Anda di halaman 1dari 5

PE

HUBUNGAN AUDIT DENGAN DISIPLIN ILMU YANG LAINNYA

Pemanfaatan teknologi informasi (IT) dalam audit semakin luas dan semakin banyak
perkatoran akuntan public yang menggunakan generalized audit sorftware karena semakin
meningkat produktivitas dalam menjalankan perkerjaan audit dengan electronic working papers,
sementara di pihak lain, system informasi yang diterapkan klien dengan basis komputer yang
memungkinkan perkerjaan audit dilaksanakan secara online, akibatnya maanfaat audit yang
diperoleh semakin cepat bagi orang yang membutuhkan informasi. Untuk itu para auditor dalam
memberikan advis kepada klien di area informasi ini diharapkan memiliki kemampuan :

1. Memahami nilai strategis system informasi.


2. Memahami aktifitas utama klien dalam menciptakan nilai tambah.
3. Memberikan alternative tindakan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dengan bantuan
(TI) Mengdentifikasi, memanajemen, dan mengembangkan sumber daya organisasi agar
memberikan nilai tambah yang lebih besar.

Auditing, suatu disiplin ilmu yang terkait tetapi terpisah dari akuntansi. Auditing adalah
suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk
memberikan suatu pendapat atau opini, yang masuk akal tapi tidak dijamin sepenuhnya
mengenai kewajaran dan kesesuiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Berdasarkan pernyataan mengenaidefinisi auditing, dapat kita hubungkan antara akuntansi dan
auditing. Dua ilmu ini saling terkait satu sama lain, Secara umum hubungan antara auditing dan
accounting dapat dijelaskan sebagai berikut, Accounting adalah suatu proses menghasilkan data
dan informasi dalam bentuk Financial Statement. Sedangkan Auditing adalah suatu proses
mengevaluasi informasi dan menghasilkan kesimpulan (opini / rekomendasi) yang
membandingkan antara fakta dan kriteria. Tahapan dalam audit terjadi setelah tahapan akuntansi
selesai dilaksanakan, karena dalam melakukan audit di perlukan Laporan Keuangan yang
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Proses Akuntansi bersifat konstruktif, diawali
dengan mengumpulkan bukti pembukuan (bukti – bukti transaksi), bukti pembukuan dicatat
dalam bentuk Special Journal (Jurnal Penjualan, Jurnal Pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, dan
Jurnal Pengeluaran Kas).
Setelah semua transaksi dicatat pada masing – masing kolom Special Journal, Tiap – tiap
jurnal dicatat dalam General Ledger, dan dilakukan penyesuaian pada transaksi yang
memerlukan penyesuaian. Melalui transaksi yang telah disesuaikan dapat diperoleh Trial
Balance yang terdiri atas Aktiva dan Passiva dari suatu perusahaan. Tahap selanjutnya adalah
pembuatan Worksheet, kemudian diperoleh Financial Statement (Laporan Keuangan) yang akan
menjadi bahan bukti untuk melakukan audit. Financial Statement yang dihasilkan dari proses
akuntansi, akan mengalami tahap audit. Audit terhadap Laporan Keuangan diperlukan karena,
(1) Ada potensi konflik antara penyediain formasi dengan pengguna informasi, (2) Informasi
mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi business maker, (3) Keahlian sering
menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi, (4) User sering tercegah mempunyai
hubungan langsung dengan informasi. Dalam melakukan audit harus sesuai dengan Standar
Auditing yang telah ditetapkan seperti standar umum, kerja lapangan dan standar pelaporan.

PERKEMBANGAN AUDIT

Sejarah Pengauditan

Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke XV. Diketahui bahwa pada sekitar awal
abad ke XV jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Meskipun pengauditan telah lahir
sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini.

Penguditan Independen Sebelum Tahun 1900

Kelahiran fungsi pengauditan di mulai oleh negara Inggris. Kemudian Inggris


memperkenalkannya di benua Amerika pada abad pertengahan XV. Para Auditor di Amerika
Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit persis seperti yang berlaku di
Inggris.Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada waktu itu harus tunduk pada undang-
undang yang disebut Companies Act. Menurut undang-undang tersebut semua perusahaan publik
harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk laporan model
Inggris turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama
dengan yang berlaku di Inggris. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar
modal yang disebut Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum
mengenai manfaat pendapat auditor atas laporan keuangan.

Perkembangan Di Abad XX

Perkembangan di abad XX sangatlah pesat karena revolusi Industri di Ingrgis telah


memasuki usia yang ke 50 tahun. Perusahaan di Inggris mulai merasakan maanfaat dari jasa
Audit itu sendiri. Namun dikalangan pemegang saham terjadi kesalah pahaman dengan apa
fungsi Audit itu. Profesi Auditor di Amerika berkembang pesat setelah berakhirnya Perang
Dunia I. Sementara itu kesalah pahaman tentang fungsi pendapat auditor masih terus
berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal Reserve
Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American Institute of
Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American Institute of Certified Public
Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang perlunya Auditorsi
yanng seragam, tetapi tulisan tersebut sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang
bagaimana mengaudit neraca. Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang
dikeluarkan oleh profesi Auditorsi di Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang
dikeluarkan selama abad ke-20.

Perkembangan Pengauditan di Indonesia

Profesi Auditorsi di Indonesia masih tergolong baru. Pada masa penjajahan Belanda, jumlah
perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga Auditorsi dengan sendirinya hampir
tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu
itu, mengikuti model pembukuan seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu
berlangsung hingga Indonesia merdeka. Auditorsi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun
1950-an, yaitu ketika semakin banyak perusahaan didirikan dan Auditorsi sistem Amerika mulai
dikenal, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.

Perkembangan Auditorsi di Indonesia terjadi pada tahun 1973, yaitu ketika Ikatan Auditor
Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-prinsip Auditorsi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan
Auditor (NPA). Selain itu perkembangan yang terjadi dalam dunia perbankan sejak tahun 1988
semakin menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang
akan mengajukan permohonan kredit ke bank. Pada tahun 1995 lahir Undang-undang Perseroan
Terbatas yang mewajibkan suatu perseroan terbatas menyusun laporan keuangan dan jika
perseroan merupakan perusahaan publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh Auditor
publik. Pada tahun yang sama Undang – Undang Pasar modal pun lahir juga.

Seiring perkembangan perusahaan di Indonesia, IAI telah banyak melakukan


penyempurnaan peraturan yang berlaku di Indonesia. Yang mana Indonesia saat itu berkibalat
pada peraturan yang dibuat oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1994 IAI melakukan penyusunan
ulang prinsip Auditorsi dan standar audit yang disebut Standar Auditorsi Keuangan (SAK) dan
Standar Profesional Auditor Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Auditorsi yang
dibentuk IAI secara terus menerus menerbitkan Pernyataan Standar Auditorsi Keuangan (PSAK.

Seperti terjadi di Amerika Serikat seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad ke-21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak kesalahpahaman yang
terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami dengan benar. Maka dari itu
Pemerintah mulai memperkenalakan Auditorsi mulai dari SMA dan pengenalan Audit dilakukan
di Perguruan Tinggi.

PERAN AUDIT DALAM SUATU NEGARA

Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan yang


berlaku dalam suatu entitas terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi untuk melihat
efektifitas dan efisiensi entitas.
Auditor dapat memberikan penilaian yang objektif dan relavan baik atas pelaporan keuangan,
operasional, dan kepatuhan atas prosedur yang berlaku yang dilaksankan oleh pihak manajemen
(audit), karena posisinya yang independen dan memiliki kompetisi yang cukup, tidak perlu
terbebani dengan aktivitas yang tidak dia lakukan ( aktivitas yang diaudit )
Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit yang baik
dapat menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan keadaan yang
sebenarnya mengenai besaran untung atau rugi, posisi yang harus diperbaiki, dan yang
mengalami kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut untuk bertindak restropektif,
mempioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan mengestimasi aktivitas strategis.

Anda mungkin juga menyukai