupun anorganik dari sisa atau residu yang timbul akibat aktifitas manusia yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelolah agar tidak membahayakan
lingkungan dan mengganggu estetika.(Badan Standarisasi Nasional, 2002)
Untuk menjaga estetika serta kebersihan lingkungan di Kota Jambi,
Pemerintah Daerah menyediakan angkutan yang secara rutin mengumpulkan dan
mentransportasi sampah padat ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang
berlokasi di daerah Talang Gulo, beberapa kilometer dari pusat kota Jambi.
Terjadi peningkatan produksi sampah dalam beberapa tahun terakhir ini, TPA
Talang Gulo Kota Jambi tidak lagi dapat menampung sampah padat karena telah
mencapai kapasitas maksimumnya. Walaupun persoalan sampah padat dari
masyarakat dapat dicarikan lokasi alternatif TPA yang baru, tetapi potensi
pencemaran lingkungan sekitar TPA seperti dari bahan organik dan anorganik
masih tetap tinggi. Proses penimbunan sampah secara terus menerus di daerah
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah menghasilkan air lindi (leachate) yang
mencemari lingkungan.
Penumpukan sampah secara open dumping pada TPA merupakan metoda
yang banyak digunakan dalam penanganan sampah padat karena sederhana dan
murah. Sistem open dumping ini tidak lagi dianjurkan karena menyebabkan
banyaknya volume sampah di tempat pembuangan akhir,. Sistem pengolahan
sampah berkelanjutan diharapkan menjadi kriteria dasar dalam perancangan
sistem pengolahan limbah yang antara lain meliputi tempat pembuangan sampah
yang berkelanjutan dengan pra-pengolahan sampah sebelum dibuang, adanya
pelapis pada bagian bawah tumpukan sampah untuk menghindari pelepasan lindi
ke lingkungan sekitar, sistem pengumpulan gas serta pengontrolan jumlah
sampah.
TPA dengan sistem open dumping berpotensi mencemari lingkungan.
Berbagai isu lingkungan yang timbul seperti pencemaran sumber air karena
adanya potensi bahan organik dan logam berat dari tumpukan sampah
termobilisasi ke lingkungan sekitar. Bahan organik yang berasal dari tumpukan
sampah dapat terdegradasi karena aktivitas mikroorganisme dan masuk ke dalam
aliran air tanah. Pencemaran air tanah oleh material organik dan anorganik yang
tersaring oleh tanah terjadi dengan cara masuk ke dalam formasi bantalan air
bawah tanah (Lviv Polytechnic National University, 2010) dan menyebabkan
tercemarnya sumur-sumur dangkal yang digunakan sebagai sumber air minum
bagi masyarakat sekitar.
Pada sistem open dumping, potensi pencemaran air tanah oleh leachate
semakin besar, karena tidak adanya lapisan dasar dan tanah penutup yang
menyebabkan leachate semakin banyak sehingga masuk ke air tanah. Leachate
biasanya mengandung senyawa-senyawa organik (hidrokarbon, asam humat,
tanah dan galat) dan senyawa anorganik (natrium, kalium, magnesium, fosfat,
sulfat dan logam berat) (Fatmawinir, 2015). Komposisi lindi bervariasi tergantung
dengan karakteristik tanah tempat penumpukan sampah, salah satu komponen
yang berbahaya di lindi adalah logam berat yang berasal dari sisa-sisa barang
elektronik, sisa bahan pewarna, dan baterai bekas yang mengandung logam berat
Pb, Cd, Hg, As, Cu, Zn, Ni, Cr dan lain-lain (Al Raisi., 2014). Logam berat yang
terdapat di dalam sampah akan terdekomposisi dan larut bersama terbentuknya
lindi. Semua hasil dekomposisi ini membentuk satu kesatuan dengan tanah.
Kota jambi merupakan kota yang pembangunannya meningkat setiap
tahun. Peningkatan pada daerah perkotaan di kota Jambi memicu meningkatnya
aktifitas penduduk pada semua sektor baik perumahan, industri, perdagangan
maupun sektor lainnya. Salah satu dampak dari aktifitas tersebut adalah limbah
padat atau sampah.
Letak TPA Talang Gulo yang hanya ± 1 km dari perumahan penduduk dan
memiliki topografi dengan kemiringan 20% berpotensi memberikan dampak
pencemaran lingkungan melalui air tanah. Penelitian tentang penghilangan logam
berat pada tanah yang tercemar minyak pelumas telah dicobakan dengan
menggunakan larutan pencuci chelating agent berupa EDTA 0,1M (Aziz et al.,
2015) dan memerlukan waktu yang cukup lama. Penghilangan logam berat
menggunakan metode leaching dengan asam klorida (Kim, 2013) selama 30 menit
dengan rasio optimum 1:30 g/mL antara reagen tanah dan pencuci. Berdasarkan
uraian kegiatan terdahulu diatas, maka Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dan menangani potensi bahaya kandungan logam berat pada air lindi TPA Kota
Jambi dengan metoda ekstraksi padat cair pada tanah menggunakan pelarut air .

1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1.3. Hipotesa

1.4. Tujuan
1. Mempelajari potensi bahan anorganik dari tumpukan sampah
termobilisasi dan mencemari sumber air dan tanah sekitar.
2. Mempelajari pengaruh waktu inkubasi terhadap penurunan kandungan
logam berat di air tanah.
3. Mempelajari tingkat keefektifan metode leaching menggunakan
pelarut air pada tanah yang tercemar logam berat.
1.5. Manfaat
1. Memperoleh potensi bahan anorganik dari tumpukan sampah
termobilisasi dan mencemari sumber air dan tanah sekitar.
2. Memperoleh kondisi optimum dari variasi waktu inkubasi terhadap
penurunan kandungan logam berat di air tanah.
3. Memperoleh tingkat keefektifan metode leaching menggunakan
pelarut air pada tanah yang tercemar logam berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah


Menurut UU No 18/2008 Tentang Pengelolaan Sampah, pengertian
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Didalam pengelolaannya sampah ditempatkan dalam
penampungan sementara sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,
pengolahan, dan tempat pengolahan sampah terpadu. Pengolahan sampah terpadu
adalah tempat diaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Sementara
tempat pemrosesan akhir sampah adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan (UU No 18/2008).
Di dalam peraturan perundangan diatas disebutkan bahwa fungsi tempat
pemrosesas akhir (TPA) sampah adalah untuk mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Ada beberapa metode
pengolahan sampah di TPA yaitu:
1. Open dumping atau pembuangan terbuka; merupakan cara pembuangan
sederhana dimana sampah ditumpuk dan dibiarkan terbuka.
2. Controlled landfill; metode ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan
tanah untuk menghindari potensi pencemaran lingkungan yang timbul.
Penimbunan kadang didahului dengan proses pemadatan terlebih dahulu
untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan.
3. Sanitary landfill; metode ini dilakukan dengan cara menimbun sampah yang
telah dipadatkan dengan tanah dan dilakukan terus menerus secara berlapis-
lapis, proses pelapisan tanah ini dilakukan secara rutin setiap hari pada setiap
akhir jam operasi.
4. Inceneration; dengan cara membakar sampah, namun cara ini dilakukan
untuk volume sampah sedikit.
5. Composting; pengolahan sampah untuk dimanfaatkan sebagai pupuk.
6. Recycling; biasanya dilakukan untuk sampah yang tidak terurai seperti
sampah plastik, kaleng, botol kaca dan lain-lain.
7. Hog Feeding; cara pengolahan dengan sengaja mengumpulkan sampah basah
untuk makanan ternak.
Sebelum adanya UU No 18 Tahun 2008, TPA diartikan sebagai tempat
pembuangan akhir, namun kemudian oleh peraturan perundangan diganti menjadi
tempat pemrosesan akhir yang didefenisikan sebagai pemrosesan akhir sampah
dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya
ke media lingkungan secara aman (UU No 18/2008).
Namun di dalam pelaksanaannya, banyak TPA yang hanya melakukan
proses penumpukan sampah (open dumping) dalam kondisi terbuka dan tanpa
pelapis tanah di lokasi tempat pemrosesan akhir. Hal ini disebabkan metode ini
dianggap murah dan mudah dilakukan. Sebagian besar TPA di Indonesia masih
menggunakan sistem penimbunan sampah terbuka (open dumping), hanya 9% dari
TPA yang ada di Indonesia menggunakan sistem contolled landfill dan sanitary
landfill (SLHI, 2007). TPA dengan sistem open dumping berpotensi menimbulkan
masalah bagi lingkungan sekitar, antara lain pertumbuhan vektor penyakit,
pencemaran udara melalui gas metana (CH4), bau yang ditimbulkan serta
pencemaran leachate. Leachate merupakan air hasil dekomposisi sampah yang
mengalami infiltrasi dan dapat menyebabkan pencemaran air tanah.
2.2. Tanah
Tanah merupakan suatu tubuh alam dipermukaan bumi yang terjadi akibat
bekerjanya gaya-gaya alami terhadap bahan alami (Wesley, 1977). Menurut Foth
1984, Tanah didefinisikan sebagai bahan mineral hasil evolusi yang dipengaruhi
oleh faktor genesis (proses lahir atau pembuatannya) dan faktor lingkungan,
seperti batuan induk, iklim, makro- dan mikroorganisme, serta kondisi topografi.
Tanah sebagai sistem tersusun oleh tiga komponen, yaitu: padat, cair, dan gas.

2.2. Sampah

2.3. Air Lindi (Leachate)


Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal
kedalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat
diketahui bahwa kuantitas dan kualitas leachate akan sangat bervariasi dan
berfluktuasi, yang dapat dilihat pada gambar berikut (Vesilind et al., 2002).

Gambar 1. Skema terjadinya Leachate


Gambar 1 menunjukkan proses terjadinya leachate yang dimulai dengan
air hujan yang jatuh dan sebagian mengalami run off (RO) dan sebagian lain
terinfiltrasi ke dalam tanah. Sebagian yang terinfiltrasi akan menguap melalui
tumbuhan dan sisanya akan bergerak kebawah membentuk leachate.
Leachate disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari
resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Leachate
bersifat toksik karena adanha zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal
dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah
rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada
sampah. Hamper disemua TPA, leachate terdiri dari cairan yang terdapat di TPA
dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase, air hujan, air tanah dan air dari
bawah tanah dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Komposisi
leachate dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: komposisi dan umur
sampah, lokasi dan pengoperasian serta kondisi landfill, iklim dan kondisi
hidrogeologi, kelembaban, temperatur, pH, dan tingkat stabilisasi.
(Tchobanoglous et al., 1993).
2.4. Logam Berat
Semua komponen bumi seperti udara, tanah, dan air akan mengalami
dampak penggunaan senyawa kimia lama atau baru, yang sebagian besar belum
diketahui secara pasti apa akibatnya bagi manusia dan lingkungannya. Bila
senyawa organik dapat mengalami transformasi kemudian secara berangsur akan
berubah menjadi bentuk akhir yang relatif tidak berbahaya, tidak demikian halnya
dengan logam berat. Logam berat secara alamiah akan terus berada di alam,
karena tidak mengalami transformasi (persistent), sehingga menyimpan potensi
peracunan yang laten , yang sering disebut sebagai bom waktu kimia (Salomon
dan stigliani, 1995).
2.4.1. Mangan (Mn)
Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia
serupa dengan besi, mangan berada dalam bentuk manganous (Mn 2+) dan
manganic (Mn 4+). Di dalam tanah, Mn berada dalam bentuk senyawa mangan
dioksida. Kadar mangan dalam perairan alami sekitar 0,2 liter atau kurang, kadar
yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam.
Perairan asam dapat mengandung mangan sekitar 10-150 liter.
Mangan merupakan nutrient renik yang esensial bagi tumbuhan dan
hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu
komponen penting pada sistem enzim, defisiensi mangan dapat mengakibatkan
pertumbuhan terhambat serta sistem saraf dan proses reproduksi terganggu. Pada
tumbuhan, mangan merupakan unsur esensial dalam proses metabolisme.
2.4.2. Timbal (Pb)
Timbal adalah jenis logam yang lunak dan berwarna coklat kehitaman,
serta mudah dimurnikan, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan
logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini sangat popular dan banyak dikenal
oleh orang awam, hal tersebut disebabkan banyaknya timah hitam yang digunakan
di pabrik dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup.
Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai
bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan
pipa), perlengkapan medis (penangkalan radiasi dan alat bedah), cat, keramik,
peralatan ilmiah/ praktek.
Saat ini masalah pencemaran lingkungan sangat membahayakan
lingkungan dan kesehatan. Kondisi lingkungan tercemar menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
manusia. pencemaran lingkungan terjadi sebagai akibat masuk atau
dimasukkannya sesuatu (makhluk hidup, zat, atau energi) kedalam lingkungan.
Lingkungan dikategorikan tercemar jika telah terjadi prubahan dan bergeser dari
kondisi semula.
2.5. Leaching
Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah
pelarut (Maulida, 2010). Prinsip metode ekstraksi adalah berdasarkan perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak
saling bercampur. Metode serta pelarut yang digunakan untuk memperoleh
ekstrak menjadi faktor penting dalam optimasi proses ekstraksi komponen
bioaktif dari alam (Rais, 2014). Pada proses pemisahan Pb dan Mn dari Tanah
Tempat Pembuangan Akhir dilakukan dengan ekstraksi padat cair (leaching).
Pencucian (Leaching) adalah proses dimana unsur-unsur yang larut
dilarutkan dari bahan padat (seperti batuan, tanah atau limbah) ke dalam fluida
dengan perkolasi atau difusi (Pendowski, 2003). Secara difusi, proses pemisahan
terjadi karena adanya perpindahan solute, searah dari fasa diluen ke fasa solven,
sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fase yang saling kontak
sedemikian, hingga pada suatu saat sitem berada dalam keseimbangan. Pelarut
yang digunakan adalah aquades karena timbal (Pb) dan mangan (Mn) mudah larut
dalam air. Dengan demikian, bila bahan pengisi bersentuhan dengan cairan
(termasuk air hujan, air permukaan, air tanah, dan cairan yang ada di bahan
pengisi), konstituen dalam fasa padat akan larut ke dalam cairan yang membentuk
lindi. Sejauh mana konstituen larut menjadi cairan akan bergantung pada kondisi
spesifik dan material (faktor kimia, fisik, dan biologis) dan lamanya waktu yang
terlibat. Komposisi lindi yang dihasilkan dari bahan dan potensinya untuk
mempengaruhi kualitas air merupakan faktor kunci dalam mengevaluasi
kesesuaian bahan untuk digunakan sebagai pengisi. (Pendowski, 2003)

2.6. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Talang Gulo Jambi


Tempat pemrosesan Akhir (TPA) Talang Gulo adalah TPA yang berada di
Kota Jambi tepatnya di Jalan Lingkar Selatan Kecamatan Kota Baru Kota Jambi
pada koordinat 01o41,192’ S dan 103o37,050’ E.
TPA ini berjarak 15 km dari pusat kota, 1 km dari pemukiman terdekat
dan 12 km dari sungai. TPA Talang Gulo berdiri sejak tahun 1996 dan mulai
beroperasi sejak tahun 1997 ini memiliki luas 10 Hektar dengan topografi
kemiringan sebesar 20%. TPA ini menggunakan sistem open dumping, jumlah
sampah masuk rata-rata mencapai 1000 – 1400 m3/hari sampah masuk ke TPA
(data TPA Talang Gulo, 2013).
TPA Talang Gulo memiliki unit pengolahan leachate dan dilengkapi oleh
dua buah sumur pantau. Namun dengan semakin meningkatnya jumlah sampah,
kapasitas pengolahan leachate tidak mengalami peningkatan. Mengingat usia dari
TPA serta jumlah tumpukan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
menyebabkan timbulnya potensi pencemaran dari lokasi TPA, khususnya
pencemaran dari leachate yang masuk ke air tanah. Salah satu bahan pencemar
yang mungkin terdapat pada leachate dan masuk ke air tanah adalah senyawa-
senyawa organik, yang dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Untuk itu studi tentang pencemaran leachate perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah yang lebih lanjut.

Gambar 2.1 Citra Satelit Lokasi TPA Talang Gulo (Sumber ; Google Map)
2.7. Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS)
Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) merupakan alat analisa yang
didasarkan atas keterserapan cahaya oleh suatu atom. Atom-atom menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode
ini sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah dan logam-logam yang
membentuk campuran kompleks. Kelebihan-kelebihan dari AAS antara lain
analisanya cepat, sebelum pengukuran tidak selalu diperlukan pemisahan unsur
yang akan ditentukan (Khopkar, 1990). Metode spektrofotometri ini dapat
dilakukan untuk analisa kuantitatif dengan cara membuat kurva standard. Kurva
standard diperoleh dengan cara membuat larutan standard kemudian
menginterpolasikan serapan larutan sampel pada kurva standard, sehingga
konsentrasi sampel dapat dihitung.
Prinsip kerja AAS berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian
logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut
mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda
(Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu
menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kimia Fakultas Teknik
Universitas Jambi, yang dilaksanakana pada bulan April 2018 sampai dengan
bulan Juni 2018. Analisa dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabulasi
hasil dan grafik hasil dari setiap perlakuan yang berbeda.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat-
alat kaca (pyrex), Botol sample, Hot Plate, magnetic stirrer, timbangan, AAS
(Atomic Absorption Spectrofotometry), UV-VIS spectrophotometer, pH meter,
frezzer, corong, elemental analyzer, dan Centrifuge.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanah dari
Tempat Pembuangan Akhir yang digunakan sebagai sumber logam berat
yaitu sebanyak gr. Sampel tanah diambil di lokasi TPA Talang Gulo yang berada di
Kota Jambi tepatnya di Jalan Lingkar Selatan Kecamatan Kota Baru Kota Jambi pada
koordinat 01o41,192’ S dan 103o37,050’ E. Bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi: Aquadest, Hcl (1M), KMnO4 , kertas saring,

Adapun sampel Tanah Tempat Pembuangan AKhir diambil secara


random di 5 (lima) titik tanah permukaan dan pada kedalam 0,5 – 1 m.
Gambar 3.1. Lokasi Sampling Tanah

3.3. Diagram Alir Penelitian

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Inkubasi Sampel Tanah

Total sampel tanah yang digunakan sebanyak 5 titik sampling dikali 3


pengulangan sehingga ada 15 sample. Sampel padat (± 600 gram) yang telah
dikering-anginkan dimasukkan dalam botol gelas 1000 ml dan ditambahkan air
75% dari kapasitas penahan airnya. Masing-masing sampel diinkubasi selama 3
bulan dan fraksi sampel padat ±10-gram diambil pada minggu ke 0, 2, 6, 12 dan
20. Jumlah total sampel padat yang diperoleh selama 3 bulan inkubasi adalah 75
buah sampel. Kandungan air dijaga selama inkubasi dengan menambahkan air ke
dalam botol dengan melakukan penimbangan.

3.4.2. Ekstraksi Organik Secara Bertingkat


Sampel padat dari botol inkubasi diekstraksi secara bertingkat dengan
tiga ekstraktan yaitu (air = logam berat terlarut; HCl 1 M = logam berat larut
dalam asam dan karbon residu). Sampel ditimbang sebanyak 5 gr sampel
(ekivalen kering) dimasukkan ke dalam tabung sentrifikasi 50 ml kemudian
ditambahan dengan air sebanyak 25 ml (1 : 5) kemudian diagitasi selama 1
jam. Setelah diagitasi sampel dicentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama
30 menit dan difiltrasi melalui filter membrane 0,45 µm. Padatan yang tersisa
dalam tabung ditambahkan HCL 1 M sebayak 25 ml dan diagitasi selama 1
jam kemudian difiltrasi. Padatan yang tersisa, ditentukan kandungan logam
beratnya menggunakan elemental analyzer untuk menentukan residu logam
berat yang tertinggal dalam padatan.
Sementara ekstrak air dan HCL dianalisis Konsentrasi logam berat
dalam ekstrak air dan HCL 1 M dianalisis dengan UV-VIS spectrophotometer
secara tidak langsung dengan KMnO4 sebagai oksidator. Absorbansi diukur
pada panjang gelombang maksimum 565 nm. Variabel eksternal sampel
seperti pH dan suhu selama inkubasi diukur menggunakan pH dan
temperatur.
3.4.3. Analisis Statistik
Data kandungan logam berat dari tiga tingkatan ekstraksi dengan variasi
waktu inkubasi dianalisis menggunakan ANOVA dengan software SPSS 20.
DAFTAR PUSTAKA
Tchobanoglous et al. 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering
Principles And Management Issues. New York: McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai